Vol.2 | No.1 | April 2016
Tunas Siliwangi
Halaman 30 – 47
MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL (Studi Kasus Di TK AL-akhyar Purwakarta kelompok B) Silvia Ningsih PGPAUD Universitas Pendidikan Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kasus-kasus yang terjadi akibat pengaruh dari permainan game online atau videogame yang menyebabkan kecerdasan interpersonal anak kurang berkembang karena hampir seluruh permainan berteknologi canggih menuntut anak lebih individualis sehingga tidak melakukan interaksi dan komunikasi dengan teman-temannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya dan strategi untuk mendorong anak lebih mampu melakukan pertemanan, berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik salah satunya melalui permainan tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi empiris tentang permainan tradisional mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang dilaksanakan di TK Al-akhyar Purwakarta. Desain penelitian ini adalah desain penelitian kualitiatif dengan metode studi kasus pada kelompok B Ulul Azmi TK Al-akhyar Purwakarta. Berdasarkan hasil penelitian didapat informasi bahwa perkembangan kecerdasan interpersonal anak berkembang baik. Kemampuan menunjukkan (1) sikap mampu bermain bersama, (2) Sikap mampu membedakan teman yang bersedih, marah dan senang, (3) Sikap mau bermain bersama dan berinteraksi dengan teman sebayanya,(4) Sikap menunjukkan minat atau kemauan terhadap permainan yang berkelompok atau bertim, (5) Sikap memerima teman dengan jenis kelamin yang berbeda, (6) Sikap memerima keadaan fisik teman, (7) Dapat mandiri dan terlepas dari orangtua, (8)Menunjukkan respon simpatik kepada teman maupun oranglain, (9) Memahami akibat jika melakukan pelanggaran dan beranitanggungjawab, (10) Berbicara serta mendengarkan pembicaraan oranglain terlebih dahulu, (11) Menunjukkan senang membantu teman-temannya. Sikap tersebut muncul pada saat anak melakukan permainan tradisional mulai dari permainan gagendongan, oray-orayan, ngala hui, anjanganjangan, galah panto, ucing sumput, hayam jeung careuh, engrang batok, dan tam-tam buku. Kata kunci: Anak, Permainan Tradisional dan kecerdasan Interpersonal.
PENDAHULUAN
that are brought to bear upon two in
Kecerdasan bagi anak usia dini
major focuses; the problem solving, and
memiliki manfaat yang besar bagi dirinya
the fashioning of significant cultural
dan
products. Kemudian pendapat Anwar
perkembangan
dengan
tingkat
sosialnya,
kerena
kecerdasan
anak
(1993
hlm.
9)
menyatakan
bahwa
dan
kecerdasan merupakan kapasitas umum
memudahkan anak bergaul serta mampu
dari kesadaran individu untuk berpikir,
menciptakan hal-hal yang baru. (Gardner,
menyesuaikan diri, memecahkan masalah
1993, 1998, 2000) menyatakan bahwa
yang dihadapi secara cepat dan tepat.
berkembang
dengan
baik
Intelligent represent a set of capacities 30
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
Terkait perkembangan otak dan
(World
Bank)
menyatakan
bahwa
kecerdasan anak. otak anak usia dini
perbandingan yang cukup signifikansi
secara struktural dan fungsional berbeda.
terjadi pada anak yang mengikuti PAUD
Clark (dalam Semiawan, 2008, hlm. 145)
dengan yang tidak ikut PAUD. Untuk
menyatakan
anak
kesiapan anak bersekolah yang mengikuti
dilahirkan, secara genetis telah membawa
paud 67% sementara yang tidak ikut paud
100-200 milyar sel neuron dan sel-sel
25 % dan untuk pencapaian dasar belajar
neuron tersebut siap mengembangkan
sampai pada usia 14 tahun yang ikut
beberapa
sampai
PAUD 47 % sementara yang tidak 15 %.
mencapai aktualisasi tingkat tertinggi. Hal
Sehingga PAUD memberikan pengaruh
tersebut akan berfungsi jika ada interaksi
yang cukup besar dalam investasi masa
dengan lingkungan. Selain itu, upaya
depan. (Janus 2000a, 2001b; Maxwell &
untuk mencapai perkembangan optimal
Cliford, 2004; David & Lucile, 2005)
ketika
triliyun
seorang
informasi
sambungan sel-sel neuron tersebut harus
Secara genetis seorang anak telah
diperkuat melalui berbagai rangsangan
lahir dengan suatu organ yang disebut
psikososial, karena sambungan yang tidak
dengan
diperkuat
atropi
kecerdasan yang bersumber dari otaknya.
musnah.
Otak yang dibawa sejak lahir tersebut
Sehingga hal inilah yang mempengaruhi
terdiri dari dua belahan, yaitu belahan
kecerdasan seseorang. Hasil penelitian di
otak kiri dan belahan otak kanan yang
Baylor College of Medicine (dalam Jalal,
disambungkan oleh segumpal serabut
2002, hlm. 21)
yang disebut dengan Corpus Callosum.
akan
(penyusutan)
mengalami
bahkan
bisa
Kecerdasan anak sangat penting, untuk
kesiapan
belajar
kemampuan
umum
atau
Kedua belahan otak tersebut mempunyai
kedepannya.
fungsi, tugas dan respons yang berbeda
Pendapat Orinstein (dalam Suyadi 2014,
dan
hlm. 33) menyatakan anak yang pada
keseimbangan. Selanjutnya pendapat lain
masa usia dininya mendapat rangsangan
mengatakan bahwa usia 0-6 tahun adalah
yang cukup dalam mengembangkan kedua
periode sensitif dimana pada tahap ini
belah otaknya (otak kanan dan otak kiri)
anak memiliki kecerdasan yang luar biasa
maka akan memperoleh kesiapan yang
karena memiliki berjuta-juta sel saraf otak
menyeluruh untuk belajar dan berhasil
yang mulai berkembang dan memiliki
pada saat memasuki SD. Penelitian The
daya ingatan yang kuat. Namun pada
Basic for readiness school, May 1997
umumnya orangtua dan guru kurang 31
seharusnya
tumbuh
dalam
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
menyadari tentang hal ini. (Semiawan,
mengejar
2008; Montessori, 2013)
penanaman nilai-nilai karakter, sosial,
Orangtua
seperti
moral serta kasih sayang sangatlah perlu
cenderung lebih menggali kecerdasan
diberikan kepada anak, apalagi dimulai
yang bersifat intelektual saja atau anak
sejak usia dini.
