HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008
TESIS
Oleh
AWIDA ROOSE 067023002/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan/Epidemiologi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
AWIDA ROOSE 067023002/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Agustus 2008
Awida Roose
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
: HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 : AwidaRoose : 067023002 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes) Ketua
Ketua Program Studi
(Dr.Drs.Surya Utama, MS)
(drh.Rasmaliah, M.Kes) Anggota
Direktur
(Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)
Tanggal Lulus : 10 September 2008
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada tanggal : 10 September 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes : 1. drh.Rasmaliah, M.Kes 2. Ir. Indra Chahaya, M.Si 3. Ir. Evinaria, M.Kes
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, sebanyak 7 dari 12 Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru merupakan daerah endemis DBD, dari 7 kecamatan tersebut Kecamatan Bukit Raya merupakan Kecamatan dengan case fatality rate dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut 1,44%, 0,0% dan 3,5% melebihi indikator nasional (1,0%). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sosiodemografi (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi dan lingkungan (jarak rumah, tata rumah, kelembaban, tempat penampungan air (TPA), TPA bukan untuk keperluan seharihari, TPA alami, keberadaan jentik dan tanaman hias/pekarangan) dengan kejadian DBD. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol berpadanan. Sampel terdiri dari 85 kasus dan 85 kontrol dipadankan menurut jenis kelamin, umur dan kondisi tempat tinggal. Metode analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dengan Mc Nemar dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda kondisional. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu variabel pendidikan, pekerjaan, jarak rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami dan tanaman hias/pekarangan. Hasil analisis menunjukkan variabel yang tidak ada hubungan dengan kejadian DBD yaitu, tata rumah dan keberadaan jentik. Hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah variabel mobilisasi. Disarankan meningkatkan sosialisasi agar mengupayakan diri terhindar dari gigitan nyamuk dengan menggunakan reppelent bila akan bepergian keluar Kecamatan Bukit Raya untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain. Peningkatan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan DBD kepada masyarakat secara intensif, meningkatkan gerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan kerja bakti seminggu sekali dan meningkatkan kegiatan survei jentik. Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Sosiodemografi, Lingkungan.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the public health problems in the city of Pekanbaru. Seven of the existing 12 sub-districts in Pekanbaru are DHF endemic areas and Bukit Raya is one of the 7 sub-district which has the highest number of DHF cases with respectively case fatality rates of 1.44%, 0.0%, and 3.5% from the years of 2005, until 2007. These percentages exeed the national indicator which is only 1,0%. The purpose of this study is to examine the relationship between sosiodemografi (sex, education, occupation, mobilization), environment (home distance, home arrangement, humidity, water tank, water tank (not for the daily-used water), natural water tank, existance of mosquito larvae, and ornamental plant) with the incidents of DHF. This study is observational research with matchec case control design. The samples consist of 85 for case group and 85 for control group mached in sex, age and living place condition. Data analysis includes univariat, bivariat using Mc Nemar test and multivariate using conditional multiple logistic regression. The result of bivarate analysis shows that variables have a significant relationship with the incident of DHF namely education, occupation, home distance, water tank not for the daily – used water, natural water tank, and ornamental plants. Home arrangement and the existence of mosquito larvae do not have a relationship with the incident of DHF. The result of multivarite analysis shows that the variable which is very dominant related to the incident of DHF is mobilization. It is suggested to implement a proper socialization to avoid mosquito bite by using reppelent if going out of Bukit Raya Subdistrict Kota Pekanbaru to work, school etc. Intensively improve the promotion of DHF control and prevention program to the community, increase community participation in doing voluntary collective work once a week, and increase mosquito larvae survey activity. Key words : DHF, Socio – Demography, Environment.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan S2 pada Sekolah Pascasarjana USU, Medan. Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih, semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Ibu Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga selesai tesis ini. Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si dan Ibu Ir. Evinaria, M.Kes selaku tim penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini. Di samping itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof.dr. Chairuddin P.Lubis,DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana 3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU dan seluruh staf yang telah banyak membantu.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Bapak Saiful Bahri Rab, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang telah memberi izin dan dukungan 5. Bapak dr. Zainal Abidin MPH selaku Sekretaris Program UKM, DHS I ADB Propinsi Riau dan seluruh staf yang telah memberikan bantuan dana pendidikan. 6. Rekan-rekan di peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan angkatan tahun 2006. 7. Sahabat handaitaulan yang memberikan dukungan moral dan spritual yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Ucapan terimakasih kepada kedua orangtua, Abang, Abang Ipar, Kakak, Kakak Ipar, Adik, Adik Ipar, Keponakan dan kedua Ananda tercinta yang telah memberikan dukungan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan, Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan dan melimpahkan ridho dan hidayahNya. Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Kota Pekanbaru.
Pekanbaru,
Agustus 2008
Penulis
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP Nama
: Awida Roose
Tempat/Tanggal Lahir
: Pekanbaru, 19 Agustus 1962
Agama
: Islam
Alamat
: Jln. Singgalang No. 7 Pekanbaru, Telp (0761)24833
Telp/HP
: 085271547332
RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1969 – 1975
: SDN II Pekanbaru
Tahun 1975 – 1979
: SMP Santa Maria Pekanbaru
Tahun 1979 – 1982
: SMU N I Pekanbaru
Tahun 1982- 1985
: APK – TS Padang
Tahun 2002– 2004
: STIKES Hang Tuah Pekanbaru
Tahun 2006 – 2008
: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Epidemiologi.
RIWAYAT PEKERJAAN 1986 – 1987
: Staf Dinkes TK I Propinsi Riau
1987 – 1989
: Pjs Kasubsi Kebling DKK Pekanbaru
1989 – 2002
: Pj. Kasubsi Kebling DKK Pekanbaru
2002 – Sekarang
: KASI PSM DKK Pekanbaru
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
vi vii viii x xi xiii xv xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang ............................................................................... Rumusan Masalah ......................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................... Hipotesis ........................................................................................ Manfaat Penelitian ........................................................................
1 7 7 8 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
9
2.1 Demam Berdarah Dengue ............................................................. 2.1.1 Epidemiologi Penyakit DBD ............................................. 2.1.2 Etiologi .............................................................................. 2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi ............................................ 2.1.4 Tanda dan Gejala Klinik ................................................... 2.1.5 Mekanisme Penularan ....................................................... 2.1.6 Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD .............. 2.2 Nyamuk Penular DBD .................................................................. 2.2.1 Ekologi .............................................................................. 2.2.2 Bionomik Vektor ............................................................... 2.2.3 Pengamatan Kepadatan Vektor ......................................... 2.3 Landasan Teori .............................................................................. 2.4 Kerangka Konsep ..........................................................................
9 9 12 13 14 16 17 18 20 23 26 28 31
BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................
33
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
33 34
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
Populasi dan Sampel .................................................................... Metode Pengumpulan Data .......................................................... Variabel dan Definisi Operasional ............................................... Metode Pengukuran ..................................................................... Metode Analisis Data ................................................................... 1. Analisis Univariat ..................................................................... 2. Analisis Bivariat ........................................................................ 3. Analisis Multivariat ...................................................................
34 37 37 39 43 43 43 43
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................
44
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Raya ..................................... 4.2. Gambaran Karakteristik Responden ............................................... 4.3. Analisa Bivariat .............................................................................. 4.4. Analisis Multivariat .......................................................................
44 48 56 60
BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................
63
5.1. Sosiodemografi ............................................................................... 5.2. Lingkungan Fisik dan Biologi ........................................................ 5.3. Faktor Paling Dominan yang Berhubungan dengan Kejadian DBD 5.4.Keterbatasan Penelitian ..................................................................
63 66 74 75
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
77
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 6.2. Saran ...............................................................................................
77 78
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
80
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1.
Variabel dari Beberapa Penelitian Terdahulu ...............................
36
3.2.
Defenisi Operasional Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur dan Hasil Ukur ...........................................................
40
Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 .............................................
45
Penduduk > 5 tahun Menurut Jenis Pendidikan yang Dijalani dan Ditamatkan Pada Tiap Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ...................................................................................
45
Jumlah Penduduk yang Datang dan pindah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 .............................................
46
4.1. 4.2.
4.3. 4.4.
Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Menurut tipe dinding berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 ......................... 47
4.5.
Jumlah Bangunan Tempat Tinggal Menurut Tipe Atap Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ........................ 47
4.6.
Distribusi Kasus dan Kontrol Menurut Sosiodemografi (umur, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Mobilisasi ..................
48
Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi .............................................................................
49
Jenis dan jumlah kontainer yang terdapat pada Rumah responden...........................................................................
53
4.9.
Jumlah dan Jenis kontainer yang ditemukan jentik ......................
54
4.10.
Tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru ...................................
56
4.7. 4.8.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
4.11.
Tabulasi silang Lingkungan Fisik dan Biologi responden dengan kejadian DBD ....................................................................
58
4.12.
Hasil analisis regresi logistik ganda kondisional hubungan mobilisasi, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air alami, keberadaan jentik dan tanaman hias dengan kejadian DBD .................................................................... 61
4.13.
Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Kondisional ...........
62
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1.
Siklus Hidup Nyamuk Ae.aegypti............................................
24
2.2.
Model Klasik Kausasi Segitiga Epidemiologi ........................
29
2.3.
Modifikasi Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian DBD .......................................
31
2.4.
Kerangka Konsep Penelitian ...................................................
32
3.1.
Skema Penelitian .....................................................................
33
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian .....................................................................
83
2.
Master Data Penelitian ..................................................................
87
3.
Tabel 4a.Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA yang dimiliki ......................................................................... 117
4.
Tabel 4b. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA bukan untuk keperluan sehari-hari ....................................... 118
5.
Tabel 4.c. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA Alami .................................................................................... 119
6.
Tabel 4.d. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA ........................................................ 120
7.
Tabel 4.e. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA bukan untuk keperluan sehari-hari .................... 121
8.
Tabel 4.f. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA Alami ................................................................. 122
9.
Surat Izin Penelitian ...................................................................... 123
10.
Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 124
11.
Surat Izin Survei dan Pengambilan Data dari BMG ..................... 125
12.
Data Klimatologi ........................................................................... 126
13.
Hasil Pengolahan dan Penelitian ................................................... 128
14.
