Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL MODIFIKATIF Dian Surya Aprilyanti Winti Ananthia Pogram Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Kemampuan bahasa Inggris dapat dikembangkan sejak usia dini terutama dalam perkembangan kosakata. Siswa-siswi Kelompok B usia 5-6 di TK Al-Biruni dan TK Gunatria dipilih sebagai sampel penelitian bagian populasi dari TK se-Kecamatan Gedebage Kota Bandung.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak sebelum dan sesudah pembelajaran dan untuk mengetahui perbedaan kemampuan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak usia dini baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Hasil observasi menunjukkan bahwa perkembangan bahasa Inggris anak usia dini kelompok B di Kota Bandung masih dapat dikembangkan lebih optimal dengan cara yang efektif dan menyenangkan. Peneliti memilih penerapan permainan tradisional modifikatif untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak di TK AlBiruni sebagai kelas eksperimen. Sedangkan sebagai pembanding grammar translation method diterapkan pada pembelajaran kelas kontrol di TK Gunatria. Teknik kuantitatif dengan perhitungan statistik digunakan untuk analisis data penelitian. Perkembangan kemampuan bahasa Inggris anak terlihat dari nilai rata-rata 2 5,95 untuk pretest dan 41,5 untuk posttest pada kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional modifikatif. Nilai rata-rata pada kelas kontrol 24,82 untuk pretest dan 35,77 untuk posttest dengan menggunakan grammar translation method. Secara statistik nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 41,5 sedangkan kelas kontrol adalah 35,77. Dengan demikian selisih ratarata nilai ekspermen dan kontrol adalah 5,73. Nilai t posttest dari kedua kelompok adalah 2,462 dan nilai signifikansi ≤ 0,05 dengan asumsi kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,023. Nilai signifikansi 0,05, maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan di atas, H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan permainan tradisional modifikatif dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak usia dini. Maka permainan tradisional modifikatif dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di PAUD.
Kata kunci : Anak usia dini, Bahasa Inggris, Permainan tradisional modifikatif.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
DEVELOP ENGLISH LANGUAGE ABILITY IN EARLY CHILDHOOD BY TRADITIONAL MODIFICATION GAMES ABSTRACT English ability can be developed since early childhood especially in vocabulary development. Student of group B 5-6 years old in TK Al-Biruni and TK Gunatria were chosen as research sample part of population from TK inKecamatan Gedebage Kota Bandung. The research purpose is to find out the ability of children’s English vocabulary and to find out the increasing ability of children’s English vocabulary before and after learning in experiment class as well as control class. The observation result indicated that children’s English can be optimally developed in effective and fun ways. The researcher chose traditional modificative games to develop children’s English ability in TK AlBiruni Bandung as experiment class. Meanwhile as a comparison a grammar translation method was applied in the control class at TK Gunatria. The quantitative technique with statistics calculation was used the research analysis of data. The development of children’s English can be seen from the mean value 25,95 for pretest and 41,5 for posttest in experiment class. Whereas the mean value for the control class was 24,82 for pretest and 35,77 for posttest. In a statistics manner mean value posttest experiment class is 41,5 while in control class is 35,77. The defference of mean value experiment and control is 5,73. The t value posttest of both groups was 2,462 and significance value with assumption that the background of groups from normal distribution population is 0,023. This significance value is smaller than 0,05 and based on criteria judgment interpretation, Ho is prevented and Ha is accepted. The research conclusion that the traditional modificative games can increase of English vocabulary in early childhood. Therefore the traditional modificative games is applicable in early childhood education. Kata kunci : English Language, Early Childhood, Traditional Modification Games.