e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK Winda Oktaviana1, I Wayan Wiarta2, Siti Zulaikha3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B semester genap TK Kumara Loka Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Subjek penelitian adalah 16 anak kelompok B semester genap TK Kumara Loka Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang perkembangan kemampuan berbahasa lisan dikumpulkan melalui metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi dan metode wawancara dengan instrumen lembar wawancara. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan terjadi persentaserata-rata perkembangan kemampuan berbahasa lisan sebesar 58% pada siklus I dengan kriteria rendah, menjadi 81% dengan kriteria aktif pada siklus II, terjadi peningkatan sebesar 23%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisan pada anak kelompok B semester genap TK Kumara Loka Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Kata kunci: Bercerita, Boneka Tangan, Berbahasa Lisan
Abstract This research aimed to determine the increase oral language skills in children group B second semester at TK Kumara Loka Denpasar academic year 2013/2014. This study is an action research or classroom action research. Subjects in this study were 16 children in group B TK Kumara Loka Denpasar academic year 2013/2014. Research data on the development of oral language skills were collected through observation method with instruments such as observation sheets and interview method with the questionnaire instrument.The data were analyzed using descript ivestatistical analysis and quantitative.The results ofthe data analysis showed that there is a development of oral language skills through the application of media-assisted storytelling hand puppets on the first cycle of 58% which is lowin the category turns on the second cycle becomes 81% belong to the category ofactive. So, there is a developmentof oral language skills of children 23%. Based on the research that has been done can be concluded that the method of story telling can develop oral language skills in children group B second semester at TK Kumara Loka Denpasar academic year 2013/2014. Keywords: Storytelling, Hand Puppet, Oral Language
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan merupakan sejarah perkembangan anak selanjutnya. Pengembangan potensi anak secara terarah pada usia dini akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Masa ini merupakan saat yang tepat dikembangkan potensi dan kecerdasan anak. Menurut Hurlock (dalam Rosmala, 2005: 1), mengemukakan bahwa “masa usia dini merupakan periode keemasan (golden age) dalam perkembangan seorang anak, sebab di usia ini anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan”. Perkembangan yang menakjubkan itu hanya didapat ketika diberi rangsangan, bimbingan, bantuan dan perlakuan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.Pada masa ini fungsi-fungsi fisik dan psikis siap merespon rangsangan yang diberikan oleh lingkungan sekitar anak.Lingkungan memberikan pengalaman kepada anak untuk menemukan sesuatu yang baru. Melalui lingkungan pengetahuan dan pengalaman anak akan berkembang sendiri. Pengalaman dapat diperoleh melalui lingkungan keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan setelah keluarga yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak secara keseluruhan.Anak bukanlah orang dewasa kecil.Untuk itu, anak harus dibimbing sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.Mengoptimalkan perkembangan anak di Sekolah dibutuhkan pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang tepat untuk anak usia dini adalah pembelajaran yang dapat diberikan melalui bermain sambil belajar dan pembelajaran yang diberikan harus berorientasi pada kebutuhan anak. Menurut Montessori (dalam Noorlaila, 2010: 21), mengemukakan bahwa “ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri”. Tugas seorang guru adalah memberikan motivasi dan memfasilitasi anak ketika telah siap untuk mempelajari
sesuatu. Anak usia dini bersifat egosentris, unik, dan merupakan masa yang potensial untuk belajar. Anak akan berusaha mencari jawaban dan memahami hal-hal yang dirasanya baru dengan cara belajar serta berinteraksi dengan lingkungan dan dunianya. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Permendiknas Nomor 58, 2009: 1) menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 bahwa “tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, serta sosial emosional kemandirian”. Sedangkan menurut Fakhruddin (2010: 3.1), mengemukakan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang menggunakan prinsipprinsip yaitu, (1) Berorientasi pada kebutuhan anak, (2) Belajar melalui bermain, (3) Lingkungan yang kondusif, (4) Menggunakan pembelajaran terpadu, (5) Mengembangkan berbagai kecakapan hidup, (6) Menggunakan berbagai media eduktif dan sumber belajar, (7) Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang”. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan dengan memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan serta memperhatikan tahaptahap dan prinsip perkembangan anak. Memberikan pembelajaran untuk anak usia dini harus menggunakan metode dan media yang tepat agar hasilnya maksimal. Metode pembelajaran yang tepat akan menghasilkan kegiatan pembelajaran yang inovatif. Memilih metode yang tepat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan kemampuan anak dan memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan untuk anak usia dini. Metode dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar pada anak usia dini. Metode bercerita mampu memberikan hasil yang maksimal untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa lisannya.Agar metode bercerita yang diterapkan lebih efektif, diperlukan media yang inovatif untuk membantu kegiatan pembelajaran agar lebih mudah dipahami anak dan kegiatan pembelajaran yang diberikan guru lebih menarik. Metode bercerita berbantuan media boneka tangan efektif karena metode bercerita berbantuan media boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak, melatih daya ingat atau memori anak, mengembangkan potensi kreatif anak pada saat anak bercerita berbantuan media boneka tangan di depan kelas. Melalui metode bercerita berbantuan media boneka tangan anak lebih tertarik karena boneka tangan merupakan media yang lucu dan memiliki bentuk, karakter dan warna yang unik.Sehingga anak termotivasi untuk bercerita berbantuan media boneka tangan karena medianya lebih menyenangkan. Pembelajaran anak usia dini menggunakan konsep pembelajaran terpadu melalui tema. Konsep pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan bakat anak.Tema yang dibuat harus menarik dan membangkitkan minat anak.Rencana kegiatan harian yang dibuat oleh guru sebagai materi pembelajaran di TK harus sesuai dengan tema dan menggunakan indikator sebagai acuan perkembangan yang ingin dicapai.Kemampuan berbahasa lisan merupakan perkembangan yang ingin dicapai.Setiap anak memiliki potensi untuk mampu berbahasa lisan dengan baik.Kemampuan berbahasa lisan merupakan kemampuan anak untuk terampil menggunakan alat ucapnya untuk berbicara dengan baik dan benar.Kenyataan di lapangan, kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B semester genap TK Kumara Loka Denpasar masih perlu dikembangkan. Pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung beberapa anak masih sulit untuk mengungkapkan pendapatnya ketika guru bertanya, anak masih malu tampil di depan kelas untuk bercerita menyampaikan pengalamannya dan anak kurang antusias mendengarkan saat guru bercerita. Berdasarkan kenyataan tersebut ditemukan solusi untuk memberikan pembelajaran yang tepat untuk anak usia dini dengan memperhatikan aspek perkembangan kemampuan berbahasa lisannya. Kemampuan berbahasa lisan untuk anak usia dini dapat diterapkan melalui metode bercerita agar anak mampu terampil dalam melatih alat ucapnya sehingga potensi anak dalam berbahasa lisan berkembang dengan baik. Pembelajaran anak usia dini membutuhkan media yang menarik untuk membantu menarik perhatian anak mengikuti kegiatan pembelajaran agar semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan optimal. Melalui penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan lebih menarik minat anak untuk mau tampil di depan kelas mengungkapkan pendapatnya dan mau dengan antusias mendengarkan cerita yang disampaikan guru. Metode bercerita berbantuan media boneka tangan membuat anak untuk lebih aktif berbahasa lisan karena medianya inovatif. Harapan ke depannya melalui penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan agar pembelajaran yang diberikan untuk anak usia dini selalu menggunakan metode dan media yang lebih membuat anak untuk aktif. Seluruh aspek perkembangan yang dibentuk untuk anak usia dini mempunyai arti penting untuk perkembangan anak selanjutnya. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini adalah kemampuan berbahasa lisan. Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak.Anak dapat dirangsang melalui komunikasi yang aktif menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak.Mengembangkan kemampuan bahasa anak membutuhkan metode yang tepat. Metode pembelajaran untuk anak usia dini adalah suatu cara/strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di TK mengacu