cerdas
guru
akademik
terkadang
dianggap
dan
prestasi
ketika
anak
bisa
Konsep
kecerdasan
yang
membaca, menulis dan berhitung dengan
mengalami beberapa perdebatan panjang
cepat, kemudian memperoleh segudang
membuat seorang ahli psikologi dari
prestasi di bidang akademik. Selain itu
Harvard
anak juga bisa mengikuti tes yang telah
mengadakan
terstandar. Hal ini juga dinyatakan oleh
penelitiannya melahirkan tujuh bentuk
(Pasiak, 2006) bahwa anak dikatakan
kecerdasan dan ditambah dengan dua
cerdas dan pintar jika nilai matematika,
aspek kecerdasan lagi. Yang disebut
bahasa inggris dan bahasa Indonesia
dengan kecerdasan jamak atau Multiple
berada diatas nilai standar minimum.
Intelligences
Sementara
berada
jamak tidak mengurai kecerdasan manusia
dibawah nilai standar minimum akan
hanya dari satu sudut sisi saja. Dan juga
dikatakan kurang cerdas.
tidak ditentukan dari seberapa banyak dan
anak-anak
Fenomena
ini
yang
tidak
hanya
University
Howard
penelitian.
(MI).
Teori
Gardner Hasil
kecerdasan
tinggi nilai dalam menjawab satu soal
berkembang pesat di Negara maju namun
dalam
juga muncul di Indonesia. Di TK anak
memberikan kesempatan kepada seorang
telah diberikan segudang pelajaran seperti
individu
berlatih
PR
kemampuan, bakat yang dimiliki secara
bahkan pelajaran yang seharusnya didapat
alamiah maupun dengan stimulus karena
anak di tingkat SMA malah diberikan
setiap orang memiliki cara yang unik
ditingkat TK (Macdonal, 2005; Feller,
melalui proses yang berbeda-beda serta
2005) Sehingga dapat disimpulkan bahwa
memiliki
persepsi
lebih
kecerdasan yang berbeda-beda juga. Jadi
dikaitkan dengan angka-angka tertinggi
tidak ada anak yang tidak cerdas, semua
dan nilai yang bagus. Padahal banyak
anak terlahir cerdas hanya saja dari sudut
potensi
pandang
kosakata,
menyelesaikan
kecerdasan
atau
cenderung
kemampuan,
serta
pembelajaran yang bisa dikembangkan
mengikuti
kecerdasan
pada diri anak dibandingkan dengan 32
suatu
untuk
bakat
mana
tes.
Namun
mengembangkan
kemampuan
seseorang
seorang
anak
dan
menilai tersebut
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
(Gardner, 1993; Phillips, 2010; Tai F,
memberikan stimulasi melalui permainan
2014)
seperti yang ungkapkan oleh Susanto Adapun bentuk dari kecerdasan
(2015,
hlm.
83)
bahwa
bermain
jamak itu terdiri dari kecerdasan logika
merupakan persyaratan untuk keahliaan
matematika,
kecerdasan
linguistik,
anak selanjutnya, suatu praktik untuk
kecerdasan
visual-spasial,
kecerdasan
dikemudian hari. Bermain penting sekali
musikal,
kecerdasan
kinestetik,
untuk
kecerdasan
interpersonal,
kecerdasan
kecerdasan
intrapersonal,
kecerdasan
kecerdasan
spiritual.
Manurung,
2013;).
naturalis,
(Suyadi, Namun
perkembangan anak.
kemampuan
Apalagi
untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal
2009;
anak sebagai bekal anak untuk terjun
diantara
dalam
kehidupan
bermasyarakat
dan
delapan kecerdasan itu ada dua atau tiga
mampu bersosialisasi sebagaimana yang
kecerdasan yang terlihat menonjol dalam
diungkapkan Lewin, (dalam Wirawan
diri anak, potensi yang ada tersebut harus
2002, hlm. 43) bahwa pada dasarnya
dikembangkan
seperti
manusia sebagai makhluk individual dan
karena
sosial karena dalam sebuah lingkungan
Lwin,dkk. (2008) menyatakan kecerdasan
yang kongkret akan berisi diri manusia itu
ini bukanlah salah satu kecerdasan yang
sendiri
dibawa sejak lahir namun kecerdasan
artinya manusia dalam sebuah lingkungan
yang
lewat
itu tidak hidup sendiri dan akan berbaur
ini
dengan orang lain. Lawrence (1997) juga
sejak
kecerdasan
interpersonal
mampu
lingkungan
dini
dikembangkan
sosial
anak.
Hal
diungkapkan oleh dia, hlm. 197) bahwa:
mengatakan
“kecerdasan interpersonal bukan sesuatu yang dilahirkan bersama anak, tetapi lebih tepatnya sesuatu yang harus dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran, dan waktu yang paling baik adalah ketika masih muda bila perlu sejak usia dini. Berbeda dengan kecerdasan-kecerdasan yang lain seperti kecerdasan logika matematika, linguistik dan lain sebagainya”.
mengembangkan
interpersonal
salah
atau
bahwa
perlu
lainya
kecerdasan
menjalin
hubungan
dengan
dalam
rangka
lingkungan
sosial
membentuk
perilaku,
karakter
dan
kepribadian anak. Kurangnya
kecerdasan
interpersonal adalah satu akar penyebab tingkah laku tidak diterima secara sosial. Orang-orang
kecerdasan
satunya
manusia-manusia
interpersonal sebagai bentuk penciptaan
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk
dan
dengan
kecerdasan
interpersonal yang rendah cenderung tidak
dengan
peka, 33
tidak
peduli,
egois
dan
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
menyinggung perasaan oranglain. Bahkan
pendapat kepada orang lain baik teman
bisa menunjukan perilaku-perilaku anti
sebayanya maupun orangtua. Akibatnya,
sosial bahkan bisa memunculkan sikap
aspek sosial anak kurang atau tidak
agresif. (Lwin, dkk. 2008). Seperti kasus
berkembang. Tidak adanya interaksi dan
yang
oleh
komunikasi yang dilakukan oleh anak-
anak
anak saat bermain video games tersebut.
