PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA KEGIATAN BERCERITA KELOMPOK B TK MAWAR II DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO
JURNAL
LIDYAWATI HARUN NIM:153 410 068
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2014
Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Linguistik Pada Krgiatan Bercerita Kelompok B Di TK Mawar II Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kbupaten Gorontalo LIDYAWATI HARUN
Jurusan Pendidikan Guru Pendidkan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo Samsiah, Meylan Saleh ABSTRAK LIDYAWATI HARUN.2014. “Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Linguistik pada kegiatan bercerita kelompok B Di TK Mawar II Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I: SamsiahS.Pd,M.Pd, Pembimbing II : Meylan Saleh S.Pd, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk peran guru dalam mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan berceritadi TK Mawar II Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang sistim mengajar guru dalam mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya dalam kegiatan bercerita masih kurang optimal, Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif, dimana hasil wawancara dari guru kelas akan dikemukakan dalam bentuk narasi. Subjek penelitian adalah 9 orang anak usia 5-6 Tahun di TK Mawar II Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Dari hasil penelitian terdapat beberapa faktor penyebab kegiatan bercerita belum optimal, yaitu: 1) Kurangnya media pembelajaran yang diberikan; 2) Pembelajaran yang diberikan kurang bervariasi; 3) Sebagian anak belum menguasai pengenalan-pengenalan isi cerita; 4) Tidak ada perhatian orang tua terhadap anak dirumah; 5) Anak masih ada yang datang terlambat di sekolah; 6) Kurangnya pemberian tugas pada anak. Kata Kunci: Kecerdasan Linguistik, Kegiatan Bercerita
Lidyawati Harun, Jurusan PG- PAUD. Universitas Negeri Gorontalo, Samsiah, S.Pd, M.Pd Sekertaris Jurusan PG-PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd Dosen PG-PAUD Universitas Negeri Gorontalo
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dalam Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berada antara 0-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 06 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhannya Bahasa mengandung makna berbeda-beda akan tetapi suatu perkataan dari anak usia dini masih sangat minim untuk di artikan hanya saja itu tergantung pada guru. karena dari guru anak bisa mengembangkan kecerdasan yang ada pada mereka salah satunya kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita yang bersumber pada anak. Peran gurulah yang sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita dengan didasari media seperti cerita bergambar agar anak tertarik dan tidak mudah jenuh pada saat kegiatan bercerita. Berdasarkan hasil observasi Di TK Mawar II Desa Tuladenggi Kecamatan Kelaga Biru Kabupaten Gorontalo bahwa peran guru dalam mengembangkan Kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita masih belum berkembang sesuai dengan tingkat usianya. dimana jumlah anak keseluruahan darikelompok A dan kelompok B yaitu terdiri dari 26 anak khususnya dikelompok B. Dari 26 anak tersebut 9 anak yang kecerdasan linguistik khususnya dalam mengungkapkan bahasa pada kegiatan beceritamasih belum mampu mengungkapkan bahasa dengan baik dan benar. Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran guru dalam mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita dikelompok B di TK Mawar II Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan memformulasikan judul “Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Linguistik Pada Kegiatan Bercerita Kelompok B di TK Mawar II Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo”.
