HUBUN NGAN KA ARAKTER RISTIK WANITA W P PERIMEN NOPAUSE E DENGAN PEM MANFAA ATAN PEL LAYANAN N KESEH HATAN DII KOTA PEMATAN P NG SIANT TAR T TAHUN 20009
TESIS
Oleh D DAME EVALINA SIMA ANGUNSO ONG 0777023003/A AKK
SEKOLAH S H PASCA ASARJAN NA UNIV VERSITA AS SUMA ATERA UTARA U MEDAN N 2009
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
PERNYATAAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA PERIMENOPAUSE DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2009.
(Dame Evalina Simangunsong) 077023003
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
: : : :
HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA PERIMENOPAUSE DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2009 Dame Evalina Simangunsong 077023003 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Delfi Lutan MSc. SpOG(K)) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
(dr. Ria Masniari Lubis, MSi) Anggota
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Tanggal lulus : 13 Juli 2009
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
Telah diuji pada Tanggal
: 13 Juli 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc. SpOG(K)
Anggota
: 1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi 2. Dra.Syarifah, MS 3. dr. Heldy BZ, MPH
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
ABSTRACT Period of perimenopause generally happened to woman having age 46-55 years which accompanied with various problems and complaints of climacteric. This condition can disturb activity that affecting at quality of life became low. This happened as consequence of declining of estrogen level in the body. Regarding these complaints, perimenopause women’s needs health service in order that they can face a period of menopause healthly, actively and productively. This study aims to analyze the relationship individual characteristic of perimenopause (menopause status, education, occupation, marriage status, complaints of climacteric and level of knowledge) with health service utilization in Pematangsiantar City in 2009. This type of study is survey explanatory. The population of study was all of women aged of 46-55 years. The sample size was 210 withdrawal of sample with two stage cluster sampling technique. The data for this study were obtained through interviewing with questionare. The data obtained were analyzed through the chi-square and regression logistic with α=0,05. Result of this study shows that 44,3 % of the women climacteric sigh, utilize health service with confidence interval 33,3 % - 48,8 %. The results of chi-square tests show, education (p=0,00), occupation (p=0,00), complaints of climacteric (p=0,01) and level of knowledge (p=0,00) are related with health service utilization. Logistic regression tests show that occupation (p=0,012) and level of knowledge (p=0,000) influence on health service utilization and knowledge is the dominant factor. It is suggested that Health office of Pematangsiantar city to give special attention for climacterium women by pass knowledge increase with socialization way about climacterium period and to extend reproductive health services and to provide a clinic for the women with menopause in the health service available. Keywords : Perimenopause Women, Health Service Utilization
ii
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
ABSTRAK
Periode perimenopause umumnya terjadi pada wanita yang berusia 46–55 tahun yang disertai dengan berbagai keluhan klimakterik. Keadaan ini dapat mengganggu aktivitas dan berdampak pada kualitas hidup yang semakin rendah. Hal ini terjadi sebagai akibat dari penurunan kadar estrogen dalam tubuh. Dengan adanya keluhan ini, wanita perimenopause sangat membutuhkan pelayanan kesehatan agar dapat menghadapi masa menopause dengan sehat, aktif dan produktif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu perimenopause (status menopause, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, keluhan klimakterik yang dialami, dan tingkat pengetahuan) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Kota Pematangsiantar tahun 2009. Jenis penelitian adalah survei tipe explanatori. Populasi penelitian adalah seluruh wanita yang berusia 46-55 tahun. Jumlah sampel 210 diambil dengan teknik sampel kluster dua tahap. Data dikumpulkan dengan wawancara yang berpedoman pada kuesioner. Data dianalisis dengan chi-square dan regresi logistik dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 44,3% ibu yang mempunyai keluhan klimakterik, memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan 95 % confidence interval 33,3 % - 48,8 %. Hasil uji chi-square menunjukkan pendidikan (p=0,00), pekerjaan (p=0,00), keluhan klimakterik (p=0,01) dan tingkat pengetahuan (p=0,00) berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Uji regresi logistik menunjukkan pekerjaan (p=0,012) dan tingkat pengetahuan (p=0,000) berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan lebih dominan. Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar agar memberikan perhatian khusus bagi wanita klimakterium melalui peningkatan pengetahuan dengan cara sosialisasi tentang masa klimakterium dan memperluas pelayanan kesehatan reproduksi berupa klinik menopause di fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Kata Kunci : Wanita Perimenopause, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
i
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
KATA PENGANTAR Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena oleh kasih karuniaNya, tesis yang berjudul “Hubungan Karakteristik Wanita Perimenopause dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Kota Pematangsiantar Tahun 2009” , dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Penulis menyadari, dalam penyusunan
tesis ini banyak bantuan berupa
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan tulus ikhlas penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Delfi Lutan MSc, SpOG (K) dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis MSi, selaku komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing di dalam penulisan dan penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc., sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana USU. 2. Dr.Drs.Surya Utama, MS. sebagai Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU. 3. Dra. Syarifah, MS sebagai Ketua Penguji yang telah banyak memberikan saran dalam penyelesaian tesis ini. 4. dr. Heldy BZ, MPH. sebagai Penguji yang telah memberikan kritik yang membangun dan saran dalam penyelesaian tesis ini.