membunuh
Sehingga kegiatan bermain mengalami
temannya usia 6 tahun dengan cara
penurunan dan hanya ada anak yang
membenamkan kepala korban kedalam
bermain di depan televisi dan video game
air. NR salah seorang tetangga
pelaku
bermain
dengan
menyebutkan bahwa perbuatan itu terjadi
(Hansen,
1998;
karena pelaku banyak bermain game yang
Seyogiyanya interaksi dan komunikasi
bertema tentang perang-perangan atau
merupakan
perkelahian.
perkembangan kecerdasan interpersonal
diberitakan
http://news.detik.com. berusia
8
tahun
Seorang telah
tokoh
jagoannya.
damara,
bagian
dari
2013)
aspek
Kasus lain adalah seorang bocah
anak. Akibat lain juga menyerang aspek
berusia tujuh tahun di china melakukan
fisik, karena selama bermain anak hanya
tindakan
dalam
duduk diam, sementara yang bergerak
pemikirannya bisa hidup lagi seperti
hanya jari jemarinya. Permainan statis ini
dalam videogame
yang ia
mainkan.
juga membentuk anak cenderung selalu
Games
Asia,
7/7/2014
ingin menang, dan akan sangat kecewa
(http://liputan6.com) dalam kasus ini,
jika mengalami kekalahan (Misbach,2006;
jenis permainan yang dimainkan ini lebih
Prihyatini, 2010; Kurniati, 2011).
bunuh
diri,
in
karena
Di
bersifat individualis. Anak lebih banyak
Indonesia
memang
belum
bermain sendiri sehingga sering membuat
muncul kasus se ekstrim kasus di atas,
mereka tidak peduli pada lingkungannya,
tetapi bagaimanapun keasyikan menatap
karena anak asyik dengan permainan yang
layar komputer dengan duduk berjam-jam,
sedang mereka mainkan. Para gamer
secara lambat laun dapat menggiring anak
kebanyakan
efek
menjadi terasing secara emosional karena
kecanduan tersebut membuat dampak
minimnya kontak dengan dunia nyata.
negatif terutama pada dimana waktu
Sementara Amstrong (2011, hlm. 133)
bermain video games.( Pratisti, 2011)
menyatakan
bahwa
memerlukan
pengalaman
adalah
Anak-anak
anak-anak,
tidak
melakukan
anak
usia
dini
sosial
dan
emosional yang aman serta bermakna
komunikasi, interaksi dan tidak berbagi 34
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
bersama teman sebaya dan orang lain
mereka, anak usia dini memerlukan
disekitarnya. Video games dan games
interaksi aktif dengan muatan nyata,
online
sulit
sebaliknya televisi dan peranti lunak
keasyikan
computer hanya menawarkan tindakan
membuat
banyak
melepaskan
diri
petualangan
di
anak
dari dunia
maya
dan
melalui gerakan mouse, joystick, atau
berinteraksi dengan dunia nyata. Hal ini
remote control (Cuffaro, 1984; Sloan,
diungkapkan oleh Opie & Opie ( dalam
1985)
Bishop & Curtis, 2005, hlm. 20) yang
Pola
permainan
anak
telah
mengatakan bahwa sebagian anak-anak
berubah, berdasarkan pendapat Semiawan
telah kehilangan seni bermain, yaitu tidak
(2009, hlm.3) Seiring berkembangnya
adanya aktivitas berarti yang dilakukan
zaman dan pesatnya perkembangan ilmu
anak-anak. karena anak hanya duduk-
pengetahuan
duduk saja dan bermain soliter dengan
mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial
komputer mereka, sehingga membuat
yang membawa dampak posistif dan
anak cepat jenuh dan merasa bosan.
negatif terhadap pertumbuhan bangsa
Sejalan dalam hal ini Luca, dkk. (2015)
juga
teknologi,
juga
Indonesia. Salah satu dampaknya terjadi
bahwa
pada unsur pola permainan anak. jenis
games
permainan dan bentuk permainan pun
meningkatkan resiko bersikap agresi. Hal
berubah bentuk ke era digital. Anak lebih
ini juga dibuktikan oleh hasil penelitian
cenderung bermain dengan permainan
Anderson (dalam Papalia, 2014, hlm. 372)
berteknologi canggih dibanding harus rela
menyatakan adanya peningkatan perilaku
bermain di luar dengan permainan yang
kekerasan jangka panjang yang lebih
hanya
banyak dipengaruhi oleh video games dari
sederhana.
pada TV & film sehingga pemain dari
permainan tradisional yang merupakan
permainan
salah satu unsur budaya dari bangsa
penggunaan
berpendapat
dan
dari
ini
akan
video
aktif
menerima
pengaruh dari aksi kekerasan yang mereka
membutuhkan Permainan
alat ini
permainan disebut
indonesia.
lihat. Artinya selain perkembangan sosial
Permainan
tradisional
terkena
anak rendah, juga mendatangkan konflik
imbas dari kemajuan zaman tersebut.
terhadap anak. selain itu, televisi dan
(Siregar, 2014) Permainan tradisional
komputer
kaya
dahulu sangat digemari anak-anak. selain
rangsangan yang diperlukan anak usia dini
itu juga mampu mengasah ketermapilan
untuk
anak dan membantu anak bersosialisai
bukanlah
bisa
melatih
lingkungan
otak
primordial 35
Tunas Siliwangi
dengan
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
baik
bersama
lingkungannya.
teman
atau
terhadap teman, menaati aturan, serta
lain
juga
menghargai orang lain.
Pendapat
disampaikan oleh Nur (2013, hlm. 87)
Hasil
penelitian
(2014)
bermain dengan permainan digital seperti
pembelajan melalui permainan tradisional
video games, Playstation (PS) dan game
mempunyai efektif yang positif untuk
online. Permainan ini memberikan kesan
meningkatkan perkembangan kecerdasan
sebagai
karena
interpersonal dan intra personal anak usia
dimainkan menggunakan teknologi yang
dini. Dari rata-rata yang diperoleh bahwa
mutakhir yang sangat berbeda dengan
rata-rata kelompok experiment sebesar
permainan tradisional
172,70 lebih besar rata diperoleh bahwa
modern
Peran bermain memberikan efek
rata-rata 143,550.Sehingga
kecerdasan interpersonal anak. karena
bahwa
kecerdasan
dalam
tidak
lahir
program
kontrol
yang cukup besar untuk mengembangkan
interpersonal
bahwa
Komala
menyatakan bahwa anak-anak lebih sering
permainan
menyatakan
dari
sebesar
dapat
permainan
disimpulkan
tradsisonal
meningkatkan
efektif
kecerdasan
bersama anak melainkan dikembangkan
interpersonal pada anak kelompok B di
melalui pembinaan dan pengajaran serta
TK Bunda Ganesaha dan TK Rian
diasah dengan berbagai jenis permaianan.