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dengan prinsip pendidikan anak usia dini yaitu bermain sambil belajar dan selalu berorientasi pada kebutuhan anak. Adapun metode yang paling tepat digunakan untuk anak usia dini dalam mengembangkan bahasa adalah metode bercerita. Metode bercerita efektif diberikan di TK karena anak-anak senang mendengarkan cerita dan melalui metode bercerita guru lebih mudah mengelola kelas dengan baik.Untuk itu, guru lebih mudah mengembangkan potensi kemampuan berbahasa lisan anak dan menciptakan media kreatif agar bercerita lebih menarik. Menurut Tampubolon (dalam dhieni 2007: 6.7), mengemukakan bahwa “bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”. Sedangkan menurut Sarahaswati (2013: 4), mengemukakan bahwa “bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh pada jiwa manusia, karena metode ini sangat efektif untuk mempengaruhi jiwa anak-anak”.Cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dari memori manusia untuk menanamkan kesiapan mental, psikologis dan konsep belajar sebagai aktivitas yang menyenangkan. Dengan bercerita perkembangan anak akan difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan berbahasa lisan, dengan menambah pembendaharaan kosa kata dan kemampuan mengucapkan kata-kata sederhana. Menurut Sarahaswati (2013: 5) mengemukakan bahwa “pendidikan pada anak usia dini bukan menekankan pada penguasaan (isi pelajaran), akan tetapi lebih menekankan pada aspek bahasa, khususnya komunikasi agar anak lebih memahami dan berkonsentrasi dengan apa yang dibicarakan oleh guru. Karena kemampuan anak untuk memahami dan berkonsentrasi belum sebaik orang dewasa, maka cerita harus disajikan secara menarik.Karena itu, metode bercerita menuntut kreativitas guru yang lebih besar”. Metode bercerita yang disajikan dengan menarik lebih mudah mengelola
kelas dengan baik dan membutuhkan guru yang kreatif, sehingga anak lebih antusias untuk mengikuti cerita yang sudah disampaikan dan ikut aktif tampil di depan kelas untuk bercerita dan metode bercerita yang diterapkan untuk anak usia dini merupakan metode yang efektif mengembangkan kemampuan bahasa anak. Pengembangan kemampuan bahasa mencakup empat aspek, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. “Untuk anak usia dini kemampuan bahasa lebih menekankan pada mendengar dan berbicara” (Santosa, 2008: 7.14). Kemampuan berbahasa lisan perlu dilatih agar anak terbiasa berbicara secara bertahap untuk menambah wawasan anak mengenai kosa kata baru dan mengoptimalkan perkembangan alat ucapnya. Menurut Dhieni (2007: 1), mengemukakan bahwa “perkembangan bahasa anak TK memang masih jauh dari sempurna. Namun demikian potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang yang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara atau berbahasa”.Untuk itu perlu diperhatikan dengan baik dalam mengajarkan anak berbahasa yang benar.“Perlu ditekankan bahwa sejak lahir, semua anak memiliki potensi yang luar biasa besar. Dan salah satu potensi tersebut terangkum dalam bahasa atau dengan kata lain, semua anak lahir membawa potensi cerdas bahasa” (Fakhruddin, 2010: 109). Metode bercerita merupakan metode yang efektif digunakan sebagai suatu metode pengembangan bahasa yang dilakukan guru kepada anak di TK untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan menarik. Alasan yang mendukung efektifnya metode bercerita diterapkan untuk anak usia dini dalam mengembangkan kemampuan bahasa karena penerapan metode bercerita dapat menguasai kelas dengan baik dilihat dari antusias anak pada saat guru bercerita di depan kelas. Anak usia dini memiliki karakteristik yang selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru. Untuk itu, dalam kegiatan pembelajaran anak usia
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dini diperlukan penerapan metode dan media yang inovatif. Peranan guru sangat penting dalam memilih media yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan harapan penggunaan media akan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.Pentingnya media digunakan guru sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, alat bantu yang dapat membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan menarik perhatian anak. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 2 september 2013, ditemukan penerapan metode bercerita yang dilakukan di TK Kumara Loka masih kurang menarik perhatian anak. Media yang digunakan dalam bercerita belum maksimal membuat anak agar lebih antusias mengikuti kegiatan bercerita. Oleh sebab itu, metode bercerita yang diberikan untuk anak usia dini sebaiknya membuat anak ikut aktif dan tidak membuat anak cepat bosan dengan kegiatan yang diberikan guru. Untuk itu, digunakan media boneka tangan agar pada saat penerapan metode bercerita menghasilkan suasana kelas yang lebih menarik perhatian dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B TK Kumara Loka Denpasar. Media boneka tangan akan membantu penerapan metode bercerita agar lebih menarik perhatian anak. Harapan ke depannya penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan ini adalah memberikan kemudahan bagi guru untuk menguasai kelas dengan baik di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita berbantuan media boneka tangan yang inovatif. Berdasarkan uraian tersebut diadakan penelitian tindakan kelas melalui “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Tangan untuk Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Lisan Pada Anak Kelompok B semester