iii
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
5. Walikota Pematangsiantar sebagai Kepala Wilayah dimana penelitian dilakukan. 6. Kepala Badan Kesbang, Politik dan Linmas kota Pematangsiantar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar yang telah memberikan izin survey pendahuluan. 8. Direktur Politeknik Kesehatan Dep.Kes.RI.Medan dan Ketrua Jurusan Kebidanan Pematangsiantar, yang telah memberikan izin untuk mengikuti tugas belajar di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana USU. 9. Para Dosen Sekolah Pasca Sarjana USU dan seluruh rekan-rekan Mahasiswa SPs PM AKK, khususnya konsentrasi AKKm/Epidemiologi angkatan 2007, yang telah banyak membantu dan memberikan dorongon dalam penyelesaian tesis ini. 10. Kedua orangtua yang saya hormati dan sayangi, Drs.T.H.Simangunsong dan A br Sianipar, mertua, abang, adik-adik dan ipar serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat selama masa perkuliahan. Istimewa kepada suami tercinta Mensen Aldemar Silalahi dan anak-anak terkasih Raymond Nicholas Silalahi dan Cristanty Ivana Silalahi yang telah memberikan dukungan, semangat dan pengorbanan yang disertai doa dan pengharapan yang pasti sehingga selesainya perkuliahan dan penyusunan tesis ini. Akhir kata penulis mengharapkan tesis ini dapat berguna dalam memberikan masukan atau sebagai dasar rekomendasi bagi pemerintah kota Pematangsiantar, khususnya Kepala Dinas Kesehatan dalam menetapkan kebijakan untuk pengadaan
iv
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
dan pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi khususnya poliklinik menopause, sebagai upaya meningkatkan kelangsungan hidup wanita yang berkualitas.
Medan, Juli 2009 Penulis
Dame Evalina Simangunsong
v
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Dame Evalina Simangunsong
Tempat/Tanggal Lahir
: P.Siantar / 2 September 1970
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Jalan Medan Utara Gg. Sadar no.2 Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1976-1982
: SD Latihan YP.HKBP P.Siantar
Tahun 1982-1986
: SMP Negeri 3 P.Siantar
Tahun 1985-1988
: SMA Negeri 1 P.Siantar
Tahun 1997-1990
: Akademi Keperawatan Dep.Kes.Medan
Tahun 1997-1998
: Akta Mengajar III IKIP Medan
Tahun 2001-2003
: Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi USU Medan
Tahun 2007-2009
: Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
RIWAYAT PEKERJAAN Tahun 1993- 2000
: Guru pada Sekolah Perawat Kesehatan Dep.Kes.P.Siantar
Tahun 2003-Sekarang
: Dosen pada Jurusan Kebidanan P.Siantar Politeknik Kesehatan Dep.Kes.RI Medan
vi
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK……………….….……………………………………………... ABSTRACT……………………...………………………………………...... KATA PENGANTAR……………………………………………………… RIWAYAT HIDUP…………………………………….…………………. DAFTAR ISI………………...……………………………………………... DAFTAR TABEL…………...……………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
i ii iii vi vii x xii
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………... 1.1. Latar Belakang………………………………………………. 1.2. Permasalahan………..………………………………………. 1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………. 1.4. Hipotesis…………….………………………………………. 1.5. Manfaat Penelitian…..……………………………………….
1 1 8 8 8 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 2.1. Fase Perimenopause………………………………………… 2.1.1. Pengertian Fase Perimenopause……………………. 2.1.2. Fisiologi Terjadinya Menopause…….……………… 2.1.3. Sindrom Klimakterium……………………………… 2.1.4. Terapi..……………………………………………… 2.1.5. Prosedur Pemeriksaan ……………………………… 2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ………………………… 2.3. Karakteristik Wanita………………………………………… 2.4. Landasan Teori……………………………………………… 2.5. Kerangka Teori……………………………………………… 2.6. Kerangka Konsep……………………………………………
10 10 10 12 13 18 20 23 26 33 34 35
BAB 3. METODE PENELITIAN……………………………………….. 3.1. Jenis Penelitian……….…………………………………….. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...…………………………….. 3.3. Populasi dan Sampel……………………………………….. 3.4. Metode Pengumpulan Data….…………………………….. 3.5. Variabel, Definisi Operasional dan Metode Pengukuran….. 3.6. Metode Pengukuran Aspek Pengetahuan…….……………. 3.7. Metode Analisis Data ………………………………………
37 37 37 37 39 44 45 46
vii Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
BAB 4. HASIL PENELITIAN………………………………………… 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………. 4.1.1. Keadaan Geografis……………………………….. 4.1.2. Kependudukan……………………………………. 4.1.3. Pelayanan Kesehatan……………………………… 4.1.4. Derajat Kesehatan………………………………… 4.2. Analisis Univariat …………………………………….. 4.2.1. Karakteristik Responden di Kota Pematangsiantar.. 4.2.2. Responden Berdasarkan Riwayat Obstetri dan Ginekologi…………………………………………. 4.2.3. Keluhan Klimakterik yang Dialami dan Dirasakan Sehingga Pergi Mencari Pelayanan Kesehatan……. 4.2.4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Dimanfaatkan.. 4.2.5. Pengetahuan Tentang Pengertian, Penyebab, Gejala dan Pengobatan……………………………………. 4.3. Analisis Bivariat ……………………………………... 4.3.1. Status Menopause dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan……..……………………………………. 4.3.2. Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan…………………………………………... 4.3.3. Pekerjaan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan…………………………………………… 4.3.4. Status Perkawinan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan…………………………………………... 4.3.5. Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan...…………………………….. 4.3.6. Keluhan Klimakterik dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan..……………………………... 4.4. Analisis Multivariat………………………………………...
