e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN PERMAINAN KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK Ni Putu Wita Kumala Dewi1, A. A. Gede Agung2, Ni Ketut Suarni3 1
Jurusan Pendidikan Guru PAUD Jurusan (Teknologi Pendidikan) 3 Jurusan (Bimbingan Konseling) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
2
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Perkembangan bahasa anak kelompok B TK Mas Kumara Denpasar sebelum dilakukan penelitian ditemukan bahwa persentase perkembangan bahasanya hanya mencapai 54,85 % yaitu berada pada kriteria rendah. Hal ini diduga karena adanya keengganan anak-anak dalam belajar mengenal huruf dimana guru hanya menerapkan model pembelajaran secara monoton dan kurang menarik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan bahasa setelah menerapkan model snowball throwing berbantuan permainan kartu huruf pada anak kelompok B TK Mas Kumara Denpasar, semester II tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 20 orang anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan instrumen berupa lembar observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriftif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahasa anak dengan permainan kartu huruf pada siklus I sebesar 60,62% pada kriteria rendah dan pada siklus II meningkat menjadi 84,06% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahasa dengan permainan kartu huruf sebesar 23,44%. Kata kunci: snowball throwing, perkembangan berbahasa, permainan kartu huruf. Abstract Language development of children in group B TK Mas Kumara Denpasar before doing the study found that percentage of language development only reach 54.85% which is at the low criteria. In this case because of the students not interest to learn letters because how the teacher to teach them is not attractive. Because of that this research used to know how improvement the development after applying the model of snowball throwing the card game letters on kindergarten children in group B Mas Kumara Denpasar, the second semester of academic year 2013/2014. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were 20 people. Research data on the increase in language development instrument in the form with the observation sheet, interview, and written document. Data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of the analized data showed that an increase of development language of the student using card game letters in the first cycle of 60.62% in the low criteria and the second cycle increased to 84.06% in the high criteria. So the conclusion of inprovement of development language using card game letters of 23.44%. Keywords: cooperative learning model snowball throwing, language skills, card game letters.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang kerap disebut the golden age (usia emas) dan juga critical period (periode kritis) adalah pendidikan yang sangat penting dan sangat mendasar. Inilah tahun-tahun formatif atau pembentukan kepribadian yang amat menentukan perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya. Setiap guru dan orang tua pasti menginginkan seorang anak yang memiliki kepribadian yang matang, bertanggung jawab, mandiri, berahlak mulia, cakap berbicara dan mampu menghadapi semua tuntutan hidupnya serta mengatasi berbagai masalah yang akan dihadapinya. Maka diawal perkembangan inilah guru dan orang tua harus mampu mendidik dan membimbing anak sebaik mungkin untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, karena anak merupakan generasi penerus amanat sekaligus cerminan masa depan. Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tingkat pencapaian perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik. Standar pendidik (guru, guru pendamping, dan pengasuh) dan tenaga kependidikan memuat kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Standar isi, proses dan penilaian program yang dilaksanakan secara terintegrasi/terpadu sesuai dengan kebutuhan anak. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan mengatur persyaratan fasilitas, manajemen dan pembiayaan agar dapat menyelenggarakan PAUD dengan baik. Kecakapan memperoleh keterampilan, anak-anak juga sudah dapat menerima berbagai pengetahuan dalam pembelajaran secara akademis untuk persiapan mereka memasuki pendidikan dasar selanjutnya. Pada masa ini, anak-
anak mengalami masa peka atau masa sensitif dalam menerima, berbagai upaya pengembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Masa peka merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon rangsangan yang diberikan oleh lingkungan. Pembelajaran PAUD bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar dengan mengembangkan nilai-nilai agama (moral), fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi, dan seni. Salah satu aspek pengembangan yang ada di PAUD adalah pengembangan perkembangan bahasa dimana bahasa sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dimana di dalam setiap aktivitas anak sehari-hari akan menggunakan bahasa, melalui kegiatan berbahasa, anak akan memperoleh aspirasi untuk berimajinasi, bereksplorasi, menemukan hal-hal yang baru, mengekspresikan perasaan dan berkreasi yang bisa memberikan rasa senang terhadap anak. Bahasa dapat dimaknai sebagai sistem benda baik lisan maupun tulisan dan merupakan sarana penting dalam kehidupan manusia. Di samping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Mengingat besarnya peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak, maka perlu dikembangkan pada anak didik sejak usia dini. Upaya harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Adapun salah satu permainan yang efektif yang bisa diterapkan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak yaitu dengan permainan kartu huruf. Permainan bahasa sangat banyak ragamnya yang bisa dikembangkan khususnya kepada anak TK, tergantung kepada apa yang menjadi tujuan guru dalam memilih model pembelajaran untuk anak didiknya, salah satunya melalui permainan kartu huruf untuk persiapan membaca dan menulis. Dalam penerapan permainan kartu huruf diperlukan adanya model pembelajaran yang mampu memberikan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) pengalaman belajar yang dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak yaitu model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini akan memberikan kesempatan bagi anak untuk bisa bereksplotasi dengan lingkungannya sehingga mempermudah anak dalam menguasai pembendaharaan kata. Berdasarkan hasil observasi awal di TK Mas Kumara Denpasar, kriteria persentase perkembangan bahasanya hanya mencapai 54,85 % yaitu berada pada kriteria rendah (data diperoleh dari pencatatan dokumen sekolah). Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh, maka diketahuilah bahwa hal ini diakibatkan oleh adanya keengganan anak-anak dalam belajar mengenal huruf, kurangnya minat anak dalam mengikuti kegiatan pengembangan berbahasa, serta kurangnya perkembangan bahasa anak dalam menunjang persiapan membaca. Ini diakibatkan kurangnya permainanpermainan yang mampu mengaktifkan minat belajar anak. Dimana guru hanya menerapkan pembelajaran secara monoton, dan kurang menarik. Dari penjelasan diatas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut, (1) perkembangan bahasa anak dikelas ini masih rendah, (2) kurangnya minat anak dalam kegiatan pengembangan bahasa, (3) kurang diterapkannya permainan-permainan yang menunjang dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak, (4) berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan tindakan agar perkembangan bahasa anak dapat meningkat. Guru diharapkan dapat menggunakan model yang lebih cocok dalam usaha meningkatkan perkembangan bahasa anak. Selain model pembelajaran, permainan yang menarik dan menunjang juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut maka dilaksanakan penelitian mengenai penerapan permainan kartu huruf dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini, dengan judul
penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantuan permainan kartu huruf untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Mas Kumara Denpasar. Ahmadi dan Amri, (2011:7) secara menyeluruh model dimaknakan sebagai suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih konprehensif. Dalam matematika kita juga mengenal istilah model yang bagian-bagiannya terdiri dari konsep matematika, seperti ketetapan (konstanta), variabel, fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya. Trianto (2008:1) sebagai contoh model matematika gerak parabola, model matematika gerak jatuh bebas dan sebagainya. Menurut Warsita (2008:85) pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya. Ismail (2008:9) berpendapat bahwa istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM). Ismail, (2008:9) mengemukakan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mulyasa (dalam Ismail, 2008:10) menyatakan “pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik.” Syafitri (2011) menyatakan bahwa: model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan salah satu
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada perkembangan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan perkembangan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Langkah pembelajaran Snowball throwing yaitu guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Guru membentuk kelompok-kelompok dan guru membagi materi berdasarkan kelompok dan perwakilan kelompok menjelaskan materi yang sampaikan oleh guru kepada temannya. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain. Setelah itu diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Menurut Syafitri (2011) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing: Kelebihan pembelajaran snowball throwing adalah melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. Merangsang siswa mengemukakan
pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah. Siswa akan memahami makna tanggung jawab. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia. Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan perkembangannya. Kelemahan pembelajaran snowball throwing adalah terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif dan adanya siswa yang bergantung pada siswa lain. Terdapat hubungan erat antara perkembangan berbahasa dengan belajar membaca. Sebelum bisa membaca, anakanak harus mengetahui dan menggunakan perbendaharaan kata-kata dasar dengan baik. Mereka hanya dapat memahami kata-kata yang mereka lihat tercetak jika mereka telah menemui katakata tersebut dalam pembicaraan. Anakanak yang dapat berbicara dengan baik dan banyak, cenderung akan menjadi pembaca yang baik pula. Cara terbaik untuk membantu anak belajar membaca adalah membacakan buku baginya dan bersamanya serta mempunyai banyak buku yang menarik di dalam kelas. Membuat anak sadar akan kata yang tertulis di sekitarnya dan menuliskan hal-hal untuknya juga akan sangat berguna. Permainan kata dan huruf dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan informal, bebas dari ketegangan dan kecemasan. Anak-anak dengan aktif dilibatkan dan dituntut untuk memberikan tanggapan dan membuat keputusan. Dalam memainkan suatu permainan, anak-anak dapat melihat sejumlah terbatas kata-kata berkali-kali, namun tidak dalam cara yang membosankan dan berulang-ulang. Pengertian perkembangan bahasa adalah sejauh mana seorang individu menguasai simbol dan arti bahasa. Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) sebagai alatnya (Depdiknas, 2005). Sementara itu menurut Rasyid, Mansyur & Suratno (2009) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2002) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik. Anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. Owens (dalam Kurnia, 2009:37) mengemukakan bahwa “anak usia tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan”. Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosa kata tersebut, anak menggunakan fast wrapping yaitu suatu proses dimana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam dialog. Pada masa dini inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Anak usia 4-5 tahun rata-rata dapat menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat yang dapat berbentuk kalimat pernyataan, negative, Tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah mulai menggunakan kalimat yang beralasan seperti “saya menangis karena sakit”. Pada usia 5 tahun pembicaraan merka mulai berkembang dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit. Perkembangan berbicara pada anak berawal dari anak menggumam maupun membeo, sedangkan perkembangan menulis pada anak berawal dari kegiatan mencoret-coret sebagai hasil ekspresi mereka. Dyson (dalam Kurnia, 2009:39) berpendapat bahwa “perkembangan berbicara memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan menulis pada anak”. Anak memiliki perkembangan menulis dipengaruhi oleh perkembangan sebelumnya (dalam hal ini perkembangan
berbicara) sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Dalam berbicara terkadang individu dapat menyesuaikan dengan keinginannya sendiri. Hal ini tidak sama dengan menulis, dimana diperlukan suatu aturan berbahasa yang baik, benar dan tertib. Dengan kata lain dalam menulis diperlukan adanya keserasian antara pikiran dan tatanan dalam berbahasa yang tepat dalam mengekspresikan gagasan yang tertuang dalam lambang-lambang bahasa tulisan. METODE Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada kelompok B di TK Mas Kumara Denpasar dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B di TK Mas Kumara Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang dengan 9 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Objek/variabel dalam penelitian ini adalah perkembangan berbahasa anak. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) bahwa PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Wendra (2007:45) mengemukakan bahwa penelitian tindakan pada prinsipnya dimaksudkan untuk melakukan upaya perbaikan terhadap praktek pendidikan yang dilakukan praktisi pada bidang pendidikan, sambil melakukan tugasnya dengan jalan merenung kembali apa yang telah dilakukan yang terarah kepada perbaikan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan untuk memperbaiki kinerja diri sendiri melalui pemahaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara terencana, sistematik dan mawas diri. Dalam PTK ini mengacu pada teori yang dikemukakan Stephen Kemmis dan McTaggart (Kasbolah, 1998:113). Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) tersebut terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan permainan kartu huruf variabel terikat yaitu keamapuan berbahasa. Untuk pengumpulan data tentang perkembangan berbahasa anak penulis menggunakan metode observasi. “Metode observasi adalah suatu cara adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang objek tertentu” (Agung,2010). Observasi dilakukan terhadap kegiatan anak dalam permainan kartu huruf melalui kegiatan perkembangan berbahasa. Dalam penelitian ini, observasi
dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai dengan berpedoman pada permendiknas No.58 tahun 2009 yaitu satu bintang belum berkembang, dua bintang mulai berkembang, tiga bintang berkembang sesuai harapan, empat bintang berkembang sangat baik. Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka disusunlah kisi-kisi instrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian penggunaan permaianan kartu huruf melalui kegiatan berbahasa untuk meningkatkan perkembangan berbahasa anak.
Tabel 1. Rubrik Penskoran Peningkatan Perkembangan Berbahasa Skor No Indikator 1
2 3
4
Membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama (misal: kakikali) dan suku kata akhir yang sama (misal: sama-nama) Menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama, misal: bola, buku, baju, dll Menghubungkan gambar/benda dengan kata
3
Tabel 2. Pedoman Penskoran Tanda Makna Berkembang Sangat Baik Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang
4
Belum Berkembang
No 1 2
Permendiknas No. 58, 2009:1 )
Skor 4 3 2 1
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (Md), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis statistik kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara
sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2011). Metode analisis statistik kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan bahasa anak TK dengan permainan kartu huruf. Tingkatan perkembangan berbahasa anak Taman Kanak-kanak dengan permainan kartu huruf dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3 Pedoman PAP Skala Lima tentang Perkembangan Bahasa Anak Persentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Kriteria Perkembangan Berbahasa Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sumber:Agung (2010: 12) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Penelitian dilaksanakan di kelompok B TK Mas Kumara Denpasar dengan jumlah siswa 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan 2 bulan dari tanggal 1 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Data perkembangan bahasa anak disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Pada siklus I diperoleh rata-rata (mean) sebesar 9,70, nilai tengah (median) sebesar 9,50, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 9,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan kedalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve kurve juling positif (M>Md>mo). Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 60,62% berada pada kategori 55-64% yang berarti bahwa hasil
perkembangan bahasa anak pada siklus I berada pada kriteria rendah.