1. Pengertian Guru Dan Peran Guru Menurut Biddle dan Thomas (dalam Ibrahim, 2013:8) bahwa Guru adalah Serangkaian pribadi dari berbagai rumusan yang membatasi perilaku-perilaku peserta didik yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. misalnya dalam keluarga, perilaku, ibu dalam keluarga diharapkan bisa anjuran, memberi penelitian, memberi sangsi dan lain-lain. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa guru adalah seseorang yang dapat mengerti dan membatasi perilaku-perilaku peserta didik yang menjadi pembimbing anak disekolah serta menjadi orang tua kedua dari anak, yang dapat memberikan anjuran dan motivasi pada anak. Peran guru menurut Corwin Pres (dalam Nielsen, 2006:15) adalah merencanakan dan menyiapkan lingkungan belajar. karena anak usia dini belajar melalui permainan, penting untuk menyidiakan material dan perlengkapan yang di perlukan untuk aktivitas permainan penuh makna yang mendukung perkembangan kecerdasan ganda. Peran guru sebagai pendidik dapat merecanakan dan menyiapkan lingkungan belajar harus dibekali dengan berbagai macam peranan yaitu sebagai berikut: (1.) Komunikator Sebagai komunikator guru dapat membangun komunikasi dengan cara mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa dengan benar pada kegiatan bercerita yang dilakukan dengan anak, yang dititi beratkan pada suatu kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik dimana dilihat dari kegiatan bercerita peran gurulah yang paling penting pada kegiatan bercerita ini yang utamanya membangun komunikasi yang baik pada anak itu seperti menjalin suatu hubungan yang menimbulkan keakraban pada anak, pada saat kegiatan bercerita berlangsung guru harus menciptakan komunikasi yang baik agar anak mudah menerima kegiatan bercerita tersebut. (2.) Pembimbing Sebagai pembimbing guru dapat membimbing anak dalam mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita dengan
anak tanpa mengeluh sedikitpun yang didasari dengan nilai-nilai bahan yang akan diajarkan atau konsep perihal apa yang dapat dilakukan setiap individu anak yang penting bagi dirinya sendiri,orang tua,dan lingkungan seitar anak, peranan inilah yang akan membuat anak merasa dibimbing, tetapi itu semua tergantung dari guru yang mebimbing mereka tanpa usur paksaan sedikitpun. (3.) Motivator Sebagai motivator guru dapat memotivasi anak di dalam mengembangkan kecerdasan linguistik pada suatu kegiatan antara lain kegiatan bercerita yang dikembangkan sesuai metode yang sudah dikembangkan terlebih dahulu. karena dimana guru sebagai figur manusia berupa sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat manusia dalam hal ini anak didik. dengan adanya motivasi anak akan percaya diri dan berani menunjukan jati dirinya pada teman,orang tua,dan keluarga. (4.) Pengajar Sebagai
pengajar
guru
dapat
mengembangkan
kecerdasan
linguistik pada kegiatan bercerita dengan merencanakan dan menyiapkan lingkungan belajar. yang didasari dengan kurikulum disekolah. yaitu belajar sambil bermain, karena anak usia dini senang dengan belajar melalui
permainan,
penting
untuk
menyediakan
material
dan
perlengkapan yang di perlukan untuk aktivitas permainan penuh makna yang mendukung perkembangan kecerdasan. salah satunya kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan yang menggunakan bahasa lisan dan tulisan (5.) Evaluator Sebagai evaluator guru dapat mengembangkan kecerdasan linguistik
pada kegiatan bercerita yang dilihat dari sebuah harapan
budaya terhadap suatu posisi atau kedudukan, dimana saat pembelajaran berlangsung yang mendasari pada kurikulum yang memberikan evaluasi pada anak saat kegiatan pembelajran berlangsung. dari pembelajaran itu
meliputi pada suatu kegiatan seperti kegiatan bercerita yaitu yang di tetapkan dengan suasana menarik serta beriteraksi dengan anak didalam kelas maupun diluar kelas. (6.) Pengganti orang tua Sebagai pengganti orang guru dapat berperan dalam mewujudkan tujuan kehidupan secara optimal tanpa bantuan siapapun dan guru juga harus berpacu dalam pembelajaran dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensialnya secara
optimal.
