e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK KELOMPOK B Ni Wyn. Tara Indahyani1, Ni Wyn. Suniasih2, I Wyn. Wiarta3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected] [email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan berbahasa anak TK pada kelompok B Semester II di TK Titi Dharma Denpasar tahun2013/2014 dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media buku bergambar.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.Subjek penelitian adalah 28 orang Anak TK pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.Data penelitian tentang kemampuan berbahasa dikumpulkan menggunakan metode observsi dengan instrumen berupa lembar observasi.Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi pengembangan kemampuan berbahasa dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media buku bergambar pada siklus I sebesar 58,07% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,25% tergolong pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media buku bergambar dapat meningkatkan pengembangan kemampuan berbahasa anak kelompok B Semester II TK Titi Dharma Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata-kata kunci:metode bercerita, media buku bergambar, kemampuan berbahasa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Abstract This research aims to develop the ability of kinder garten children communication at B group semester II academic is at TK Titi Dharma Denpasar in the year 2013/2014 by applaying telling story method using pictured book media.This kind of research is a class room action research which earried out in two eyeles. The subject of the research are 28 kinder garten students of B group semester II academic year 2013/2014. The data of the research is collected by using an observation. Method with observation forms sheet instrument the data of the research result is analized with descriptive statistical analyses method and descriptive kwantitative and descriptive kwalitative analyses method.The result of the analyses reflected that there was a development in this communication ability by applying telling story method using pictured book media in cycle I is 58,07% in which it is a low category however in cycle II it become higher to 82,25% in which it is a high category. So that the point is speaking ability telling story method using pictured book media action research kwalitative analyses and speaking ability students of B group semester II academic years 2013/2014 Keywords: telling story method, pictured book media, speaking ability
PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan sebagai suatu proses, baik berupa pemindahan maupun penyempurnaan akan melibatkan dan mengikut sertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan dilakukan seumur hidup sejak usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang meletakkan dasar bagi kehidupan seseorang dimasa dewasa. Menurut Permendiknas 58 tahun 2009 Pendidikan Anak Usia Dini”. Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia dini sebagai usia penting bagi
pengembangan intelegensi.Mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi.Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa tepat untuk meletakkan dasar nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik anak, kognitif bahasa dan sosial emosional kemandirian anak. Sehingga pengembangan seluruh potensi anak usia dini sesuai dengan hak anak sebagaimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2003 tentang “perlindungan anak yang menyatakan setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpatisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan diskriminasi”. Pada usia dini anak menunjukkan keingintahuan yang besar dan aktif. Anak bisa mengatur gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes, dan bisa mengenal perbedaan kata sifat misalnya nakal, pelit dll. Dalam hal ini koordinasimotorik anak sudah berkembang sampaianak dapat menyatakan alasan terhadap suatu yang diinginkan atau ketidak setujuannya. Anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentangan waktu sejak lahir hingga 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini atau PAUD merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. PAUD adalah pendidikan yang cukup penting dan bahkan menjadi landasan kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan kuat. Menurut Sujiono (2000:6) Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan nilai agama dan moral, fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),bahasa dan komunikasi, sosio emosional (sikap dan prilaku serta beragama), sesuai dengan keunikan dan tahap-tahapperkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk megetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk megetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan
kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Anakbisa mencapai perkembangan yang optimal dengan menggunakan media dalam meningkatkan perkembangan anak, karena media merupakan salah satu sarana untuk mempermudah didalam penyampaian materi pelajaran. Dalam hal ini digunakan buku bergambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Penerapan metode bercerita akan mampu memberikan hasil yang lebih optimal di dalam anak berbicara karena melalui bercerita guru mampu mengembangkan bahasa anak, melatih anak untuk terampil berbicara dan menciptakan suasana kelas lebih menarik dan menyenangkan. Dengan demikian sudah sangat memungkinkan untuk para guru khususnya guru PAUD agar lebih berkreatif dalam mengemas suatu kegiatan mengingat kemampuan dasar, serta dalam pembentukan perilaku sangat penting dikaitkan dengan perkembangan kemampuan anak.Dimana kegiatan yang disampaikan oleh guru untuk anak-anak diharapkan agar dilaksanakan secara kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil observasi pada bulan September 2013 di TK Titi Dharma Denpasar ditemukan selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung masih kurangnya kemampuan anak terutama pengembangan kemampuan berbahasa, sehingga kegiatan pembelajaran belum mencapai tingkat capaian perkembangan anak serta sulitnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran serta kurangnya media yang dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Walaupun kegiatan pembelajaran sudah direncanakan oleh guru tapi banyak anak yang kurang mengerti dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga nilai perkembangan anak masih kurang memuaskan.Hal ini dilihat dari jumlah anak kelompok B yang berjumlah 28 orang, masih terdapat 23 orang anak yang mendapatkan bintang 2 (**) dan 5 orang anak mendapatkan bintang 3 (***)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) sedangkan harapan ketuntasannya memperoleh bintang 4 (****). Berdasarkan permasaalahan di atas nampaknya salah satu alternatif metode yang sebaiknya digunakan adalah metode bercerita.“Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain” Bachri (2005:10). Sedangkan “Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam betuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk di dengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik” Dhieni (2007:6.4).Kegiatan berbicara di TK harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk aktif dan mengikuti cerita sampai selesai. Melalui cerita atau dongeng yang baik, sesungguhnya anak tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan saja, akan tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas. Yang dimaksud metode bercerita adalah “suatu cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-Kanak” Dhieni (2007:6.6). Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK, maka mereka merasa akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan mudah dapat menangkap isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan.Dunia kehidupan anak-anak itu berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. Bentuk-bentuk metode bercerita
tersebut terbagi menjadi 2 yaitu: (1) bercerita tanpa alat peraga, (2) bercerita dengan alat peraga.Metode bercerita dipilih karena memiliki beberapa keunggulan Dhieni (2007:6.6) menyebutkan keunggulan metode bercerita antaralain1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak, 2) Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesien, 3) Pengaturan kelas jadi sederhana, 4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah, 5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya. Metode bercerita memiliki tujuan antara lain “(1) mengembangkan kemampuan berbahasa, di antaranya kemampuan menyimak, juga kemampuan dalam berbicara serta menanamkan kosa kata yang dimilikinya, (2) mengembagkan kemampuan berpikir aktif karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolik, (3) menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan kemampuan moral dan agama, misalnya konsep benar-salah atau konsep keTuhanan, (4) mengembangkan kepekaan sosial-emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan, (5) melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan, (6) mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan” Gunarti (2010:5.5).Sedangkan tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain (Dhieni, 2007:6.7)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Metode bercerita juga memiliki manfaat Moeslichatoen (2004:45)menyebutkan manfaat metode bercerita antara lain (1) Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK dapat dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan, (2) Melatih daya pikir anak TK, untuk terlatih memahami proses cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-hubungan sebab akibatnya, (3)Melatih daya konsentrasi anak TK untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita, (4) Mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita anak dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan sesuatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya, (5) Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, (6) Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secra efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.(Bachri, 2005: 11) Manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak karena dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Jadi manfaat metode bercerita menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak. Misalnya melalui media buku bergambar dapat berfungsi sebagai penggugah kreativitas anak-anak. Melalui media buku bergambar, guru dapat menyampaikan pesan-pesan, dan pengalamanpengalaman kepada anak-anak. Disamping memperkaya imajinasi anak, media buku bergambar dapat menjadikan anak-anak merasa belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui.Adapun langkahlangkah pengguaan dalam metode bercerita Dhieni (2007: 6.3) menyebutkan langkah-langkah penggunaan metode bercerita antara lain 1) tempat duduk atau posisi anak diatur sedemikian rupa supaya anak-anak nyaman dalam mendengarkan cerita, (2) mempersiapkan alat peraga (buku bergambar), di sini