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Fase pertumbuhan dan perkembangan kritis serta strategis dalam membangun dan menstimulasi proses pendidikan anak usia dini yaitu terjadi pada rentang usia 0-6 tahun. Sujiono (dalam Rustini, 2014, hlm. 91) menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Rentang usia kritis dan strategis ini sering juga disebut “usia emas” atau golden age. Pendidikan anak usia dini merupakan tempat bagi anak membangun pondasi awal, begitu pula bagi pendidik yang membantu dalam mendorong dan menstimulasi dasar pertumbuhan dan perkembangan anak. Usia ini sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak sampai dimasa yang akan datang. Pengoptimalsasi aspek perkembangan anak merupakan hal yang dapat dilakukan mengingat anak usia dini memiliki kekhasan khusus yang tidak dimiliki orang dewasa. Bredecam (dalam Rustini, 2013. Hlm. 92), menyatakan bahwa karakteristik anak usia dini diantaranya adalah, “a) bersifat unik, b) mengekspresikan perilakunya secara relatif dan spontan, c) bersifat aktif dan enerjik, d) egosentris, e) memiliki rasa ingin tahu, f) eksploratif dan berjiwa petualang, g) kaya dengan fantasi, h) mudah frustasi, i) kurang pertimbangan dalam bertindak, j) memiliki daya perhatian yang pendek, k) masa belajar yang paling potensial, l) semakin menunjukkan minat terhadap teman”. Dalam perkembangan bahasa Depdiknas, (2005, hlm.13) menyatakan bahwa kompetensi dasar berbahasa anak adalah “anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbilsimbol yang melambangkannya”. Kompetensi dasar bahasa anak juga dapat dikembangkan dalam pengenalan Bahasa Inggris anak. Dalam Macintyre, (2005, hlm. 65) menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak 5 tahun pada segi kata adalah telah dapat menggunakan artikulasi jelas
dan penggabungan kata. Kosakata yang digunakan untuk pengajaran bahasa anak usia dini adalah kosakata dasar. Tarigan (2011, hlm.3) menyatakan bahwa, kosakata dasar merupakan kata-kata yang tidak mudah berubah, yaitu istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata bilangan, kata kerja, kata keadaan dan kata benda. Bahasa Inggris memiliki potensi yang besar untuk dapat di terapkan pada anak usia dini. Hal ini karena menurut Cameron (dalam Harun & Ananthia, 2013, hlm. 4) menyatakan bahwa anak usia dini memiliki kelebihan yang unik yaitu potensi besar untuk belajar. Sehingga potensi belajar anak usia dini dapat di manfaatkan untuk mengoptimalkan pengembangan bahasa Inggris anak. Dalam perkembangannya bahasa Inggris bukanlah bahasa resmi yang biasa digunakan masyarakat umum di Indonesia. Hal ini memperkecil kesempatan untuk mendapatkan exposure bahasa Inggris yang memadai untuk mendukung pemerolehan kosa kata bahasa Inggris baik di lingkungan rumah dan di lingkungan masyarakat. Hanya di sekolah anak dapat memperoleh pembelajaran bahasa Inggris tersebut. Di Sekolah biasanya kelompok yang memperoleh pembelajaran bahasa Inggris memiliki kelas terpisah dengan kelompok yang tidak memperoleh pembelajaran bahasa Inggris. Kasus yang dijumpai dilapangan anak yang memperoleh pembelajaran bahasa Inggris dapat mengerti kata yang diucapkan dalam bahasa Inggris, namun tidak dapat menjawab kembali dengan menggunakan bahasa Inggris. Sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris biasanya menyebutnya sebagai pembelajaran billingual. Hal tersebut berdasar pada penggunaan 2 bahasa dalam pembelajaran yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Yip dan Matthews, (2007, hlm. 57) menyatakan bahwa apapun metode yang digunakan untuk perkembangan
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
pembelajaran billingual, penggunaan 2 bahasa yang berbanding sama harus dilakukan untuk memperoleh target bahasa yang sama. Penggunaan bahasa yang sama sangat penting agar pemerolehan 2 bahasa bagi anak dapat seimbang. Bernardini dan Schlyter (dalam Cunningham, 2011, hlm. 170) menyatakan “express this theory in their ‘Ivy Hypothesis’, where the idea is that the dominant language is the wall upon which the leaves of the weaker language are supported”, pernyataan tersebut berisi mengenai hipotesis Ivy yang menyatakan bahwa penggunaan bahasa yang tidak seimbang (dominan) dalam pembelajaran bilingual dapat menjadi benteng yang membiarkan salah satu bahasa lain tidak di dukung dan menjadi bahasa yang lebih lemah. Sedangkan penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa formal yang lebih dominan biasanya disebut juga terjemaah bahasa asing atau juga disebut grammar translation methode. Grammar translation methode menurut Harun dan Ananthia (2013, hlm.57) adalah