Keterangan Singkatan ................................................................... 138
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sejak era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan berarti pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian pemberantasan penyakit menular merupakan program yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan guna mencapai visi dan misi pembangunan kesehatan, yaitu “Indonesia Sehat 2010”. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diperlukan dukungan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang tangguh, subsistem pertama SKN adalah upaya kesehatan yang mencakup antara lain pemberantasan penyakit menular (Depkes RI, 2004b). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. DBD telah muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat internasional pada abad 21, menurut WHO (2000) antara tahun 19751995 terdeteksi di 102 negara dari lima wilayah WHO, yaitu 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Timur Tengah dan 29 negara di Pasifik Barat (Depkes RI, 2003) Negara-negara
di kawasan Asia Tenggara antara tahun 1985-1996 telah
berkembang menjadi wilayah hiperendemis. Jumlah kasus menunjukan peningkatan 1 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
yang tajam dalam jumlah kematian dan kesakitan pada tiga sampai lima tahun terakhir. Munculnya kembali Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah DBD diperkirakan bahwa terdapat sekurang-kurangnya seratus juta kasus DBD per tahun dan 500.000 kasus yang memerlukan rawat inap di rumah sakit, dimana 90% penderita adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Angka kematian yang disebabkan oleh DBD ratarata 5%, dengan catatan kematian sekitar 25.000 terjadi tiap tahun. Walaupun semula DBD menjadi permasalahan di daerah perkotaan namun saat ini juga mengancam daerah pinggiran (Depkes RI, 2003). Di Indonesia penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 berupa KLB di Jakarta dan di Surabaya dimana tercatat 54 kasus dengan 24 kematian Case Fatality Rate 41,5%), Pada tahun berikutnya kasus DBD menyebar ke lain kota yang berada di wilayah Indonesia dan dilaporkan meningkat setiap tahunnya. Kejadian luar biasa penyakit DBD terjadi di sebagian besar daerah perkotaan dan beberapa daerah pedesaan (Soegijanto, 2003). Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan jumlah pasien yang cenderung meningkat serta daerah menyebaran yang semakin meluas. DBD terutama menyerang anak-anak namun dalam beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus DBD pada orang dewasa (Depkes RI, 2004a). Awal kejadian luar biasa penyakit virus Dengue setiap lima tahun selanjutnya mengalami perubahan menjadi tiga tahun, dua tahun dan akhirnya setiap tahun diikuti dengan adanya kecenderungan peningkatan infeksi virus Dengue pada bulan-bulan
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
tertentu. Hal ini terjadi, kemungkinan berhubungan erat dengan a) perubahan iklim dan kelembaban nisbi; b) terjadinya migrasi penduduk dari daerah yang belum ditemukan infeksi virus Dengue ke daerah endemis penyakit virus Dengue atau dari pedesaan ke perkotaan; c) meningkatnya kantong-kantong jentik nyamuk Ae.aegyptidi perkotaan terutama daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu (Soegijanto, 2003). Pada awal tahun 2004 Indonesia menghadapi KLB DBD dengan jumlah kasus DBD sejak Januari sampai Mei 2004 mencapai 64.000 (Incidence Rate 29,7 per 100.000 penduduk) dengan kematian sebanyak 724 orang (Case Fatality Rate 1,1%) (Depkes RI, 2005). Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dalam press release tanggal 16 Februari 2004 menetapkan bahwa telah terjadi KLB DBD dan pada tanggal 24 Februari 2004, 12 provinsi dikategorikan sebagai provinsi KLB DBD yaitu seluruh provinsi di pulau Jawa, NAD, Bali, Kalsel, Sulsel, NTB dan NTT, Beberapa daerah lainnya juga menunjukkan adanya peningkatan kasus yaitu di Provinsi Riau, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalbar, Sulut dan Papua (Depkes RI, 2004a). Tahun 2007 jumlah kasus DBD meningkat dengan jumlah kasus sebanyak 156.697 (Incidence Rate 71,43 per 100. 000 penduduk) dengan kematian sebanyak 1.568 orang (Case Fatality Rate 1%) (Depkes RI, 2007). Hasil Rekapitulasi Laporan Program Pemberantasan penyakit DBD Dinas Kesehatan Propinsi Riau yang berasal dari 11 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Riau menunjukkan selama kurun waktu (2005 sampai dengan pertengahan tahun 2007) hampir seluruh Kabupaten/Kota tersebut merupakan daerah endemis penyakit
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
DBD. Pada tahun 2006 lebih dari 50% Kabupaten/Kota di Propinsi Riau angka kematian akibat DBD cukup tinggi dimana angka kematian (Case Fatality Rate) melebihi dari Indikator Nasional yaitu 1%. Dari seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi Riau, bila dilihat jumlah kasus DBD dan jumlah kematian akibat DBD selama 3 tahun berturut-turut tersebut Kota Pekanbaru termasuk tinggi. Tahun 2006 angka Incidence Rate (IR) sebesar 50,0 per 100.000 penduduk dengan CFR sebesar 0,9%, tahun 2007 (data dari Januari sampai dengan Oktober) angka Incidence Rate (IR) sebesar 41,5 per 100.000 dengan CFR 1,7% (Dinkes Provinsi Riau, 2007). Kota Pekanbaru merupakan Ibu Kota Provinsi Riau terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dimana 7 dari 12 Kecamatan tersebut (Kecamatan Limapuluh, Sail, Bukit Raya, Tenayan Raya, Marpoyan Damai, Tampan dan Payung Sekaki) merupakan
daerah endemis DBD sedangkan 5 Kecamatan lainnya (Kecamatan
Sukajadi, Senapelan, Rumbai Pesisir, Rumbai dan Pekanbaru Kota) kejadian DBD di tiap kelurahannya bervariasi yaitu
sebagian
kelurahannya merupakan
daerah
endemis DBD sebagian lagi merupakan daerah sporadis DBD. Dari 7 kecamatan endemis DBD di Kota Pekanbaru, Kecamatan Bukit Raya merupakan kecamatan dengan jumlah kasus DBD paling tinggi tahun 2005 jumlah kasus 138 orang, tahun 2006 jumlah kasus DBD sebanyak 52 orang penderita sebagian besar berumur > 15 tahun (61%), perbandingan penderita DBD antara perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 49% dan 51%. Tahun 2007 di Kecamatan Bukit Raya jumlah kasus DBD 80 orang sebagian besar penderita dari kelompok umur 15 tahun yaitu 73%. Perbandingan penderita DBD antara perempuan dan laki-
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
laki adalah 49 % dan 51%. Sedangkan Case Fatality Rate di Kecamatan Bukit Raya tahun 2005 adalah sebesar 1,44% menduduki peringkat ke 2 setelah Kecamatan Tampan dilihat dari angka CFR. Tahun 2006 tidak terjadi kematian tetapi tahun 2007 Case Fatality Rate meningkat menjadi 3,5% (Puskesmas Harapan Raya, 2007). Terjadinya kasus DBD baik kasus kesakitan maupun kematian di Kecamatan Bukit Raya dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berfluktuasi sebagaimana diuraikan diatas, terjadinya keadaan berfluktuasi tersebut di atas tidak dapat diprediksi secara pasti faktor penyebabnya. Bila dilihat hasil pelaksanaan pemantauan bebas jentik nyamuk Aedes terhadap rumah/bangunan di Kota Pekanbaru tahun 2006 dan 2007, untuk semua Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru Angka Bebas Jentik (ABJ) rata-rata berkisar antara 90%– 95% hal ini menunjukkan bahwa Angka Bebas Jentik di tiap Kecamatan di Kota Pekanbaru sudah memenuhi Indikator Nasional (95%) tidak terkecuali Kecamatan Bukit Raya. Namun dengan angka bebas jentik rata-rata berkisar 90%-95%, Kecamatan Bukit Raya tetap merupakan daerah endemis DBD dengan jumlah kasus
paling tinggi serta Case Fatality Rate melebihi Indikator
Nasional (1%). Secara teoritis penyebab munculnya KLB/wabah DBD antara lain disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, urbanisasi yang tidak terencana dan terkontrol, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem pengelolaan limbah padat berupa wadah yang dapat menjadi tepat penampungan air seperti kaleng bekas, ban bekas, kulit buah dan lain-lain yang tidak saniter dan sarana penyedian air bersih yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
nyamuk-nyamuk, kurangnya sistem pengamatan nyamuk yang efektif, meningkatnya pergerakan dan penyebaran virus dengue, perkembangan hiperendemisitas dan melemahnya infrastruktur kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2003). Teori penyebab timbulnya KLB terjadi di Kota Pekanbaru karena pertumbuhan penduduk akibat arus migrasi ke Kota Pekanbaru yang relatif cukup tinggi sehingga
menimbulkan berbagai akibat antara lain meningkatnya jumlah
pengangguran, kemiskinan dan pemukiman kumuh serta rawan sosial sebagaimana pidato walikota Pekanbaru pada hari jadi Kota Pekanbaru ke-223 (Abdullah, 2007) Sesuai teori di atas dan pidato walikota Pekanbaru penyebab tingginya angka kesakitan dan CFR DBD di Kecamatan Bukit Raya diperkirakan antara lain arus migrasi yang relatif tinggi menimbulkan pemukiman kumuh, penyebab lain yaitu tingginya mobilitas penduduk karena sebagian penduduk bekerja di luar wilayah kota Pekanbaru yaitu pada kabupaten lain secara geografis kabupaten tersebut berbatasan dengan Kecamatan Bukit Raya. Disamping itu Kecamatan Bukit Raya merupakan kecamatan yang sebagian wilayahnya mengalami pemekaran sejalan dengan itu perkembangan pembangunan pemukiman cukup pesat yang merupakan sasaran pemukiman para urban namun pada wilayah lain perkembangan pembangunan belum tertata baik dan masih banyak lahan yang merupakan tanah kosong sehingga ditumbuhi semak yang dapat dijadikan tempat beristrahat nyamuk demikian juga daerah pemukiman baru dimana beberapa rumah
belum ada penghuninya yang
kemungkinan besar didalam rumah tersebut terdapat genangan air tempat perindukan nyamuk.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang Sosiodemografi dan Lingkungan Masyarakat di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru dengan kejadian penyakit DBD.
1.2. Rumusan Masalah Kecamatan Bukit Raya merupakan wilayah endemis DBD dengan angka CFR dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut 1,44%, 0%, 2,35%, sedangkan Angka Bebas Jentik (ABJ) rata-rata berkisar antara 90% - 95% yaitu sudah memenuhi indikator nasional, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Belum diketahuinya hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun 2008. 2. Belum diketahuinya hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun 2008.
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. 2. Mengetahui hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
3. Mengetahui faktor yang paling dominan hubugannya dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
1.4
Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. 2. Ada hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
1.5.
Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rangka pelaksanaan kegiatan penanggulangan DBD dan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan operasional dan strategi yang efisien dan komprehensif dalam pelaksanaan penanggulangan DBD yang terjadi pada masyarakat Kota Pekanbaru 2. Untuk keperluan perencanaan dan dasar penyusunan usulan anggaran program DBD dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang DBD.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, umumnya menyerang pada anak < 15 tahun, namun tidak tertutup kemungkinan menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini adalah demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit (petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock) (Depkes RI, 2003). Menurut WHO dikenal penyakit Demam Dengue (DD), yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, sakit pada sendi, tulang dan otot. Sedangkan DBD ditunjukkan oleh 4 (empat) manifestasi klinis yang utama, demam tinggi, fenomena perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan tandatanda kegagalan sirkulasi darah (WHO, 1997).
2.1.1
Epidemiologi Penyakit DBD 1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang DBD dapat menyerang semua umur, walaupun sampai saat ini DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terkahir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada 9
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar (WHO, 1998). Jenis kelamin pernah ditemukan perbedaan nyata di antara anak lakilaki dan wanita. Beberapa negara melaporkan banyak kelompok wanita dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) menunjukkan angka kematian yang tinggi daripada laki-laki. Singapura dan Malaysia pernah mencatat adanya perbedaan angka kejadian infeksi di antara kelompok etnik. Kelompok penduduk Cina banyak terserang DBD dari pada yang lain. Penemuan ini dijumpai pada awal epidemi (Soegijanto, 2003) 2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempattempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Ae.aegyptitidak sempurna (Depkes RI, 2007). Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit meningkat pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa dengan insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6 - 27 per 100.000 penduduk pada tahun 2004 (Depkes RI, 2005). Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (Depkes RI, 2003). 3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu Menurut Depkes RI (2003), pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28 – 320C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegyptie akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun. 4. Pola Epidemiologi Penyakit DBD a. Infeksi virus – pejamu Untuk memahami berbagai situasi yang muncul, penting untuk mengenali beberapa aspek interaksi virus pejamu. Aspek-aspek tersebut meliputi :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
i. Infeksi dengue jarang menimbulkan kasus ringan pada anak ii. Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala, akan tetapi beberapa starain virus mengakibatkan kasus yang sangat ringan baik pada anak maupun orang dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus dengue dan menyebar tanpa terlihat di dalam masyarakat. iii. Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa mungkin
menimbulkan
perdarahan
gastrointestinal
dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
2.1.2
Etiologi Penyakit demam berdarah dengue pada seseorang disebabkan oleh virus
dengue termasuk famili Flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang disebabkan virus Japanese Encephalitis dan Yellow Fever (demam kuning) (Soegijanto, 2003). Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang temasuk kelompok B Arthropoda Borne Virus (Arboviroses). Dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN2, DEN- 3 dan DEN 4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan anti bodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinis yang berat. Serotipe DEN-3 berasal dari Asia, ditemukan pada populasi dengan tingkat imun rendah dengan tingkat penyebaran yang tinggi, meski sudah diketahui sejak 300 tahun yang lalu penanggulangannya belum juga tuntas (Depkes RI, 2004).
2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Ae.aegyptiatau Aedes albopictus. Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan penjamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi perlawanan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian (Depkes RI, 2001). Organ sasaran dari virus adalah organ hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang, serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukan bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tesebut akan difagosit oleh sel monosit perifer (Soegijanto, 2003). Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel tersebut. Infeksi virus Dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangan virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut, tetapi tidak ada ” cross protective” terhadap serotipe virus yang lain (Soegijanto, 2003). Patogenesis DBD terdapat dua perubahan patofisiologi yang menyolok yaitu : meningkatnya permeabelitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal yang terjadi singkat (24 – 48 jam), hipovolemia dan terjadi syok. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan (Depkes RI, 2003).
