MAKALAH MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK MELALUI PERMAINAN KONSTRUKTIF DI KELOMPOK BERMAIN DI PAUD HARAPAN BUNDA KOTA BENGKULU Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Sarjana Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan PAUD FKIP Universitas Bengkulu
Oleh: MIYARSI NPM : AI1112090
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014 i
ABSTRAK MIYARSI : Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Melalui Permainan Konstruktif Di Kelompok Bermain Paud Harapan Bunda Kota Bengkulu. Skripsi Program Sarjana Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan, Universitas Bengkulu. Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui permainan konstruktif di Kelompok Bermain Paud Harapan Bunda Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Penelitian ini bersifat penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam 2 siklus, siklus pertama dilakukan 2 kali pertemuan dan siklus kedua 2 kali pertemuan. Sabjek peneliti adalah terdiri dari 14 orang anak, 9 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, data penelitian dianalisis dengan persentase. Hasil penelitian Siklus I menunjukkan 76% dan meningkat pada Siklus II menjadi 86%. Kesimpulan Permainan konstruktif dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di Kelompok Bermain Paud Harapan Bunda Kecamatan Selebar Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2014/2015.
Kata kunci : Kecerdasan Interpersonal Bermain Konstruktif
ii
ABSTRACT MIYARSI : Improving Interpersonal Intelligence In Children Through Constructive Game Play Group Harapan Bunda early childhood city of Bengkulu . Bachelor Thesis In Position For Teachers Education , University of Bengkulu . The purpose of this research is to improve the child's interpersonal intelligence through constructive play in early childhood playgroups wide Harapan Bunda District of the city of Bengkulu . This research is a classroom action research , which is conducted in two cycles , the first cycle is done 2 meetings and 2 meetings the second cycle . Sabjek researchers was composed of 14 children , 9 women and 5 men . Data was collected through observation sheet , the data were analyzed by percentage . Results of first cycle studies show 76 % and increased in the second cycle to 86 % . Conclusion Games constructive can improve the child's interpersonal intelligence in early childhood playgroups Harapan Bunda District of Bengkulu city wide Academic Year 2014/2015 .
iii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang sangat penting. Pada pendidikan anak usia dini, anak bekerja dari segala kegiatan yang mereka lakukan dengan
bermain.
Bermain
merupakan
kegiatan
yang
paling
baik
untuk
mengembangkan sosial emosional anak sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.Melalui bermain anak memperoleh dan mamproses informasi belajar hal-hal baru dan melatih keterampilan yang ada, permainan yang dilakukan di paud adalah permainan yang merangsang kreativitas (moeslichatoen 2004:32). 1. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis bermain merupakan kegiatan yang dapat memberikan rasa senang pada anak karena dengan bermain dapat memberikan keuntungan bagi anak seperti : Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya. 2. Anak menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya, kemampuannya serta juga minat dan kebutuhannya. 3. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku. 4. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca inderanya sehingga terlatih dengan baik. 5. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam. Perkembangan anak usia 3 s.d 6 tahun mengalami fase peralihan dari masa egosentris ke masa sosial dengan berbagai jenis dan bentuk penampilan diri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal anak dan menanamkan norma yang berlaku, serta meningkatkan perkembangan sosial emosional perlu adanya alat belajar dan bermain yang tepat. Untuk itu agaknya permainan konstruktif salah satu alat belajar dan bermain yang tepat untuk kecerdasan interpersonal anak, karena mudah didapat disekitar kita hingga mudah didapat dan bisa digunakan dalam berbagai macam permainan yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan sosial emosional anak. Permasalahan yang dihadapi selama ini di Kelompok Bermain Paud Harapan Bunda Kota Bengkulu bahwaanak hanya dibiarkan bermain bebas tanpa ada arahan 1
dan permainan yang menarik diciptakan guru dalam mengembangkan egosintris anak, guru kurang kreatif dalam menciptakan berbagai macam permainan dengan media yang ada disekitar, guru hanya memanfaatkan media alat permainan edukatif dari pabrik dalam pembelajaran/permainan, alat permainan edukatif yang ada juga tidak memadai untuk digunakan anak dalam mengembangkan motorik halus, anak hanya bisa melakukan kegiatan permainan daerah setempat yang mereka kenal dari orang tuanya. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Melalui Permainan Konstruktif di PAUD Harapan Bunda Kota Bengkulu”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak di kelompok Bermain PAUD Harapan Bunda, perlu adanya kesabaran dan kreativitas dari pendidik dalam menciptakan permainan yang memanfaatkan benda disekitar sebagai media pembelajaran. Identifikasi masalah yang ditemui selama mengajar di PAUD Harapan Bunda adalah : 1. Anak ingin menang sendiri sok berkuasa 2. Anak tidak mau menunggu giliran bila sedang bermain bersama 3. Anak selalu ingin diperhatikan atau memilih-milih teman. 4. Anak angresif dengan cara menyerang orang atau anak lain 5. Anak suka merebut mainan atau barang irang lain merusak barang teman lain. 6. Anak tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (kelompok) Fokus penelitian ini adalah Bermain konstruktif (balok) yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak yang mudah didapat disekitar sekolah.
