15 Volume 3, Nomor 1, Juni 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA MODIFIKATIF (Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok A TK Bhayangkari 11 Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015) Nuryani Putri1, Solihin Ichas Hamid2, Endah Silawati3 (Penulis Penanggung Jawab) Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah masih belum berkembangnya kemampuan berhitung anak. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak terutama ”membilang banyak benda satu sampai sepuluh” dan ”mengenal konsep bilangan” masih belum berkembang. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran masih kurang variatif dan menarik bagi anak. Karena itu dibutuhkan perbaikan strategi pembelajaran yang lebih variatif. Tujuan dari penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan melalui permainan kartu angka modifikatif untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak kelompok A TK Bhayangkari 11. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas, dengan mendeskripsikan temuan-temuan selama penelitian. Subjek penelitian adalah anak kelompok A TK Bhayangkari 11 yang berjumlah 14 anak. Hasil penelitian yang diperoleh tentang kemampuan berhitung anak TK menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Hal ini terlihat dari data peningkatan setiap siklus setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan media kartu angka modifikatif. Peningkatan kemampuan tersebut terlihat dari semakin banyaknya anak yang tahap perkembangannya sudah mencapai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) sebanyak 50,00% dan 44,05% yang sudah mencapai tahap Berkembang Sangat Baik (BSB) serta hanya tinggal 5,95% yang masih dalam tahap Mulai Berkembang (MB). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat direkomendasikan bahwa kartu angka modifikatif dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak TK.
Kata Kunci: Kemampuan Berhitung, Kartu Angka Modifikatif, Anak Usia Dini.
1
Penulis
2
Penulis penanggung jawab 1
3
Penulis penanggung jawab 2
1
NURYANI PUTRI Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan Kartu Angka Modifikatif
IMPROVING ABILITY THE COUNT THE EARLY CHILDREN THROUGH MODIFICATIVE CARD GAME of NUMBER (Research Of Action Class Group A Bhayangkari 1 1 Kindergarten located in Purwakarta Academic Year 2014/2015)
Nuryani Putri1, Solihin Ichas Hamid2, Endah Silawati3 (Responsible Person)
Early Childhood Education Teacher’s Study Program Faculty of Science Education Indonesian Universitas of Education ABSTRACT
This research background is still be his underdeveloped ability count the child. From observation result indicate that the ability count the child especially " spelling out members a lot of object one until ten" and " recognizing number concept" still be underdeveloped. This matter because of study activity using study method still less variatif and draw for child. In consequence required by a more study strategy repair of variative. Intention of this research is execute the study of through modificative card game of number to increase ability count at child of group of A Bhayangkari 11 kindergarten. Research type used by that is research of class action, by to description is finding of during research. Subject research is child of group of A Bhayangkari 11 kindergarten amounting to 14 child. Result of research obtained by about ability count the early child show very good growth. This matter is seen from improvement data of each;every cycle of having taken steps of study by using media of modificative card of number. Make-Up of the ability seen from more and more is child which its growth phase have reached the BSH ( Expand It To) as much 50,00% and 44,05% reach the phase Expand Very Whether ( BSB) and also only omit 5,95% what still in phase Start To Expand (MB). Pursuant to the research result can be recommended by that modificative card of number serve the purpose of effective study media to increase ability count the kindergarten child’s.