2.1.4 Tanda dan Gejala Klinik Menurut Soegijanto (2003) gejala klinik utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet. Gejala klinik : 1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari 2. Manifestasi perdarahan a. Uji torniquet positif b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
3. Hepatomegali 4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah. Menurut Depkes RI (2003), secara klinis ditemukan demam, suhu tubuh pada umumnya antara 39˚C – 40˚C menetap antara 5 – 7 hari, pada fase awal demam terdapat ruam yang tampak di muka leher dan dada. Selanjutnya pada fase penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan kaki. Perdarahan pada kulit pada DBD terbanyak dilakukan uji tourniquet positif. Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD (over diagnosis). 1) Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas yang berlangsung 2 – 7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji tourniquet positif, petechiae, echymosis, pupura, perdarahan mukosa, epitaksis, pendarahan gusi, hematemesis dan melena, pembesaran hati. Adanya syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan penderita tampak gelisah. 2) Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 sel/ml atau kurang dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hemotokrit 20%
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
atau lebih. Dua kriteria klinis ditambah peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosa klinis DBD. WHO (1997) membagi derajat DBD dalam 4 (empat) tingkat, yaitu sebagai berikut: Derajat I
:
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet positif.
Derajat II :
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau pendarahan lain.
Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dam lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mm Hg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
2.1.5
Mekanisme penularan Faktor-faktor yang memegang peranan dalam penularan infeksi virus dengue
yaitu manusia, vektor perantara dan lingkungan. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (Extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
pada gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transavaria transmition) namun peranannya tidak penting (Suroso, 2000). Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infiktif). Dalam tubuh manusia virus memerlukan waktu tunas 4- 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Seseorang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4 – 7 hari setelah 1 sampai 2 hari baru mulai demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Penularan ini dapat terjadi setiap nyamuk menusuk (menggigit), sebelum menghisap darah, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan kepada orang lain (Depkes RI, 2004c).
2.1.6 Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah : Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar yaitu : 1. Sekolah Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD. 2. Puskesmas/Rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue (DD) atau carrier virus dengue. 3. Tempat-tempat umum lainnya : a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempattempat ibadah. b. Wilayah rawan DBD (endemis) c. Pemukiman baru di pinggir kota Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. (Depkes RI, 2005).
2.2 Nyamuk Penular DBD Di Indonesia nyamuk penular (Vektor) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutelluris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama penyakit DBD adalah Ae.aegypti(Soegijanto, 2003). Nyamuk
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Ae.aegyptibetina suka bertelur di permukaan air pada dinding vertikel bagian dalam tempat-tempat yang berisi sedikit air, harus jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air di dalam rumah dan dekat rumah. Larva Ae.aegyptiumumnya ditemukan di drum, tempayan, tong atau bak mandi di rumah keluarga yang kurang diperhatikan kebersihannya. Besarnya kontainer dan lamanya air disimpan didalamnya mengakibatkan banyak nyamuk yang dapat berasal dari drum itu (Soeroso, 2000). Tempat air yang tertutup lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat bertelur dibandingkan tempat air yang terbuka. Karena tutupnya jarang dipasang secara baik dan jarang dibuka, ruang didalamnya relatif lebih gelap dibandingkan tempat air yang terbuka. Telur Ae.aegyptiberwarna hitam seperti sarang tawon, diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak lebih kurang 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu –20C sampai 420C. Namun, bila kelembaban terlampau rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama sekurang-kurangnya 9-10 hari. Telur yang dihasilkan kurang lebih 10-100 butir setiap kali bertelur dan biasanya pada interval 4-5 hari. Walaupun nyamuk betina berumur kira-kira 9-10 hari, waktu itu cukup bagi nyamuk untuk makan, bagi virus cukup untuk berkembang biak dan selanjutnya menyebarkan virus ke manusia lain. Nyamuk betina dapat terbang sejauh 2 km, tetapi kemampuan normalnya adalah kira-kira 40 meter. Larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan sepanjang tahun di semua kota
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
di Indonesia. Dari penyelidikan intensif selama 2 (dua) musim dalam setahun yang dilakukan di Jakarta, ternyata tidak terdapat pengaruh musim terhadap kepadatan nyamuk (Soedarmo, 1998). 2.2.1
Ekologi Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor
dengan lingkungannya. Eksistensi nyamuk Ae.aegyptidipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun lingkungan biologik. Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Lingkungan fisik mempengaruhi eksistensi nyamuk antara lain ketinggian tempat, curah hujan, temperatur dan kecepatan angin. Ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Ae.aegyptikarena pada ketinggian tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk (Depkes RI, 1998). a. Lingkungan fisik Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya tata rumah, macam kontainer, ketinggian tempat dan iklim (Depkes RI, 1998). 1. Jarak antara rumah Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesakdesakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit. 2. Macam kontainer Termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air mempengaruhi nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur. 3. Ketinggian tempat Pengaruh variasi ketinggian berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit di Indonesia nyamuk Ae.aegyptidan Aedes albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. d. Iklim Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari : suhu, udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin. 1. Suhu udara Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun sampai di bawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 350C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250C – 270C. Pertumbuhan
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang 100C atau lebih dari 400C. 2. Kelembaban nisbi Menurut Gobler dalam Depkes RI, (1998) umur nyamuk dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada suhu 200C kelembaban nisbi 27% umur nyamuk betina 101 hari dan umur nyamuk jantan 35 hari, kelembaban nisbi 55% umur nyamuk betina 88 hari dan nyamuk jantan 50 hari. Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa menjadi vektor, karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah. 3. Kecepatan angin Kecepatan angin secara tidak langsung berpengaruh pada kelembaban dan suhu udara, disamping itu angin berpengaruh terhadap arah penerbangan nyamuk. Bila kecepatan angin 11-10 meter atau 25-31 mil/jam akan menghambat penerbangan nyamuk. 4. Curah hujan Hujan berpengaruh terhadap kelembaban nisbi. Kelembaban udara naik maka tempat perindukan nyamuk juga bertambah banyak. Dari hasil pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim penghujan (Soeroso, 2000).
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Lingkungan Biologik Lingkungan biologik yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban, pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003).
2.2.2 Bionomik Vektor Bionomik vektor adalah tempat perindukan (breeding place), kebiasaan menggigit (feeding habit), kebiasaan istirahat (resting habit) dan jarak terbang (flight range) (Soedarmo, 1998). Menurut Soegijanto (2003), tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam dan di sekitar rumah. Biasanya tidak melebihi jarak 500 (lima ratus) meter dari rumah. Nyamuk Ae.aegyptitidak berkembang biak pada genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Ae.aegyptidapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Tempat Penampungan Air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain. b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, dan lain-lain.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Nyamuk Ae. aegypti disebut black-white mosquito karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan diatas dasar hitam, yamuk ini sering disebut nyamuk rumah. Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti mengalami metamorfosa sempurna melalui 4 tahap yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Dewasa 1 - 2 hari
Pupa (Kepompong)
Telur 1 – 2 hari
6 – 7 hari
Jentik
Gambar 2. 1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti Setiap bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5 – 0,8 mm, permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, diletakkan satu per satu pada benda – benda yang terapung pada dinding bagian dalam tempat penampungan air yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Jentik kecil berwarna transparan dengan corong pernafasan berwarna hitam (siphon) yang menetas dari telur dan akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5 – 1 cm. Jentik akan selalu bergerak aktif dalam air dengan gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara), kemudian turun
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat posisi hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik akan berubah menjadi kepompong. Kepompong berbentuk koma, geraknya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk betina Ae. aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (antropophilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan sehingga dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut satu siklus gonotropik. Nyamuk betina biasanya mencari mangsa pada siang hari dengan 2 (dua) puncak aktivitas yaitu pukul 09.00 – 10.00 dan pukul 16.00-17.00. Nyamuk Ae.aegyptimempunyai kebiasaan menghisap berulang kali dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat selama menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab, dan sedikit angin. Nyamuk biasanya hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian, kelambu dan handuk. Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk betina, yaitu rata-rata 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kenderaan, nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh nyamuk dari penguapan oleh
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
karena aktivitasnya, maka jarak terbang nyamuk terbatas, sehingga penyebarannya tidak jauh dari tempat perindukan, tempat mencari mangsa dan tempat istirahat, terutama di daerah yang padat penduduknya (Soeroso, 2000). Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae. aegypti juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida (CO2) dan warna. Untuk jarak yang lebih jauh faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang tergantung, berwarna gelap dan tempat-tempat lain yang terlindung (Soegijanto, 2003). 2.2.3 Pengamatan Kepadatan Vektor Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei yang dipilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survei perangkap telur. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah yang diperiksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Dalam pelaksanaan survei ada 2 (dua) metode yang meliputi : (Depkes RI, 1998) 1) Metode Single Survei Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut jenis jentiknya.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
2) Metode Visual Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah cara visual dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu : a. Angka Bebas Jentik (ABJ) Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas puskesmas pada rumah – rumah penduduk yang diperiksa secara acak. Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x 100% Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa b. House Indeks (HI) House Indeks (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik yang dilakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas puskesmas setiap 3 (tiga) bulan pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak. Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100% Jumlah rumah yang diperiksa
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
c. Container Indeks (CI) Container Indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah container yang diperiksa ditemukan jentik pada container di rumah penduduk yang dipilih secara acak. Jumlah Container ditemukan jentik x 100% Jumlah container yang diperiksa d. Breteau Indeks (BI) Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah. Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah. Tidak ada teori yang pasti Angka Bebas Jentik dan House Index yang dipakai sebagai standard, hanya berdasarkan kesepakatan, disepakati House Index minimal 1% yang berarti persentase rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa jentiknya harus
negatif.
Ukuran
tersebut
digunakan
sebagai
indikator
keberhasilan
pengendalian nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1998).
2.3 Landasan Teori Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Ae.aegyptinamun dapat juga ditularkan oleh nyamuk Ae. albopictus tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil sekali, karena nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2004c). Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen dan lingkunan seperti gambar 2.2 berikut : AGENT
VEKTOR
HOST
ENVIRONMENT
Gambar 2.2. Model klasik kausasi segitiga epidemiologi Sumber : CDC, 2002 Gordis, 2000; Gerstman, 1998 ; Mausner dan Kramer,1985 dalam Murti (2003) Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
(1). Agent Agent penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang termasuk kelompok B arthropoda Borne Virus (arboviroses). Anggota dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti dan juga nyamuk Ae.albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD. (2). Host (Penjamu) Pejamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor penjamu adalah faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, mobilisasi). (3). Environment (Lingkungan) Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik (jarak rumah, tata rumah, kelembaban rumah, TPA, iklim), lingkungan biologi (tanaman hias/tumbuhan), indeks jentik (house index, container indeks, breateu indeks). Berdasarkan konsep penyebab penyakit, bahwa penyakit disebabkan oleh agent, penjamu (host) dan lingkungan (environment), maka pendekatan yang cocok untuk mengetahui penyebab penyakit adalah model segitiga Epidemiologi yang dimodifikasi sedemikian rupa dalam bentuk kerangka teori seperti pada gambar 2.3 berikut ini :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Sosiodemografi - Jenis Kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Mobilitas
FAKTOR VEKTOR
KEJADIAN PENYAKIT DBD Lingkungan - Bionomik Agent - Kelembaban - Musim - Curah hujan - Temperatur
Gambar 2.3.
Modifikasi hubungan sosiodemografi dan lingkungan dengan kejadian DBD
2.4. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Sosiodemografi Pendidikan Pekerjaan Mobilisasi
Ligkungan Fisik dan Biologi Lingkungan Fisik Jarak antar rumah Tata Rumah (pengaturan barang dalam rumah) Kelembaban rumah Tempat Penampungan Air (TPA) Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air tidak untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air alami Keberadaan jentik Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air tidak untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air alami Iklim Suhu Kelembaban Curah Hujan Kecepatan angin Lingkungan Biologi Tanaman hias dan tanaman pekarangan -
Kejadian Penyakit DBD
House Index Container Index Bruteau Index
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :
diteliti dianalisis secara deskriptif
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan disain studi Matched Case Control untuk ukuran risiko (mOR) dengan memilih kasus yang menderita DBD dan kontrol yang tidak menderita DBD. Penelitian dilihat paparan yang dialami subjek pada waktu lalu (retrospektif) melalui wawancara menggunakan kuesioner dan melakukan observasi pada lingkungan rumah responden. Alasan penggunaan disain ini karena studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan – penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status pajanannya (Murti, 2003). Skema penelitian sebagai berikut : Sosiodemografi Pendidikan Pekerjaan Mobilisasi Ligkungan Lingkungan Fisik Jarak antar rumah Tata Rumah (pengaturan barang dalam rumah) Kelembaban rumah Tempat Penampungan Air (TPA) Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air tidak untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air alami Keberadaan jentik Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air tidak untuk keperluan sehari-hari. Tempat penampungan air alami Iklim Suhu Kelembaban Curah Hujan Kecepatan angin Lingkungan Biologi Tanaman hias dan tanaman pekarangan
-
Kasus Kasus
Kontrol
Gambar 3.1 Skema Penelitian
House Index Container Index Bruteau Index
33 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru Provinsi Riau dengan mengambil lokasi di Kecamatan Bukit Raya. Dipilihnya Kecamatan Bukit Raya sebagai lokasi penelitian karena kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang paling tinggi kasus DBD dibandingkan dengan Kecamatan lain. Penelitian
ini
dimulai
dengan
melakukan
penelusuran
kepustakaan,
penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisis data serta penyusunan laporan akhir yang membutuhkan waktu lebih kurang 6 (enam) bulan dari bulan Januari s/d Juni 2008.