2
KAJIAN PUSTAKA
A. Acuan Teori Area dan Fokus Yang Diteliti 1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal Menurut Amstrong (2002:4) kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat
berkomunikasi
dan
berinteraksi
dengan
orang
lain.
Dengan
kemampuannya, anak yang cerdas interpersonal dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud, serta mampu memberikan tanggapan yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman. Amstrong, 2003 kecerdasan interpersonal adalah kemampuan mencerna dan menanggapi dengan tepat berbagai suasana hati, maksud, motivasi perasaan
dan
keinginan
orang
lain.
Anak
yang
memiliki
kecerdasan
interpersonal sangat memperhatikan orang lain, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap ekspresi wajah, suara dan gerak-isyarat.
2. Aspek kecerdasan interpersonal Adapun Aspek Kecerdasan Interpersonal Menurut Wahyudin, dkk, (2012 : 46) adalah : a. Mengerti orang lain Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan kepedulian terhadap orang lain menjadi sangat penting. Guru ataupun orang tua dapat melatihnya dengan cara mengunjungi panti asuhan, menengok orang sakit dan bangkitkan rasa humor dalam kehidupan keluarga karena humor merupakan peluruh dinding pembatas antar generasi yang paling efektif. b. Berempati Merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain serta mcnghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya akan berkembang jika anak telah dapat memehami ekspresi wajah orang lain atau maksud pembicaraan orang lain. c. Bekerjasama 3
Anak belajar bermain atau bekerjasama hingga usia mereka empat tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melatih keterampilan ini, semakin cepat mereka belajar dan menerapkannya secara nyata dalam kehidupannya. d. Berkomunikasi Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain kelompok dan melakukan kerja sama, karena hal ini akan melatih kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. e. Rasa tanggung jawab Seorang anak memperlihatkan rasa tanggung jawabnya dengan cara melakukan sesuatu bersama orang lain, membantu teman dan menunjukkan kasih sayang.
3. Ciri-ciri Anak Yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Menurut Yus dalam buku model Pendidikan AUD (2012 ; 74) kecerdasan interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) Memiliki rasa empati terhadap orang lain, (b) Dapat bekerjasama, (c) Dapat berkomunikasi dengan baik, (d) Bisa mengerti perasaan orang lain dan (e) Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
4. Tujuan Dari Kecerdasan Interpersonal Campbell dkk (2002 : 183:196) menjelaskan bahwa adapun tujuan dari kecerdasan interpersonal antara lain : (a) anak dapat belajar kelompok, (b) mengerjakan suatu proyek, (c) resolusi konflik, (d) tanggung jawab, (e) berteman dalam kehidupan sosial, dan (f) pengenalan terhadap ekspresi dan emosi orang lain.
B. Bermain Konstruktif 1. Pengertian Bermain Konstruktif Pengertian bermain konstruktif adalah kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu Saputra 4
(2001 : 56 – 57). Adapun fungsi dari bermain konstruktif, untuk melatih kosentrasi dan untuk melatih keterampilan motorik halus anak. Menurut Agus Sujanto dalam buku psikologi bermain (2012;14) konstruktif diartikan anak membangun dan menyusun balok-balok, pasir, batu-batu dan seterunya, menjadi sutu yang baru dan dengan itu anak menemukan kegembiraan.
2. Tujuan Bermain Konstruktif Menurut Abu Ahmad dan Munawar Sholeh (2011). Adapun manfaat dari bermain konstruktif adalah : a. Untuk melatih konsentrasi anak b. Dapat membantu perkembangan fisik seorang anak c. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi anak d. Untuk dapat merangsang tumbuhnya kreatifitas anak e. Untuk menyalurkan hasrat dan keinginan yang tidak tersalurkan dalam bidang lain. f. Untuk menegaskan eksistensi dan prannya yang harus diembannya. 3. Jenis Bermain Konstruktif Menurut
Tedjasaputra
Mayke.S
(2001:56-57)
jenis-jenis
bermain
konstruktif yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak antara lain : bermain pasir, bermain pazzel, menempel, bermain balok, dan menggambar. Dalam pnelitian ini, kajian difokuskan pada upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui bermain balok. 4. Langkah-Langkah Bermain Konstruktif Bermain konstruktif menurut Anita Yus (2007 :73) Dalam menerapkan bermain konstriktif sebagai bagian dari pembelajaran pada anak usia dini guru perlu mengetahui prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh. Berkaitan dengan hal itu, berikut ini akan dibahas tentang prosedur penerapan pembelajaran melalui bermain konstruktif. yaitu ; 1) Guru menyiapkan balok-balok 5
2) Guru membicarakan tema/sub tema pada saat itu 3) Anak mengambil balok sesuai kebutuhan. 4) Anak membuat mainan sesuai dengan imajinasinya, kemudian bercerita tentang apa yang dibuatnya 5) Guru memberikan pujian dan penilaian selanjutnya anak mengembalikan balok-balok ke tempat semula.