47 47 47 47 47 49 50 50
BAB 5. PEMBAHASAN…………………………………………………. 5.1. Karakteristik Responden…………….……………………... 5.1.1. Sosio Demografi…….……………………………... 5.1.2. Status Obstetri Ginekologi…..……………………… 5.1.3. Keluhan Klimakterik………………………………… 5.1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan….……………… 5.1.5. Aspek Pengetahuan….……………………………… 5.2. Hubungan KarakteristikResponden dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan…………….…..……………………… 5.2.1. Analisa Bivariat……………………………………… 5.2.2. Analisa Multivariat…………………………………...
69 69 69 73 77 79 84
52 57 58 61 62 63 63 64 64 65 65 66
85 85 98
viii Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 6.1. Kesimpulan………………………………………………… 6.2. Saran………………………………………………………..
102 102 103
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
104
ix Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
DAFTAR TABEL Nomor 2.1.
Judul
Halaman
Gejala-gejala Yang Bersifat Sementara Pada Wanita Klimakterik Usia 45-54 Tahun………..…………………
14
3.1.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.…………
41
3.2
Variabel, Definisi Operasional dan Metode Pengukuran
44
4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden………..
50
4.2.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Obstetri dan Ginekologi …………………………………
52
4.3.
Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi…...…………………..
55
4.4.
Distribusi Frekuensi Keluhan Klimakterik Yang Dialami/ Dirasakan Responden…………………………
56
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Responden denganKeluhan Klimakterik…………
56
Keluhan Klimakterik yang Dialami Responden dan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan……………………
57
Distribusi Frekuensi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Dikunjungi Responden Sehubungan dengan Keluhan Klimakterik yang Dialami ….........................
58
Jenis Pelayanan yang Didapat sehubungan dengan Keluhan Klimakterik ………………………………….
59
Pemeriksaan yang Diinginkan Sehubungan dengan Keluhan Klimakterik yang Dialami….………………….
59
Distribusi Frekuensi Pemberi Saran Untuk Pergi Berobat ………………………………………………..…
60
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jasa Asuransi oleh Responden………………………………………………..
60
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
x Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
4.12.
4.13.
4.14.
4.15.
4.16.
4.17.
Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Perlu Mencari Bantuan Ke Pelayanan Kesehatan Sehubungan dengan Keluhan Klimakterik yang Dialami…………...
61
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Masa Klimakterium …………………………...
61
Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ……………………
62
Pengaruh Karakteristik Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan (Pendidikan, Pekerjaan, Keluhan Klimakterik, Tingkat Pengetahuan, dan Status Menopause) dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan…………………………...……………………
66
Pengaruh Pekerjaan dan Pengetahuan Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ……………………..
67
Hasil Perhitungan Peluang Responden dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Tingkat Penegetahuan dan Status pekerjaan…………….
68
xi Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Judul
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian…………………………………………….
108
2.
Sample Size : Parameter Estimation..……………………………
113
3.
Cluster Selected……..……………………………………………
114
4.
Cluster Data………………………………………………………
115
5.
Izin Penelitian dari Sekolah Pasca Sarjana…….………………
117
6.
Izin Penelitian dari Badan Kesbang……………………………..
118
7.
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian….……………
119
8.
Print Out Univariat, Bivariat dan Multivariat….…………………
120
9.
Print Out Distribusi Jawaban Aspek Pengetahuan…..……………
135
10.
Perhitungan Confidence Interval…………………………………
142
11.