3.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah penderita DBD dan bukan DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru pada tahun 2007 sampai dengan April 2008 sampel penelitian terdiri dari : a. Sampel kasus adalah penderita DBD di Kecamatan Bukit Raya yang dinyatakan dengan surat keterangan oleh tenaga medis dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium dan tercatat di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun 2007 sampai dengan April 2008. b. Sampel kontrol adalah bukan penderita DBD yang merupakan
tetangga
terdekat dalam satu lingkungan dengan pencocokan (matching) sama dengan kasus dalam hal umur, jenis kelamin dan kondisi tempat tinggal pada tahun 2007 sampai dengan April 2008.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria eklusi yaitu apabila responden yang terpilih pindah/mandah keluar kota atau meninggal dunia maka responden tersebut digantikan dengan responden terpilih yang lain, bila responden terpilih tidak berada di tempat atau tidak mau diwawancarai sampai kunjungan ketiga maka responden tersebut digantikan dengan responden terpilih lainnya. Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus sebagai berikut (Schlesselman, 1982) :
n=
m ( p o q1 + p1 q 0 )
⎡ Za ⎤ ⎢ 2 + z β P (1 − P ) ⎥ ⎣ ⎦ m= 2 ( P − 1 / 2) q1
= 1 – P1
q0
= 1 – P0
P =
2
OR 1 + OR
Keterangan : α = tingkat kemaknaan 5% → maka Z =1,96 Zα
= Nilai devisi normal pada α 5% = 1, 96
Zβ
= Nilai devisi normal pada β 10% = 1, 28
OR
= Odd rasio
P0
= proporsi kontrol yang mempunyai faktor positif/terpajan
P1
= proposi kasus yang mempunyai faktor positif/terpajan
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Besar sampel berdasarkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu sesuai tabel berikut : Tabel 3.1. Besar sampel berdasarkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu. Variabel
Po
P1
OR
n
Referensi
Keberadaan jentik
0,25
0,66
5,8
29
Sitorus (2005)
TPA
0,29
0,66
4,6
37
Sitorus (2005)
Kontainer
0,50
0,27
2,79
83
Hasan (2007)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapat besar sampel minimum 83. Namun karena jumlah kasus DBD di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 s/d April 2008 adalah 85 orang, maka semua kasus dapat dijadikan sampel dengan kontrol 85 orang, perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1.
3.4. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang terdiri dari penderita DBD sebagai kasus dan bukan penderita DBD sebagai kontrol apabila penderita (kasus) atau kontrol berumur < 15 tahun maka digantikan oleh ibunya sebagai responden. Data sekunder diperoleh dari Laporan dan
Profil
Puskesmas Harapan Raya yang merupakan Puskesmas di Wilayah Kecamatan Bukit Raya, Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, data dari tiap Kelurahan di Kecamatan
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Bukit Raya serta data tentang Kecamatan itu sendiri mengenai situasi kependudukan dan data lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel terikat (dependent variable) adalah kejadian DBD sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, mobilisasi) dan lingkungan (jarak antar rumah, tata rumah (pengaturan barang dalam rumah), kelembaban rumah, TPA, iklim, tanaman hias/tumbuhan. Indeks jentik (house indeks, container indeks, breateu indeks). 1. Kasus DBD adalah penderita demam berdarah yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter bahwa penderita tersebut telah didiagnosa dan didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada tahun 2007 sampai dengan April 2008. 2. Kontrol adalah bukan penderita DBD dengan pencocokan (maching) dalam hal jenis kelamin, umur dan lingkungan sama dengan kasus. 3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden dengan kategori perempuan dan laki-laki. 4. Pendidikan adalah pendidikan fomal tertinggi yang pernah dijalani oleh responden dengan mendapat ijazah. 5. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan rutin yang dilakukan oleh responden guna menghasilkan pendapatan setiap bulan minimal 6 bulan.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
6. Mobilisasi adalah gerak berpindah seseorang dari satu tempat ke tempat lain yang dilakukan setiap hari 7. Jarak rumah adalah adanya halaman pembatas antara satu rumah dan rumah lainnya dengan kategori tidak baik ≤ 5 m, baik > 5 m baik. 8. Tata rumah adalah tidak adanya barang berserakan dan kain bergantungan dengan penilaian 1. ada, 2. tidak ada 9. Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen, diukur dengan alat hygrometer 10. Tempat penampungan air (TPA) adalah tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti : tempayan, bak mandi, bak WC, drum, bak penampungan air, ember, dan lain-lain. 11. Bukan tempat penampungan air (Non TPA) adalah tempat-tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum hewan piaraan, barang-barang bekas, vas bunga, talang air, meteran air. 12. Tempat penampungan air alami adalah tempat tertampungnya air yang dengan sendirinya secara alami misal : lobang dipohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, potongan bambu. 13. Keberadaan jentik adalah terdapatnya jentik pada tempat penampungan air baik tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk keperluan sehari-hari atau tempat penampungan air alami.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
14. Iklim adalah keadaan suhu udara, kelembaban nisbi udara, curah hujan dan angin dinilai dengan adanya turun hujan dalam 1 minggu. 15. Tanaman hias/tumbuhan adalah adanya tanaman hias/tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar rumah. 3.6 Metode Pengukuran Definisi operasional variabel, cara ukur, skala ukur dan hasil ukur sebagai berikut :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2. Definisi operasional variabel,cara ukur, alat ukur, skala ukur, dan hasil ukur Variabel
Definisi operasional
Cara ukur
VARIABEL DEPENDEN Studi Orang yang Kasus mempunyai gejala dokumentasi Demam Berdarah klinis DBD dan data sekunder pada Dinas berdsarkan test Dengue Kesehatan laboratorium yang Kota telah didiagnosa Pekanbaru positif DBD oleh dan rumah sakit dan wawancara dicatat pada status kartu berobat tahun 2007 sampai dengan April 2008 VARIABEL INDEPENDEN Sosiodemografi Pendidikan Pendidikan fomal Wawancara tertinggi yang pernah dijalani oleh responden dengan mendapat ijazah
Alat ukur
Skala ukur
Kategori
Kuesioner
Ordinal
1. Penderita DBD (kasus) 2. Tidak penderita DBD (kontrol)
Kuesioner
Ordinal
Pekerjaan
Jenis pekerjaan rutin yang dilakukan oleh responden guna menghasilkan pendapatan setiap bulan min 6 bulan
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Mobilisasi
Gerak berpindah seseorang dari satu
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
1. Tidak sekolah (rendah), SD 2. SLTPSLTA Akademi PT (tinggi) 1. Bekerja (PNS,TNI,A BRI,Wiraswa sta, Pegawai swasta, petani 2. Tidak bekerja (IRT, belum sekolah, pelajar, mahasiswa) 1. Ada 2. Tidak ada
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel. 3.2. Lanjutan Variabel
Definisi operasional
Cara ukur
Alat ukur
Skala ukur
Kategori
Observasi
Ceklist
Ordinal
Observasi
Ceklist
Ordinal
Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen.
Observasi
Higrometer
Ordinal
1. Tidak baik (< 5 m) 2. Baik (> 5m) 1. Tidak baik (bila ada) 2. Baik (bila tidak ada) 1. baik (> 60%) 2. Tidak baik (< 60%)
Tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti : tempayan bak mandi, bak WC, drum, bak penampungan air, ember dan lainlain.
Observasi
Ceklist
Ordinal
1. Ada 2. Tidak
Tempat-tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk
Observasi
Ceklist
Nominal
1. Ada 2. Tidak
tempat ke tempat lain yang dilakukan setiap hari Lingkungan Lingkungan Fisik Rumah Jarak Adanya halaman rumah pembatas antara satu rumah dengan rumah lainnya. Tata Tidak adanya rumah barang berserakan dan kain bergantungan. Kelembaban dalam rumah
TPA Tempat Penampu ngan air (TPA)
Bukan tempat penampu ngan air
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2. Lanjutan Variabel
Definisi operasional
keperluan seharihari seperti : tempat minum hewan piaraan, barangbarang bekas, vas bunga, talang air, meteran air dan lain-lain. Tempat Tempat penampu tertampungnya air ngan air yang dengan buatan sendirinya secara alami alami misal : (natural/ lobang dipohon, alamiah) lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, potongan bambu Keberadaan Adalah terdapatnya Jentik jentik pada tempat penampungan air baik tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk keperluan sehari-hari atau tempat penampungan air alami Lingkungan Biologi Tanaman Adanya tanaman hias / hias/tumbuhtumbuhan tumbuhan yang ada di sekitar rumah yang dapat dijadikan tempat beristrahat nyamuk.
Cara ukur
Alat ukur
Skala ukur
Kategori
Observasi
Ceklist
Nominal
1. Ada 2. Tidak
Observasi
Ceklist
Nominal
1. Ada 2. Tidak
Observasi
Checklist
Nominal
1. Ada 2. Tidak
(Non TPA)
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
3.7 Metode Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi masing-masing variabel independen yang meliputi sosiodemografi dan lingkungan serta variabel dependen yaitu kejadian penyakit DBD. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel independen sosiodemografi (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi) terhadap variabel dependen (kejadian penyakit DBD) dengan menggunakan Mc Nemar untuk menentukan ukuran risiko menggunakan Mached Odds Ratio (mOR) 3. Analisis Multivariat Analisi multivariat adalah untuk melihat hubungan antara variabel kejadian DBD dengan seluruh variabel yang diteliti sehingga diketahui variabel bebas yang paling dominan hubungannya dengan
kejadian demam berdarah dengan
menggunakan regresi logistik ganda kondisional (conditional multiple logistic regression).