pendekatan pembelajaran bahasa Inggris yang menekankan berbagai tugas yang harus di kerjakan seputar penerapan aturan-aturan dalam penggunaan bahasa Inggris. Hasil dari diskusi yang dilakukan dalam Moon, (2000, hlm. 63) mengenai kondisi untuk pembelajaran bahasa Inggris, menyatakan bahwa lebih baik menggunakan bahasa Inggris dalam mengajar bahasa Inggris karna hal tersebut memberikan anak kesempatan untuk lebih eksposure kemampuan bahasa Inggris anak. Senada dengan hal tersebut penggunaan bahasa formal saat anak salah mengucap dalam bahasa Inggris akan membuat anak bingung karena anak harus beralih bahasa antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia (dalam Moon, 2000, hlm.67). Bahasa Inggris merupakan salah satu potensi aspek bahasa yang dapat dikembangkan melalui bermain. Keberhasilan akademik seseorang memiliki korelasi yang kuat dengan keberhasilannya
memperoleh pengetahun dari lingkungan sekitar (Buzan, 2011, hlm.144). Bermain adalah dunia anak menurut Montessori (dalam Faizah, 2010, hlm.109). Dewey, 1961 (dalam Faizah hlm 111: 2010) kegiatan bermain sama halnya dengan kegiatan bekerja bagi anak. Selain bermain bebas, anak-anak juga senang mengikuti permainan, yaitu bermain dengan aturan yang dapat memberi tantangan untuk anak. Sejalan dengan hal tersebut Smith (2010, hlm. 11) menyatakan bahwa “Games can be distinguished from play by the presence of external rules: that means, rules that are established by convention, to a greater or lesser extent codified, and that provide constraints on what the game players can do”. Berk (2006, hlm.6) anak usia 2-6 tahun tumbuh dan belajar dengan cepat baik dalam keterampilan dan mengatur diri, secara psikologis bermain dapat mendukung perkembangan psikologis dan bahasa serta moral dan hubungan teman sebaya. Salah satunya permaian yang dapat dilakukan untuk menyampaikan materi bahasa Inggris untuk anak usia dini adalah melalui permainan tradisional. Zaini (dalam Sutini, 2013, hlm.70) menyatakan bahwa “permainan tradisional diartikan sebagai satu kegiatan menyenangkan yang dilakukan menurut tradisi, sehingga menimbulkan rasa puas pada pelakunya”. Permainan tradisional di Indonesia begitu banyak, inovatif, kreatif dan variatif, terdapat ratusan jenis permainan yang ada di Indonesia. Menurut Dharmamulya, (dalam Putri, 2013, hlm.9), jenis-jenis permainan tradisional ditampilkan sesuai dengan katogerisasi menurut permainanya. yaitu: bermain dan bernyanyi dan atau dialog, bermain dan olah pikir, bermain dengan adu ketangkasan. Sedangkan dalam Husna (2009), jenis permainan tradisional dibagi menjadi permainan di luar rumah, permainan di dalam rumah, permainan rakyat 17 agustusan, dan permainan pengundian. Silawati dan Ardiyanto (2014, hlm. 2) bahwa “permainan tradisional
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
memiliki potensi yang besar untuk dapat membangun strategi belajar anak termasuk dalam membangun kemampuan bahasa anak”. Permainan Tradisional juga bersifat fleksibel dimana kegiatannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak. Permainan tradisional modifikatif juga dapat di sesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Senada dengan hal tersebut Silawati dan Ardiyanto, (2014, hlm. 2) menyatakan bahwa permianan tradisional akan lebih efektif jika dimodifikasi untuk lebih sesuai dengan keadaan saat ini, modifikasi adalah proses, jalan atau upaya membebaskan atau mengaktifkan budaya. Selain itu Fad (2014, hlm.6) juga menyatakan bahwa “diperlukan pula regenerasi dan revisualisasi pada permainan tradisional karena pembaruan membuatnya menarik dan mudah diterima”.Dalam penelitian ini permainan tradisional yang digunakan dimodifikasi agar dapat menjadi media dalam menyampaikan kosakata bahasa Inggris. Maka tujuan penulisan artikel ini diantaranya. 1) untuk mengetahui perkembangan penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak kelompok B taman kanak-kanak Al-Biruni yang mendapatkan pembelajaran bahasa Inggris melalui pemainan tradisional modifikatif. 2) untuk mengetahui perkembangan penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak kelompok B taman kanak-kanak Gunatria yang mendapatkan pembelajaran bahasa Inggris melalui metode grammar translation method. 3) untuk mengetahui perbedaan hasil perkembangan penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak kelompok B yang mendapat pembelajaran bahasa Inggris melalui permainan tradisional modifikatif dan metode grammar translation method. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen . Penelitian ini dilakukan dengan desain metode penelitian quasi experimental (the matching) pretest-