Perhitungan Peluang………………………………………………
143
xii Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Wanita pada masa kehidupannya mempunyai masa yang disebut dengan
klimakterium dimana pada periode ini sangat dibutuhkan
perhatian khusus,
karena pada masa ini, wanita akan mengalami sejumlah gangguan baik fisik maupun psikologis yang mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan rasa percaya diri. Walaupun keadaan ini merupakan suatu masa peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan sesudah berhenti haid, masa ini dapat membangkitkan kecemasan, keragu-raguan dan gangguan fisik serta emosional yang dapat menekan batin seorang wanita. Perhatian pemerintah pada masalah kesehatan wanita menjelang memasuki masa menopause maupun pada masa setelah menopause masih kurang mendapatkan perhatian yang berarti seperti perhatian terhadap masalah kesehatan pada kelompok umur lain, seperti halnya pada kesehatan ibu hamil. Tingkat pendapatan masyarakat yang semakin tinggi akan berdampak pada perubahan gaya hidup dan meningkatnya umur harapan hidup, dimana sudah saatnya perhatian besar harus difokuskan pada masalah kesehatan wanita menjelang usia menopause dan setelah menopause dengan mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatannya pada kurun waktu tersebut sehingga dapat
1 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
2
dibuat suatu kebijakan dengan mendirikan dan mengembangkan pelayanan kesehatan reproduksi wanita sampai pada tingkat pelayanan kesehatan dasar. Ismail (1997) dalam (Rachman et al, 2004) mengemukakan bahwa tanggapan wanita dan masyarakat terhadap menopause berbeda di setiap komunitas. Wanita barat yang mengeluhkan gejala menopause sekitar 75%. Sedangkan di Asia, sebuah penelitian di Malaysia mengenai gejala menopause pada tahun 1990 melaporkan wanita Malaysia tidak mengalami gejala menopause yang serius. Lebih dari 70% populasi studi tidak pernah merasakan hot-flushes, berkeringat atau palpitasi. Adapun insidens dan keparahan dari gejala klimakterik ini bergantung terutama pada adanya ketidakstabilan emosi sejak sebelum menopause.
Perbedaan
ini
terjadi
karena
menopause
adalah
masalah
biopsikososial yang sangat berkaitan dengan budaya masyarakat (Hidayat, 2005). Pada Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) 21-22 April 2007 di Jakarta dikemukakan bahwa profil perempuan Indonesia adalah rata-rata umur perempuan menopause di Indonesia 48 ± 5,3 tahun dan mempunyai lima gejala utama yang dialami dalam menghadapi masa klimakterik seperti, nyeri otot atau sendi (77,7 %), rasa letih dan hilang energi (68,7 %), kehilangan nafsu seksual (61,3 %), kerutan di kulit (60 %), sulit konsentrasi dan hot flushes (29,5 %) (Muharam, 2007). Baziad (2003), mengemukakan bahwa lebih kurang 70 % wanita perimenopause dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotorik, depresif dan keluhan psikis dan somatic lainnya pada kurun usia 45- 54 tahun. Berat atau
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
3
ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita dan keluhan ini mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause dan dengan meningkatnya usia, keluhan-keluhan tersebut makin jarang ditemukan. Usia wanita yang berada pada kurun usia lebih dari 35 tahun ada sebesar 38.525.092 jiwa di seluruh Indonesia dan sebesar 1.947.704 jiwa di Provinsi Sumatera Utara (BPS, 2005), dan jumlah wanita yang berada pada kurun usia lebih dari 35 tahun di kota P.Siantar ada sebanyak 40.538 orang dari 125.739 jumlah wanita di daerah tersebut (Dinkes Kota Pematang Siantar, 2007). Melihat keadaan di atas,
kota Pematang Siantar tidak terlepas dari
perhatian terhadap pelayanan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi wanitanya dimana akan terjadi berbagai gangguan yang menyerang wanita yang dihubungkan dengan mulainya penurunan kadar estrogen pada usia 35 tahun yang ditandai dengan sindroma klimakterik. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 30 orang ibu berusia 45-55 tahun yang mengalami keluhan klimakterik dari 6 ( enam) Kelurahan yang ada di Kota P.Siantar didapatkan informasi bahwa hanya 4 orang (13 %) yang mengeluhkan
dan pergi mencari pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan, selebihnya ibu mengobati dirinya sendiri dan mengabaikan keluhan tersebut. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan dasar yang ada di Kota P.Siantar yang terdiri dari 17 Puskesmas dan Posyandu Lansia belum mempunyai unit pelayanan khusus yang menangani masalah-masalah kesehatan wanita
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
4
menjelang memasuki masa menopause maupun pada masa setelah menopause (Dinkes Kota P.Siantar, 2007). Bahkan dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan di unit pelayanan obstetri dan gynekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih, diperoleh informasi bahwa terdapat 217 orang ibu yang berusia diatas 35 tahun datang berobat untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan oleh karena