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Raya a. Keadaan Geografis Kecamatan Bukit Raya adalah satu dari 12 (dua belas) Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru dengan luas 23,10 Km2 dan batas - batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sail Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tenayan Raya Sebelah Barat berbatan dengan Kecamatan Marpoyan Damai Kecamatan Bukit Raya terdiri dari 4 Kelurahan, 56 RukunWaga (RW) dan 228 Rukun Tetangga yaitu : Kelurahan Tangkerang Utara dengan 17 RW, 79 RT Kelurahan Tangkerang Selatan dengan 15 RW, 57 RT Kelurahan Simpang Tiga dengan 12 RW, 45 RT Kelurahan Tangkerang Labuai dengan 12 RW, 47 RT b. Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Bukit Raya Tahun 2006 adalah 80.401 jiwa yang terdiri dari 40.705 jiwa laki-laki dan 39.696 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk 3.646 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut. 44 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.1. Distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 Kelurahan
0-5 thn
6-12
13-18
thn
thn
19-24 thn
>24 thn
Jumlah
Tangkerang Utara
2.488
3.892
2.328
2.913
8.594
20.215
Tangkerang Selatan
2.464
3.784
2.281
2.881
8.403
19.813
Simpang Tiga
3.179
5.060
2.886
3.763
9.324
24.212
Tangkeran Labuai
2.054
2.888
1.898
2.538
6.783
16.161
Jumlah
10.185
15.624
9.393
12.095
33.104
80.401
Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007 c. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk > 5 tahun di Kecamatan Bukit Raya sebagian besar mereka adalah berhasil tamat SLTA yaitu 26.096 orang sebagaimana diuraikan pada tabel berikut : Tabel 4.2 Penduduk > 5 tahun menurut jenis pendidikan yang dijalani dan ditamatkan pada tiap kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 Kelurahan
Jenis Pendidikan yang dijalan/ditamatkan SD
SLTP
SLTA
Akademi/ PT
Jumlah
Tangkerang Utara
Tdk tamat SD 2.632
3.043
3.624
6.459
2.378
18.136
Tangkerang Selatan
2.314
3.277
3.382
6.795
1.96 9
17.737
Simpang Tiga
3.286
4.004
4.295
7.826
2.132
21.543
Tangkerang Labuai
2.085
2.994
2.724
5.016
1.619
14.438
Jumlah
10.317
13.318
14.025
26.096
8.098
71.854
Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Migrasi Penduduk Pertumbuhan penduduk akibat arus migrasi ke kota Pekan Baru relatif cukup tinggi, Kecamatan Bukit raya merupakan salah satu kecamatan sasaran. Tingginya tingkat kedatangan penduduk ke Kecamatan Bukit Raya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Jumlah penduduk yang datang dan pindah menurut kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 Kelurahan Tangkerang Utara
Penduduk yang datang Laki-laki 350
Perempuan 343
Penduduk yang pindah Laki-laki 26
Perempuan 27
Tangkerang Selatan
374
365
34
30
Simpang Tiga
620
609
43
46
Tangkerang Labuai
412
408
18
21
121
124
Jumlah 17.61 17.75 Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007 e. Kondisi tempat tinggal penduduk
Data tentang keadaan/kondisi bangunan tempat tinggal penduduk menurut tipe dinding di Kecamatan Bukit Raya secara umum dapat dilihat pada tabel yaitu tabel 4.4 sementara data tentang keadaan bangunan tempat tinggal menurut tupe atap di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 4.5
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.4 Kondisi bangunan tempat tinggal menurut tipe dinding berdasarkan kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 Kelurahan
Tipe dinding Setengah tembok 811
Tembok
Lainnya
Tangkeran Utara
3724
Tangkeran Selatan
3197
625
205
Simpang Tiga
2635
409
176
Tangkeran Labuai
3163
56
216
2413
885
Jumlah 12.719 Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007
288
Tabel 4.5 Jumlah bangunan tempat tinggal menurut tipe atap berdasarkan kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 Kelurahan Tangkerang Utara
Genteng 1.926
Tipe Atap Seng 2.033
Lainnya 68
Tangkerang Selatan
1.726
2.177
45
Simpang Tiga
2.383
2.323
116
Tangkerang Labuai
1.499
1.677
45
Jumlah 7535 8.210 Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007
274
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
4.2. Gambaran Karakteristik Responden a. Distribusi kasus dan kontrol menurut sosiodemografi Variabel sosiodemografi kasus dan kontrol yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi di uraikan pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi kasus dan kontrol menurut sosio demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi Variabel
Kasus (n = 85)
Kontrol (n = 85)
Pendidikan tinggi
61 (71,76%)
58 (62,23%)
Tidak bekerja
54 (63,53%)
53 (62,35%)
Melakukan Mobilisasi
58 (68,24%)
35 (41,18%)
Dari tabel 4.6 diketahui pada kelompok kasus responden berpendidikan tinggi 61 orang (71,76%), berpendidikan rendah 24 orang (28,24%), Pada kelompok kontrol berpendidikan tinggi 58 orang (62,33%), berpendidikan rendah 27 orang (31,36%). Sebagian besar responden tidak bekerja dengan rincian responden kasus tidak bekerja 54 orang (63,53%), bekerja 31 orang (36,47%). Responden kontrol yang tidak bekerja 53 orang (62,35%), bekerja 32 orang (37,65%). Sebagian besar responden kasus melakukan mobilisasi dengan rincian responden kasus yang melakukan mobilisasi 58 orang (68,24%) dan yang tidak melakukan mobilisasi 27 orang (31,76%). Responden kontrol yang melakukan mobilisasi 35 (41,18%), responden kontrol yang tidak melakukan mobilisasi 50 (58,82%).
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi diuraikan pada tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi Variabel
Kasus (n = 85)
Kontrol (n = 85)
Jarak rumah ≤ 5
33 (38,82%)
29 (34,12%)
Tata rumah tidak baik
38 (44,71%)
32 (37,65%)
Kelembaban (<60%)
0 (0,00%)
0 (0,00%)
Ada tempat penampungan Air (TPA)
85 (0,00%)
85 (0,00%)
Ada TPA bukan untuk keperluan
67 (78,82%)
54 (63,53%)
Ada TPA alami
23 (27,06%)
12 (14,12%)
Ada Jentik
51 (60,00%)
43 (50,59%)
Ada tanaman hias/pekarangan
68 (80,00%)
61 (71,76%)
sehari-hari
Sebagian besar jarak rumah responden dengan rumah lainnya > 5 m dengan rincian pada kelompok kasus 33 rumah (38,82%) ≤ 5 m , 52 rumah kasus (61,18%) > 5 meter,. Pada kelompok kontrol 29 rumah (34,12%) ≤ 5 meter, 56 rumah kontrol (65,88%), > 5, . Sebagian besar tata rumah responden baik dengan rincian 38 (44,71%) tata rumah responden tidak baik, 47 tata rumah responden kasus baik (55,29%), 32
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
(37,65%) tata rumah kontrol tidak baik, dan 53 tata rumah responden kontrol baik (62,35%), Dari semua responden baik kasus maupun kontrol setelah dilakukan pengukuran kelembaban terhadap ruangan ternyata semua rumah responden kelembabanya > 60% Dari survei yang dilakukan terhadap rumah responden diketahui bahwa setiap rumah responden terdapat Tempat Penampungan Air (TPA), uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4a. Sebagian besar rumah responden terdapat TPA bukan untuk keperluan seharihari dengan rincian 67 rumah responden kasus terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari (78,82%), 18 rumah kasus tidak terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari (21,18%). 54 rumah responden kontrol terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari (63,53%), 31 rumah kasus kontrol tidak terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari (36,47%), uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4b. Sebagian besar responden tidak memiliki TPA alami disekitar rumahnya dengan rincian, pada kelompok kasus 23 (27,06%) memiliki TPA alami, 62 rumah (72,94%) tidak memiliki TPA alami. Pada kelompok kontrol 12 rumah (14,12%) tidak memiliki TPA alami, 73 rumah (85,88%) tidak memiliki TPA alami, uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4c. Sebagian besar rumah responden terdapat jentik dengan rincian 51 responden kasus terdapat jentik (60,00%). 34 rumah kasus (40,00%) tidak terdapat jentik. Pada
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
responden kontrol terdapat 43 rumah (50,59%) ada jentik, 42 rumah (49,41%) tidak ada jentik , uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4d, 4e dan 4f. Khusus untuk data keadaan cuaca yang meliputi suhu, kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin datanya diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kota Pekanbaru yang berlaku umum untuk seluruh Kota Pekanbaru (terlampir). Sebagian besar responden memiliki tanaman hias/pekarangan dihalaman rumahnya dengan rincian responden kasus 68 rumah (80,00%) memiliki tanaman hias, 17 rumah (20,00%) tidak memiliki tanaman hias. Pada responden kontrol 61rumah (71,76%) memiliki tanaman hias 24 rumah (28,24%) tidak memiliki tanaman hias.
c. Deskripsi House Index (HI), Container Index (CI), Bruteau Index (BI) Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui House Index (HI), Container Index (CI) dan Breteau Index (BI) House Index (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik pada rumah yang diperiksa.
–
Pada kelompok kasus : HI =
Jumlah rumah kasus yang ditemukan jentik x100% Jumlah rumah kasus yang diperiksa
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
=
51 rumah kasus x100% 85
= 60% – Pada kelompok kontrol : HI =
=
Jumlah rumah kontrol yang ditemukan jentik x100% Jumlah rumah kontrol yang diperiksa 43 rumah kontrol x100% 85
= 51% Container Index (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah kontainer yang diperiksa ditemukan jentik pada container dirumah penduduk yang dipilih secara acak. Dari hasil penelitian diperoleh jumlah kontainer baik dari kasus maupun kontrol sebanyak 698 kontainer, yang terdiri dari : TPA 483 kontainer, TPA bukan untuk kebutuhan sehari-hari = 174 kontainer, dan TPA alami = 41 kontainer yang diuraikan pada tabel berikut :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.8. Jenis dan jumlah kontainer yang terdapat pada rumah responden Kontainer TPA Tempayan Bak mandi Bak WC Drum Bak penampungan air Ember Dan lain-lain Total TPA bukan untuk keperluan seharihari Tempat minum hewan Barang bekas Vas bunga Talang air Meteran air Dan lain-lain
Kasus n
%
4 75 59 11 29 56 2
4,7 88,2 69,4 12,9 34,1 65,9 2,4
236
10 52 29 2 1 0
1 2 8 11 1 3 3 29
2 79 65 16 21 62 2
2,4 92,9 76,5 18,8 24,7 72,9 2,4
247
11,8 61,2 34,1 2,4 1,2 0,0
94 TPA Alami Luban pohon Lobang batu Pelapah daun Tempurung kelapa Kulit kerang Potongn bambu Dan lain-lain Total kontainer
Kontrol n %
5 47 19 2 1 0
1 0 4 6 0 1 0 12
6 154 124 27 50 118 4 483
5,9 55,3 22,4 2,1 1,2 0,0
74 1,2 2,4 9,4 12,9 1,2 3,5 3,5
Jumlah
15 99 48 4 8 0 174
1,2 0,0 4,7 7,1 0,0 1,2 0,0
2 2 12 17 1 4 3 41
Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah kontainer yang ditemukan jentik pada rumah responden sebanyak 162 kontainer yang terdiri dari pada TPA = 80 kontainer, pada TPA bukan untuk keperluan sehari-hari 64 kontainer dan TPA alami 18 kontainer sesuai tabel berikut :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4. 9. Jumlah dan Jenis kontainer yang ditemukan jentik Kontainer TPA Tempayan (Aedes agepyti) Bak mandi Bak WC Drum Bak penampungan air Ember Dan lain-lain Total
Kasus n
%
0 22 11 3 4 3 0
0,0 55,9 12,9 3,5 4,7 4,7 0,0
43
TPA bukan untuk keperluan seharihari Tempat minum hewan Barang-barang bekas Vas bunga Talang air Meteran air Dan lain-lain Total TPA Alami Luban pohon Lobang batu Pelapah daun Tempurung kelapa Kulit kerang Potongn bambu Dan lain-lain Total kontainer
Kontrol n % 0 22 9 2 3 1 0
0,0 25,9 10,6 2,4 3,5 3,5 0,0
37
Jumlah 0 44 20 5 7 4 0 80
1 24 10 0 0 0 35
1,2 28,2 11,8 0,0 0,0 0,0
2 21 6 0 0 0 29
2,4 24,7 7,1 0,0 0,0 0,0
3 45 16 0 0 0 64
1 0 5 5 0 0 0 11
1,2 0,0 5,9 5,91 0,0 0,0 0,0
0 0 1 6 0 0 0 7
0,0 0,0 1,2 7,1 0,0 0,0 0,0
1 0 6 11 0 0 0 18
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumah kontainer yang ditemukan jentik pada kelompok kasus yaitu 43 + 35 + 11 = 89 dan pada kelompok kontrol 37 + 29 + 7 = 73, maka kontainer indeks dapat dihitung sebagai berikut : CI =
Jumlah kontainer ditemukan jentik x100% Jumlah kontainer yang diperiksa
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
– Pada kelompok kasus CI =
89 x100% 359
= 24,8% – Pada kelompok kontrol CI =
73 x100% 359
= 20,3% Bruteau Index (BI) adalah jumlah kontainer yang terdapat jentik dalam 100 rumah: Pada penelitian ini jumlah rumah yang diteliti (kasus dan kontrol) 170 rumah. Maka Bruteau Index (BI) adalah – Pada kelompok kontrol BI =
100 x89 85
= 104,7 = 95 kontainer – BI pada kelompok kasus BI =
100 x73 85
= 85,9 Angka Bebas Jentik (ABJ) dari penelitian ini sebagai berikut :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
ABJ =
Jumlah rumah / bangunan yang tidak ditemukan jentik x100% jumlah rumah / bangunan yang diperiksa
– Pada kelompok kasus ABJ
=
34 x100% 85
= 40% – Pada kelompok kontrol ABJ
=
42 x100% 85
= 49% 4.3. Analisa Bivariat a.