Keywords: Ability of Count, Modificative card of number, kindergarten child
2
5 3 Volume 3, Nomor 1, Juni 2015
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara spontan karena disenangi, dan sering tanpa tujuan tertentu. Bermain merupakan proses belajar yang menyenangkan. Ia membantu anak mengenal dunianya, mengembangkan konsepkonsep baru, mengambil resiko, meningkatkan keterampilan sosial, dan membentuk perilaku. Bermain membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia prasekolah usia 4-6 tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik fisik, intelektual, bahasa, sosial, dan emosional mereka tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda (Montolalu dkk, 2009:10). Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berpikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berpikir anak-anak. Penyelidikan Vygotsky (dalam Montolalu dkk, 2009:15) membenarkan adanya hubungan erat antara bermain dan perkembangan kognitif. Hasil observasi awal khususnya pada anak kelompok A yaitu kelompok usia 4-5 tahun mengalami perkembangan kognitif yang belum sesuai dengan indikator pencapaian perkembangan kognitif. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 indikator pencapaian perkembangan untuk anak usia 4-5 tahun meliputi mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh dan mengenal konsep bilangan. Dari hasil observasi di TK Bhayangkari 11 Purwakarta menunjukkan bahwa dari 10 anak,
ada 6 anak yang termasuk ke dalam kategori Belum Berkembang (BB), 3 anak yang termasuk ke dalam Mulai Berkembang (MB) dan 1 anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH). Dari ketiga indikator tersebut yang paling banyak anak yang kemampuannya belum berkembang adalah membilang banyak benda satu sampai sepuluh dan mengenal konsep bilangan. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran masih kurang variatif dan menarik bagi anak. Sedangkan pada indikator mengetahui konsep banyak dan sedikit sebagian besar anak sudah mencapai tahap perkembangan yang lebih baik yaitu sudah mulai berkembang. Selain itu, peneliti juga membaca pada catatan anekdot yang dibuat oleh guru kelompok A selama mengadakan observasi awal. Dari catatan anekdot tersebut peneliti menyimpulkan bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK Bhayangkari 11 Purwakarta masih belum optimal. Metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran masih kurang menarik bagi anak sehingga anak merasa bosan ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu ada pula anak yang bercanda dengan temannya dan ada pula anak yang berlari-lari ke sana kemari kemudian mengganggu temannya. Untuk mengetahui kondisi anak mengenai perkembangan kemampuan berhitungnya peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelompok A. Dari keterangan guru tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak secara umum masih
3
NURYANI PUTRI Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan Kartu Angka Modifikatif
kurang berkembang. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari berupa menulis, berhitung, menghubungkan gambar dengan angka yang masih kurang. Metode yang diterapkan dalam pembelajaran berhitung lebih banyak menggunakan buku atau majalah yang sudah tersedia. Kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan berhitung masih jarang dilaksanakan. Hambatan yang ditemui guru dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan lain dalam upaya pengembangan berhitung adalah belum tersedianya media, alat dan bahan yang diperlukan. Guru mengalami kesulitan dalam mengajukan penambahan sarana/media yang diperlukan bagi anak kepada pihak kepala sekolah dan instansi terkait. Selain itu juga guru masih kurang menguasai metode pembelajaran lain yang akan diberikan kepada anak. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang menarik bagi anak untuk meningkatkan motivasi anak dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak. Metode yang akan digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini yaitu dengan bermain. Salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan yaitu kegiatan permainan kartu angka. Berdasarkan latar belakang mengenai permasalahan yang dihadapi guru TK Bhayangkari 11 Kabupaten Purwakarta dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak TK, peneliti mengajukan judul penelitian: Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini melalui Permainan Kartu Angka Modifikatif (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok A TK Bhayangkari 11 Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta Tahun Pelajaran 20142015). Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan tentang penerapanan permainan kartu angka modifikatif dalam pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan berhitung anak. 2) Mendeskripsikan tentang peningkatan kemampuan berhitung anak dalam pembelajaran melalui permainan kartu angka modifikatif. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak dan terkait dengan perkembangan anak (Sujiono, 2009:7). Usia dini/prasekolah merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (Golden Age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya
4
5 Volume 3, Nomor 1, Juni 2015
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak. Rasa ingin tahu pada usia ini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu anak (Isjoni, 2011:61). Anak di bawah usia 5 tahun bisa dengan mudah menyerap informasi dalam jumlah yang luar biasa banyaknya. Pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun akan lebih mudah dan lebih efektif, di bawah 3 tahun bahkan jauh lebih mudah lagi dan jauh lebih efektif, dan di bawah 2 tahun merupakan usia yang paling mudah menyerap dan paling efektif untuk menyerap informasi. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai energi yang sangat besar. Anak di bawah usia 5 tahun mempunyai keinginan belajar yang sangat besar (Aulia, 2011:62). Dengan mendapatkan pendidikan yang tepat sejak usia dini diharapkan segala potensi yang dimiliki anak akan berkembang dengan baik. Dengan begitu anak akan dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya dengan baik Perkembangan kognitif sering diidentikkan dengan perkembangan kecerdasan. Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi perkembangan intelegensi pada anak. Pada anak usia dini pengetahuan masih bersifat subjektif, dan akan berkembang menjadi objektif apabila sudah mencapai perkembangan remaja dan dewasa. Hal tersebut senada dengan observasi yang telah dilakukan Piaget yang mengemukakan bahwa “Anak mampu mendemontrasikan berbagai pengaruh mengenai relativitas dunia sejak lahir hingga dewasa”. (Yudha dan Rudyanto, 2004:199).