Genap TK Kumara Loka Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014”. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. Apakah penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisan pada anak kelompok B semester Genap TK Kumara Loka Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014? Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Untuk meningkatkan pengembangan kemampuan berbahasa lisan melalui penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan pada anak kelompok B semester Genap TK Kumara Loka Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada anak kelompok B TK Kumara Loka Denpasar semester genap yang terletak di Jalan Tukad Batang Hari VII kelurahan Panjer. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B semester genap TK Kumara Loka Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.Anak kelompok B ini berjumlah 16 anak.Anak laki-laki berjumlah 10 anak dan anak perempuan berjumlah 6 anak.Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa lisan anak TK Kumara Loka Denpasar pada semester genap melalui penerapan metode bercerita. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Menurut Agung (2010: 2), “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan mengembangkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Penelitian ini dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan (3) evaluasi/observasi (4) refleksi.Metode pengumpulan data yang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan metode observasi.Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar wawancara.Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung modus, d) menghitung median. Dalam pengantar metodologi penelitian dinyatakan bahwa “Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012: 67).
Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan berbahasa lisan anak dengan bercerita yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut.
M x 100 % SMI
M
Keterangan: M (%) = M = SMI =
(1)
Rata-rata persen Rata-rata skor Skor Maksimal Ideal
Tingkatan perkembangan kemampuan berbahasa lisan anak dengan metode bercerita dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala limadengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 1 Tabel Pedoman PAP Skala Lima tentang Perkembangan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak dalam metode Bercerita
Persentase (%) 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Kriteria perkembangan kemampuan berbahasa lisan anak melalui metode bercerita berbantuan media boneka tangan Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif/Sedang Rendah Sangat Rendah
Penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan, dikatakan berhasil mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak apabila kriteria perkembangan berbahasa lisan anak berbantuan media boneka tangan berada maksimal pada persentase 80 sampai 89% dengan katagori aktif, sehingga dari sejumlah anak dapat mencapai skor bintang (*) anak mampu berkembang sesuai harapan. Apabila indikator keberhasilan pada pencapaian penguasaan materi sudah tercapai maka penelitian dihentikan dan akan dijadikan simpulan pembahasan bahwa siklus tersebut telah tercapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak.Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan berbahasa lisan anak sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh persentase rata-rata pengembangan kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B semester genap di TK Kumara Loka Denpasar Tahun
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Pelajaran 2013/2014 pada siklus I sebesar 58% dan rata-rata persentase kemampuan berbahasa lisan anak KelompokB semester genap di TK Kumara Loka Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 pada siklus II sebesar 81%, ini menunjukkan adanya pengembangan persentase rata-rata kemampuan berbahasa lisan pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 23% dan berada pada kategori aktif. Data kemampuan berbahasa lisan pada penelitian siklus 1 dan siklus 2 disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan menggunakan 4 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan diberi bintang ( ), yakni bintang 1 (Belum Berkembang), bintang 2 (Mampu Berkembang), bintang 3 (Berkembang Sesuai Harapan), dan bintang 4 (Berkembang Sangat Baik). Skor pencapaian yang diperoleh masing-masing anak di bagi dengan skor maksimal di kali 100. Adapun tabel distribusi frekuensi kemampuan berbahasa lisan pada anak kelompok B semester genap di TK Kumara Loka Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon seperti tampak padaGambar 1.
Berdasarkanperhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Md<M (52<55<58), Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan skor kemampuan berbahasa lisan cenderung rendah. Untuk menentukan pengembangan kemampuan berbahasa lisan pada anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan ( PAP) skala lima.Dari nilai M% = 58% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 55-64% yang berarti bahwa kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B di TK Kumara Loka Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 pada siklus I berada pada kriteria rendah. Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan berbahasa lisan pada anak kelompok B semester genap TK Kumara Loka Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon seperti tampak padaGambar 2.
Gambar 2. Grafik tentang Kemampuan Berbahasa Lisan pada Siklus II
Gambar 1.Grafik tentang Kemampuan Berbahasa Lisan anak kelompok B TK Kumara Loka Denpasar pada siklus I.
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihatMo<Md<M (76<78<81), Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan skor kemampuan berbahasa lisan cenderung aktif. Untuk menentukan perkembangan pada anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dari nilai M% = 81% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa kemampuan berbahasa lisan anak kelompok B di TK Kumara Loka Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 pada siklus II berada pada kriteria aktif. Anakanak sudah aktif untuk berani tampil di depan kelas bermain media boneka tangan sambil bercerita. Terjadinya perkembangan kemampuan berbahasa lisan pada anak saat penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebabkan karena guru mampu mengelola kelas dengan baik dan memberikan cerita yang mudah dimengerti oleh anak sehingga anak memiliki keberanian untuk menceritakan kembali cerita yang sudah disampaikan menggunakan media boneka tangan dan berkembang terus sampai anak mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Cerita yang disampaikan guru disesuaikan dengan tema dan indikator yang ingin dicapai. Guru memilih judul cerita yang dekat dengan lingkungan sekitar anak dan cerita yang dipersiapkan guru merupakan cerita yang sederhana, mengandung humor, cerita-cerita yang populer, cerita yang mengandung unsur mendidik dan mudah diterima oleh anak. Cerita yang disampaikan disesuaikan dengan kebiasaan anak sehari-hari agar anak mau menceritakan kembali di depan kelas pengalamannya pada saat pembukaan pembelajaran di kegiatan awal dan berani mengungkapkan pendapatnya di akhir guru memberikan kegiatan penutup. Pada saat anak tampil di depan kelas untuk bercerita dilakukan secara berkelompok. Guru membagi anak ke dalam kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4 anak. Masing-masing anak memainkan satu tokoh boneka.Boneka tangan yang disiapkan oleh guru berjumlah 4 tokoh.Setiap anak mampu bercerita secara bergantian menggunakan media boneka tangan. Setelah anak-anak bercerita di akhiri dengan kegiatan bertanya dari anak-anak lain yang belum mendapat giliran tampil di depan kelas. Anak akan berani tampil di depan karena guru berhasil
memberikan penghargaan berupa pujian untuk anak-anak yang sudah maju sehingga anak yang lain termotivasi untuk berani tampil di depan kelas. Guru juga mempersiapkan sebaik mungkin materi cerita yang ingin disampaikan kepada anak agar menarik. Penerapan metode bercerita dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang meningkatkan perkembangan kemampuan berbahasa lisan anak. Melalui metode bercerita anak akan diajak untuk berani tampil di depan kelas, sabar menunggu giliran dan menambah wawasan mengenai kosa kata baru. Metode bercerita berbantuan media boneka tangan membuat anak-anak senang mendengarkan cerita guru dan mampu berbahasa lisan dengan baik.Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.Metode bercerita merupakan metode yang digunakan oleh guru untuk memberikan cerita kepada anak-anak secara lisan.Metode bercerita efektif digunakan di TK untuk mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak sehingga alat ucapnya terbiasa untuk berbicara dan mendorong anak untuk berani bertanya.Metode bercerita berbantuan media boneka tangan memberikan suasana yang berkesan untuk anak. Penerapan metode bercerita dalam penelitian ini dibantu dengan media boneka tangan yang membuat cerita yang disampaikan oleh guru menjadi semakin hidup dan suasana kelas menjadi menyenangkan. Manfaat metode bercerita berbantuan media boneka tangan bagi anak-anak TK yaitu, ide-ide kreatif anak akan terangsang melalui media boneka yang berbeda-beda karakternya, anak lebih tertarik mendengarkan cerita berbantuan media boneka yang lucu, daya pikir serta komunikasi anak dalam suatu percakapan menjadi lebih lancar, anak lebih antusias dalam bercerita berbantuan media boneka tangan yang menarik. Hasil yang diperoleh melalui penerapan metode bercerita adalah anak mampu mendengarkan dengan baik terhadap apa yang disampaikan guru, anak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) guru, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dan isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain. Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Utami (2012), yang menyatakan adanya peningkatan persentase rata-rata keterampilan berbicara anak pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 33,56% poin dengan kriteria tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisan pada anak kelompok B semester genap di TK Kumara Loka Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Terbukti dengan adanya perkembangan rata-rata persentase kemampuan berbahasa lisan anak pada siklus I = 58% dengan katagori rendah meningkat menjadi = 81% dengan katagori aktif pada siklus II, ini menunjukkan adanya perkembangan rata-rata persentase kemampuan berbahasa lisan pada anak dari siklus I ke siklus II = 23%. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan dalam menyiapkan media boneka tangan dan memilih metode bercerita disesuaikan dengan kemampuan anak, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berbahasa lisannya dengan maksimal. Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi metode bercerita dan media boneka tangan pada proses pembelajaran sehingga nantinya mampu meningkatkan perkembangan kemampuan berbahasa lisan anak. Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode bercerita dan media boneka tangan serta dalam proses pembelajaran di TK perlu mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak.
UCAPAN TERIMAKASIH Dalam proses penelitian ini, begitu banyak bantuan yang diperoleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada Drs. I Wayan Wiarta, S.Pd., M.For. selaku Pembimbing I dan Dra. Siti Zulaikha, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, motivasi dan petunjuk-petunjuk serta bimbingan yang sangat bermanfaat selama penyusunan artikel ini, Drs. I Ketut Pudjawan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan atas berbagai kebijakannya sehingga studi ini dapat terselesaikan dengan lancar, Drs. Nyoman Wirya selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini atas arahan dan bimbingan sehingga studi ini dapat terselesaikan dengan lancar, Drs. I Wayan Sujana, S.Pd., M.Pd selaku Sekretaris Khusus Jurusan PG PAUD Denpasar yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini, Ni Ketut Rai Suciati, S.Pd.,AUD selaku Kepala Sekolah TK Kumara Loka Denpasar, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di TK yang dipimpin, Guru-guru di lingkungan sekolah TK Kumara Loka Denpasar, yang telah banyak memberi bantuan dan perhatian selama penelitian di TK tersebut sehingga seluruh rangkaian kegiatan penelitian dapat berjalan lancar, Anak-anak kelompok B TK Kumara Loka Denpasar, atas kerjasamanya sehingga kegiatan penelitian ini dapat berjalan lancar dan Teman-teman Mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan dukungan moral sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai harapan.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Statistika Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha. ------------------------, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI.
Tersedia pada: http://dinismkn5tebo.blogspot.com/2013/12/caramembuat-boneka-tangan-dari-kain.html. Diakses tanggal: 22 Mei 2014
Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak.Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguran Tinggi.
Santosa, Puji. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dewi,
Sarahaswati, L Hasti. 2013. Metode Bercerita. Bandung: PPPPTK dan PLB.
Dhieni,
Sinta Kurnia. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bercerita di TK. Tersedia pada: http://sintanirwana.blogspot.com/2013/05/upaya-meningkatkan-kemampuan-bahasa.html. Diakses tanggal: 22 Mei 2014. Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Fakhruddin, Asef Umar. 2010. Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Yogyakarta: Bening. Isjoni. 2009. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Koyan, I Wayan. 2009. Statistik dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Noorlaila, Ivan. 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Novikasari, Meli. 2013. Metode Bercerita Anak Usia Dini. Tersedia pada: http://melyloelhabox.blogspot.com/2 013/05/metode-bercerita-anak-usiad-ini.html. Diakses tanggal: 22 Mei 2014. Rianty, Dinie. 2013. Cara Membuat Boneka Tangan dari Kain Flanel dan Perca.
Utami, I Gusti Ayu Agung Krisna. 2012. Penerapan Metode bercerita Menggunakan Media Boneka Tangan untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelompok B Semester II TK Laboratorium Undiksha Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Wendra. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Bumi Angkasa.