posttest design. Metode kuantitatif dapat menyediakan hasil berupa angka yang menggunakan statistik yang dapat menjelaskan, menguji variabel penelitian dan mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif (Abidin, 2011, hlm.55). Keunggulan metode quasi experimental (the matching) pretest-posttest design adalah peneliti dapat memilih tempat penelitian yang akan dilibatkan untuk penggunaan kelas eksperimen dan kontrol. Namun tentu karena siswa-siswi kedua sekolah yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang sama (Abidin, 2011, hlm.119). Desain metode penelitian ini dipilih karena peneliti melibatkan 2 populasi dengan cara dipilih yaitu TK Al-Biruni Kota Bandung sebagai kelas eksperimen dan TK Gunatria Kota Bandung sebagai kelas kontrol. Berikut adalah diagram untuk metode penelitian quasi experimental (the matching) only posttest design. Treatment group O1 M X1 O2 -----------------------------------------------Cotrol group O1 M X2 O2 Populasi penelitian ini adalah siwa/siswi taman kanak-kanak di Kecamatan Gedebage Kota Bandung. Subjek sampel penelitian dilakukan di TK Gunatria Kecamatan Gedebage Kota Bandung dan TK Al-Biruni Kecamatan Gedebage Kota Bandung pada anak usia 5-6 tahun atau kelompok TK B tahun ajaran 2015-2016. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen respon performa.Indikator penilaian yang digunakan diperoleh dari Depdiknas, 2007, hlm.9. Intrumen penelitian ini digunakan dalam kegiatan pretest dan post test. Untuk mempermudah proses pengumpulan data, peneliti menggunakan rubrik penilaian pada kolom penilaian sesuai dengan performa yang ditunjukkan anak.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Skor No. Indikator * ** *** **** Menyebutkan kata benda, bagian tanaman, a. warna dan macammacam buahbuahan. Menunjuk/ mencocokkan kosa kata dengan benda sesuai kata benda, b. bagian tanaman, warna dan macammacam buahbuahan. Selain itu digunakan instrumen pengumpulan data lain seperti catatan lapangan, observasi, alat bermain, kamera foto. Analisis data dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan bahasa Inggris anak usia dini di taman kanak-kanak pada kelas yang mendapatkan perlakuan permainan tradisional modifikasi pada pembelajaran bahasa Inggris (kelas eksperimen) dan pada kelas kontrol yang mendapatkan perlakuan pembelajaran klasikal (grammar translation method). HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diolah dengan pemberian skor. Skor ini didasarkan pada skala likert dengan nilai minimal 1 dan nilai maksimal 4 (kriteria penilaian terlampiran). Data akan dianalisis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji dua rerata, uji-t. Data yang telah diperoleh berdasarkan hasil penelitian akan diolah menggunakan SPSS versi 17.0 for windows.
Uji normalitas adalah untuk melihat normalitas data sebelum pengujian hipotesis dilakukan (Sugiyono, 2012, hlm.241). Uji homogenitas dilakukan apabila populasi-populasi yang akan diuji telah terbukti berdistribusi normal (Mulyati, 2011, hlm.126). Uji dua rerata digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari dua buah rata-rata sampel. Uji rerata dengan uji t’ digunakan jika kedua data berasal dari populasi normal namun memiliki variansi yang berbeda (dalam Mulyati. dkk, 2011, hlm. 147). Bahasa Inggris yang bukan merupakan bahasa resmi di Indonesia. Oleh karena itu anak usia dini di Indonesia memiliki kesulitan tersendiri dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris. Bahasa Inggris tidak banyak digunakan dalam interaksi di Indonesia. Sehingga dalam hal ini, diperlukan cara yang cocok bagi anak usia dini untuk dapat memperoleh bahasa Inggris dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa Inggris, biasanya disampaikan dengan cara menerjemaahkan kembali bahasa Inggris yang diucapkan atau grammar translation method. Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai permainan tradisional yang dapat dimodifikasi, peneliti mencoba untuk dapat menerapkan permainan tradisional modifikatif untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak usia dini. Oleh karena itu peneliti menggunakan penerapan permainan tradisional modifikatif pada kelas eksperimen dan grammar translation method di kelas kontrol. Setelah analisis data pretest dilakukan di kelas eksperimen dan di kelas kontrol, diperoleh rata-rata skor pretest 25,95 di kelas eksperimen sedangkan di kelas kontrol diperoleh rata-rata 24,82. Selisih rata-rata skor pretest di kelas eksperimen dan di kelas kontrol adalah 1,13. Meskipun demikian, peneliti tidak langsung mengasumsikan bahwa kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