Kemampuan kognitif seseorang berkaitan dengan bagaimana individu dapat mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. “Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya” (Desmita, 2005:103). Perkembangan kognitif menurut Piaget (Aisyah et al, 2008:56) terjadi melalui suatu proses yang disebut adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses yang anak upayakan untuk menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interpretasinya saat sekarang mengenai dunianya. Akomodasi terjadi dimana anak berusaha untuk menyesuaikan keberadaan struktur pikiran dengan sejumlah pengalaman baru. Menurut Piaget (Desmita, 2005:103) “….anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Anak tidak pasif menerima informasi, melainkan berperan aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas”. Jika anak ingin mengetahui sesuatu, mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri. Pembelajaran yang diharapkannya adalah pembelajaran yang aktif, dimana peran guru sebagai penyedia bahan-bahan yang sesuai, seperti ruangan serta
5
NURYANI PUTRI Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan Kartu Angka Modifikatif
petunjuk-petunjuk yang mendorong anak untuk menemukan sendiri. Menurut Piaget (Hidayat, 2003 : 31), pengenalan matematika sebaiknya dilakukan melalui penggunaan benda-benda konkrit dan pembiasaan penggunaan matematika agar anak dapat memahami matematika, seperti berhitung, bilangan, dan operasi bilangan. Sebagai contoh, mengingatkan anak tentang tanggal hari ini dan menuliskannya di papan tulis akan melatih anak mengenal bilangan. Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika. Hartana (Hidayat, 2003:100), mengatakan bahwa kecerdasan matematika diartikan kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai pemecahan masalahnya. Misalnya, saat menanam kecambah kacang hijau, di hari pertama anak melihat kecambah tumbuh, anak dengan kecerdasan matematika akan menebak kecambah akan tumbuh lebih tinggi tanpa melihat kelanjutan pertumbuhannya. Anak menghadapi masalah yang dasar penyelesaiannya membutuhkan kemampuan matematika dan mampu berpikir abstrak. Menurut Linda dan Bruce Campbell (Hidayat, 2003:105) inteligensi logika matematika biasanya dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yaitu perhitungan secara matematis, berpikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan induktif (penjabaran ilmiah dari umum ke khusus), pertimbangan deduktif (penjabaran ilmiah secara khusus ke umum), dan ketajaman pola-pola serta hubunganhubungan. Intinya, anak bekerja
dengan pola abstrak serta mampu berpikir logis dan argumentatif. Matematika untuk anak usia dini merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, mendorong anak untuk mengembangkan berbagai potensi intelektual yang dimilikinya serta dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan perilaku positif dalam rangka meletakkan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin seperti sikap kritis, ulet, mandiri, ilmiah, rasional dan lain sebagainya. Matematika bagi anak usia dini merupakan salah satu cara bagi anak untuk memahami dunia dan pengalaman-pengalaman yang dilakukannya serta upaya untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ditemuinya setiap hari (Sriningsih, 2009:23). Kompetensi matematika yang dipadukan dalam pembelajaran matematika untuk anak usia dini adalah kompetensi matematika yang dipublikasikan dalam dokumen The National Council of Teacher of Mathematics pada tahun 2003 tentang Prinsip dan Standar untuk Matematika Sekolah. Kompetensi matematika yang direkomendasikan untuk anak usia dini terdiri dari kompetensi isi dan proses pembelajaran matematika. Kompetensi isi antara lain: bilangan dan operasi bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan probabilitas. Sedangkan kompetensi proses meliputi: problem solving, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi dan representasi. Standar pembelajaran matematika mengacu pada sepuluh standar yang ditetapkan oleh NTCM (2003) yaitu (1) bilangan dan operasi
6
75 Volume 3, Nomor 1, Juni 2015
bilangan, (2) aljabar, (3) geometri, (4) pengukuran, (5) analisis data dan probabilitas, (6) pemecahan masalah, (7) penalaran dan pembuktian, (8) komunikasi, (9) koneksi, (10) representasi. Adapun ciri-ciri lain yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan matematika adalah sebagai berikut: (1) anak secara spontan menunjukkan ketertarikan pada aktivitas permainan (2) menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman, (3) anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara spontan, (4) anak mulai membandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya, (5) anak mulai menjumlahkan atau mengurangi angka dan benda-benda yang ada di sekitarnya (Sriningsih, 2009: 81). Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 161) dengan belajar matematika anak dapat memahami bahasa matematika dan penggunaannya untuk berfikir. Kecerdasan logika-matematika merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang sangat dibutuhkan oleh anak. Anak senang sekali bermain, dengan bermain anak dapat menyalurkan perasaannya, menambah kemampuan serta kecerdasannya. Untuk itu, perlu ada permainan yang bisa meningkatkan kecerdasan anak. Sujiono (2010: 6.16) mengemukakan tentang pengembangan kecerdasan logikamatematika melalui permainan penuh strategi dan eksperimen seperti permainan mengelompokkan benda, mengenal dan mempelajari bilangan, bermain kartu dan lain-lain.