5. Keterkaitan Permainan Konstruktifdengan Kecerdasan Interpersonal Anak Permainan konstruktif menurut Saputra (2001:56-57) adalah permainan yang diciptakan guru dalam proses belajar mengajar yang memanfaatkan berbagai benda yang ada untuk permainan. Dalam penelitian ini permainan konstruktif yang maksudkan adalah permainan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu. Menurut Amstrong (2003:4) kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah : berinteraksi, berbagi, menyanyangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, berteman, bekerjasama dalam kelompok.
C. Acuan Teori Rancangan Aternatif atau Disain Intervensi. Rancancangan alternative atau disain intervensi tindakan ini pada dasarnya tidak berbeda dengan penyusunan skenario tindakan dalam pembelajaran.Pada pelaksanaan penelitian ini direncanakan menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). 1. Pengertian Tindakan (action research) Terkait dengan pengertian penelitian tindakan (action research) ini,ada beberapa rumusan defenisi penelitian tindakan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu: Hopkin (dalam Muslich, 2009:8) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan
6
kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pamahamanterhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Menurut Kemmis dan Mc.Taggart (dalam Muslich, 2009:8) Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman keja sendiri yang dilaksanakan secara sistimatis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan konteksual, yang ditujukan untuk menentukan tidakan yang tepat dalam rangka pemecahanmasalah yang dihadapi (Rothman Natawijaya dalam Muslich, 2009:91977).
2. Model-Model Penelitian Tindakan. Penelitian tindakan kelas sebenarnya terdiri atas beberapa model, antara lain seperti yang dikemukakan oleh para ahli berikut: a. Model Kurt Lewin. Penelitian tindakan mempunyai siklus-siklus.Dalam satu siklus terdiri dari 4 langkah yaitu 1) Perencanaan (Planning), 2) aksi atau tindakan (acting); 3) observasi (observing); 4) refleksi (reflecting).Akan tetapi menurut Ernest,
langkah-langkah
tindakan
adalah
1)Perencanaan(planning);
2)pelaksanaan (implementing); 3) penilaian (evaluating). b. Model Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggartini, masih mengembangkan model Kurt Lewin. Hal ini dapat ditelusuri dari langkah-langkah penelitian yakni: 1) Perencanaan (Planning); 2) aksi atau tindakan (acting), 3) observasi (observing),
4)
refleksi
(reflecting).
Oleh
Kemmis
dan Mc
Taggart
dikembangakan dengan menambah langkah "perencanaan ulang" (Planning), langkah ini digunakan untuk merevisi berbagai kelemahan-kelemahan yang ditemukan.Setelah
di
revisi
dilkasanakan
kembali
berikutnya.Demikian pula seterusnya hingga siklus ke II.
7
pada
siklus
c. Model John Eliot Model Eliot, menempatkan guru sebagai peneliti (Teacher as researcher) Model ini merupakan upaya guru dan peneliti (researcher) secara kolaborasi melakukan penelitian ilmiah guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Proses
reformasi
secara
teoritiktidak
netral.
Sebaliknya proses itu dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan dan pembelajaran. Penelitian tindakan dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empirik, dan bukan hanya sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.
D. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan Temuan hasil penelitian terdahulu yang relevan dan dapat dijadikan bahan rujukan penelitian ini adalah: Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan oleh Elpu Elmisi, pada tahun 2010 dengan judul Meningkatkan Kemampuan Berhitung pada anak melalui bermain kartu bilangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan permainan dengan kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak di kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan kecamatan Padang Guci hal ini terlihat dari kemampuan anak menghitung dengan benda-benda sesuai dengan kartu bilangan yang diperoleh anak, kemampuan anak mengenal konsep bilangan dengan lambang bilangan dibuktikan dengan kemampuan anak mencari sejumlah benda sesuai dengan angka pada kartu bilangan yang diperolehnya. Kemampuan anak mengenal penambahan dan pengurangan dengan benda-benda dibuktikan dengan kemampuan anak menghitung jumlah dua kelompok benda kemudian digabungkan menjadi satu kelompok dan menghitung jumlah satu kelompok benda kemudian dipisahkan bebrapa benda. E. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan. Konsep perencanaan tindakan disusun berdasarkan buku panduan penulisan skripsi Program Sarjana (S1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu tahun 2013.Buku-buku refrensi lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang diadakan. 8
Pada pelaksanaan penelitian ini direncanakan menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research).Pelaksanaan penelitian di lakukan dalam 2 siklus.Fokus penelitian setiap siklusnya adalah permainan memasukkan konstruktif kedalam botol, permainan meronce dan permainan konstruktif dengan gerakan senam.
9
METODE PENELITIAN A.