mengalami perdarahan dan gangguan haid dalam kurun waktu tahun 2007. Penatalaksanaan yang diberikan pada wanita ini hanya sebatas pada pengobatan secara symptomatic dan belum ada suatu konseling yang mengarah pada penambahan pengetahuan wanita terhadap apa yang dialaminya sesuai dengan pertambahan usianya dan poliklinik yang menangani keluhan-keluhan klimakterik secara khusus belum ada dan hingga pada saat ini poliklinik ini masih digabung dengan poliklinik gynekologi (Medical Record RSU Dr.Djasamen Saragih P.Siantar, 2007). Hasil laporan dari poliklinik menopause Dr Soetomo Surabaya pada kurun waktu tahun 2005 yang datang berkonsultasi untuk keluhan menopause tergolong sangat kurang, hanya mencapai 10 % dari lima juta wanita menopause yang ada di Jawa Timur. Hal ini dapat terjadi oleh karena kurangnya pengetahuan tentang menopause dan pentingnya peranan wanita di masa menopause (Utama, 2005). Jumlah wanita pascamenopause di dunia diperkirakan ada sekitar 476 juta jiwa pada tahun 1990. Setidaknya pada tahun 2030 jumlah ini akan bertambah menjadi 1.200 juta jiwa. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh pertumbuhan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
5
penduduk dan meningkatnya usia harapan hidup secara perlahan dan progresif. Dengan usia harapan hidup rata-rata lebih dari 78-80 tahun dan usia menopause relatif stabil yaitu pada usia 50-51 tahun, wanita akan menghabiskan lebih dari sepertiga hidupnya dalam masa menopause (Rachman et al, 2004). Di Indonesia akan terjadi epidemic manusia usia lanjut karena dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2025 terjadi peningkatan usia lanjut sebesar 414 % dengan 70 % diantaranya wanita (Rambulangi, 2005). Terdapat kemungkinan untuk mengalami berbagai penyakit kronik selama hidupnya yang diperkirakan 46 % untuk Penyakit Jantung Koroner, 20 % untuk stroke, 15% untuk fraktur panggul, 10 % untuk kanker payudara, dan 2.6 % untuk kanker endometrium. Di Amerika Utara, sebanyak 7-8 % orang berusia 75-84 tahun terkena demensia tipe Alzheimer dan wanita pascamenopause memiliki risiko 1.4 - 3 kali lipat untuk penyakit Alzheimer dibandingkan laki-laki, sedangkan risiko untuk terkena kanker kolorektal adalah sekitar 6% di mana lebih dari 90% kasus terjadi setelah usia 50 tahun. Mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada kasus ini dilaporkan berhubungan dengan patofisiologi penyakit yang didasari oleh rendahnya kadar estrogen dan progesteron tubuh (Rachman et al, 2004). Tahapan masa premenopause, menopause dan postmenopause disebut dengan masa klimakterium yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode produktif ke periode non produktif yang disertai dengan gejala dan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
6
keluhan akibat dari menurunnnya produksi hormon estrogen. (Hidayat, 2005; Pakasi, 2000 ; Dep.Kes.RI, 2005). Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan irreversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan hasil akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Dikatakan menopause ketika haid berhenti secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45-50 tahun. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause sedangkan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah menopause (Pakasi, 2000; Kasdu, 2004). Usia harapan hidup wanita Indonesia diperkirakan akan mencapai lebih dari 70 tahun. Penurunan hormon estrogen telah dimulai pada usia 35 - 40 tahun, di mana defisiensi hormon menyebabkan kerusakan sistemik yang progresif, dimana sebagai dampak dari kegagalan ovarium ini adalah terjadinya defisiensi permanen hormon multipel (Rachman et al, 2004) maka dapat diperkirakan bahwa selama kurun waktu 20 tahun wanita Indonesia akan mengalami berbagai masalah kesehatan akibat kekurangan hormon tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap wanita menopause di Indonesia, ditemukan masih rendahnya pengetahuan ibu tentang penggunan terapi sulih hormon sebagai upaya mengatasi gejala klimakterik dan kurangnya pengetahuan ibu tentang gejala klimakterik serta berbedanya keluhan sindrom klimakterik yang dialami tiap-tiap wanita ( Hutapea, 1998 : Hanafiah, 1999: Rachman et al, 2004).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
7
Keadaan ini menyebabkan ibu tidak siap untuk menerima keadaan menopause yang dapat berakibat pada gangguan biopsikososialnya sehingga menyebabkan derajat keluhan sindrom klimakterik semakin serius yang dapat mengganggu kualitas hidupnya. Penggunaan sulih hormon di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda dengan negara barat, keluhan yang lebih sedikit dan penerimaan masyarakat terhadap menopause, faktor pendidikan, sosial, ekonomi mempengaruhi jumlah pemakaian sulih hormon di Indonesia khususnya dan negara Asia umumnya (Rachman et al, 2004). Karakteristik wanita dengan sindrom klimakterik yang meliputi : status menopause, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, keluhan yang dialami pada masa klimakterium, dan pengetahuan tentang masa klimakterium diperkirakan mempunyai hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan sebagai usaha untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan sehubungan dengan keluhan klimakterik. Berdasarkan hal tersebut diperlukan perhatian terhadap pelayanan wanita dengan keluhan klimakterik, sementara unit pelayanan kesehatan dasar di Kota Pematang Siantar secara khusus belum memiliki pelayanan dan konseling pada wanita dengan keluhan klimakterik dan pelayanan yang diberikan masih merupakan pelayanan umum. Sehubungan dengan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian tentang gambaran wanita klimakterium dan hubungan karakteristik
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
8
wanita pada masa klimakterik dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Kota Pematang Siantar tahun 2009. 1.2.