perbedaan, melainkan harus melalui tahapan uji perbedaan dua rerata dengan parametric test maupun nonparametric test dengan taraf signifikansi 0,05. Sebelum melakukan uji perbedaan dua rerata, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji perbedaan dua rerata dengan parametric test atau nonparametric test. Setelah dilakukan uji normalitas, diperoleh nilai signifikansi di kelas eksperimen sebesar 0,2 dan nilai signifikansi di kelas kontrol sebesar 0,2. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas di kelas eksperimen dan di kelas kontrol lalu diperoleh nilai signifikansi 0,202. Karena hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian perbedaan dua rerata menggunakan uji parametrik dengan uji t untuk melihat adanya perbedaan atau tidak terdapat perbedaan dari dua sampel bebas. Hasil uji t pada pretest menunjukkan nilai signifikansi 0,458. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rerata dengan T- Test Sampel Independent pada skor pretest yang menghasilkan nilai uji perbedaan dua rerata 0,458 ≥ 0,05. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan bahasa Inggris yang signifikan antara anak di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Setelah dilakukan perlakuan baik di kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional dan di kelas kontrol dengan grammar translation method, lalu siswa diberikan kegiatan posttest. Diperoleh ratarata skor posttest 41.5 di kelas eksperimen dan 35,77 di kelas kontrol. Selisih rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 5,73. Meskipun terdapat perbedaan rerata yang cukup tinggi, tetapi peneliti belum bisa menyimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan, sebelum dilakukan uji perbedaan dua rerata berdasarkan tahapan yang sesuai untuk uji perbedaan dua rerata dengan uji parametrik atau nonparametrik sama seperti tahapan uji perbedaan pada data pretest. Pada uji
normalitas posttest, dihasilkan perhitungan normalitas pada kelas eksperimen sebesar 0.2 dan kelas kontrol sebesar 0.183. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas data posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan hasil 0,953. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Maka perhitungan dilanjutkan ke uji parametrik dengan menggunakan uji t (T-Test Sampel Independent) karena data tersebut berasal dari sampel bebas. Hasil uji t pada posttest adalah memiliki nilai signifikansi sebesar 0,023. Nilai signifikansi 0,023 ≤ 0,05 sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan bahasa Inggris anak yang mendapat perlakuan menggunakan penerapan permainan tradisional modifikatif dan grammar translation method. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian yang diterima adalah Ha yaitu permainan tradisional modifikatif berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan bahasa Inggris anak usia dini, dengan kriteria uji hipotesis yaitu, Ha : µ1 ≠ µ2. Peningkatan perkembangan kemampuan bahasa Inggris yang nampak pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Buzan (2011, hlm.144), bahwa keberhasilan akademik seseorang memiliki korelasi yang kuat dengan keberhasilannya memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitar. Sehingga baik di kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional modofikatif maupun di kelas kontrol dengan grammar translation method mengalami peningkatan kemampuan bahasa Inggris setelah dilakukan perlakuan. Namun demikian anak-anak kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan penerapan permainan tradisional modifikatif, mengalami peningkatan kemampuan bahasa Inggris yang lebih signifikan. Hal ni senada dengan pernyataan Moon, (2000, hlm. 63)
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