Tabulasi Silang Sosiodemografi
Sosiodemografi responden pada penelitian ini merupakan variabel bebas yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi, tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10. Tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Variabel
Kontrol = 85 n (%) 58 (62,23%)
mOR (95% CI)
p
Pendidikan tinggi
Kasus = 85 n (%) 61 (71,76%)
0,41 (0,25-0,68)
0,000
Tidak bekerja
54 (63,55%)
53 (62,33%)
0,00 (0,00-0,04)
0,000
Melakukan mobilisasi
58 (68,24%)
35 (41,18%)
0,77 (0,45-1,31)
0,374
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan analisis hubungan pendidikan responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 , artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang berpendidikan rendah dengan yang berpendidikan tinggi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 0,41 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD pendidikannya lebih rendah 0,41 kali dibandingkan dengan orang yang tidak penderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji statistik < 0,05, maka variabel ini diikusertakan dalam multivariat. Hasil analisis hubungan pekerjaan responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 dan
p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang tidak bekerja dengan yang bekerja di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,00 artinya bahwa kemungkinan orang yang tidak bekerja, berisiko kena DBD dibandingkan yang bekerja. Oleh kaerna nilai uji statistik < 0,05 maka variabel pekerjaan diikutsertakan adalah multivariat. Berdasarkan analisis hubungan mobilisasi responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,374, p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak melakukan mobilisasi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Tabulasi Silang Lingkungan Fisik dan Biologi Lingkungan fisik dan biologi responden pada penelitian ini juga merupakan variabel bebas yang terdiri dari jarak rumah, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan ada tidaknya tanaman hias/pekarangan yang diuraikan pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Tabulasi silang Lingkungan Fisik dan Biologi responden dengan kejadian DBD Variabel
Kontrol = 85 n (%) 29 (34,12%)
mOR (95% CI)
p
Jarak rumah ≤ 5
Kasus = 85 n (%) 33 (38,82%)
1,79(1,12-2,93)
0,014
Tata rumah, tidak baik
38 (44,71%)
32 (37,65%)
1,47 (0,92-2,38)
0,114
Ada TPA bukan untuk
67 (78,82%)
54(63,53%)
0,34 (0,18-0,58)
0,000
Ada TPA alami
23 (27,00%)
12 (14,12%)
0,312 (0,19-0,51)
0,000
Ada jentik
51(60,00%)
43(50,59%)
0,79 (0,49-1,27)
0,362
68(80,00%)
61(71,76%)
0,28 (0,15-0,48)
0,000
keperluan sehari-hari
Ada
tanaman
hias/pekarangan
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 untuk melihat hubungan variabel jarak rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,014, p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak rumahnya ≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah dengan rumah yang berjarak > 5m dengan tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 1,79. artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD. Jarak rumahnya ≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79 kali dibanding dengan yang tidak menderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji statistik < 0,05 maka variabel jarak rumah diikutsertakan dalam multivariat. Berdasarkan analisis
hubungan antara tata rumah dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,114 ; p > 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan risiko tekena DBD pada masyarakat yang tata rumahnya baik dengan yang tata rumahnya tidak baik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Berdasarkan analisis hubungan antara variabel TPA bukan untuk keperluan sehari dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang di lingkungan rumahnya terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dengan yang tidak terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari di lingkungan rumahnya di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru, Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,33. Artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD, di lingkungan rumahnya ditemukan TPA bukan untuk keperluan sehari-hari 0,333 kali dibanding yang tidak menderita DBD. Oleh karena nilai p < 0,05 maka variabel ini akan diikutsertakan dalam analisa multivariat. Berdasarkan analisis hubungan antara TPA alami dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 ; p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang dilingkungan rumahnya ditemukan TPA alami
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan yang tidak ditemukan TPA alami di lingkungan rumahnya di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,32. artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD, dilingkungan rumahnya tidak ditemukan TPA alami 0,32 kali dibanding yang tidak DBD, karena nilai p < 0,05 maka variabel TPA alami diikutertakan dalam analisis multivariat. Berdasarkan analisis hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,362 p > 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat lingkungan rumahnya ada jentik dengan lingkungan rumahnya tidak ada jentik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Berdasarkan analisis hubungan antara tanaman hias/pekarangan dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang dihalaman rumahnya ada tanaman hias/pekarangan dengan yang tidak ada tanaman hias/pekarangan di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) 0,28 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD, dilingkungan rumahnya terdapat tanaman hias/pekarangan 0,28 kali dibanding yang tidak menderita DBD. Oleh karena nilai p < 0,05, maka variabel tanaman hias/pekarangan diikutsertakan dalam analisis multivariat.
4.4. Analisis Multivariat
Untuk mengetahui hubungan semua variabel secara bersama-sama dengan kejadian DBD, maka dilakukan analisis multivariat yaitu dengan menggunakan uji
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
regresi logistik ganda kondisional. Variabel-variabel dari hasil analisa bivariat yang memiliki nilai p < 0,25 dapat dipertimbangkan untuk masuk kedalam model multivariat. Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini ternyata variabel yang mempunyai nilai p < 0,25 adalah variabel pendidikan, pekerjaan, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan tanaman hias. Walaupun variabel mobilisasi dan keberadaan jentik pada analisis bivariat memiliki
nilai p > 0,25 namun karena secara subtansi kedua variabel tersebut
dianggap penting maka dimasukan kedalam analisis multivariat. Analisis regresi logistik ganda kondisinal dilakukan dengan metode Stepwise backward selection dapat dilihat pada tabel 4.12. berikut Tabel 4.12. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Kondisional dengan Metode Stepwise backward selection Variabel Independen
B
P
mOR
95% CI
Mobilisasi
3,040
0,000
20,898
4,02 – 108,70
TPA bukan untuk keperluan sehari-hari
1,547
0,003
4,697
1,670 – 13,00
TPA Alami
-1,304
0,037
0,2713
0,08 – 0,922
Ternyata hasil akhir analisis regresi logistik ganda kondisional dengan Metode Stepwise backward selection dari tiga variabel yaitu mobilisasi, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dan TPA Alami yang paling dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah variabel mobilisasi dengan nilai p = 0,00 dan mOR = 20,90.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi pada penelitian ini merupakan variabel bebas mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi, untuk variabel umur dan jenis kelamin dilakukan matching. 1. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian DBD Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada responden kelompok kasus berpendidikan tinggi 61 orang (71,78%), berpendidikan rendah 24 orang (28,24%). Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kejadian DBD diperoleh p < 0,05, artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang berpendidikan rendah
dan yang berpendidikan tinggi di Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 0,41, artinya bahwa kemungkinan orang mederita DBD pendidikannya lebih rendah
0,41 kali
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD. Pada penelitian ini yang masuk kategori pendidikan tinggi adalah mereka yang berijazah SLTP, SLTA dan Akademi/Perguruan Tinggi. Menurut hasil penelitian Nawar di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2005 menyatakan bahwa pada daerah endemis responden terbanyak berpendidikan rendah yaitu 68 orang (56,2%). Pada penelitian Nawar kategori pendidikan tinggi yaitu dari SLTA ke atas. Penelitian Sitorus (2005) 62 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada tingkat pendidikan rendah dan tinggi yang kategori pendidikan tinggi dimulai dari SLTA ke atas. Masyarakat yang berpendidikan tinggi diharapkan lebih banyak tahu informasi tentang cara dan upaya mencegah terjadinya DBD terhadap dirinya dan keluarga dari berbagai sumber dan media. 2. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian DBD Dilihat dari variabel pekerjaan, pada kelompok kasus persentase terbanyak adalah pada kelompok tidak bekerja yaitu 54 orang (63,55%) dan yang bekerja 31 orang (36,47%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan risiko antara masyarakat yang tidak bekerja dengan yang bekerja di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekan Baru, Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 0,0000 artinya bahwa kemungkinan orang yang tidak bekerja berisiko menderita DBD dibandingkan yang bekerja. Pada penelitian ini yang masuk kategori yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga (IRT), anak belum sekolah, pelajar dan mahasiswa. Dimana kita lihat dari hasil survei yang dilakukan sebagian besar anak sekolah, pelajar dan mahasiswa tersebut lokasi sekolah atau perguruan tinggi mereka berada diluar Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat pada variabel mobilisasi bahwa yang melakukan mobilisasi adalah masyarakat yang melakukan gerakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang dilakukan setiap hari sebagaimana tercantum pada defenisi operasional.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Widyana (1998) dalam Nawar (2005) yang menemukan bahwa sebagian besar penderita DBD berstatus tidak bekerja. 3. Hubungan Mobilisasi dengan Kejadian DBD Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada kelompok kasus persentase responden yang melakukan mobilitas lebih besar yaitu 58 orang (68,24%) dan responden yang tidak melakukan mobilitas 27 orang (31,76%). Hasil analisis hubungan mobilitas responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,37, p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak melakukan mobilisasi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Oleh karena variabel mobilisasi berkaitan dengan variabel pendidikan dan variabel pekerjaan maka variabel mobilisasi secara substansi dianggap penting dalam penelitian ini. Walaupun nilai p variabel mobilisasi > 0,05, variabel mobilisasi tetap dimasukkan dalam analisis multivariat ternyata dari hasil analisis multivariat diperoleh nilai p variabel mobilisasi yaitu 0,00 (p < 0,05) artinya ada perbedaan risiko antara masyarakat yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak melakukan mobilisasi. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 20,90 artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD melakukan mobilisasi 20,90 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD. Secara epidemiologi penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang penularannya relatif tinggi karena kepadatan penduduk, mobilisasi yang tinggi
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
serta dipengaruhi ada tidaknya tempat perindukan nyamuk penular DBD. Menurut Wahidin (2003) dalam Nawar (2008) mobilitas yang tinggi antara lain disebabkan oleh perpindahan atau perjalanan masyarakat keluar daerahnya, antara lain adalah karena alasan lokasi pendidikan atau lokasi pekerjaan Menurut Sugijanto (2003) mengatakan bahwa salah satu penyebab DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kemajuan teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang cepat memudahkan penyebaran sumber penular dari satu kota ke kota lain. Demikian juga hasil penelitian Adisasmito, dkk (2007) mengatakan bahwa faktor lingkungan berperan besar dalam penyebaran DBD, dimana penyebaran habitat nyamuk disebabkan meningkatnya mobilisasi penduduk dan transportasi dari suatu daerah. Hasil penelitian tersebut diatas sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa penyebab munculnya KLB/wabah DBD antara lain disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk yang tidak melalui pola tertentu, urbanisasi yang tidak terkontrol, mobilitas penduduk yang tinggi (Depkes RI, 2003).
5.2. Lingkungan Fisik dan Biologi
1. Hubungan Jarak Rumah dengan Kejadian DBD Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 85 kasus DBD ada 33 rumah, (38,82%) yang jarak rumah tersebut dengan rumah tetangga < 5 m, sebanyak, 52 rumah (61,18%) lainnya berjarak > 5 m. Dari 85 kelompok kontrol, sebanyak 29
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
rumah (34,12%) berjarak < 5 dan 56 rumah (65,88%) berjarak > 5 m. Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 untuk melihat hubungan variabel jarak rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,01, p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak rumahnya ≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah dengan rumah yang berjarak > 5m dengan tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 1,79. artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD. Jarak rumahnya ≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79 kali dibanding dengan tidak DBD. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah menyebelah (Haryanto, dkk, 1989). 2. Hubungan Tata Rumah dengan Kejadian DBD Penelitian terhadap variabel tata rumah dilihat dari kebiasaan menggantung pakaian dan pengaturan barang-barang yang ada di rumah, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dari 85 orang menderita DBD terdapat 38 orang (44,71%) yang tidak menata rumah dengan baik dan 47 orang (55,29%) yang menata rumah dengan baik, sedangkan pada kelompok yang tidak menderita DBD berjumlah 32 orang (37,65%) yang tidak menata rumah dengan baik dan 53 orang (62,35%) yang menata rumah dengan baik. Berdasarkan analisis hubungan antara tata
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,11 ; p > 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan risiko tekena DBD pada masyarakat yang tata rumahnya baik dengan yang tata rumahnya tidak baik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Hal ini kemungkinan disebabkan karena persentasi baik kasus dan kontrol yang menata rumah dengan baik lebih besar persentase dibandingkan dengan yang menata rumah dengan tidak baik. Menurut Haryanto dkk (1989) mengatakan bahwa kebiasaan menggantung pakaian adalah tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat selama menunggu waktu bertelur dan tempat tersebut gelap, lembab dan sedikit angin. Nyamuk Ae.aegyptibiasa hinggap di baju-baju yang bergantungan dan benda-benda lain di dalam rumah 3. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian DBD Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kelembaban dilokasi penelitian untuk semua responden, baik kasus maupun kontrol > 60 % (homogen). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Harianto, dkk (1989) mengatakan bahwa nyamuk Ae.aegypti pada kelembaban < 60% umurnya akan menjadi pendek, tidak bisa menjadi vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah. Sehingga secara umum kelembaban rumah responden mendukung untuk kehidupan nyamuk Aedes aegypti. 4. Hubungan Tempat Penampungan Air (TPA) dengan Kejadian DBD Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa semua responden memiliki TPA (data homogen). Karena sistem penyediaan air di masyarakat
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
bermacam-macam baik melalui perpipaan maupun sumber lain seperti sumur gali dan lain-lain. Masih memerlukan tempat penampungan air baik bak besar maupun kecil, ember dan lain-lain. Tempat penampungan air merupakan media untuk berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Untuk menghindari agar nyamuk tidak meletakkan telur-telurnya pada tempat penampungan air
agar melakukan pengurasan tempat penampungan air
maksimal 1 kali seminggu sehingga telur nyamuk tidak dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa yang siap menularkan DBD. 5. Hubungan Tempat Penampungan Air Bukan Untuk Keperluan Sehari-hari dengan Kejadian DBD Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus lebih banyak ditemui jentik pada
TPA bukan untuk keperluan
sehari-hari pada lingkungan rumahnya yaitu 67 rumah (78,82%), yang tidak ditemui TPA untuk keperluan sehari-hari dilingkungan rumahnya sebanyak 18 rumah (21,18%) sedangkan pada kelompok kontrol 54 rumah (63,53%) ditemui TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, 31 rumah (36,47%) tidak ditemui TPA untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dengan kejadian DBD, nilai p = 0,00 dan nilai mOR (0,33) artinya kemungkinan orang yang menderita DBD di lingkungan rumahnya terdapat tempat
penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari.