anak memperhatikan dalam menyiapkan alat peraga, supaya anak termotivasi untuk mendengarkan cerita, (3) memberikan kesempatan anak untuk memberi judul cerita, sebelum anak-anak mengetahui judul cerita sebenarnya, (4) memberi tahu judul cerita sebenarnya kepada anak, (5) bercerita sesuai dengan gambar yang ada pada media, (6) anak memperhatikan guru yang mulai bercerita, (7) setelah selesai bercerita memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya dan memberi kesempatan untuk memberi kesimpulan, (8) setelah selesai bercerita guru bertanya tentang isi cerita, tokoh dalam cerita, isi gambar dan memberi kesempatan pada satu atau dua orang anak untuk menceritakan kembali isi cerita tersebut.Kemudian, selain penggunaan metode pembelajaran yang tepat, penggunaan media pembelajaran juga sangat penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran serta meningkatkan kemampun belajar anak.Karena “media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan ke pada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan” Dhieni (2007:10.3) Media adalah sarana yang digunakan guru untuk menyampaikan pesan atau kegiatan pembelajaran kepada anak untuk mencapai tujuan pembelajaran.Salah satu yang sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan bercerita adalah adanya media pembelajaran.Sedangkan “media pembelajaran merupakan peralatan pembawa pesan atau wahana dari pesan yang oleh sumber pesan (guru) ingin diteruskan kepada penerima pesan (anak)” (Zaman, (2010:4.6).Jadi media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.Salahsatu media yang diggunakan dalam penelitian ini adalah buku bergambar yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) anak.Media buku bergambar merupakanbuku cerita yang disajikan dengan menggunakan ilustrasi atau gambar yang menarik.Buku bergambar lebih dapat memotivasi anak-anak untuk belajar. Dengan buku gambar yang baik, anak-anak akan terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalamannya sehingga dapat memotivasi anak untuk belajar. Selain itu gambar juga merupakan media visual yang penting dan mudah didapat”.Dikatakan penting sebab dapat mengganti kosa kata verbal, mengkonkritkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia, (Munadi, 2008:89) Gambar membuat orang dapat membuat ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas dari pada yang diungkapkan oleh kata-kata.Walaupun hanya menekankan kekuatan indera penglihatan kekuatan gambar terletak pada kenyataan bahwa sebagian besar orang pada dasarnya pemikir visual.Gambar juga dapat diartikan sebagai media visual yang dapat diamati oleh setiap orang yang memandangnya sebagai wujud perpindahan dari keadaan yang sebenarnya, baik mengenai pemandangan, benda, barang-barang atau suasana kehidupan.Buku bergambar juga memiliki manfaat antara lain (1) Membantu perkembangan emosi anak, (2) Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya, (3) Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan, (4) Memperoleh kesenangan, (5) Untuk Mengapresiasikan keindahan, (6) Untuk menstimuulasi imajinasi.Dari penggunaan media tersebut diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak terutama dalam berbahasa. Karena Pengembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang dimiliki anak, yang terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. (Dhieni, 2007:3.1) perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosial emosional.Sedangkan (Dhieni, 2007: 3.1) Bahasa adalah suatu
sistem simbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), semantik (variasi arti), dan pragmatik (penggunaan) bahasa. Melalui bahasa anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain”. Perkembangan berbahasa meliputi perkembangan berbicara, menulis, membaca dan menyimak.Di TK guru lebih menekankan pada kemampuan berbicara dan menyimak. (Dhieni, 2007:3.4) Berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Sedangkan (Dhieni, 2007:3.18) Menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati lingkungan sekitarnya dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Indikator yang digunakan dalam mengembangkan kemampua berbahasa anak antara lain (a)Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas. Guru memberikan cerita kepada anak menggunakan media buku bergambar dengan bahasa yang sederhana, b) Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut. Guru mengajak anak untuk tampil di depan kelas menceritakan kembali cerita yang sudah disampaikan, c) Melanjutkan cerita/dongeng yang telah didengar sebelumnya. Guru mengajak anak untk mengemukakan pendapatnya dari isi cerita yang di dengarnya, d) Membaca gambar yang memiliki kata kalimat sederhana. Guru memperlihatkan sebuah gambar sederhana kemudian menanyakan tentang gambar tersebut (Permendiknas No. 58 tahun 2009) METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).Tempat pelaksanaan penelitian ini di kelompok B TK Titi Dharma Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Gambar 1
Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, (Arikunto, 2009: 16) 1.Perencanaan
4. Refleksi
SIKLUS I
2.Pelaksanaan
3. Pengamatan
1.Perencanaan
4. Reflexi
SIKLUS II
2.Pelaksanaan
3. Pengamatan
?