mengenai kondisi untuk pembelajaran bahasa Inggris, menyatakan bahwa lebih baik menggunakan bahasa Inggris dalam mengajar bahasa Inggris karna hal tersebut memberikan anak kesempatan untuk lebih eksposure kemampuan bahasa Inggris anak. Peningkatan kemampuan bahasa Inggris tersebut terjadi karena materi disampaikan melalui pola permainan yang menyenangkan bagi anak. Permainan tradisional tidak hanya menyampaikan nilai-nilai budaya, namun juga merupakan permainan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan salah satunya adalah perkembangan bahasa anak. Selain penelitian penerapan permainan tradisional modifikatif untuk mengembagkan kemampuan bahasa Inggris anak usia dini, Danika (2014) juga menggunakan permainan tradisional khusunya sondah yang dimodifikasi untuk mengembangkan moral anak usia dini. Permainan tradisional digunakan dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan, karena permainan tradisional memiliki pola permainan yang dapat mengaktifkan fisik, motorik, bahasa, moral, budaya pada anak. Sejalan dengan hal tersebut Brock, dan Rankin (2008, hml. 3) menyatakan bahwa anak memperoleh pemahaman mengenai keistimewaan bahasa dan budaya serta pengetahuan dan pemahaman dari lingkungan sekitar anak. Upaya mengenalkan bahasa Inggris bagi anak usia dini melalui permainan tradisional adalah dengan melakukan modifikasi pada permainan tradisonal yang digunakan. Permainan tradisional yang digunakan yaitu tetemute, sondah, dan papasaran dimodifikasi sehingga mampu menjadi media interaksi dalam pembelajaran serta agar dapat disesuaikan dengan perkembangan anak dan kebutuhan pembelajaran bahasa Inggris anak usia dini. Silawati dan Ardiyanto, (2014, hlm. 2) menyatakan bahwa permainan tradisional akan lebih efektif jika dimodifikasi untuk
lebih sesuai dengan keadaan saat ini, modifikasi adalah proses, jalan atau upaya membebaskan atau mengaktifkan budaya. Pada pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris melalui permainan tradisional, anak-anak sangat senang dan antusias. Hal ini karena permainan tradisional merupakan salah satu permainan yang jarang ditemui anak. Selain itu permainan tradisional merupakan permainan turuntemurun yang ada di masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Wardani, (dalam Putri, 2013, hlm.9) menyatakan, “permainan tradisional merupakan salah satu bentuk budaya yang patut dilestarikan”. Selain itu permainan tradisional modifikatif yang digunakan adalah permainan yang mengaktifkan fisik dan psikis anak, sehingga anak merasa senang. Dalam permainan tradisional juga terdapat dialog, nyanyian, dan tantangan. Seperti yang dinyatakan oleh Dharmamulya, (dalam Putri, 2013, hlm.9), jenis-jenis permainan tradisional ditampilkan sesuai dengan katogerisasi menurut permainanya. yaitu: bermain dan bernyanyi dan atau dialog, bermain dan olah pikir, bermain dengan adu ketangkasan. Sehingga anak-anak merasa mudah dalam mengikuti permainan walaupun guru menggunakan bahasa Inggris sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran. Meskipun anak merasa senang, tetap saja dalam penggunaan bahasa Inggris dalam seluruh kegiatan pembelajaran dapat membuat anak kebingungan atau bertanyatanya apa yang dimaksud oleh guru. Dalam hal ini peneliti sebagai guru mengupayakan pemahaman anak dalam percakapan dengan dibantu oleh bahasa tubuh (gesture). Jika anak masih belum mengerti maka guru mengupayakan lagi dengan hal lain seperti menunjuk benda yang dimaksud atau memberi contoh kepada anak. Sehingga anak dapat mengerti apa yang dimaksud oleh guru. Saat ada anak yang mengerti dengan apa yang dimaksud oleh guru, anak tersebut menejlaskan sendiri kepada teman-temannya yang lain
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
tanpa diminta oleh guru. Dalam mengenalkan permainan tradisional memang tidak dapat dikenalkan sekali dan sekaligus, maka guru mengenalkan permainan tradisional tersebut pada saat sebelumnya. Sehingga anak mengetahui alur permainan, walaupun saat pelaksanaan penelitian menggunakan bahasa Inggris dalam seluruh kegiatan pembelajaran. hal tersebut sejalan dengan pernyataan Smith (2010, hlm.12) menambahkan bahwa untuk dapat memahami jalannya permainan, anak membutuhkan waktu dan pengulangan sebagai contoh adalah permulaan untuk anak mengerti peraturan dalam permainan. Namun terdapat pula kelebihan dari penggunaan bahsa Inggris secara penuh dalam kegiatan pembelajaran, yaitu anakanak menjadi terbiasa mendengarkan bahasa Inggris dan lebih cepat ingat karena pengulangan terus menerus dalam bahasa Inggris. Selain itu anak-anak di kelas eksperimen lebih dapat menghargai penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa yang juga harus dipelajari. Hal ini karena terdapat buku-buku cerita atau ensiklopedia yang menggunakan bahasa Inggris sehingga anak dapat melihat dan membaca bagaimana pentingnya bahasa Inggris dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan bahasa Inggris anak di kelas eksperimen yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Artinya penggunaan bahasa Inggris telah mengarah pada fungsi heuristik yang menurut Halliday, 1973 (dalam Tarigan, 2011, hlm.8) fungsi heuristik yaitu penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengetahui lingkungan anak dimasa yang akan datang. Sedangkan pada pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol yaitu dengan menggunakan grammar translation method, perkembangan kemampuan bahasa Inggris anak juga mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan pembelajaran anakanak dibantu dengan bahasa Indonesia.