Jenis Penelitian Jenis penelitian untuk mengetahui peningkatan kecerdasan interpersonal anak melalui penerapan permainankonstruktif di Kelompok Bermain PAUD Harapan Bunda Kota Bengkulu
ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas yaitu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Arikunto, 2006:91).
B.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini adalah di PAUD Harapan Bunda Kota Bengkulu, pertimbangan penulis memilih tempat penelitian Kelompok Bermain inikarena penulis mengajar di PAUD tersebut sehingga memudahkan dalam mencari data. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2014 (selama 3 bulan). Waktu yang digunakan mulai dari identifikasi masalah, penyusunan draf proposal sampai dengan penulisan Laporan Hasil Penelitian.
C.
Subjek/ Partisipan dalam Penelitian. Menurut Arikunto (1997:145) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Dalam upaya memperoleh data/informasiyang diinginkan maka subjek penelitian adalah anak Kelompok Bermain PAUD Harapan Bunda Kota Bengkulu dengan jumlah anak 15 orang yaitu 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Sedangkan yang menjadi mitra penelitiadalah pendidik yang juga mengajar di Kelompok PAUD Harapan Bunda.
D.
Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tidakan kelas.Penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 langkah. Rancangan tersebut adalah: (1) Perencaaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi dan evaluasi, (4) Refleksi, yang dilakukan secara bersiklus (Wardani Wihardid dan Nasution, 2003 : 33-35). Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Adapun prosedur setiap siklusnya sebagai berikut : Siklus 1: 10
1. Perencanaan (planning) 2. Aksi atau pelaksanaan tindakan (acting) 3. Observasi (observing) 4. Refleksi (reflecting)
E. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang ditempuh peneliti untuk menafsirkan atau memberikan makna yang mempunyai arti terhadap data yang telah dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dengan teknik statistik deskriftif, dengan persentase dan rata-rata kelas. Adapun rumus uji persentase sebagai berikut : Rumus : P-
ி
x 100 %
Keterangan : P
=
Keberhasilan
F
=
Jumlah anak yang berhasil
n
=
Jumlah anak keseluruhan
100% =Bilangan Konstan
F. Indikator Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dinyatakan berhasil jika: 1. 75 % Perkembangan kemampuan komunikasi anak pada saat bermain. 2.
75 % kerjasama anak pada saat bermain.
3.
75 % rasa tanggung jawab anak pada saat bermain.
11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Siklus I Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 dan 8 Juni 2014 dengan tema trasportasi dan subtema transportasi darat. Adapun deskripsi proses pembelajaran dan hasil penelitian pada Siklus Pertama pertemuan pertama dan kedua, yaitu : a. Deskripsi Siklus I Pertemuan Pertama 1. Perencanaan Langkah-langkah melaksanakan
yang
kegiatan
disusun
pembelajaran
oleh yang
peneliti
sebelum
ditujukan
untuk
mengoptimalkan kecerdasan interpersonal melalui bermain balok, antara lain : (1) Menyiapkan Rencana Kegiatan Mingguan dengan tema transportasi dan subtema transportasi darat (lampiran 3.1), (2) Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian dengan tema transportasi dan subtema transportasi darat, (3) Mengadakan diskusi tentang permainan yang akan dilakukan, (4) Menyiapkan media permainan balok, (5) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan anak, (6) Mempersiapkan setting kelas dan alat main.
2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I pertemuan pertama, dilaksanakan sebagai langkah awal untuk mengoptimalkan kecerdasan interpersonal anak melalui bermain balok dalam pembelajaran anak usia dini.
Langkah-langkah
pelaksanaan
pembelajaran
pada
pertemuan
pertama, adalah sebagai berikut : Penataan Lingkungan Main : Guru mempersiapkan setting kelas dengan menyiapkan balok-balok. Pembukaan ± 30 menit : Guru mengajak anak berbaris di depan kelas dan membentuk lingkaran, kemudian guru bersama dengan anak 12