Komariyah (2010:
66)
media
dan
menjelaskan
kartu
penggunaan
Soeparno bahwa,
angka
suatu
pembelajaran
adalah
bentuk
yang
media berbasis
permainan terdiri atas kartu-kartu untuk menyampaikan materi melalui pertanyaan-pertanyaan
yang
telah
terkonsep. Media permainan kartu angka
modifikasi
ini
digunakan
sebagai media penyampai pesan pada waktu Kartu
pembelajaran angka
matematika.
modifikasi
sebagai
media pembelajaran dengan unsur permainan
dapat
memberikan
rangsangan pada anak-anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Menurut Komariyah dan Soeparno (2010: 66)
“media
permainan kartu angka memiliki dampak yang positif terhadap anak pada
proses
pembelajaran
matematika.” Berdasarkan pendapat di atas dengan media permainan kartu angka modifikasi pembelajaran matematika anak TK dapat lebih mudah untuk memahami konsep-konsep berhitung, lebih termotivasi untuk belajar menghitung, memberikan warna dan cara yang menarik untuk belajar matematika, dapat merangkai ide-ide dan metode yang baru dalam menguasai konsep berhitung, dan
7
NURYANI PUTRI Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan Kartu Angka Modifikatif
dapat menumbuhkan minat untuk belajar matematika. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) termasuk model penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. PTK berbeda dengan penelitian formal yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). PTK lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual, dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian, hasil PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimiliki oleh peneliti (Asmani, 2011:27). Desain penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk siklus. Banyaknya siklus dilaksanakan dalam penelitian ini bergantung pada pencapaian target peneliti, jika dalam penelitian target sudah tercapai maka siklus pun berakhir. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melaksanakan empat langkah prosedur penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Desain pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahapan yang terdapat dalam siklus-siklus kegiatan. Tahap-tahap tersebut membentuk siklus sehingga dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan keempat tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut secara berdaur ulang, berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya, sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan bergantung pada apakah
masalah yang dihadapi telah terpecahkan, mungkin diperlukan tiga siklus atau lebih. Penelitian ini dilaksanakan di TK Bhayangkari 11 Jln. Hidayat Martolegawa No. 75 Kelurahan Nagri Tengah Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Adapun obyek yang menjadi fokus penelitian ini adalah anak Kelompok A dengan usia 4-5 tahun yang berjumlah 10 orang terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan. Alasan dilakukan penelitian di TK Bhayangkari 11 dikarenakan metode pembelajarannya konvensional serta penggunaan permainan khususnya permainan yang berhubungan dengan matematika masih kurang. Oleh karena itu, peneliti bekerja sama dengan guru TK Bhayangkari 11 menerapkan permainan kartu angka modifikatif untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak. Untuk memperjelas fokus penelitian ini penulis merumuskan definisi operasional mengenai mengenai hal-hal yang berhubungan dengan variabel penelitian yang diteliti. Berikut uraiannya: 1. Kemampuan berhitung adalah pemahaman anak terhadap bilangan dan operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit sebagai pondasi yang kokoh pada anak untuk mengembangkan kemampuan membilang pada tahap selanjutnya. 2. Media Permainan Kartu Angka Modifikatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu dari kertas manila atau sejenis yang digunting dengan ukuran yang sama (7,5 cm x 5,5 cm) yang diberikan gambar-gambar
8
95 Volume 3, Nomor 1, Juni 2015
yang pamiliar dengan anak dan ditulisi angka-angka jumlah gambar tersebut. Angka-angka yang terdapat dalam kartu berupa angka timbul. Anak dapat merasakan angka tersebut ketika memegangnya. Dalam proses pembelajaran anak bisa belajar berhitung dengan menggunakan media tersebut, anak menghitung jumlah kartu yang dibagikannya dapat dijumlahkan dengan kartu yang didapat oleh temannya