Kumarajaya tahun pelajaran 2013/2014.
Salah
satunya
melalui
permainan
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
tradisional.
Misbach
(2006)
permainan tradisional dapat memberikan
mengungkapkan
permainan
tradisional
dampak
yang
sangat
baik
dalam
bukan hanya mengandung nilai-nilai luhur
membantu mengembangkan kecerdasan
didalamnya. Namun ada banyak aspek
interpersonal
yang dapat
permainan
temuan penelitian tersebut dapat ditarik
tradisional tersebut. Hal ini dibuktikan
kesimpulan bahwa bukan hanya nilai-nilai
oleh hasil penelitian Kurniati (2011, hlm.
luhur saja yang dapat dikaji dan dianalisis
13) menunjukkan bahwa permainan anak
jika diimplikasikan dan dimainkan lagi
tradisional dapat mestimulasi anak dalam
banyak
mengembangkan kerjasama, membantu
kecerdasan
anak
dikaji
dalam
menyesuaikan
berinteraksi
secara
mengembangkan
aspek salah
Maka
dari
perkembangan satunya
hasil
dan
kecerdasan
diri,
saling
interpersonal yang terkandung didalam
positif,
dapat
permainan tradisional tersebut
mengkondisikan anak dalam mengontrol diri,
anak.
sikap
Oleh karena sifat manusia yang
empati
dinamis dan ingin selalu berkembang 36
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
maka sudah sewajarnya bila dalam unsur
semua permainan tradisional tersebut
kebudayaan,
permainan
dapat dimainkan. Berkaitan dengan hal
tradisional juga mengalami perubahan
ini, peneliti tertarik melakukan analisis
atau
mendalam tentang permainan tradisional
khususnya
pergeseran.
Meski
mengalami
perubahan, namun tidak hilang begitu
untuk
saja.
masih
interpersonal anak di TK Al-akhyar.
mempertahankan permainan tradisional
Dimana pada tingkat TK. TK Al-akhyar
berusaha untuk melestarikan permainan
yang cukup rutin memainkan permainan
tradisional. Salah satunya TK Al-akhyar
tradisional
Purwakarta sebagai salah satu lemabaga
mempertahankan
pada layanan pendidikan anak usia dini
dengan
yang mengimplementasikan permainan
permaianan tradisional kepada anak usia
tradisional. Karena adanya kesadaran
dini,
bahwa permainan tradisional memliki
perkembangan anak-anak saat ini dari
manfaat yaitu adanya muatan nilai-nilai
pengaruh permainan modern, perubahan
yang
zaman dan gaya hidup.
Ada
sebagian
terdapat
yang
dalam
permainan
mengembangkan
sekaligus
ingin
budaya
Indonesia
mengenalkan
karena
kecerdasan
berbagai
keprihatinan
jenis
terhadap
tradisional, dimana itu sangat penting bagi perkembangan fisik ataupun jiwa anak-
METODE
anak. secara tidak sadar anak belajar bersosialisasi sebagaimanan
dengan nanti
Penelitian
lingkungan kehidupan
ini
menggunakan
rancangan penelitian kualitatif studi kasus.
di
Dalam
masyarakat setelah dewasa.
penelitian
memperlakukan
ini
peneliti
dirinya
sebagai
Hal ini didapat berdasarkan studi
instrument utama, sejalan dalam hal ini
pendahuluan dan hasil wawancara yang
Cresswell (2010, hlm. 261) mengatakan
dilakukan dengan kepala sekolah TK Al-
bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti
akhyar Purwakarta. Diperoleh informasi
adalah instrument kunci (researcher as
bahwa
key
di
TK
Al-akhyar
masih
instrument).
Penelitian
ini
mempertahankan permainan tradisional
menggunakan
dengan memaminkan berbagai macam
dengan metode studi kasus, studi kasus
permainan
(case study) merupakan metode untuk
tradisional
jawa
barat,
pendekatan
kualitiatif
sedikitnya ada 20 permainan tradisional
menghimpun
yang bisa dimainkan. Akan tetapi karena
berkenaan dengan suatu kasus. Studi
kondisi perencanan pembelajaran, tidak
kasus merupakan suatu penelitian yang 37
dan
menganalisis
data
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem
guru. Kurikulum yang digunakan di TK
yaitu berupa program, kegiatan, peristiwa,
Al-akhyar Purwakarta adalah kurikulum
atau kelompok individu yang terikat oleh
nasional yang masih berpedoman pada
tempat,
kurikulum
waktu
atau
ikatan
tertentu.
KTSP.
Perancangan
Nasution (1998, hlm. 27) berpendapat
selanjutnya dilakukan adalah perancangan
bahwa studi kasus merupakan bentuk
standar proses yaitu menyusun program
penelitian yang mendalam tentang suatu
kegiatan pembelajaran selama satu tahun
aspek lingkungan sosial termasuk manusia
pembelajaran,
di dalamnya. Studi kasus dapat dilakukan
kegiatan
terhadap seseorang, sekelompok orang,
rancangan
segolongan manusia, lingkungan hidup
digunakan seseuai dengan Permen No.146
manusia,
tahun 2014. Permainan tradisional sesuatu
lembaga
sosial
dan
suatu
peristiwa.
membuat
mingguan
rancangan
dan
kegiatan
membuat
harian,
yang
yang telah menjadi pemandangan dan
Latar penelitian ini adalah Taman Kakak-kanak
AL-AKHYAR
Kp.
hari kamis di TK Al-akhyar. selain
Krajan RT.10 RW.04 Desa Wanayasa
permainan tradisional, guru terkadang
kecamatan
juga
Wanayasa
Purwakarta,
pada
kelas
di
kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap
kabupaten Ulul
mengkolaborasikan
dengan
Azmi
permainan modern karena anak dalam
kelompok B sebanyak 14 anak. teknik dan
berkegiatan tidak hanya membantu satu
prosedur pengumpulan data penelitian ini
perkembangan saja seperti perkembangan
melalui teknik observasi, wawancara dan
fisik
dokumentasi.
mengembangkan
motorik
akan
tetapi
juga
perkembangan
anak
yang lain seperti kognitif, bahasa, sosialHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
emosional. Selain merupakan bagian dari program
Perencanaan permainan tradisional di
TK
Al-akhyar
Purwakarta
pembelajaran
pengembangan.
pada
Permainan
daerah
purwakarta.