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa anak yang dibantu dengan penjelasan bahasa Indonesia menambah kebingungan anak, karena anak harus mencerna informasi dalam dua bahasa sekaligus. Harun dan Ananthia (2013, hlm.57) menyatakan bahwa pendekatan ini menampilkan katakata secara lepas dan bentuk gramatika terpisah. Dengan demikian anak-anak mengira saat ditanya kosakata yang menjadi target penelitian ia bisa menjawab dengan bahasa Indonesia. Sehingga senada dengan Moon, (2000, hlm.67) bahwa penggunaan bahasa formal saat anak salah mengucap dalam bahasa Inggris akan membuat anak bingung karena anak harus beralih bahasa antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Anak-anak di kelas kontrol cenderung merasa aneh saat mendapatkan kosakata baru dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini nyanyian yang diberikan dalam bahasa Inggris di kelas kontrol cukup dapat membantu meningkatkan antusias anak. Selain itu penggunaan media, seperti gambar pohon utuh, warna yang akan dikenalkan, dan buah-buahan asli dapat membantu pemahaman lebih cepat terhadap target kosakata penelitian. Sehingga meskipun tidak signifikan, kelas kontrol juga mengalami peningkatan kemampuan bahasa Inggris. Hal ini sejalan dengan pernyataan Moon (2000, Hlm.7) menyatakan bahwa anak-anak tidak sabar untuk mengeksplorasi lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain, yang mana dapat membantu mereka membangun pengetahuan mereka dalam kehidupan. Pada penelitian ini kedua kelas baik eksperimen maupun kontrol memiliki kemampuan yang sama dalam penguasaan bahasa Inggris. Hal ini karena anak usia dini memilikii kemampuan berbahasa yang sama sesuai tahapan usianya. Seperti Indikator pengembangan kemampuan dasar berbahasa anak usia 5-6 tahun salah satunya adalah anak dapat menirukan kembali 4-5 urutan kata (dalam Depdiknas, 2007, hlm.9). Sehingga data hasil
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
perhitungan pada pretest data berdistribusi normal. Ditambah pemilihan target kosakata yang bukan merupakan kosakata umum yang dikenal anak. Sehingga pada kegiatan pretest rata-rata anak-anak belum banyak mengetahui target kosakata dalam penelitian. Sedangkan pada hasil posttest dapat lebih terlihat keefektifan pembelajaran di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Kelemahan penelitian ini adalah guru harus mempersiapkan media yang dapat membantu pemahaman anak. Dalam permaianan tradisional modifikatif, guru harus merencanakan secara baik dan teratur agar pembelajaran dapat memberi hasil sesuai harapan. Upaya menghindari bias yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan observasi mengenai kosakata bahasa Inggris yang telah diketahui oleh anak. Sehingga baik di kelas eksperimen dan di kelas kontrol, anak-anak belajar mengenai kosakata baru. Hal ini memberikan hasil yang jelas mengenai peningkatan kemampuan bahasa Inggris anak di kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional dan di kelas kontrol dengan grammar translation method. Kemampuan bahasa Inggris anak usia dini mengalami peningkatan setelah mendapat perlakuan penerapan permainan tradisional modifikatif. Hal ini ditandai dengan peningkatan indikator penilaian seperti anak mampu menyebutkan kosakata bahasa Inggris dengan lafal yang jelas. Selain itu terlihat peningkatan indikator penialian anak mampu menunjuk benda sesuai kosakata yang disebutkan. Secara statistik diperoleh nilai rata-rata 25,95 untuk pretest dan 41,5 untuk posttest pada kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional modifikatif. Kemampuan bahasa Inggris anak usia dini di kelas kontrol dengan menggunakan grammar translation method juga mengalami peningkatan, namun tidak signifikan. Kemampuan bahasa Inggris anak di kelas kontrol hanya sebagian kecil yang mengalami peningkatan signifikan.