Kemungkinan itu 0,33 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Hal ini sejalan dengan penelitian Sitorus di Kota Medan tahun 2005 yang mengatakan bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkenan DBD pada lingkungan yang tidak bersih dengan lingkungan bersih dari sampah berserakan yang dapat menampung air seperti kaleng bekas, ban bekas, plastik bekas, Nilai Matched Odds Ratio (OR) sebesar 2,7 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD lingkungannya tidak bersih 2,7 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kaleng bekas, ban bekas, plastik dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap bertambahnya jentik Ae.aegyptiyang otomatis membuka peluang terhadap kejadian DBD. Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Ae.aegyptidi daerah perkotaan (Suroso, 2000). 6. Hubungan Tempat Penampungan Air Alami dengan Kejadian DBD Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus yang memiliki TPA alami 23 rumah (27,06%), tidak memiliki TPA alami 62 (72,94%). Pada kelompok kontrol yang memiliki TPA alami 12 rumah (14,12%) dan yang tidak memiliki 73 rumah (85,88%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,00, p < 0,05 artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara TPA Alami dengan Kejadian DBD. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,32. artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD walaupun di lingkungan rumah tidak terdapat TPA Alami 0,32 kali disbanding yang tidak menderita DBD. Hal tersebut di atas didukung dengan teori yang mengatakan bahwa
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
jangkauan terbang (flight range) rata-rata nyamuk Ae.aegyptiadalah sekitar 100 m tetapi pada keadaan tertentu nyamuk ini dapat terbang sampai beberapa kilometer dan waktu mencari makan, nyamuk Aedes agypti selain terdorong rasa lapar juga dipengaruhi oleh faktor bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban, kadar dioksida (CO2) dan warna. Untuk jarak lebih jauh faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya (Soegijanto, 2003). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Irfan dalam Duma, dkk (2007) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara menjaga kebersihan lingkungan dengan baik dengan kejadian DBD. Lingkungan yang masih terdapat benda-benda yang dapat menjadi tempat bersarang nyamuk seperti adanya lubang pohon
bambu,
bekas
penampungan
tempurung
kelapa
yang
berserakan
mengakibatkan bertambahnya tempat perindukan nyamuk dan jumlah nyamuk akan bertambah meningkat. 7. Hubungan Keberadaan Jentik dengan Kejadian DBD Setelah dilakukan penelitian maka diketahui bahwa pada kelompok kasus, dijumpai 51 rumah (60,00%) ada jentik di TPA dan sebanyak 34 rumah (40,00%) tidak ada jentik, sedangkan pada kelompok kontrol dijumpai 43 rumah (50,59%) ada jentik, 42 rumah (49,41%) tidak ada jentik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD nilai p = 0,362 yaitu p > 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat lingkungan rumahnya ada jentik dengan lingkungan rumahnya tidak ada jentik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru, tidak bermaknanya variabel
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
keberadaan jentik ini karena responden menyadari bahaya penyakit DBD dan sudah mulai melakukan kegiatan 3M yaitu (Menguras, Menutup dan Menimbun) TPA yang ada sehingga pada saat
survei berlangsung keberadaan jentik pada TPA mulai
berkurang tetapi tidak maksimal. Namun secara persentase pada kelompok kasus DBD, jumlah rumah yang ditemui ada jentik lebih besar persentasenya yaitu 60% dibanding rumah yang tidak ditemui jentik yaitu 40%. Hal ini menyatakan bahwa keberadaan jentik pada rumah responden belum bisa ditiadakan sama sekali sehingga kemungkinan penularan DBD masih tetap berlangsung. Sejalan dengan penelitian Sitorus tahun 2005 yang mengatakan bahwa ada kemungkinan risiko terkena DBD pada lingkungan rumah yang ada jentiknya dengan lingkungan rumah yang tidak ada jentiknya Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 5,8 artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD ditemukan adanya jentik dirumahnya 5,8 kali dibanding dengan orang tidak menderita DBD. Kenyataan tersebut diatas didukung dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa Angka Bebas Jentik (ABJ) kelompok kasus adalah 40% dan Angka Bebas Jentik (ABJ) kelompok kontrol 49%. Hal ini tidak memenuhi Angka Bebas Jentik Indiktor Nasional yaitu 95%. 8. Hubungan Tanaman Hias/Pekarangan dengan Kejadian DBD Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa penderita DBD lebih banyak memiliki tanaman di halaman rumahnya, yaitu 68 rumah (80,00%) dan tidak memiliki tanaman hias 17 rumah (20,00%). Demikian juga pada kelompok kontrol
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
memiliki tanaman hias/pekarangan lebih banyak yaitu 61 rumah (71,75%) daripada yang tidak memiliki tanaman yaitu 24 rumah (28,24%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p = 0,00 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena
DBD
pada
masyarakat
yang
dihalaman
rumahnya
ada
tanaman
hias/pekarangan dengan yang tidak ada tanaman hias/pekarangan di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) 0,28 artinya bahwa kemungkinan orng menderita DBD dilingkungan rumahnya terdapat tanaman hias/pekarangan 0,28 kali dibanding yang tidak menderita DBD. Hal ini sejalan dengan penelitian Chahaya (2003) dalam Duma (2007) yang menyatakan lingkungan biologik yang mempengaruhi penularan penyakit DBD adalah banyaknya tanaman pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan halamannya. Banyaknya tanaman hias dan pekarangan berarti akan menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap, istrahat dan juga menambah umur nyamuk. Secara teoritis banyaknya tumbuhan di sekitar rumah mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003).
5.3. Faktor Paling Dominan
Setelah dilakukan uji regresi logistik ganda kondisional, diketahui bahwa hubungan variabel dengan kejadian DBD yang paling dominan adalah variabel mobilisasi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa penyebab munculnya
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
KLB/wabah DBD antara lain disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk yang tidak melalui pola tertentu, urbanisasi yang tidak terkontrol, mobilitas penduduk yang tinggi (Depkes RI, 2003). Secara epidemiologi penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang penularannya relatif tinggi karena kepadatan penduduk, mobilisasi yang tinggi serta dipengaruhi ada tidaknya tempat perindukan nyamuk penular DBD. Menurut Wahidin (2003) dalam Nawar (2008) mobilitas yang tinggi antara lain disebabkan oleh perpindahan atau perjalanan masyarakat keluar daerahnya, antara lain adalah karena alasan lokasi pendidikan atau lokasi pekerjaan Menurut Sugijanto (2003) mengatakan bahwa salah satu penyebab DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kemajuan teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang cepat memudahkan penyebaran sumber penular dari satu kota ke kota lain. Demikian juga hasil penelitian Adisasmito, dkk (2007) mengatakan bahwa faktor lingkungan berperan besar dalam penyebaran DBD, dimana penyebaran habitat nyamuk disebabkan meningkatnya mobilisasi penduduk dan transportasi dari suatu daerah.
5.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Adapun keterbatasan tersebut :
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
a. Keterbatasan desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol berpadanan yang meneliti suatu penyakit setelah terjadinya sakit, selanjutnya menyelidiki apa penyebabnya atau risikonya, tidak diketahui mana yang lebih dulu terjadi antara paparan dan akibat, tetapi hubungan yang ada hanya menunjukan besar pengaruh (kemaknaan) faktor pemapar dalam hubungan dengan kejadian DBD bukan merupakan hubungan sebab akibat. b. Data kondisi variabel sosiodemografi dan lingkungan fisik/biologi yang diambil pada saat sekarang sementara data kasus diambil dari data sekunder yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai dengan April 2008, kemungkinan kondisi faktor sosiodemografi dan faktor lingkungan fisik/biologi sudah berbeda dengan saat terjadi kasus DBD. c. Dalam pelaksanaan penelitian sulit mendapatkan kasus dan kontrol pada populasi penelitian yang benar-benar setara dalam berbagai karakteristik karena dipilih dari 2 populasi yang terpisah. d. Penelitian ini tidak melihat variabel-variabel luar yang pengaruhnya mengganggu paparan faktor penelitian terhadap penyakit dan tidak melihat interaksinya. e. Adanya kemungkinan bias seleksi yang dapat mempengaruhi tingkat keakuratan dan kualitas data yang terjadi akibat pemilihan subjek menurut status penyakit otomatis peneliti dipengaruhi oleh status paparan
dan bias informasi yang
diperoleh melalui pengamatan, pengukuran, pencatatan dan menginterprestasi kemungkinan kurang tepat.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hubungan sosiodemografi penderita dengan kejadian DBD adalah sebagai berikut: a. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian DBD (p = 0,000 dan mOR = 0,4) b. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian DBD (p = 0,000 dan mOR = 0,00) c. Terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi dengan kejadian DBD (p = 0,000 dan mOR = 20,90) 2. Hubungan lingkungan penderita dengan kejadian DBD adalah sebagai berikut : a. Terdapat hubungan yang bermakna antara jarak rumah dengan kejadian DBD (p = 0,014 dan mOR = 1,79). b. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tata rumah dengan kejadian DBD (p = 0,114 dan mOR = 1,47) c. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban rumah dengan kejadian DBD karena dari hasil pengukuran kelembaban pada saat penelitian diperoleh angka > 60% untuk setiap rumah responden, data yang diperoleh homogen sehingga nilai p tidak ada. 75 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat penampungan air (TPA) dengan kejadian DBD karena pada setiap rumah responden ditemui ada TPA sehingga data homogen dan tidak diperoleh nilai p. e. Terdapat hubungan yang bermakna antara TPA bukan untuk kebutuhan sehari-hari dengan kejadian DBD (p =0,000 dan mOR = 0,33). f. Terdapat hubungan yang bermakna antara TPA alami dengan kejadian DBD (p = 0,000 dan mOR = 0,32), keadaan terbalik g. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD (p = 0,362 dan mOR = 0,79). h. Terdapat hubungan yang bermakna antara tanaman hias/pekarangan dengan kejadian DBD (p = 0,000 dan mOR = 0,28 ) 3. Faktor yang paling dominan dengan kejadian DBD adalah mobilisasi (p = 0,000 dan mOR = 20,90)
6.2. Saran
a. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan Bukit Raya agar mengupayakan diri terhindar dari gigitan nyamuk dengan menggunakan reppelent terutama bila bepergian keluar Kecamatan Bukit Raya untuk bekerja, sekolah dan keperluan lain. b. Peningkatan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan DBD kepada masyarakat secara intensif.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
c. Meningkatkan gerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan kerja bakti seminggu sekali untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dari sampah/wadah yang menjadi tempat bersarang nyamuk yang dikoordinasikan dengan aparat setempat. d. Meningkatkan kegiatan survei jentik dan memberikan bubuk abate kepada masyarakat sebagai upaya kewaspadaan dini terhadap terjadinya DBD. e. Melakukan survei keberadaan jentuk secara intensif pada saat terjadinya kasus DBD pada Rumah Penderita dan disekitar rumah penderita.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah H, 2007. Pidato Walikota Pekanbaru pada hari jadi ke-223, http://www.pekanbaru.go.id/seputarkota/berita.php>id:216, diakses pada tanggal 20 Februari 2008. Duma, S, Darmansyah, Arsunan, 2007, Analisis yang berhubungan dengan Kejadian DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari, 2007, Jurnal Analisis, 2007, 2 : 91 – 100. Depkes RI., 1992. Nyamuk Penular DBD, Ditjen PPM dan PLP. Jakarta __________, 1998. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular DBD. Jakarta __________, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta __________, 2001. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003. Jakarta. __________ ., 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue Jakarta. __________ ., 2004a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta __________ .,2004b. Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue, Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta __________ .,2004c. Kebijakan Program P-2 DBD dan Situasi Terkini DBD di Indonesia. Dirjen PPM & PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. __________ .,2005. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia, Jakarta. __________ ., 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik, Jakarta. __________ .,2007. Warta DBD, Media Komunikasi Pokjanal dan Pokja DBD, Jakarta, 9 : 6 – 10. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 2007. Profil Kesehatan Kota Pekanbaru. Dinas Kesehatan Propinsi Riau 2007. Profil Kesehatan Provinsi Riau. 78 Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
79
Madiyono., dkk. 1995. Studui Kasus Kontrol dalam Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Editor Sastroasmoro S, dan Ismael S., Binarupa Aksara. Jakarta. Harianto, B, dkk, 1989. Berbagai Aspek Demam Berdarah Dengue dan Penanggulangannya, Pusat Penelitian Lembaga Penelitian UI, Jakarta. Hasan A dan Ayubi, 2007. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kejadian DBD di Bandar Lampung, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, (2).2 : 86 – 90. Lemeshow., S, Hosmer Ir. David., dan Klar, Jenalle. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Terjemahan Pratomo, D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Mansjoer., A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi -3 jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta. Murti., B., 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Kedua, Gajah Mada University Press Yogyakarta. _______., 2005. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Pertama, Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta. Notoatmodjo., S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, PT Rineka Cipta, Jakarta. Nawar, 2005, Kajian Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Daerah Endemis dan Nonendemis di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005, Tesis Program Pascasarjana USU, Medan. Nazir., M., 2002. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Praktiknya. A.W. 2003. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, PT Grafindo Persada, Jakarta. Puskesmas Harapan Raya, 2007, Profil Puskesmas Harapan Raya, Pekanbaru. Satari, H.I, 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan di Rumah Sakit,Puspa Swarna, Jakarta. Schlesselman JJ., 1982, Case – Control Studies Design, Conduct, Analysis, Oxford University Press, New York.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
80
Soedarmo, S., 1998. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak, Penerbit UI Press. Jakarta. Soegijanto. S., 2003. Demam Berdarah Dengue : Tinjauan dan Temuan Baru di Era. 2003. Airlangga University Press, Surabaya. Soeroso, T., 2000. Perkembngan DBD, Epidemiologi dan Pemberantasannya di Indonesia. Jakarta. Sitorus, 2005. Starategi Pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Pendekatan Faktor Risiko di Kota Medan. Tesis, Program Pascasarjana USU, Medan. World Health Organization, 1997, Dengue H.F. Diagnosis Treatment and Control, Edition, Geneva.