Program
Bupati
Purwaakrta
kegiatan
yang
bidang
tradisional
juga merupakan kebijakan dari peraturan
kelompok B dimulai dengan penyusunan dan
dan
telah
Aturan terkait
kebijakan dengan
dirancang berdasarkan kurikulum dan
pengembangan nilai-nilai karakter melalui
program pembelajaran TK Al-akhyar yang
kebiasaan dan unsure-unsur kebudayaan
telah disusun oleh tim kurikulum sekolah.
terutama untuk kebudayaan jawa barat
Terdiri dari kepala sekolah, dan majelis 38
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
Permainan
tradisional
yang
tradisional biasanya guru menjadikan
dilaksanakan di TK Al-akhyar Purwakarta
permainan
bukan
adanya
sehingga anak merasa lebih termotivasi
Bupati
dan semangat dalam mengikuti permainan
semata-mata
kebijakan
karena
dari
PERDA
Purwakarta. Namun
sebelum PERDA
tersebut
tradisional.
bersifat
tanding
sehingga
dikeluarkan. TK Al-akhyar sudah lebih
kemampuan
dulu mengembangkannya. Tujuan dari
melalui
dilaksanakannya permainan tradisional di
satunya adalah kecerdasan interpersonal
TK Al-akhyar adalah untuk mengenalkan,
merupakan bagian dari perkembangan
memperthanakan
sosial anak.
dan
melestarikan
kebudayaan sunda terutama permainan
anak
berbagai
dapat
permainan
Sebelas
berkembang
tradisional
indikator
salah
dari
tradisional kepada anak-anak mulai sejak
perkembangan sikap anak berdasarkan
dini
hasil penelitian menunjukkan (1)
mungkin.
Ada
banyak
jenis
sikap
permainan tradisional yang ada diseluruh
mampu bermain bersama, (2) Sikap
Indonesia
mampu
jika
dihimpun
secara
membedakan
teman
yang
keseluruhan. Namun dalam hal ini dibatasi
bersedih, marah dan senang, (3) Sikap
dengan provinsi di mana TK Al-akhyar
mau bermain bersama dan berinteraksi
berada. TK Al-akhyar berlokasi di Kp.
dengan
Krajan RT.10 RW.04 Desa Wanayasa
menunjukkan
kecamatan
kabupaten
terhadap permainan yang berkelompok
permainan
atau bertim, (5) Sikap memerima teman
Wanayasa
Purwakarta.
Dimana
tradisional
juga
pola
sebayanya,(4) minat
atau
Sikap kemauan
gaya
dengan jenis kelamin yang berbeda, (6)
selingkungan dan megikuti kultur budaya
Sikap memerima keadaan fisik teman, (7)
setempat. Meskipun masih satu provinsi
Dapat mandiri dan terlepas dari orangtua,
dengan jawa barat. Permainan tradisional
(8)Menunjukkan respon simpatik kepada
yang dilaksanakan di TK Al-akhyar
teman maupun oranglain, (9) Memahami
adalah permaian tradisional yang lebih
akibat jika melakukan pelanggaran dan
bersifat
beranitanggungjawab, (10) Berbicara serta
keceriaan
mengikuti
teman
membangun yang
mengembangkan
kebersamaan,
diharapkan seluruh
bisa
mendengarkan
aspek
membantu teman-temannya.
metode khusus yang digunakan. Strategi melaksanakan
oranglain
terlebih dahulu, (11) Menunjukkan senang
perkembangan anak. tak ada strategi atau
dalam
pembicaraan
permainan 39
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
Sikap tersebut muncul pada saat
merupakan
hasil
penggalian
budaya
anak melakukan permainan tradisional
setempat menurut gagasan dan ajaran
mulai dari permainan gagendongan, oray-
turun temurun dari nenek moyang.
orayan, ngala hui, anjang-anjangan, galah
Tujuan
permainan
tradisional
panto, ucing sumput, hayam jeung careuh,
dilaksanakan di TK Al-akhyar. Selain
engrang
untuk
batok,
dan
tam-tam
buku.
mempertahankan
nilai-nilai
penilaian yang dilaksanakan oleh guru
kebudayan juga untuk meminimalisir
adalah penilaian perkembangan anak yang
penggunaan dari permainan berteknologi
bersifat autentik menilai ke enam aspek
canggih seperti video games atau game
perkembangan anak. sementara penilaian
online seperti yang diungkapkan oleh
dilakukan
catatan
(Pratisti, 2011) jenis permainan yang
perkembangan anak, hasil karya dan
dimainkan ini lebih bersifat individualis.
catatan khusus guru. Untuk penilaian
Anak
dalam menilai kecerdasan interpersonal
sehingga sering membuat mereka tidak
anak,
mengkhususkan
peduli pada lingkungannya, karena anak
penilaiannya, namun karena bagaian dari
asyik dengan permainan yang sedang
perkemabngan sosial emosional anak.
mereka mainkan. Para gamer kebanyakan
maka
adalah
anak-anak,
tersebut
membuat
dalam
guru
bentuk
tidak
perkemabngannya
pun
di
gabungkan dengan penilaian tersebut.
lebih
banyak
bermain
efek
sendiri
kecanduan
dampak
negatif
terutama pada dimana waktu bermain Pembahasan
video games. Selanjutnya pendapat Tidak adanya interaksi dan komunikasi yang
Memberikan suasana belajar yang memberikan
dilakukan oleh anak-anak saat bermain
keceriaan serta kegembiraan bagi anak
video games tersebut. Sehingga kegiatan
sebagai proses kegiatan rangsangan untuk
bermain mengalami penurunan dan hanya
membantu
dan
ada anak yang bermain di depan televisi
perkembangan jasmani dan rohani anak.
dan video game bermain dengan tokoh
Sebagaimana yang diungkapakan oleh
jagoannya. (Hansen, 1998; damara, 2013)
menyenangkan,
dan
pertumbuhan
Rahmawati (2009, hlm. 2) permainan
Hasil penelitian Haugland (dalam
tradisional anak adalah proses melakukan
Ochawari, 2009) yang membandingkan
kegiatan yang menyenangkan hati anak
anak-anak
dengan mempergunakan alat sederhana
menggunakan pengalaman belajar dibantu
sesuai dengan potensi yang ada dan
dengan media komputer satu lagi dengan 40
usia
3-4
tahun.