Permasalahan Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah wanita yang mengalami
menopause setiap tahunnya yang berdampak pada peningkatan masalah kesehatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas wanita pascamenopause dan masih rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan klimakterik, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan karakteristik ibu pada masa klimakterik (status menopause, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, pengetahuan tentang masa klimakterium dan keluhan yang dialami pada masa klimakterium) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik
wanita pada masa klimakterik dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
1.4.
Hipotesis Ada hubungan karakteristik ibu (status menopause, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, pengetahuan dan keluhan klimakterik) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
9
1.5.
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1.5.1. Manfaat teoritis Dapat memperkaya konsep dan teori yang mendukung pengembangan ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan, terutama administrasi kesehatan komunitas/epidemiologi, dalam
kebijakan menekan dampak
berbagai masalah kesehatan bagi wanita menopause. 1.5.2. Manfaat praktis Dapat memberikan masukan atau sebagai dasar rekomendasi bagi pemerintah kota Pematang Siantar, khususnya Kepala Dinas Kesehatan dalam menetapkan kebijakan untuk pengadaan dan pengembangan fasilitas pelayanan
kesehatan
reproduksi
sebagai
upaya
meningkatkan
kelangsungan hidup wanita yang berkualitas.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Fase Perimenopause
2.1.1. Pengertian Fase Perimenopause Bertambahnya usia seorang wanita dapat menunjukkan secara bertahap bahwa fungsi reproduksinya akan mengalami perubahan yang bermakna. Perubahan-perubahan yang dialami dapat berakibat pada keadaan-keadaan yang yang dapat mengganggu aktivitas wanita di dalam kehidupannya sehari-hari dan bahkan dapat berdampak pada kualitas hidup wanita yang semakin rendah. Berbagai fase yang akan dilalui wanita adalah menars, menstruasi dan menopause. Memasuki masa menopause wanita akan mengalami masa klimakterik yaitu suatu periode peralihan dari fase reproduktif menuju fase usia tua (senium) sebagai akibat penurunan fungsi generatif ataupun endokrinologik dari ovarium (Baziad , 2003). Rachman et al (2000) yang mengutip pernyataan Hosking et al (1998) , masa klimakterik berlangsung selama 30 tahun (usia 35-65 tahun), dan dibagi menjadi 3 bagian untuk kepentingan klinis, yaitu: klimakterik awal (35-45 tahun), perimenopause (46-55 tahun) dan klimakterik akhir (56-65 tahun), yang digambarkan seperti bagan di bawah ini :
10 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
11
KLIMAKTERIUM
35
45 Klimakterik Awal
55 Perimenopause
65 Klimakterik Akhir
Gambar 1. Masa Klimakterium Seorang Wanita (Hosking et al ,1998) Pendapat lain tentang fase klimakterik dapat dibagi atas (1) Pramenopause (2) Perimenopause (3) Menopause (4) Pasca Menopause. Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Pada fase ini siklus haid tidak teratur dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relative banyak dan kadang-kaadang disertai rasa nyeri haid (dismenorea). Fase perimenopause adalah fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause yang disertai dengan siklus haid yang tidak teratur.
Sebanyak
40 % wanita siklus haidnya anovulatorik dan pada fase ini banyak wanita mengalami siklus haid lebih dari 38 hari dan sisanya lebih kecil dari 18 hari. Pada fase ini umumnya wanita telah mengalami berbagai jenis keluhan klimakterik (Baziad, 2003 : Hidayat, 2005). Menopause merupakan perdarahan haid yang terakhir (Baziad, 2003), Greendale et al, (1999) mengatakan menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang disebabkan hilangnya fungsi follikel-follikel sel telur. Pasca menopause merupakan fase dimana ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml dan kadar hormone gonadotropin
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
12
biasanya meningkat. Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi Inhibin akibat tidak tersedianya follikel dalam jumlah yang cukup. Akibat rendahnya kadar estradiol, endometrium menjadi atropik dan tidak mungkin muncul haid lagi (Baziad, 2003). 2.1.2. Fisiologi Terjadinya Menopause Seorang wanita memiliki 1 juta follikel primordial di ovariumnya, dimana pada masa pubertas tinggal berjumlah 300.000 – 400.000. Jumlah follikel ini akan terus menurun selama masa reproduksi. Hanya sebanyak 300 – 400 follikel saja yang menjadi masak dan mengalami ovulasi pada masa reproduksi sedang yang lainnya menjadi atresia sehingga akhirnya ovarium akan kehabisan follikel promordialnya (Hanafiah, 1999). Masa klimakterium dimulai dari terjadinya fluktuasi hormone reproduksi wanita, terutama estrogen yang ditandai dengan terganggunya haid. Haid menjadi tidak teratur dan siklus-siklus anovulatoir meningkat. Fungsi ovarium terus menurun dan masa peralihan ini berlangsung sekitar lima sampai enam tahun. Pada masa ini follikel yang masih tersisa di ovarium tidak lagi peka terhadap rangsangan hormone gonadotropin sehingga tidak lagi berkembang menjadi masak. Dengan demikian produksi hormone estrogen makin lama makin berkurang. Kadar estradiol pada masa pramenopause minimum sekitar 50-60 pg/ml dan maksimum sekitar 300 – 500 pg/ml maka pada masa pascamenopause hanya sekitar 5 pg/ml. Progesteron pada masa pramenopause kadarnya minimum 0,5 –