yang belum berkembang kemampuan memahami bentuk geometri. Sedangkan pada siklus II sudah tidak ada anak yang kemampuannya belum berkembang. Hal ini jauh meningkat dibandingkan dengan hasil dari pra siklus yaitu sebesar 32,47% anak yang masih belum berkembang. Kemampuan memahami bentuk geometri anak yang mulai berkembang pada siklus I sebanyak 65,48% anak. Hal ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil observasi pada kegiatan pra siklus, yang menunjukkan nilai sebesar 67,53%. Pada siklus II mengalami penurunan menjadi 7,74%. Hal ini terjadi karena ada sebagian anak yang mengalami peningkatan perkembangan yaitu menjadi Berkembang Sesuai Harapan. Kemampuan anak dalam memahami bentuk geometri anak yang berkembang sesuai harapan pada pra siklus terdapat 2,38% kemudian pada siklus I terdapat 20,48%. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 84,76%. Hal ini terjadi karena ada sebagian anak yang mengalami peningkatan perkembangan yaitu menjadi Berkembang Sangat Baik. Kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri anak yang berkembang sangat baik pada pra siklus belum ada, pada siklus I masih terdapat 2,58% dan pada siklus II meningkat menjadi 42,15%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan perkembangan yang dicapai oleh anak setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan mencari harta karun untuk meningkatkan bentuk geometri.
Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis tindakan proses tindakan kelas dan hasil dari tindakan. Analisis tindakan dilakukan secara kualitatif. Sementara itu, analisis hasil tindakan dilakukan secara kuantitatif. Analisis proses tindakan (kualitatif) dilakukan dengan kolaborasi pada saat refleksi yang didasarkan dari data yang terkumpul. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi awal yang telah dilakukan diidentifikasi adanya suatu masalah yang muncul yaitu ketidakmampuan anak dalam memahami bentuk geometri. Untuk meningkatkan kemampuan memahami bentuk geometri pada anak, maka peneliti bersama guru kelas merancang suatu kegiatan pembelajaran matematika khususnya dalam mengenai bentuk geometri melalui permainan mencari harta karun. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan perkembangan pada kemampuan memahami bentuk geometri dari siklus I sampai II. Pada siklus I masih terdapat 1,01% anak
9
NURYANI PUTRI Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan Kartu Angka Modifikatif
Kondisi akhir kemampuan anak yang mengalami peningkatan kemampuan memahami bentuk geometri yang cukup pesat karena mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan permainanan mencari harta karun yang dapat menstimulasi kemampuan berpikir anak dan memberikan kesempatan lebih besar kepada anak dalam berinteraksi dan memberikan motivasi berupa pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menghasilkan pengalaman belajar bermakna dan pengalaman langsung bagi anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Catron dan Allen dalam Sujiono (2009:145) pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anakanak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya. Menurut Gordon dan Brownie (1985) dalam Moeslichatoen (2004:19), kreativitas merupakan kemampuan anak menciptakan gagasan baru yang asli, imajinatif dan kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang sudah dimiliki. Bila guru ingin mengembangkan kreativitas anak, guru harus membantu mereka mengembangkan kelenturan dan menggunakan imajinasi, kesediaan untuk mengambil risiko,
menggunakan diri sendiri sebagai sumber dan pengalaman belajar Permainan mencari harta karun dapat menggali imajinasi anak, anak diajak untuk secara langsung mencari harta karun yang berupa koin emas dan perak, lalu dibuatkan grafik untuk menganalisis bentuk dan warna serta dimasukkan ke dalam grafik koin bentuk dan warna apa yang paling banyak ditemukan (Suyanto, 2005: 161). Secara umum permainan mencari harta karun bertujuan untuk mengembangkan konsep bentuk dan mengklasifikasikan bentuk dan warna. Permainan ini dapat mengembangkan kemampuan menganalisis bentuk dan warna sehingga anak dapat mengenal bentuk dan warna. Dengan kuantitas anak dapat membilang jumlah bentuk dan warna yang sama, untuk menentukan jumlah bentuk dan warna yang paling banyak ditemukan. Permainan ini juga dapat mengeksplorasi imajinasi anak sehingga anak benar-benar dalam kenyataan mencari harta karun (Sujiono, 2009: 12). Hasil penelitian menunjukan bahwa permainan mencari harta karun dapat mengembangkan kemampuan memahami bentuk geometri anak dibandingkan dengan penerapan metode konvensional. Pada pendekatan konvensional yang menekankan pada penguasaan fakta dengan menggunakan media buku paket dan majalah yang bersifat instan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan kemampuan mengenal konsep geometri anak. Metode pembelajaran dengan menggunakan permainan mencari harta karun dapat digunakan di sekolah sebagai salah satu alternatif
10
5 Volume 3, Nomor 1, Juni 2015 11
metode pembelajaran khususnya dalam pembelajaran pengembangan aspek kognitif anak.
telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung pada anak usia dini mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan tersebut terlihat dari semakin banyaknya anak yang tahap perkembangannya sudah mencapai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) sebanyak 50,00% dan 44,05% yang sudah mencapai tahap Berkembang Sangat Baik (BSB) serta hanya tinggal 5,95% yang masih dalam tahap Mulai Berkembang (MB) Adapun implikasi dari hasil penelitian ini adalah kemampuan anak dalam berhitung menjadi lebih meningkat setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan melalui permainan kartu angka modifikatif. Dengan strategi pembelajaran yang tepat dan efektif akan dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak. Rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan berkaitan dengan peningkatan kemampuan berhitung anak usia dini melalui penggunaan media kartu angka modifikatif adalah sebagai berikut : 1. Bagi Kepala Sekolah
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang permainan kartu angka modifikatif untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak usia dini yang dilaksanakan pada anak kelompok A di TK Bhayangkari 11 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan permainan kartu angka modifikatif untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok A di TK Bhayangkari 11 dilakukan dalam tiga siklus. Terdapat peningkatan dalam kemampuan berhitung dari siklus I sampai siklus III, dimana peran guru menjadi lebih optimal dalam penguasaan materi, penyediaan media, pengorganisasian anak, memotivasi anak dan mengevaluasi anak. Keterlibatan dan antusiasme anak dalam menggunakan kartu angka modifikatif mengalami peningkatan, dimana anak menjadi lebih senang dan tertarik dalam melakukan kegiatan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan berhitung. 2. Kemampuan berhitung anak kelompok A di TK Bhayangkari 11 setelah melakukan permainan kartu angka modifikatif mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari hasil pencapaian indikator kemampuan setiap anak yang semakin baik pada setiap siklusnya. Hasil penelitian pada kemampuan berhitung anak usia dini di Kelompok A TK Bhayangkari 11 Purwakarta yang
Kepala Sekolah hendaknya dapat menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran untuk mendukung pelaksanaan proses pembelajaran sesuai kebutuhan dan karakteristik anak usia dini sehingga anak merasa nyaman, aman dan senang berada dan belajar di lingkungan sekolah. 2. Bagi Guru Guru TK hendaknya dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat, agar anak
11
NURYANI PUTRI Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan Kartu Angka Modifikatif
tidak merasa bosan dan jenuh dengan media pembelajaran yang monoton serta harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Kemampuan berhitung dapat distimulasi dengan penggunaan media kartu angka modifikatif, dimana tujuannya agar anak merasa tertarik dan ikut aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran tersebut. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan media yang lain dalam pembelajaran di taman kanak-kanak untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan lain seperti aspek bahasa, motorik, dan sosial emosional.
Hidayat, H. (2003). Aktivitas Mengajar Di TK. Bandung: Alfa Beta.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti. dkk. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
Montolalu, B.E.F. (2009). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Asmani, J.M. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Laksana. Aulia. (2011). Mengajarkan Balita Anda Membaca. Jogjakarta: Intan Media. Desmita, C. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Komariyah dan Soeparno. (2010). “ Pengaruh Pemanfaatan Media Permainan Kartu Hitung terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Ajar Operasi Hitung Campuran Mata Pelajaran Matematika Kelas III SDN Babat Jerawat I Surabaya”. Jurnal Teknologi Pendidikan. 10, (1)
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman KanakKanak. Jakarta: Rineka Cipta Sriningsih. (2009). Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas. Sujiono, Y. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Suyanto, S. (2005). Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Yudha
dan Rudyanto. (2004). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
12
5 Volume 3, Nomor 1, Juni 2015
13