Satu
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
kegiatan-kegiatan
pendukung.
motor, cognitive, language and social
Mendapatkan hasil signifikansi cukup
emotional ability. Selain itu bermain
besar melalui kegiatan pendukung dalam
mempunyai
kemampuan
nonverbal.
pembinaan pribadi anak, karena fungsi-
Selanjutnya pengaruh media TV hasil
fungsi kejiwaan dan kepribadian sangat
penelitian (Jussof, 2009) menyatakan
mungkin dikembangkan melalui kegiatan-
bahwa adanya pengaruh dari TV terhadap
kegiatan bermain. Selain dapat membantu
behavior problem, attention disorder ,
meningkatkan daya nalar (pikir) dan
aggression and obesity
kepribadian, aktivitas bermain membantu
verbal
dan
TK Al-akhyar memberikan suatu
peranan
anak mencapai
penting
dalam
perkembangan secara
terobosan dalam program pembelajaran.
utuh, baik fisik, intelektual,
Dimana memilih permainan tradisional
sosial anak ( Freeman & Munandar, 1995;
dalam
Ponjtoputro, 1998; Ismail, 2006)
membantu
semuruh
aspek
perkembangan anak. selain itu juga
Bermain
juga
moral dan
memunculkan
membuat anak merasa senang, gembira.
kreativitas anak seperti bermain peran
Sheridan (2011) mengungkapkan ada
atau
empat tujuan bermain yang pertama
adalah anjang-anjangan. Menurut hasil
adalah untuk apprenticeship yaitu untuk
penelitian (Gilmore, 2010) menjelaskan
praktek lanjutan untuk berkompetensi
bahwa
dalam
organisasi
kecakapan
Selanjutnya
adalah
hidup
sehari-hari.
untuk
research
bermian yang sengaja di seting
istilah
permainan
pretend
memberikan
tradisionalnya
play
mental
mencerminkan
yang
tantangan
unik
juga
perkembangan
untuk
tersendiri bagi anak. karena melakukan
eksplorasi,
peran atau tugas yang biasa dilakukan
Kemudian
oleh orang dewasa tapi anak beursaha
tujuan bermain lainya adalaah untuk
menirukan peran atau tugas orang dewasa
occupational therapy dan terakhir adalah
tersebut. Melakukan sebuah permainan
untuk recreation artinya
melakukan
(Homeyer &Morrison, 2008) juga sebagai
kegiatan bermain karena untuk bersenang-
wadah terapi. Sejalan dalam hal ini hasil
senang, enjoyable, simple and fun
penelitian
melakukan spekulasi
pengamatan, dan
penemuan.
Hal ini juga diungkapkan oleh
Iswinarti
(2010,
hlm.1)
menunjukkan bahwa nilai-nilai terapiutik
(Chapman, 2011) bahwa Play allows
yang
preschooler
while
tradisional yaitu: (1) Nilai deteksi dini
developing their imagination, dextenty
untuk mengetahui anak yang mempunyai
to
use
creativity
41
terkandung
dalam
permainan
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
masalah, (2) Nilai untuk perkembangan
sesuai dengan pendapat Bishop dan Curtis
fisik yang baik. Aktivitas fisik meliputi
( 2006, Hlm. 35) bahwa faktor geografis,
kegiatan
keadaan lingkungan, cuaca, lingkungan
untuk
berolah
raga,
meningkatkan
koordinasi
dan
fisik
keseimbangan
tubuh,
dan
jumlah teman bermain dan lamanya waktu
mengembangkan pertumbuhan
ketrampilan
dalam
bermain
mendukung
juga
menjadi
disekitarnya,
faktor
Nilai
untuk
mempengaruhi
yang
baik,
yaitu:
tradisional. Di TK AL-akhyar setidaknya
untuk
ada 20 permainan tradsional anak yang
mengkomunikasikan perasaannya secara
dilaksanakan. Hayam jeung careuh, ucing
efektif
sumput,
mental
membantu
anak
dengan
mengurangi
cara
yang
kecemasan,
alami,
balap
beragamnya
yang
(3)
kesehatan
anak,
yang
karung,
permainan
gagendongan,
pengendalian
anjang-anjangan, oray-orayan, tam-tam
diri, pelatihan konsentrasi, (4) Nilai
buku, ngala hui, galah, engklek, egrang,
problem
belajar
congklak,main karet/lompat tali, kotak pos
sehingga
dsb. Hal ini sejalan dengan pendapat
kemampuan tersebut bisa ditransfer dalam
Rahmawati (2009, hlm. 4) ada beberapa
kehidupan nyata, (5) Nilai sosial, anak
jenis permainan tradisional yang dapat
belajar ketrampilan sosial yang akan
dilakukan oelh anak di TK antara lain
berguna untuk bekal dalam kehidupan
adalah : (1) permainan berpasangan. pada
nyata.
jenis ini, ada beberapa permianan yaitu
solving,
memecahkan
anak
masalah
Permainan
yang
congklak, engklek, lompat tali, enjot-
beragam dan bervariasi terkadang disatu
enjotan dan ucing sumput. (2) permainan
daerah nama permainan tersebut beda tapi
individu
jenis
sama.
biasanya yang dimainkan adalah mobil-
menurut Overbeck (dalam Suyanto, 2005,
mobilan dari kulit jeruk atau pelepah
hlm. 123) telah menghimpun ragam
pisang, ayun-ayunan, anjang-anjangan,
permainan
sosorodotan
dan
cara
tradisional
permainannya
anak-anak
yang
ada
di
pada
jenis
permainan
ini,
Indonesia yang jumlahnya lebih dari 690
Anak mampu bermain bersama
macam. Namun, setiap waktu permainan
dan tidak memilih-memilih teman dengan
baru muncul sehingga jenis permainan
siapa mereka ingin main. Hal ini sesuai
senantiasa bertambah banyak. Karena ini
dengan pendapat Furman et.al (dalam
dipengaruhi oleh keadaan dan situasi
Papalia, 2014 hlm. 369) Kemampuan
lingkungan daerah berasal. Hal ini juga
bersahabat dan ingin bermain bersama 42
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
merupakan suatu sifat alamiah anak,
penyesuaian diri yang mudah dengan
dengan temna-teman mereka anak belajar
orang-orang disekitar membuat seseorang
komunikasi dan kerjasama. Persahabatan
dapat diterima secara sosial. Selanjutnya
membantu anak merasa baik
hasil
diri
mengenai
mereka
sendiri,
sehingga
memudahkan
mereka
dalam
penelitian
Chapman
(2011)
akan
menyatakan bahwa proses interaksi sangat
mencari
efektif diamati ketika anak-anak sedang
teman. tentu dalam hal ini perlunya
bermain
kecerdasan interpersonal, ada anak yang
Sikap menunjukkan minat atau
sangat mudah berteman dan dekat dengan
kemauan
teman-temannya ada anak yang kurang
berkelompok atau bertim sudah terlihat
berinterkasi
mulai dari anak melakukan permaianan
dengan
teman-temannya.