melakukan kegiatan pemanasan yaitu senam fantasi dengan nyanyian “Kereta Api”. Pijakan pengalaman sebelum main ± 15 menit : a) Guru dan anak secara bersama-sama duduk melingkar, guru member salam, menanyakan kabar, mengabsen dan berdoa bersama dengan anak, serta mengenalkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan menuliskannya di papan tulis, b) Guru menyampaikan dan menuliskan dipapan tulis, tema transportasi dan subtema transportasi darat, c) Guru mengidentifikasi kebutuhan anak tentang materi yang akan dipelajari dengan Tanya jawab tentang macammacam transportasi darat, d) Guru menjelaskan bahwa fokus tema yang akan dibahas pada hari ini adalah tentang mobil, e) Guru melakukan pengenalan konsep mobil yang akan dipelajari melalui media bergambar mobil, kemudian mengenalkan kepada anak, bahwa mobil merupakan transportasi darat gunanya adalah untuk memudahkan kita mengangkut suatu barang, f) Guru mengenalkan tempat main yaitu didalam kelas serta alat main yang sudah disiapkan seperti, bermacam-macam bentuk dan ukuran balok, g) Guru mengecek pemahaman anak tentang cara bermain balok dengan kelompok. Pijakan pengalaman selama main ± 60 menit : a) Guru mengajak anak kedalam kelas, untuk bermain balok. Dari kegiatan bermain balok tersebut, anak diminta untuk menceritakan pengalamannya selama bermain dan menceritakan hasil karya yang dibuatnya, menyebutkan ciri-ciri berupa bentuk, warna dan ukuran balok, b) Guru mengajak anak kedalam kelas, kemudian memberikan penjelasan tentang aturan dan cara bermain balok dan guru membagi tugas kepada anak, c) Tugas pertama, setiap anak diminta
untuk
mengambil
bermacam-macam
balok
sesuai
dengan
kebutuhan, d) Tugas kedua, guru membagi anak menjadi 2 kelompok. Kemudian, dengan bimbingan peneliti dan teman sejawat setiap kelompok diminta diskusi tentang hasil karya apa yang akan dibuatnya, dan anak diminta untuk menyusun balok-balok, selanjutnya 1 orang anak perwakilan
13
dari tiap kelompok secara bergantian diminta bercerita tentang hasil karyanya dengan bahasanya sendiri. Pijakan pengalaman setelah main ± 30 menit, a) Anak diminta duduk melingkar bersama guru, kemudian, guru menanyakan pada seluruh anak tentang kegiatan yang dilakukannya tadi (recalling), dengan menyebutkan bentuk-bentuk balok dan macam-macam transportasi darat, mobil, sepeda, motor, becak dan bajai, b) Guru memberi pujian untuk anak yang mampu menyebutkan dengan benar. Makan bekal bersama ± 15 menit : a) Sebelum makan bersama, guru dan anak-anak berdoa bersama, b) Setelah selesai makan, mintalah anak untuk membereskan bekas makan, kemudian guru dan anak berdoa bersama. Kegiatan Penutup ± 15 menit : a) Anak berkumpul membentuk lingkaran, kemudian guru mengajak anak untuk melakukan tepuk mobil, b) Guru menyampaikan rencana kegiatan besok, yaitu kegiatan dengan tema transportasi dan subtema transportasi darat, c) Guru dan anak berdoa bersama.
3. Pengamat/Observasi Pada tahap ini, peneliti dan teman sejawat melakukan pengamatan terhadap proses pelaksanaan bermain balok yang dapat mengoptimalkan 5 aspek
kecerdasan
interpersonal
anak.
Adapun
langkah-langkah
pelaksanaan bermain balok yang dilaksanakan peneliti untuk anak usia dini, adalah sebagai berikut : (1) Menyiapkan setting kelas yang kondusif dan media yang dibutuhkan, (2) Mengidentifikasi kebutuhan anak dengan Tanya jawab tentang macam-macam transportasi darat, (3) Anak mengambil balok sesuai kebutuhannya, (4) Memperjelas aturan main, (5) Mengecek pemahaman anak terhadap tugas yang akan dikerjakan pada kelompoknya, (6) Anak melakukan kegiatan bermain balok secara berkelompok didalam kelas, (7) Guru dan anak melakukan Tanya jawab tentang hasil karyanya anak, (8) Anak menceritakan hasil karyanya dengan ibu guru dan temannya 14
dengan bahasanya sendiri, (9) Guru memberikan kesimpulan tentang hasil karya anak.
4. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan ternyata seluruh aspek kecerdasan interpersonal
anak
belum
mencapai
indicator
keberhasilan
75%.