Untuk sebagian besar anak lain peningkatan yang diperoleh tidak signifikan. Secara statistik diperoleh nilai rata-rata 24,82 untuk pretest dan 35,77 untuk posttest pada kelas kontrol dengan menggunakan grammar translation method dalam pembelajaran. Terdapat perbedaan kemampuan bahasa Inggris anak usia dini di kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional modifikatif dengan kelas kontrol dengan menggunakan grammar translation method. Perkembangan kemampuan bahasa Inggris dengan penerapan permainan tradisional lebih baik dari pada pembelajaran dengan grammar translation method. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian yang menunjukkan kemampuan bahasa Inggris di kelas eksperimen dengan penerapan tradisional modifikatif lebih meningkat signifikan dibandingkan dengan kemampuan bahasa Inggris di kelas kontrol dengan grammar translation method. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Terdapat perbedaan kemampuan bahasa Inggris anak usia dini di kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional modifikatif dengan kelas kontrol dengan menggunakan grammar translation method. Perkembangan kemampuan bahasa Inggris dengan penerapan permainan tradisional lebih baik dari pada pembelajaran dengan grammar translation method. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian yang menunjukkan kemampuan bahasa Inggris di kelas eksperimen dengan penerapan tradisional modifikatif lebih meningkat signifikan dibandingkan dengan kemampuan bahasa Inggris di kelas kontrol dengan grammar translation method. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Walaupun untuk membuktikan lebih jauh secara statistik, peneliti menggunakan tahapan perhitungan statistika yang menampakkan hasil jelas.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Secara statistik nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 41,5, sedangkan kelas kontrol adalah 35,77. Dengan demikian selisih rata-rata nilai ekspermen dan kontrol adalah 5,73. Nilai t posttest dari kedua kelompok adalah 2,462 dan nilai signifikansi dengan asumsi kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal adalah 0,023. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05, sehingga berdasarkan kriteria pengambilan keputusan di atas, H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata populasi kedua kelompok pada posttest adalah berbeda atau penerapan permainan tradisional modifikatif berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan bahasa Inggris anak usia dini. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press. Berk, L. E. (2006). Child Developement. Boston: Pearson. Buzan, T. (2011). Brain child cara pintar membuat anak pintar. Jakarta: Gramedia Pustaka. Cunningham, U. (2011). Growing up with two languages a practical guide for the bilingual family. USA dan Canada: Routledge. Depdiknas. (2005). Kurikulum 2004 standar kompetensi taman kanak-kanak dan raudlatul athfal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2007). Pedoman pembelajaran bidang pengembangan berbahasa di taman kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Fad, A. (2014). Kumpulan permainan anak tradisional Indonesia. Jakarta; Cerdas Interaktif (Penebar swadaya group). Cunningham, U. (2011). Growing up with two languages a practical guide for the bilingual family. USA dan Canada: Routledge. Depdiknas. (2005). Kurikulum 2004 standar kompetensi taman kanak-kanak dan raudlatul athfal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fad, A. (2014). Kumpulan permainan anak tradisional Indonesia. Jakarta; Cerdas Interaktif (Penebar swadaya group). Faizah, D. (2010). Keindahan belajar dalam perspektif pedagogi. (edisi kedua). Jakarta: Unggul Permana Selaras. Harun, A. C. & Ananthia, W. (2013). Pengajaran bahasa inggris untuk anak usia dini. Bandung: Dian Cipta. Husna, A. (2009). 100+Permainan Tradisional Indonesia untuk Kreativitas, Ketangkasan, dan Keakraban. Yogyakarta: Andi Offset. Macintyre, C. 2005, Identifying additional learning needs in the early years. London: Routledge. Moon, J. (2000). Children Learning English. Kota London: Macmillan Heinemann. Mulyati, T.,et al. (2011). Statistika terapan untuk penelitian pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press. Putri, N. (2013). Efektivitas permainan tradisional Jawa dalam meningkatkan penyesuaian sosial pada anak usia 4-5 tahun di kecamatan suruh. Pendidikan Anak Usia Dini Vol 2. Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Rustini, T. (2014). Ilmu pengetahuan sosial untuk anak usia dini. Bandung; UPI Press. Silawati. & Ardiyanto. (2014). Sundanese traditional playings as learning strategies in developing children’s language skills. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. The six UPI UPSI conference, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Smith, K. P. (2010). Children play understanding children’s world. USA: John Wiley dan Sons.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sutini, A. (2013). Meningkatkan keterampilan motorik anak usia dini melalui permainan tradisional. Jurnal pendidikan anak usia dini. Volume 4. Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru. Tarigan. (2011). Pengajaran kosa kata. Bandung: Angkasa. Yip, V. & Matthews, S. (2007). The bilingual child early development and language contact. UK: Cambridge University Press.