Dennis (dalam Papalia, 2014, hlm. 275)
yang
anjang-anjangan,
galah
panto,
ucing
saling
sumput, hayam jeung careuh, engrang
bekerjasama dengan teman-teman satu tim
batok, dan tam-tam buku. Terlihat hampir
dengan mereka. Semua anak menjalin
semua
komunikasi dan berinteraksi satu dengan
permianan tersebut meski ada pembagian
yang lainnya. Hal ini sesuai dengan
tim atau kelompok. Hal ini sesuai dengan
pndapat
bahwa
pendapat Musfiroh (2011, hlm. 274)
dan
individu yang cerdas secara interpersonal
komunikasi adalah bagaian dari seseorang
memliki beberapa atau sebagian besar
cerdas secara interpersonal
indikator kecerdasan yaitu (1) sering
susanto,
Kemampuan
pendapat
semua
permainan
gagendongan, oray-orayan, ngala hui,
Interaksi dan komunikasi antar teman-temannya.
terhadap
2015
untuk
Cooper
berinteraksi
&
kemudian
Gordon
(2013)
anak
didatangi
mau
mengikuti
orang lain untuk
proses
dimintai
Intensitas interaksi atau komunikasi antar
nasehat atau saran, (2) Lebih memilih
individu
akan
kegiatan yang membutuhkan tim, (3)
mendorong dan mendukung terhadap
Cenderung meminta tolong atau berbicara
pembentukan
seseorang.
dengan orang lain ketika menghadapi
Selain itu hasil penelitian dari Markey,
masalah dari pada menyelesaikan masalah
et.al (2015) menjelaskan bahwa interaksi
sendirian, (4)Memiliki
juga dapat dilihat dari body orientation,
sekurang-kurangnya tiga orang, Lebih
loudness of voice and eye contact
menyukai
atau
Interaksi
antar
kelompok
kepribadian
sangat
banyak teman
permainan
bersama,
mewakili
(5)Menyukai tantangan untuk mengajar
seseorang cerdas secara interpersonal,
orang lain atau sekelompok ornag tentang 43
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
hal-hal yang dikuasai, (6)Menganggap diri
perilaku-perilaku moralnya secara tepat.
sendiri sebagai pemimpin atau dianggap
Dalam
pemimpin oleh orang lain, (7) Senang atau
sebayanya. Anak-anak akan memilih anak
menikmati berada ditengah keramaian, (8)
yang usianya hampir sama, anak dapat
Senang terlibat dengan kegiatan sosial
menerima
yang berkaitan dengan pekerjaan, tempat
menerima jenis kelamin lain, menerima
ibadah atau lingkungan tempat tinggal,
keadaan fisik anak lain, mandiri atau
(9)Lebih memilih mengisi waktu malam
terlepas dari orangtua, menunjukan minat
dengan pesta atau diskusi dari pada diam
terhadap mainan dan mau berbagi mainan
tinggal
dengan
di
penelitian
rumah. Hede
Kemudian
(2007)
hasil
berinteraksi
teman
teman.
dengan
teman
sebanyaknya,
Selain
itu
dapat
pendapat
menyatakan
Kawabata & Crick (dalam Papalia, 2014)
bahwa didalam sebuah tim atau group
juga menjelaskan bahwa anak-anak tidak
diperlukan
interpersonal.
menghiraukan apapun, karena anak-anak
Karena kecerdasan interpersonal sesuatu
melakukan persahabatan dengan siapapun
yang sangat penting dalam memberikan
tanpa
kepuasan kepada anggota timnya.
komitmen yang sama, saling memberi dan
kecerdasan
Sikap memerima teman dengan
terkecuali
menerima
jenis kelamin yang berbeda sudah terlihat
serta
hanya
melibatkan
tidak memperhatikan
etnis.
mulai dari anak melakukan permaianan gagendongan, oray-orayan, ngala hui, anjang-anjangan,
galah
panto,
KESIMPULAN
ucing
Berdasarkan hasil penelitian dapat
sumput, hayam jeung careuh, engrang
disimpulkan
batok, dan tam-tam buku. Tidak hanya
Purwakarta sudah menyelenggarakan atau
dalam melaksanakan kegiatan permainan
mengimplementasikan
tradisional namun pada kegaitan lain pun
tradisional jauh sebelum kebijakan Bupati
anak tidak membedakan teman-temannya
Purwakarta
ditetapkan.
Mulai
berdasarkan
perencanaan
rancangan
pembelajaran,
jenis
kelamin
semua
bahwa
TK
AL-akhyar
permainan
dari
berteman baik dengan teman permempuan
penyusunan program tahunan, bulanan
dan teman laki-laki. Hal ini seseuai
dan
dengan pendapat Solehuddin (1997, hlm.
tradisional merupakan sebuah program
46)
mengungkapkan
interaksi
harian.