Sedangkan nilai yang diperoleh anak pada tindakan Siklus I dengan nilai baik baru mencapai 64,28%. Kondisi diatas, disebabkan oleh beberapa kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun beberapa kelemahan dalam perkembangan kecerdasan interpersonal anak, antara lain : 1) Pada aspek mengerti orang lain, anak belum mampu menghargai pendapat teman pada saat bermain balok. 2) Pada aspek berempati anak belum mampu mengenal ekspresi yang tepat terhadap apa yang dialami oleh temannya pada saat bermain balok. 3) Pada aspek bekerjasama anak belum mampu berbagi tugas dengan teman walau sudah dibimbing. Selain itu, ada juga beberapa kelemahan lain yang ditemukan peneliti dan teman sejawat dalam proses pembelajaran dengan bermain balok yang telah dilaksanakan, yaitu : (1) Anak kurang konsentrasi dan fokus dalam kegiatan pembelajaran, karena anak belum dikondisikan secara tepat dan menarik dalam pembelajaran, (2) Anak masih sulit memahami konsep dan bahan yang akan dipelajari, karena pengenalan konsep hanya melalui media gambar, (3) Anak kurang mengerti terhadap tugas yang akan dikerjakan dalam kelompoknya, karena penjelasan terhadap tugas hanya menggunakan satu contoh gambar transportasi darat, (4) Anak terlihat kurang bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, karena anak kurang diberi penguatan selama proses pembelajaran berlangsung, (5) Anak terlihat bingung dalam menemukan hal-hal yang diperintahkan guru melalui kegiatan kelompok, karena kurangnya informasi/data yang didapat selama 15
proses bermain berlangsung, (6) Anak belum berani mengungkapkan pendapat dalam kegiatan diskusi maupun merumuskan kesimpulan atas hasil karyanya. Berdasarkan kelemahan yang dikemukakan diatas, maka peneliti dan teman sejawat berdiskusi dan merumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut : (1) Mengkondisikan anak untuk siap belajar dengan cara mengajak tepuk mobil, (2) Pengenalan konsep dan bahan ajar dapat dilakukan melalui gambar dan cerita serta mengenalkan langsung mobil yang menjadi topik pembelajaran, (3) Memperjelas tugas dengan menunjukkan seluruh gambar transportasi darat, (4) Membagi anak ke dalam 2 kelompok sebelum anak melakukan kegiatan bermain balok, (5) Memberikan informasi/data tentang hasil karya anak secara jelas dan selalu memberi
penguatan
berupa
pujian
kepada
anak
selama
proses
pembelajaran berlangsung, (6) Membimbing dan mendorong anak agar berani mengungkapkan pendapat pada saat diskusi maupun merumuskan sendiri kesimpulan atas hasil karyanya. Selanjutnya, rekomendasi tersebut akan dijadikan dasar perbaikan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
b. Deskripsi Siklus I Pertemuan Kedua Pertemuan kedua pada Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu 2 Juli 2014 dengan tema transportasi dan subtema transportasi darat. Kemudian, melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran berdasarkan atas rekomendasi pada pertemuan pertama, yaitu : (1) Mengkondisikan anak untuk siap belajar dengan cara mengajak tepuk mobil, (2) Pengenalan konsep dan bahan ajar melalui gambar mobil, cerita dan mengenalkan langsung mobil yang menjadi topik pembelajaran, (3) Memperjelas tugas dengan menunjukkan seluruh gambar mobil yang akan diamati, (4) Membagi anak kedalam 2 kelompok sebelum melakukan kegiatan bermain, (5) Memberikan informasi/data tentang hasil karya anak secara jelas dan selalu memberi penguatan berupa pujian kepada anak selama proses pembelajaran berlangsung, (6) Membimbing dan
16
mendorong anak agar berani mengungkapkan pendapat pada saat diskusi maupun merumuskan sendiri kesimpulan atas hasil karyanya. 1) Perencanaan Langkah-langkah yang disusun oleh peneliti sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran yang ditujukan untuk mengoptimalkan kecerdasan interpersonal melalui bermain balok, antara lain : (1) Menyiapkan Rencana Kegiatan Mingguan, (2) Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian, (3) Menyusun dan membuat lembar kerja anak, (4) Menyiapkan media pembelajaran, (5) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan anak, (6) Mempersiapkan setting kelas dan alat main. 2) Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut : Penataan Lingkungan Main : Guru mempersiapkan setting kelas dengan mengelompokkan anak dan tempat duduk anak menjadi 2 kelompok. Kemudian, mempersiapkan alat-alat bermain berupa media balok dan gambar mobil, motor, sepeda dan becak. Pembukaan ± 30 menit : Guru mengajak anak berbaris di depan kelas dan membentuk lingkaran, kemudian anak masuk ke kelas dengan melakukan kegiatan motorik kasar dengan meniru gerakan Kereta Api. Pijakan pengalaman sebelum main ± 15 menit : a) Guru dan anak secara bersama-sama duduk melingkar, guru memberi salam, menanyakan kabar, mengabsen dan berdoa bersama dengan anak, serta mengenalkan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan menuliskannya di papan tulis, b) Guru mengkondisikan anak untuk siap belajar dengan mengajak anak tepuk mobil, tepuk semangat dan konsentrasi, c) Guru menyampaikan dan menuliskan tema transportasi dan subtema transportasi darat dipapan tulis, d) Guru mengidentifikasi kebutuhan anak dengan Tanya jawab tentang macam-macam transportasi darat, e) Guru menjelaskan bahwa fokus tema yang akan dibahas pada hari ini adalah tentang mobil yang telah diamati pada pertemuan pertama, f) Guru mengenalkan tempat main yaitu dalam 17
kelas serta alat main balok yang sudah disiapkan, g) Guru mengecek pemahaman anak melalui Tanya jawab tentang tugas-tugas yang akan dipecahkan anak dalam kegiatan kelompok. Pijakan pengalaman selama main ± 60 menit : a) Guru membagi anak menjadi 2 kelompok, kemudian seluruh anak diberi kesempatan untuk mengamati mobil langsung. Kemudian anak diminta menyebutkan bagianbagian mobil, menyebutkan warna dan bentuk mobil, b) Guru memberi informasi/data hanya kepada anak yang bertanya saja tentang hal-hal yang tidak diketahui dan kesulitan yang dialami anak dalam proses bermain balok, c) Guru memberi penguatan (pujian) kepada anak yang bisa dalam bermain balok, d) Guru mengajak anak kembali duduk membentuk lingkaran, kemudian memberikan penjelasan transportasi darat, f) Tugas pertama, setiap anak diminta untuk membagi kelompok kedalam 2 kelompok, g) Tugas Kedua, 1 orang anak perwakilan dari tiap kelompok secara bergantian diminta bercerita tentang hasil karyanya. Pijakan pengalaman setelah main ± 30 menit, a) Anak diminta duduk melingkar bersama guru, kemudian, guru menanyakan pada seluruh anak tentang kegiatan yang dilakukannya tadi (recalling), dengan menyebutkan bentuk-bentuk balok, b) Guru memberi pujian untuk anak yang mampu menyebutkannya, c) Guru meminta satu orang anak untuk merumuskan kesimpulan atas hasil kegiatan dengan dibantu guru sepenuhnya. Makan bekal bersama ± 15 menit : a) Sebelum makan bersama, guru dan anak-anak berdoa bersama, b) Setelah selesai makan, mintalah anak untuk membereskan bekas makan, kemudian guru dan anak berdoa bersama. Kegiatan Penutup ± 15 menit : a) Anak berkumpul membentuk lingkaran, kemudian guru mengajak anak bernyanyi lagu kereta api, b) Guru menyampaikan rencana kegiatan hari jum’at depan, yaitu kegiatan dengan tema lingkunganku dan subtema lingkungan sekolah, c) Guru dan anak berdoa bersama.