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
13
1,0 ng/ml dan maksimal 10 - 20 ng/ml. Setelah menopause kadarnya hanya sekitar 0,5 – 1,0 ng/ml. Keadaan ini memberikan umpan balik pada hipotalamus dan hipofisis, sehingga sekresi gonadotropin meningkat. Follicel Stimulating Hormone (FSH) meningkat lebih tinggi dari Lutainizing Hormone (LH) sampai 34 kali normal sehingga rasio FSH atau LH lebih tinggi dari pada masa reproduksi. Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindroma klimakteriun (Baziad, 2003). 2.1.3. Sindrom Klimakterium Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan estrogen dan progesterone sangat berkurang di dalam tubuh wanita. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya keluhan-keluhan vasomotorik berupa hot flushes, vertigo dan keringat banyak. Keluhan konstitusional berupa jantung berdebar-debar, migraine, nyeri otot, nyeri pinggang dan mudah tersinggung dan keluhan psikiastenik dan neurotic dapat berupa merasa tertekan, lelah psikis, lelah somatic, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga, gangguan di tempat kerja. Keluhan urogenital adalah sakit waktu bersetubuh, gangguan haid, keputihan, gatal pada vagina, susah kencing, libido menurun, keropos tulang (osteoporosis), gangguan sirkulasi (Myocard Infarct), kenaikan kolesterol, adepositas (kegemukan dan gangguan metabolisme karbohidrat) dapat juga terjadi (Greandale, 1999). Menurut Azhar (2004) yang mengutip pernyataan Reitz (1993) mengutarakan bahwa tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh wanita yang
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
14
memasuki masa menopause tidaklah sama. Sekitar 16 % dari wanita sama sekali tidak mengalami keluhan berarti dan 10 % yang memasuki masa ini dengan keluhan yang serius. Lebih dari 50 % wanita di Negara industri maju merasakan dan mengeluh tentang gejolak dan tanda yang timbul pada masa klimakterium. Gejala yang dirasakan lebih banyak berupa tanda-tanda vasomotor yang timbul sebagai akibat turunnya hormon seks, terutama estrogen. Selain gejala di atas ditemukan juga gejala psikologik (Lihat tabel 1). Tabel
2.1.
Gejala-gejala yang Bersifat Sementara Klimakterik Usia 45 – 54 Tahun
Gejala Vasomotor Semburan panas (hot flush) Keringat banyak (terutama malam) Jantung berdebar (palpitasi)
pada
Wanita
Gejala Psikologi Susah tidur (Insomnia) Pelupa Kurang percaya diri Lemas Libido tidak ada Sulit konsentrasi Sulit mengambilkeputusan Kurang bertenaga Gampang tersinggung
Menurut Hanafiah (1999) yang mengutip pendapat ahli (Flint, 1975) bahwa keluhan pada masa klimakterium berkaitan erat dengan budaya dan gizi. Pada wanita Cina
jarang dijumpai gejolak panas pada masa perimenopause,
wanita Jepang menganggap menopause itu bukan peristiwa penting dan jarang mengeluh pada masa perimenopause.Wanita Indonesia agaknya kurang mengeluh pada masa perimenopause, mungkin karena para orangtua di Indonesia mendapat
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
15
tempat yang terhormat dalam keluarga. Begitu juga perbedaan yang terdapat diantara mereka yang tinggal di daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Keluhan mereka yang tinggal di daerah pedesaan kurang dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Berat
ringannya keluhan-keluhan yang dialami berbeda pada setiap
wanita. Keluhan ini mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause dan dengan meningkatnya usia keluhan-keluhan tersebut makin jarang ditemukan. Berbagai keluhan yang dialami wanita berbeda satu dengan lainnya walaupaun peristiwa menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis namun tidak semua wanita dapat beradaptasi dengan keadaan menopause tersebut. Keluhan dan gejala klinik tersebut kurang atau tidak dihiraukan oleh sebagian besar wanita Indonesia, mereka menganggap bahwa keadaan tersebut lumrah terjadi karena sudah tua sehingga tidak mencari pertolongan kepada dokter. Hal ini diduga dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik individu, berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa keluhankeluhan yang dialami pada masa klimakterium berbeda pada tiap-tiap individu, karena dipengaruhi oleh sosial budaya wanita tersebut (Hanafiah, 1999). Keluhan vasomotorik berupa semburan panas (Hot Flushes) dirasakan mulai dari daerah dada dan menjalar ke leher dan kepala. Kulit di daerah tersebut terlihat kemerahan dan mengeluarkan keringat, meskipun terasa panas, suhu badan tetap normal. Keadaan ini akan diikuti dengan sakit kepala, perasaan kurang nyaman dan peningkatan frekuensi nadi. Lamanya semburan panas
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