dalam
hal
ini
guru
harus
kreatif,potensialdan
menyenangkandengan memposisikan diri. Karena dimana guru sebagai figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa peran guru yang dapat mengembangkan kecerdasan anak. Dalam penelitian ini peneliti mengambil peran guru yang dapat mendukung dalam mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita. yaitu guru sebagai komunikator, peran guru sebagai pembimbing, peran guru sebagai metivator serta peran guru sebagai evaluator. Guru yang bertanggung jawab memiliki jenis peran guru dan memiliki beberapa sifat. jenis-jenis peran guru hendaknya kita ketahui bersama bahwa sifat guru menurut Wens Tanlain (dalam Djamarah, 2005:36) ialah: (a.) menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan. (b.) memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira. (c.) sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya. (d.) menghargai orang lain termaksud anak didik jabatan guru memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai jenis-jenis perannya yang mereka miliki. Jenis-jenis inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan dan dalam menghadapi setiap persoalan. Menurut Daradjat (dalam Djamarah, 2005:39) mengatakan bahawa kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau di ketahui
secara nyata, yang dapat di ketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. 2. Pengertian Kecerdasan Linguistik Kecerdasan Linguistik menurut Sujiono (2004:285) adalah kecerdasan dalam mengungkapkan bahasa, serta menerima bahasa yang berupa kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun terrtulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat bercerita, dongeng, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.Ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa, sedangkan bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktifitas manusia, maka linguistik itupun menjadi sangat luas bidang kajiannya. Sedangkan Menurut Chomski (dalam Ismail, 2010:9) kecerdasan linguistik memiliki ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan linguistik adalah sebagai berikut: (a.) mampu menuliskan pengalaman kesehariannya berdasarkan pengalaman secara tulisan. (b.) emiliki kosa kata yang banyak jika di bandingkan dengan anak seusianya. (c.) banyak memberikan masukan atau pendapat, dan kritikan pada orang di sekitarnya. (d.) mengeja kata asing yang baru di dengar dengan tepat. Berdasarkan pengertian kecerdasan linguistik di atas dapat di simpulkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup terhadap mengungkapkan bahasa serta merima bahasa, serta dengan memperhatikan urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. 3.
Pengertian Bercerita Pada Anak Usia Dini Pengertian bercerita menurut Musfiroh (dalam Bachri, 2005:10) adalah suatu
kegiatan yang dilakukan anak secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenagkan dan menambah-nambahkan mimik dengan maksud untuk memperindah jalannya suatu cerita.
Menurut Yaumi (2012:49) Pembelajaran bercerita yang biasanya di terapkan dalam proses pembelajaran anak usia dini, kajian akan di fokuskan pada pengertian, tehnik, dan bentuk-bentuk dan cara bercerita yang baik. selain itu juga menyajikan alur dan tutur bahasa yang ringan dan menyenagkan, sehingga mudah dipahami anak
gaya bercerita, intonasi, ekspresi dan pelafalan yang jelas
merupakan bagian penting dalam bercerita yang dapat memudahkan penyerapan dan pemahaman anak nilai yang terkandung dalam cerita dalam dongeng tersebut. serta berkembangnya imajinasi anak. disamping itu pula cara bercerita orang tua tentu lebih mengentalkan efek tersebut agar lebih di sukai anak. bagaimana kita bercerita dan kekuatan apa yang terkandung dalam sebuah cerita hingga bisa memberi kan kepribadiian bagi anak. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.58:2009 tingkat pencapaian kegiatan bercerita khususnya mengungkapkan bahasa yakni terdiri atas: a) menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, b) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, c) berkomunikasi secara lisan memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan). d) memiliki lebih banyak kata-kata untuk
mengespresikan
ide pada orang lain.
e) melanjutkan
sebagian
cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Menurut Wijayana (dkk 2006) mengembangkan kegiatan bercerita harus disesuaikan dengan pengalaman dan belajar anak dimana cerita yang dibawakan guru kepada anak harus menarik, dan mengundang perhatian anak tidak lepas dari perkembangan mengungkapkan bahasa.semua itu harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita dan penuh gambaran. anak-anak tidak hanya menghayal apa yang guru ceritakan mereka harus mempunyai suatu acuan yang berupa gambar agar dengan begitu mudah mereka menerima dan melihat sendiri cerita yang guru bawakan. seperti dengan menggunakan cerita bergambar yang mendasari pada beberapa cerita yang dapat memancing daya serap anak serta cerita yang bisa memancing anak untuk mereka bisa mengungkapkan kembali cerita tersebut agar kecerdasan linguistik anak semakin berkembang.
Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian bercerita yang telah diungkapkan oleh beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang unik yang didasari oleh intonasi dan improvisasi yang yang baik dan benar. Pada dasarnya diambil dari suatu perkembangan yang ada pada diri anak yang dapat merangsang daya ingat serta dapat menstimulus cara berbahasa anak yang disesuaikan dengan tingkah laku mereka. agar anak mampu dalam mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita guru harus menggunakan tehnik langkah-langkah kegiatan bercerita, tujuan kegiatan bercerita, serta manfaat kegiatan bercerita antara lain: 1. Langkah-langkah kegiatan bercerita Pada Anak Usia Dini Langkah-langkah kegiatan bercerita sangat penting dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan bercerita, serta menggungkapkan bahasa dan pikiran anak dengan demikian langkah-langkah kegiatan bercerita bagi anak 0-6 tahun adalah untuk membantu perkembangan bahasa anak dengan baik serta untuk membantu kemampuan bercerita, dengan menambah pembendaharaan kosakata, kegiatan bercerita tidak dapat terlaksana jika tidak mempunyai langkah-langkah kegiatan bercerita. dari setiap langkah-langkah harus didasari dengan beberapa tahapan dan kemampuan anak yang dilihat dari perkembangan masing-masing anak. Menurut Tampubolon (dalam Bachri, 2005:30) mengemukakan bahwa contoh langkah-langkah kegiatan bercerita yaitu guru menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan bercerita dan guru juga memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk cerita yang dipilih.semampu bisa mennggambarkan isi cerita dengan baik.Bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung pada bentuk cerita yang dipilih sebelumnya.dan untuk mengetahui ketercapaian kegiatan bercerita dapat dilakukan penilaian yang berhubungan dengan isi cerita yang telah disampaikan tersebut.agar anak dapat mengungkapkan bahasa dari cerita yang telah disampaikan oleh guru. 2. Tujuan Kegiatan Bercerita Pada Anak Usia Dini Menurut Moeslichatoen (dalam Dhieni, 2006:50) menetapkan bentuk kegiatan bercerita pada anak usia dini harus mempunyai tujuan yang mendasari dari kegiatan bercerita tersebut. Adapun tujuan dari kegiatan bercerita ini antara lain:
(a.) untuk melatih daya serap atau daya tangkap anak yang berupa konsentrasi anak, (b.) melatih mengungkapkan daya pikir, (c.) untuk menambah pengetahuan dan keterampilan anak dalam mengkomunikasikan cerita bergambar, (d.)ntuk melatih dalam menghubungkan cerita bergambar sesuai dengan imajinasi anak, (e.) untuk melatih anak dalam berkomunikasi secara logis. 3. Manfaat Kegiatan Bercerita Pada Anak Usia Dini Menurut Widodo (dalam Dhieni, 2006:64) Kegiatan bercerita pada anak usia dini adalah anak dapat mengembangkan bahasa dengan baik dan benar. Dengan pendengaran serta kemampuan berbicara yang menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih dan merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangan anak. selain dari tujuan kegiatan bercerita juga mempunyai manfaat tersediri yaitu terdiri atas: (a.) anak dapat penambahan wawasan serta cara berpikir anak dalam pemberian pengalaman tentang belajar membawakan cerita secara bahasa lisan yang menarik dan unik, (b.)Dapat membantu pembentukan pribadi dan moral anak, (c.) dapat menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi anak, (d.) memacu kemampuan verbal anak, (e.) merangsang minat bahasa anak. Langkah-langkah kegiatan bercerita, tujuan kegiatan bercerita serta manfaat kegiatan bercerita bukan hasil dari proses kegiatan bercerita melainkan sebagai pembentukan kegiatan bercerita, dimana sangat bermanfaat pada anak usia dini hal ini dapat dilihat dari sis perkembangan anak sudah dapat merangsang minat bahasanya dan anak sudah dapat memacu kemampuan yang ada pada mereka yaitu salah satunya kemampuan verbal yang didasari dengan imajinasi yang kuat. METODE PENELITIAN Berdasarkan pokok permasalahan dan subyek penelitian yang diteliti, maka penelitia ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan berdasarkan
fakta–fakta
keadaan nampak
subjek/objek
atau
pada
sebagaimana
saat
sekarang
adanya.
Prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, peneliti didukung dengan melakukan wawancara mengenai peran guru sebagai komunikator, peran guru sebagai pembimbing, peran guru sebagai motivator serta peran guru sebagai evaluator tdari 26 anak ada 9 orang anak yang belum mampu dalam mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita. Hal ini dapat dilihat ketika guru membacakan cerita bergambar 9 (sembilan) orang anak ini belum mampu mengungkapkan bahasa dari cerita bergambar yang dibacakan oleh guru Setelah peneliti melakukan observasi selanjutnya dengan mewawancarai 3 orang guru yaitu kepala sekolah, guru kelompok A, guru kelompok B. PEMBAHASAN (a) Peran Guru Sebagai Komunikator Peran guru sebagai komunikator jika dilihat dari segi perannya belum berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. hal ini dapat dilihat dari segi perkembangan anak. dalam kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita masih ada anak yang belum mampu berkomunikasi dengan baik. kita ketahui bersama bahwa peran guru adalah pihak utama yang langsung menjalin komunikasi yang baik dengan anak.dengan melihat cara berkomunikasi anak jika bukan pada saat kegiatan bercerita dilakukan guru harus membangun dan mendirikan pundasi yang beralaskan komunikasi yang baik dan benar pada anak terutama pada anak yang belum mampu mengungkapkan bahasa. Dari hasil penelitian mengemukakan bahwa wawancara telah dijawab sedemikian rupa tentang guru. akan tetapi masih menemukan kendala yaitu dalam membangun komunikasih pada anak yakni adanya keterlambatan anak untuk mengungkapkan bahasa pada saat kegiatan bercerita. dan masih adanya keraguan dari anak-anak yang tidak mempunyai keberanian.hal inilah yang dapat membuahkan ketidakseriusan tentang peran guru yang merupakan tokoh utama bukan melainkan tokoh pendamping dari gurulah anak-anak akan mendapatkan informasi yang akan membuat mereka mampu dalam membangun kominikasi dengan benar.
(b) Peran Guru Sebagai Pembimbing Peran guru sebagai pembimbing ini merupakan kedua orang tua dari berbagai macam peran guru, dari sinilah anak-anak akan merasa disayang dan dibimbing tanpa harus dengan orang tua dan keluarga dirumah. dari sinilah guru juga harus mampu membimbing anak pada saat kegiatan bercerita dilakukan. Solusi yang baik dalam membimbing anak pada saat kegiatan bercerita hendaknya guru memberikan dukungan dan arahan yang tanpa memaksa anak untuk bisa mengembangkan kecerdasan linguistik anak khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita yang didasari dengan cerita bergambar, berlahan tapi pasti anak tersebut pasti akan mampu dalam mengembangkan kecerdasan linguistik. Dari penelitian peran guru sebagai pembimbing sering menemukan kendala dalam mengembangkan kecerdasan linguistik dimana kendalanya pada saat membimbing anak yang keras kepala dan tidak mau diajak bercerita. akan tetapi ini semua tergantung dari guru yang bisa menciptakan suasan menjadi heboh pada kegiatan bercerita serta guru bercerita dengan mimik yang lucu disesuaikan juga dengan cerita bergambar agar anak mudah mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya kegiatan bercerita. Peran Guru disekolah terbagi atas berbagai macam Menurut Levinso (dalam Ibrahim, 2013:8) peran guru sebagai pembimbing yaitu guru dapat membimbing anak tanpa mengeluh sedikitpun yang didasari dengan nilai-nilai
bahan yang akan diajarkan atau konsep perihal apa yang dapat
dilakukan setiap individu anak. (c) Peran Guru Sebagai Motivator Dari penelitian peran Guru sebagai motivator dijadikan sebagai pemberi semangat yang positif yang dapat menggairahkan anak didik dalam berbagai macam situasi dan kondisi. guru hadir untuk mengabadikan diri kepada umat manusia dalam hal ini anak didik. selain itu juga guru harus memotivasi anak dengan menciptakan suasana didalam kelas maupun diluar kelas agar anak tidak merasa jenuh pada saat mereka berada disekolah. suasana tersebut diciptakan dengan senag hati tanpa marah-marah untuk mengajak anak agar tidak malas untuk datang kesekolah. akan tetapi tidak semua anak yang merasa termotivasi, masih ada juga anak yang tidak ingin diberimotivasi jika dilihat dari segi sifat dan