18
3)
Pengamatan/Observasi Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan teman sejawat, langkah-
langkah pelaksanaan bermain balok yang diterapkan oleh peneliti untuk mengoptimalkan kecerdasan interpersonal anak adalah sebagai berikut : (1) Mempersiapkan setting kelas yang kondusif dan media yang dibutuhkan, (2) Menjelaskan fokus tema yang akan dibahas, (3) Memperjelas tugas melalui gambar mobil, (4) Mengecek pemahaman anak terhadap tugas yang akan dikerjakan pada kegiatan bermain melalui Tanya jawab, (5) Membagi anak menjadi 2 kelompok untuk melakukan kegiatan bermain balok yang ada didalam kelas, (6) Memberi informasi/data yang dibutuhkan anak tentang hasil karyanya, (7) Memberi penguatan (pujian) pada anak yang giat dalam proses bermain, (8) Anak melaporkan hasil karyanya melalui bercerita dan diskusi yang dibimbing oleh guru, (9) Membimbing anak merumuskan kesimpulan atas hasil karyanya.
4)
Refleksi Pada pertemuan kedua di Siklus Pertama, hasil pengamatan
menunjukkan bahwa sudah ada sedikit peningkatan dari hasil pengamatan pada
pertemuan pertama,
akan
tetapi
seluruh
aspek
kecerdasan
interpersonal anak masih belum mencapai indikator keberhasilan 75%. Secara klasikal, anak yang mencapai nilai baik baru mencapai 71%. Berdasarkan hasil penelitian dan data hasil pengamatan pada pertemuan kedua ini, peneliti dan teman sejawat masih menemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki oleh peneliti pada pembelajaran dipertemuan berikutnya. Adapun beberapa kelemahan dalam perkembangan kecerdasan interpersonal anak, antara lain : (1) Anak masih ingin menang sendiri/sok berkuasa pada saat bermain balok, (2) Anak tidak mau berbagi mainan bila sedang bermain bersama, (3) Anak belum bisa menunjukkan hubungan yang baik antar sesama teman.
19
Kelemahan anak dalam perkembangan kecerdasan interpersonalnya di atas, disebabkan karena adanya kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam bermain balok yang telah dilaksanakan, yaitu : (1) Mengajak anak untuk melakukan kegiatan tepuk, ternyata belum mampu mengkondisikan anak untuk konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. (2) Anak masih kurang jelas dalam memahami tugas yang akan dikerjakannya pada kegiatan bermain, karena media gambar yang digunakan dalam menjelaskan tugas masih kurang besar dan kurang terlihat jelas oleh anak. (3) Anak dibagi dalam dua kelompok yang terlalu banyak jumlahnya pada kegiatan penemuan maupun diskusi, sehingga hanya beberapa anak saja yang aktif selama kegiatan bermain dan diskusi berlangsung. (4) Penguatan
berupa
pujian
ternyata
masih
belum
mampu
membangkitkan semangat anak dalam kegiatan pembelajaran. (5) Perumusan kesimpulan masih didominasi oleh guru. Berdasarkan kelemahan di atas, kemudian peneliti dan teman sejawat mendiskusikannya dan merumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut: (1) Memadukan kegiatan tepuk dan bernyanyi untuk mengkondisikan anak agar lebih konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran; (2) Menjelaskan
tema yang akan dipelajari melalui media gambar yang
lebih besar, sehingga dapat terlihat jelas oleh semua anak; (3) Membagi anak dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3- 5 orang anak dalam satu kelompok sehingga semua anak bisa fokus dan berpartisipasi aktif dalam proses bermain
maupun diskusi; (4) Memberikan penguatan berupa
pujian tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga bisa menggunakan stiker berbentuk bintang sebagai penghargaan untuk anak yang giat dalam kegiatan bermain balok, (5) Memberikan banyak kesempatan dan bimbingan pada anak dalam merumuskan kesimpulan atas hasil karyanya. Selanjutnya, rekomendasi tersebut dijadikan dasar perbaikan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 20
B.