2n
______________________., 1998., Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian, Edition, Asih Yasmin, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 Nama Responden
: ………………………………………
Kasus
Kontrol
Jika kasus tanggal berapa menderita DBD? Alamat Responden : ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Kelurahan : ……………………………………………………………………… RW : ……………………………………………………………………… RT : …………………………………………………………………….. SOSIO DEMOGRAFI Umur Jenis Kelamin Pendidikan
: : :
Pekerjaan
:
………. Tahun laki-laki perempuan 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D3/S1
1. Petani 2. PNS/TNI/ABRI 3. Wiraswasta 4. Pegawai Swasta 5. Ibu Rumah Tangga 6. lain-lain Tempat Kerja/Alamat Sekolah: 1. Wilayah Kec. Bukit Raya 2. Diluar wilayah Kec. Bukit Raya Pendapatan Keluarga : Rp. ……………………………….. Jumlah Anggota Keluarga : ……………… Orang LINGKUNGAN
83
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
RUMAH 1. Jarak rumah satu dengan rumah yang lain
< 5 meter
> 5 meter 2. Apakah barang-barang di dalam rumah tertata baik ?
Ya
Tidak 3. Apakah ada baju, handuk, kelambu yang bergantungan ?
Ada
Tidak ada 4. Berapa kelembaban udara dalam ruangan................. 5. Apakah luas ventilasi dan jendela 15% dari luas lantai ?
> 15 %
< 15% KONTAINER 6. Tempat Penampunangan Air Yang Dimiliki 1. Tempayan
Ada 2. Bak Mandi
Ada 3. Bak WC
Ada 4. Drum
Ada 5. Bak Penampungan air
Ada 6. Ember
Ada 7. Dan lain-lain
Ada 7. Bukan Tempat Penampunangan Air 1. Tempat Minum hewan 2. Barang-barang bekas 3. Vas Bunga 4. Talang Air 5. Meteran Air 6. Dan lain-lain
8. Tempat Penampungan Air Alami
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Kondisi ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Kondisi ………… ………… ………… ………… ………… …………
Kondisi
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
1. Lobang di Pohon 2. Lobang batu 3. Pelepah daun 4. Tempurung kelapa 5. Kulit kerang 6. Potongan Bambu 7. Dan lain-lain
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
9. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada tempat penampungan Air yang dimiliki ? 1. Tempayan
Ada
Tidak 2. Bak Mandi
Ada
Tidak 3. Bak WC
Ada
Tidak 4. Drum
Ada
Tidak 5. Bak Penampungan air
Ada
Tidak 6. Ember
Ada
Tidak 7. Dan lain-lain
Ada
Tidak Kondisi :
Kondisi
10. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada bukan tempat penampungan air ? 1. Tempat Minum hewan
Ada 2. Barang-barang bekas
Ada 3. Vas Bunga
Ada 4. Talang Air
Ada 5. Meteran Air
Ada 6. Dan lain-lain
Ada
Kondisi
11. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada tempat
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
………… ………… ………… ………… ………… …………
Kondisi
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
\penampungan air alami ? 1. Lobang di Pohon 2. Lobang batu 3. Pelepah daun 4. Tempurung kelapa 5. Kulit kerang 6. Potongan Bambu 7. Dan lain-lain
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
12. Bagaimana keadaan cuaca : a. Suhu : b. Kelembaban : c. Curah hujan : d. Kecepatan Angin : 13. Apakah ada tanaman hias di halaman rumah ?
Ada
Tidak Kondisi : Jenis tanaman :
117
Lampiran
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan TPA, TPA bukan untuk keperluan seharihari, TPA Alami, pada tabel 4.a, tabel 4.b, tabel 4.c, tabel 4d, tabel.4e, dan tabel 4f. Tabel 4.a. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA yang dimiliki TPA
Tempayan Ada Tidak total Bak mandi Ada Tidak ada Total Bak WC Ada Tidak ada Total Drum Ada Tidak ada Total
Kasus n
Kontrol n %
%
4 81 85
4,7 95,3 100,0
2 83 85
2,4 97,6 100,0
6 164 170
75 10 85
88,2 11,8 100,0
79 6 85
92,9 7, 1 100,0
154 16 170
59 26 85
69,4 30,6 100,0
65 20 85
76,5 23,5 100
124 46 170
11 74 85
12,9 87,1 100,0
16 69 85
18,8 81,2 100,0
27 143 170
Jumlah
Bak Penampungan Air Ada Tidak ada Total Ember Ada Tidak ada Total
29 56 85
34,1 65 100,0
21 64 85
24,7 75,3 100,0
50 120 170
56 29 85
65,9 34,1 100,0
62 23 85
72,9 27,1 100,0
118 52 170
Dan lain-lain Ada Tidak ada Total
2 83 85
2,4 97,6 100,0
2 83 85
2,4 97,6 100,0
4 166 118 170
Tabel 4.b. Distribusi Kasus dan keperluan sehari-hari
Kontrol Berdasarkan TPA bukan untuk
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
%
n
Kontrol %
11,8 88,2 100,0
5 80 85
5,9 94,1 100,0
15 155 170
61,2 38,8 100,0
47 38 85
55,3 44,7 100,0
99 71 170
29 56 85
34,1 65,9 100,0
19 66 85
22,4 77,6 100,0
48 122 170
2 83 85
2,4 97,6 100,0
2 83 85
2,1 9,76 100,0
4 166 170
1 84 85
1,2 97,6 100,0
1 84 85
1,2 97,6 100,0
8 168 170
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
TPA bukan untuk kebutuhan Kasus sehari n Tempat minum hewan Ada 10 Tidak ada 75 total 85 Barang bekas Ada 52 Tidak ada 33 total 85
Vas bunga Ada Tidak ada total Talang air Ada Tidak ada Total Meteran air Ada Tidak ada Total Dan lain-lain Ada Tidak ada Total
Jumlah
119
Tabel 4.c. Distribusi Kasus dan Kontrol Berdasarkan TPA alami
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
TPA bukan untuk kebutuhan Kasus sehari n Lubang pohon Ada 1 Tidak ada 84 total 85
%
n
Kontrol %
1,2 98,2 100,0
1 84 85
1,2 98,2 100,0
2 168 170
Lobang batu Ada Tidak ada total
2 83 85
2,4 97,6 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
2 168 170
Pelepah Daun Ada Tidak ada total
8 77 85
9,4 90,6 100,0
4 81 85
4,7 95,3 100,0
12 158 170
Tempurung Kelapa Ada Tidak ada total
11 84 85
12,9 87,1 100,0
6 79 85
7,1 92,9 100,0
17 153 170
Kulit kerang Ada Tidak ada Total
1 84 85
1,2 98,2 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
1 169 170
Potongan bambu Ada Tidak ada Total
3 82 85
3,5 96,5 100,0
1 84 85
1,2 98,8 100,0
4 169 170
Dan lain-lain Ada Tidak ada Total
3 82 85
3,5 96,5 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
3 167 170
Jumlah
120
Tabel 4.d. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan keberadaan jentik pada TPA.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
TPA Alami
Kasus n
%
n
Kontrol % Jumlah
Tempayan (jentik Aedes aegypti) Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
Bah Mandi Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total
22 63 85
25,9 74,1 100,0
22 63 85
25,9 74,1 100,0
44 126 170
Bak WC Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total
11 74 85
12,9 87,1 100,0
9 76 85
10,6 89,4 100,0
20 150 170
3 82 85
3,5 96,5 100,0
2 83 85
2,4 97,6 100,0
5 150 170
4 81 85
4,7 95,3 100,0
3 82 85
3,5 96,5 85
7 163 170
3 82 85
4,7 95,3 100,0
1 4 85
3,5 96,5 85
4 166 170
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
Drum Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total Bak penampungan air Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total Ember Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total Dan lain-lain Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada jentik Aedes aegypti Total
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
121
Tabel 4.e. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA Bukan untuk keperluan sehari-hari
TPA Alami
Kasus n
%
Tempat minum hewan Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total
1 84 85
1,2 98,8 100,0
2 83 85
2,4 97,6 100,0
3 167 170
Barang-barang bekas Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total
24 61 85
28,2 71,8 100,0
21 64 85
24,7 75,3 100,0
45 125 170
Vas bunga Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total
10 75 85
11,8 88,2 100,0
6 79 85
7,1 92,9 100,0
16 144 170
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
Talangan air Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total Meteran air Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total Dan lain-lain Ada Aedes aegypti Tidak Aedes aegypti Total
n
Kontrol % Jumlah
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
122
Tabel 4.f. Distribusi Kasus dan Kontrol berdasarkan keberadaan jentik pada TPA Alami Kasus n
%
Lubang pohon Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total
1 84 85
1,2 98,2 100,0
0 85 100,0
0,0 100,0 100,0
1 169 170
Lobang batu Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
Pelepah Daun Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total
5 80 85
5,9 94,1 100,0
1 84 85
1,2 98,8 100,0
6 164 170
Tempurung Kelapa Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total
5 80 85
5,91 94,1 100,0
6 79 85
7,1 92,9 100,0
11 159 170
Kulit kerang Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
Potongan bambu Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
Dan lain-lain Ada jentik Aedes aegypti Tidak ada Aedes aegypti total
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 85 85
0,0 100,0 100,0
0 170 170
TPA Alami
n
Kontrol % Jumlah
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
KETERANGAN SINGKATAN VARIABEL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Singkatan Status Tgl Keluraha Rw Rt Umur Sex Didik Kerja Teker Hasil Hasil 2 Jumkel Jarak Tarum Bargan Lembab Suhu Luven Tpa Nontpa Tpaa Kebjen Suhucu Kelemcu Curhu Kecang Tahias Dikbar Kebar Almatker Jarbar Gan Tat Tatbar Bartat Tatrum Bab
Artinya Status responden Tgl menderita skit Kelurahan RW RT Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Tempat kerja Pendapatan Pendapatan Jumlah anggota keluarga Jarak rumah Tata barang baik Barang bergantungan Kelembaban Suhu Luas ventilasi Tempat penampungan air Bukan tempat penampungan air Tempat penampungan air alami Keberadaan jentik Suhu cuaca Kelembaban Curah hujan Kecepatan angin Tanaman hias Pendidikan Pekerjaan Mobilisasi Jarak rumah Barang bergantungan Tata barang Tata rumah 1 Tata rumah 2 Tata rumah Kelembaban rumah
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008