Pelaksanaan
permainan
bahwa
melalui
pengembangan yang terintegrasi pada
sosial, anak dapat
berlatih
semua kegiatan dan tema pembelajaran.
mengekspresikan emosinya dan menguji
Tujuan 44
permainan
tradisional
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
dilaksanakan di TK Al-akhyar untuk
tradisional
salah
melestarikan
kecerdasan
interpersonal
sekaligus kearifan
permainan
tradisional
mempertahankan lokal
yang
nilai-nilai
bersumber
satunya
adalah
merupakan
bagian dari perkembangan sosial anak.
dari
Sebelas
indikator
dari
berbagai unsur kebudayaan salah satunya
perkembangan sikap anak berdasarkan
melalui permainan tradisional. selanjutnya
hasil penelitian menunjukkan (1)
untuk meminimalisir pengaruh permainan
mampu bermain bersama, (2) Sikap
anak menggunakan Gadget dan bermain
mampu
game online
bersedih, marah dan senang, (3) Sikap
Jenis permainan tradisional yang
membedakan
dengan
sedikitnya ada duapuluh
menunjukkan
permainan
keterbatasan
yang
mau bermain bersama dan berinteraksi
dimainkan di TK Al-akhyar Purwakarta
namun
teman
sikap
teman
sebayanya,(4) minat
atau
Sikap kemauan
program
terhadap permainan yang berkelompok
pembelajaran untuk semester ini ada
atau bertim, (5) Sikap memerima teman
sembilan permainan yang terlaksana yaitu
dengan jenis kelamin yang berbeda, (6)
gagendongan, oray-orayan, ngala hui,
Sikap memerima keadaan fisik teman, (7)
anjang-anjangan,
ucing
Dapat mandiri dan terlepas dari orangtua,
sumput, hayam jeung careuh, engrang
(8)Menunjukkan respon simpatik kepada
batok, dan tam-tam buku. Permainan
teman maupun oranglain, (9) Memahami
tersebut dimainkan ada yang berdasarkan
akibat jika melakukan pelanggaran dan
rima dan lagu-lagu, permainan yang
beranitanggungjawab, (10) Berbicara serta
bermuatan fisik dengan menggunakan alat
mendengarkan
dan
terlebih dahulu, (11) Menunjukkan senang
tidak
galah
panto,
menggunakan
berkelompok
atau
tim
alat.
juga
Dan
bersifat
oranglain
membantu teman-temannya.
tanding.
Sikap tersebut muncul pada saat
Strategi permainan
pembicaraan
dalam
tradisional
melaksanakan guru
mulai dari permainan gagendongan, oray-
menjadikan permainan tersebut bersifat
orayan, ngala hui, anjang-anjangan, galah
tanding sehingga anak merasa lebih
panto, ucing sumput, hayam jeung careuh,
termotivasi
engrang
dan
biasanya
anak melakukan permainan tradisional
semangat
dalam
batok,
dan
tam-tam
buku.
mengikuti permainan tradisional. sehingga
penilaian yang dilaksanakan oleh guru
berbagai
dapat
adalah penilaian perkembangan anak yang
permainan
bersifat autentik menilai ke enam aspek
berkembang
kemampuan melalui
anak
45
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
Jurnal Penelitian PAUDIA. I (1), hlm. 91-105
perkembangan anak. sementara penilaian dilakukan
dalam
bentuk
catatan
Reis, H & Wittenberg, M. (1988). Five domains of interpersonal competence in peer relationships. Journal of personality and social psychology, VI (55), hlm. 991-1008
perkembangan anak, hasil karya dan catatan khusus guru. Untuk penilaian dalam menilai kecerdasan interpersonal anak,
guru
tidak
mengkhususkan
Rotenberg, Ken et.al (2014). The Relation between Children’s Trust Belief in Peers and Their Peer Interactions in Natural Setting. A Journal Abnorm Child Psychology. I (42), Hlm. 967780
penilaiannya, namun karena bagaian dari perkemabngan sosial emosional anak. maka
perkemabngannya
pun
di
gabungkan dengan penilaian tersebut.
Sagala, Dewi. Dkk. (2014). Upaya Meningkatkan Interaksi Sosial Melalui Permainan Tradisional Jamuran pada Anak Kelompok B TK Kuncup Sari Semarang. PAUDIA. 1 (1), Hlm. 112-132
DAFTAR RUJUKAN Gardner, Howard. (1993). Frames Of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books
Santoso, A & AMaulidah, N. (2012). Permainan konstuktif untuk meningkatkan multiple intelligences (visual-spasial dan interpersonal. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam. I (2), hlm. 27-47
Gilmore, Karen. (2010). Pretend Play and Development in Early Childhood. JAPA. I (1), Hlm. 1157-1180 Hansen, L.A. (1998) Where we play and who we are : Illonuis Park and Recreation. 29 (2). Hlm. 22-25
Semiawan Conny R. (2008) Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar). Jakarta: Prehallindo
Hede, Andrew. (2007). The Shadow Groups; Towards an Explanation of Interpersonal Conflik in Work Groups. I (22), Hlm. 25-39
Soetjiningsih.(2015). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Putra, Nusa. (2012). Metode penelitian kualitatif Pendidikan. Jakarta : Rajawaki pers.
Sujiono, Yuliani Nurani, (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Rahmawati, (2009). Permainan Tradisional Untuk Anak Usia 4-3 Tahun. Bandung.Sandiarta Sukses Bandung: Refika Aditama.
Sujiono, Yuliani Nurani & Sujiono, Bambang. (2013) Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
Rakhmawati, E. dkk. (2011). Permainan tradisional sebagai stimulasi aspek perkembangan anak usia dini.
Suyadi. (2014) Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Rosda 46
Tunas Siliwangi
Vol.2, No.1, April 2016: 30-47
budaya lokal. Jurnal NOUVEAU. I (3), hlm. 4-12
Suyadi. (2009). Anak yang Menakjubkan. Yogyakarta: Diva Press.
Wahyudin, Uyu & Agustin, Mubiar. (2012). Penailaian Perkembangan Anak Usia Dini.
Sheridan, D. Mary. (2011). Play In Early Childhood From Birth To Six Years (Third Edition). London & NewYork: Routledge.
Walton, Andre. (2003). The Impact of Interpersonal Factors on Creativity. Journal of Enterprenurial Behavior & Research. IV (9), Hlm. 146-162
Suyono, Hadi.(2007) Social Intelligence (Cerdas Meraih Sukses bersama Orang lain dan Lingkungan).Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wirawan, Sarlito. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Suyanto, Slamet. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Susanto, Ahmad. (2015). Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana. Tai,
Art
F. (2014). Exploring multiple intelligences. The Journal of Human Resource and Adult Learning. I (10), hlm. 11-21
Tedjasaputra, S. Mayke. (2001). Bermain, Mainan dan permainan. Jakarta: Grasindo Trianto, Safaria. (2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Amara Books. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yaumi, Muhamad & Ibrahim, Nurdin (2013). Pembelajaran berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Kencana. Yosep, P dkk. (2014). Penciptaan buku ilustrasi permainan tradisional sebagai upaya pelestarian warisan
47