Pembahasan Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu bagian dari Sembilan komponen kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh Gardner dalam teorinya tentang multiple intelligences. Menurut Fadillah (2012:201) mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal
berkaitan
dengan
kemampuan
anak
untuk
melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerja sama, bermain peran dan memecahkan masalah (konflik). Sejalan dengan pendapat diatas, maka Suyadi (2009 : 385) menyatakan bahwa perkembangan kecerdasan interpersonal anak sudah ada sejak bayi lahir. Oleh karena itu, kecerdasan interpersonal telah dimiliki ini perlu dikembangkan terus hingga mencapai tingkat optimal. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal yaitu melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan metode yang menarik dan inovatif. Sejalan dengan itu, Sujiono dan Sujiono (2010:73) mengemukakan bahwa, pada dasarnya metode pembelajaran yang dipilih dan dipergunakan oleh guru harus bervariasi dan menarik perhatian anak sehingga anak man melakukan kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Salah satu metode pembelajaran yang menarik dan membangkitkan keaktifan anak dalam belajar adalah bermain balok. Menurut Suryosubroto (2009: 177) bermain balok merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dalam penelitian ini terbukti bahwa, penerapan bermain balok dalam pembelajaran anak usia dini dapat mengoptimalkan kecerdasan interpersonal anak. Sehingga ditemukan langkah-langkah bermain balok untuk anak usia dini adalah sebagai berikut : (1) Menyiapkan setting kelas yang kondusif, (2) Identifikasi kebutuhan anak dengan tanya jawab, (3) Pengenalan konsep, seleksi bahan dan memperjelas tugas melalui media gambar dan konkrit, (4) Memberikan informasi berkaitan dengan karya
anak, (5) Memberi penguatan pada anak selama
prosesberlangsung, (6) Anak melaporkan hasil karyanya melalui bercerita, (7) Membimbing anak merumuskan kesimpulan atas hasil karyanya.
21
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa melalui permainan konstruktif dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di kelompok bermain PAUD Harapan Bunda Kota Bengkulu. Hal tersebut ditandai dari peningkatan rata-rata skor rekapitulasi hasil observasi. Rata-rata peningkatan kecerdasan interpersonal anak PAUD Harapan Bunda dengan kriteria keberhasilan pada Siklus I 71% yang kemudian meningkat menjadi 86% pada Siklus II. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah 86% kecerdasan interpersonal anak meningkat setelah mengalami proses pembelajaran yang menggunakan media balok. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian bermain konstruktif dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di Kelompok Bermain PAUD Harapan Bunda Kota Bengkulu. B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat digunakan beberapa pihak antara lain : Kepada pendidik kelompok Bermain PAUD Harapan Bunda agar meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui bermain balok, mendapat teori baru tentang meningkatkan kecerdasan interpersonal anak melalui bermain balok dan sebagai dasar untuk penelitian. Kepada kepala sekolah PAUD Harapan Bunda untuk memberikan motivasi kepada
pendidik-pendidik
PAUD
agar
mampu
menggunakan
media
pembelajaran bermain konstruktif sehingga anak-anak meningkat kecerdasan interperonalnya. 2.
Bagi Lembaga Hendaknya lembaga pendidikan anak usia dini dapat menyediakan saran
dan prasarana yang memadai sebagai tempat bermain sambil belajar seperti ruang kelas yang memenuhi standar dan halaman yang cukup, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik serta anak termotivasi untuk belajar. 22
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Armstrong, (2003:73) Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Universitas Terbuka B. Hutlock, Erlangga 1997 (Zahfari Blog Pendidikan Gogele 2012) Elpu Elmisi. (2010) Meningkatkan Kemampuan Berhitung pada anak melalui bermain kartu bilangan.Skripsi. Fadillah (2012:201) Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Gardner (2011:10) Model Pendidikan Anak Usia Dini) Model penilaian (2006:10) pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Muslich, Mansur. (2009) Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah.Jakarta: Bumi Aksara. Saputra (2000:56-57) Bermain, Mainan dan Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Grasindo. Suyadi (2009:385) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. Sujiono dan Sujiono (2010:73) Bermain Kreatif. PT. Indeks, Jakarta. Suryo Subroto (2009:177) Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Depdikbud. Tedjasaputra, Meyke .S (2001) Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Cipta Jaya. Wahyudin (2012:46) Penilaian Perkembangan AUD. Rafika Aditama. Jakarta. Yamin dan Jamilah (2013-38) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
23