Berdasarkan gambar 1, maka kegiatan yang di lakukan pada setiap siklus adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan : (a) Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah TK, (b) Mengidentifikasi materi pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No. 58 tahun 2009, (c) Menyiapkan beberapa buku sumber, (d) Menyusun rencana program pengajaran untuk satu semester, (e) Menyusun Peta Konsep, RKM (Rencana Kegiatan Mingguan), dan RKH (Rencana Kegiatan Harian), (f) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian yang telah dibuat sebelumnya, (g) Menyusun instrumen penelitian berupa indikator-indikatoryang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, (h) Mengkonsultasikan instrumen dengan guru kelompok B dan dosen pembimbing, (i) Menyiapkan format penilaian berupa skor bintang ( ), (j) Menentukan jadwal kegiatan. 2) Pelaksanaan : Dalam pelaksanaan tindakan, adalah upaya yang dilakukan untuk perbaikan atau peningkatan kemampuan berbahasa. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
rencana kegiatan harian (RKH) yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 3) Pengamatan : Pengamatan/observasi di lakukan untuk mengetahui penilaian tugas hasil kegiatan, dan penilaian keaktifan dalam melaksanakan kegiatan. Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah: (a) mengobservasi guru dalam membuka, menyampaikan materi dan menutup pembelajaran, dan (b) mengobservasi anak dalam mengerjakan tugas. 4) Refleksi :Refleksi dilakukan untuk melihat,mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, dapat dilakukan perbaikan mengenai kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalahmengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. “metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung, 2011 :61). Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi.Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis kuantitatif dan kualitatif.”Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2011:76) Sedangkan ”metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dengan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2011:67) dan ”Analisis deskriptif kualitatif adalah cara yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll”. Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya pengembangan kemampuan berbahasa anak yang dikonversikan ke dalam penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut: 100%(Agung, M(%) = 2011:9)Keterangan : M (%)= Rata-rata Persen M = Rata-rata Skor SMI = Skor Maksiml Ideal Tingkat kemampuan berbahasa anak Taman Kanak-Kanak dengan metode bercerita dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen kedalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data hasil kemampuan berbahasa berbantuan media buku bergambar yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Nilai ratarata yang didapat pada siklus I sebesar 58,07. Untuk menentukan tingkat kemampuan berbahasa anak dapat dihitung dengan menggunakan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 58,07% yang berada pada kriteria rendah
Grafik1
Grafik polygon siklus I
9 8 7 6 5 4 3 2
Tabel 1
Tabel Pedoman PAP Skala Lima Tentang Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok B TK Titi Dharma Denpasar Kemampuan Persentase Berbahasa 90 – 100 Sangat Tinggi 80 – 89 Tinggi 65 – 79 Sedang 55 – 64 Rendah 0 – 54 Sangat Rendah (Agung,2011:9) Penerapan metode bercerita berbantuan media buku bergambar untuk pengembangan kemampuan berbahasa dianggap berhasil apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Persentase ratarata penerapan metode bercerita berbantuan media buku bergambar berada minimal 80% pada kategori tinggi.
1 0 46,5 52,5 58,5 64,5 70,5 76,5
Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat pada siklus II sebesar 86,25. Untuk menentukan tingkat kemampuan berbahasa anak dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 86,25% yang berada pada kategoritinggi.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Grafik 2
Grafik polygon siklus II
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 65
72
79
86
93
100
Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media buku bergambar ternyata dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan berbahasa anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis kuantitatif dan kualitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan berbahasa anak kelompok BTK Titi Dharma Denpasar pada siklus I sebesar 58,07% dan rata-rata persentase kemampuan berbahasa anak kelompok BTK Titi Dharma Denpasar pada siklus II sebesar 86,25%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase sebesar 28,18% dengan kategoritinggi. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode bercerita dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran. Pembahasan Penerapan metode bercerita dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mampu berkomunikasi dengan baik.bercerita merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang telah diberikan oleh guru sehingga guru bisa menilai dari keberanian anak untuk bertanya dan menjawab suatu hal dan anak mampu berkomunikasi dengan baik.Penerapan metode bercerita dalam penelitian ini dibantu dengan media seperti buku bergambar.Media buku bergambar dapat membangun keberanian anak berkomunikasi dengan orang lain, sehingga kemampuan berbahasa anakberkembang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, anak yang aktif perkembangan kemampuan berbahasanya akan berkembang dibandingkan dengan anak yang tidak aktif. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media buku bergambar dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak TK pada kelompok BTK Titi Dharma Denpasar, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media buku bergambar dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak kelompok B semester II di TK Titi Dharma Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan berbahasa pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian kemampuan berbahasa = 58,07% menjadi = 86,25% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih memperhatikan penjelasan yang telah diberikan, dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak. Kepada guru disarankan mempergunakan metode bercerita dan media buku bergambar di dalam melaksanakan kegiatan kegiatan pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik, mudah mengerti dan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Kepada Kepala Sekolah disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan perkembangan kemampuan anak. Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Statistika Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja. -------,
2012.Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bachri,
S. Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedur. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 58 Th 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Edisi 1.Cetakan Keempat belas. Jakarta: Universitas Terbuka. Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Munadi, Yudhi. 2008. pembelajaran. Jakarta: Persada (GP) Press.
Media Gaung
Moeslichatoen. 2004. MetodePengajaran. Jakarta: RinekaCipta Sisdiknas. 2003. Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Sisdiknas. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Zaman, Badrun, dkk. 2010. Media dan Sumber Belajar TK. Cetakan Kesebelas. Jakarta: Universitas Terbuka.