karakter masing-masing anak. salah satunya masih ada anak yang belum mampu mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita. Berbagai macam penjelasan diatas terdapat salah satu solusi terbaik yaitu kiranya guru harus menciptakan suatu tehnik yang sempurna mungkin dengan penuh rayuan dan ajakan agar anak merasa termotivasi untuk mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita. kendala dari peran guru sebagai motivator di TK Mawar II ini yaitu guru belum dapat memotivasi anak agar bisa mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita dimana harus mempunyai rasa percaya diri baik dengan teman,orang tua,maupun dilingkungan sosial. (d) Peran Guru Sebagai Evaluator Dari penelitian ini peran guru inilah yang sudah menjadi harapan dari anak didik, yang bisa mempermudah mereka mengembangkan kecerdasan linguistik akan tetapi masih saja ada sebagian anak yang belum mampu. Solusi yang bisa digunakan guru sebagai evaluator yaitu hendaknya guru harus sudah mengetahui terlebih dahulu karakter anak dan bisa disesuaikan dengan cara guru memberikan evaluasi yang bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari. selain itu juga guru hendaknya sudah mampu dalam memnghangatkan suasana pada saat kegiatan bercerita berlangsung, agar anak bisa mudah mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita. SIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Peran guru sebagai komunikator jika dilihat dari hasilnya belum berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. hal ini disebabkan dengan berbagai macam kendala yang guru dapati pada saat membangun komunikasi dengan mengembangkan kecerdasan linguistik khususnya mengungkapkan bahasa pada kegiatan bercerita. peran guru juga masih kurangnya pendekatan pada anak untuk bisa berkomunikasi dengan baik. Peran guru sebagai pembimbing dilihat dari hasilnya belum bisa membimbing anak dalam mengembangkangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita.
hal ini dikarenakan masih kurangnya parhatian dari guru untuk memberikan semangat dan dorongan yang bisa menimbulkan rasa keberanian pada anak untuk mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita. Peran guru sebagai motivator jika dilihat dari hasilnya belum berkembang sesuai dengan harapan. hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi positif atau berupa pujian yang diberikan pada anak, sehingga masih ada sebagian anak yang belum mampu dalam mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita. Peran guru sebagai evaluator dilihat dari hasilnya belum berkembang sesuai dengan harapan. hal ini disebabkan dari adanya kelambatan daya tangkap anak serta masih ada campur tangan dari orang tua, dan guru juga belum bisa menciptakan suasana yang bisa memancing anak untuk bergairah pada saat mengembangkan kecerdasan linguistik pada kegiatan bercerita. 2. Saran Guru hendaknya selalu berkerjasama dengan anak dan memabangun komunikasi serta membimbing dengan penuh kesabaran yang didasari dengan motivator yang kuat , agar bisa memberikan evaluasi yang berharga pada anak. agar
anak
mampu
mengembangkan
kecerdasan
linguistik
khususnya
mengungkapkan bahasa pada kegiatn bercerita yang menggunakan cerita bergambar, tanpa adanya kejenuhan dan pemaksaan pada anak. DAFTAR PUSTAKA Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita. Jakarta: Depdikbud. Djamarah Bahri Syaiful Mpd. 2005.Guru dan Anak Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dhieni, Nurbiana dkk. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Ibrahim, Warta. 2013. Peran Guru dalam Mengembangkan Karakteristik Kepemimpinan. Gorontalo: Skipsi Nielsen, Miler Diane. 2006.Mengelola Kelas untuk Guru TK.Jakarta: PT Rineke Cipta
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional. 2009. Standar Pendidikan Anak UsiaDini.Rektorat: Pembinaan TK dan SD Sujiono, Bambang. 2004. Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. Wijayana, Nurdiarmi. Dkk. 2005.Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini .Jakarta: Universitas Terbuka. Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelelligences. Jakarta: Dian Rakyat.