M0=9,00
M=9,70 Md=9,50
Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I tingkat perkembangan bahasa anak masih berada pada kriteria rendah, maka masih perlu dilanjutkan pada siklus II.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: anak masih bingung dengan pembelajaran yang diterapkan karena media yang digunakan tidak langsung bisa digunakan oleh anak, sehingga anak tidak memahami dengan jelas penggunaan bahasa dalam bercerita. Anak kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah sebagai berikut, mensosialisasikan kembali alat peraga dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada anak, memberikan contoh secara langsung. Hal ini bertujuan agar anak tidak bingung dan rasa ingin tahu anak semakin tinggi. Sehingga anak mampu bercerita dengan baik dan dapat menggunakan bahasanya sendiri dengan baik dan benar. Memberi penguatan dan peneliti mampu memberikan dorongan kepada anak agar anak mau mencoba dan tidak merasa takut dalam bercerita sesuai dengan imajinasinya. Pada siklus II diperoleh rata-rata (mean) sebesar 13,45, nilai tengah (median) sebesar 13,50, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 14,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan ke dalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve poligon juling negatif (M<Md<Mo). Untuk menentukan tingkat belajar siswa, maka rata-rata dibandingkan dengan kriterian Penilaian Acuan Patokan.
M=13,45
Mo=14,00 Md=13,50
Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II
Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 84,06% 80-89% yang berarti bahwa hasil perkembangan bahasa anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan media kartu huruf untuk meningkatkan perkembangan bahasa diperoleh rata-rata hasil observasi pada siklus I sebesar 60,62% dan rata-rata perkembangan bahasa anak pada siklus II sebesar 84,06%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan bahasa anak dari siklus I ke siklus II sebesar 23,44%. Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan media kartu huruf untuk meningkatkan perkembangan bahasa ternyata sangat efektif, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan media kartu huruf untuk meningkatkan perkembangan bahasa secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan aspek perkembangan bahasa pada anak didik. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, ini berarti bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantuan media kartu huruf dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak pada kelompok B TK Mas Kumara Denpasar. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masingmasing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat digunakan dengan permaianan kartu huruf dalam membantu anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) mengembangkan kerjasama dan kreativitas anak. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan permainan kartu huruf sangatlah efektif digunakan dalam perkembangan anak. Salah satunya adalah perkembangan bahasa anak. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan permainan kartu huruf dapat menciptakan suasana bermain sambil belajar yang menyenangkan dan sangatlah menarik. Perkembangan berbahasa dalam penelitian ini empat perkembangan yang menggambarkan tingkat perkembangan bahasa anak. Keempat perkembangan yang ingin diteliti tersebut adalah meniru 4-5 urutan kata, menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama, membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana, membaca buku cerita gambar sederhana yang memiliki kalimat. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing anak akan membangun sendiri perkembangan bahasa secara lebih sederhana. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbantuan permainan kartu huruf dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak kelompok B di TK Mas Kumara Denpasar, oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan hasil perkembangan bahasa anak kelompok B semester II di TK Mas Kumara Denpasar setelah menggunakan permainan kartu huruf sebesar23,44%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase tingkat pencapaian perkembangan anak pada siklus I sebesar 60,62%, menjadi sebesar 84,06% pada siklus II yang ada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan untuk
meningkatkan kreativitas dan perkembangan dalam membuat media kartu huruf yang lebih inovatif dan menarik sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede.2010.Bahan Kuliah Statistik Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. -------, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Ahmadi, Iif K. & Sofan Amri. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pusaka. Alwi Hasan, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 58 Th 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat PLP Kasbolah, Kasihani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan pada Kegiatan Semplok PTK dan Inovasi Pembelajaran yang mendidik di SD. Universitas Ganesha Singaraja. Kurnia, Rita. 2009. Metodologi pengembangan bahasa anak usia dini. Pekanbaru: Cendikia Insani. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. Syafitri, Habi. 2012. Model Pembelajaran Picture and Picture. Tersedia pada http://habisyafitri.blogspot.com/2012/ 11/model-pembelajaran-picture-andpicture.html (diakses tanggal 5-102013). Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.