16
berlangsung tiga menit dan dapat berfluktuasi antara beberapa detik sampai satu jam. Keadaan ini terjadi oleh karena peningkatan pengeluaran hormone adrenalin dan neurotensin setelah ini terjadi penurunan sekresi hormone noradrenalin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperature kulit sedikit meningkat dan timbul perasaan panas . Sebagai akibat vasodilatasi dan keluarnya keringat terjadi pengeluaran panas tubuh sehingga kadang-kadang wanita merasa kedinginan (Baziad, 2003). Hanafiah (1999), yang mengutip hasil penelitian Payer (1991) bahwa sebanyak 80 % wanita Eropa dan Australia mengalami gejolak panas pada masa perimenopause dan sekitar 20 % saja wanita Asia yang mengalami. Hal ini dapat dipengaruhi oleh factor budaya dalam menanggapi rasa semburan panas sebagai gangguan kecil saja dan yang lain merasakan sangat mengurangi kenyamanan hidupnya. Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 ) yang dikutip oleh Baziad (2003) adalah seperti suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis seperti mudah marah, perasaan sangat tegang. Keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khwatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, merasa tidak berdaya. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu seperti menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, lari dari kenyataan, perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
17
seperti gugup, kewaspadaan yang berlebihan sangat sensitif dan agitasi, reaksireaksi biologis yang tidak terkendali seperti berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering. Keluhan psikis berupa mudah tersinggung, cepat marah dan merasa tertekan serta perubahan fungsi kognitif berhubung dengan penurunan produksi sekresi steroid. Steroid sex sangat berperan terhadap fungsi sensorik dan kognitif manusia (Baziad, 1999). Gangguan haid sering terjadi pada klimakterium seperti oligomenorea atau amenorea yang selalu diikuti oleh perdarahan banyak (menorrhagia) akibat korpus luteum yang insuffisien atau oleh karena proses ovulasi yang tidak sempurna atau kegagalan ovulasi sehingga hormone progesterone sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari gambaran histopatologi endometrium yang hipertrofi dan atau hyperplasia. Dengan rendahnya kadar progesterone, estrogen tidak
cukup
diimbangi maka estrogen yang bebas itu akan memacu pertumbuhan endometrium secara berlebihan yang selanjutnya dapat berubah menjadi keganasan yang dikenal dengan karsinoma endometrium (Hutapea, 1998). Selain gejala efek jangka pendek diatas, banyak gejala efek jangka panjang yang dapat dialami oleh wanita menopause diantaranya adalah osteoporosis dan perubahan-perubahan pada metabolisme lemak yang sering menjurus kepada penyakit kardiovaskular dan keadaan-keadaan ini dikategorikan pada keadaan yang sangat berbahaya karena tidak jarang mengakibatkan kematian. Keadaan ini
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
18
merupakan resiko yang paling berat dialami wanita menopause dengan defisiensi estrogen jangka panjang (Hutapea, 1998). 2.1.4. Terapi Keluhan-keluhan yang dialami wanita pada masa klimakterik ini merupakan pengaruh negative estrogen yang hilang dari darah oleh karena itu untuk mengatasinya diberikan hormone pengganti untuk menggantikan hormone yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi lagi dan pemberian hormone ini hanya bersifat sementara. Terapi hormone pengganti ini harus benar-benar menjadi perhatian karena hidup selama puluhan tahun dengan kekurangan estrogen dengan berbagai kemungkinan gejala klinik yang mengganggu dan bahkan dapat merusak kualitas hidup wanita tersebut, pemberian terapi hormon pengganti (THP) ini diharapkan dapat membuat wanita di hari tuanya berkualitas, gairah dan penuh semangat (Hutapea, 1998). Pemberian hormon estrogen sebagai terapi sulih hormone, untuk menggantikan hormone estrogen yang kurang telah diteliti dan menghilangkan keluhan defisiensi estrogen klinis dengan baik setelah 2-3 minggu pemberian dosis estrogen tinggi dan 4-5 minggu pemberian dosis estrogen rendah. Peningkatan densitas tulang pada pemberian estrogen progesterone alamiah ditambah dengan pemberian kalsium dan vitamin D akan meningkatkan 4,1– 5,5%, selain itu pemberian estrogen/progesterone alamiah memperbaiki metabolisme lemak yang meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
19
sampai 70 % serta menekan terjadinya fraktur tulang antara 40 – 60 % (Burger et al. 2002). Kontrasepsi hormonal mengandung komponen estrogen dan progesterone yang
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
pelepasan
endometrium,
mengentalkan lendir servik sehingga sulit dilalui oleh sperma serta mengontrol siklus haid (BKKBN, 2007) sehingga pemanfaatan kontrasepsi ini sering dipakai sebagai hormon pengganti ketika wanita mengalami penurunan kadar hormone di masa menopause. Pil Keluarga Berencana merupakan kontrasepsi oral yang bersifat hormonal. Komponen estrogen dalam pil bekerja dengan jalan menekan sekresi FSH (Follicel Stimulating Hormone) sehingga menghalangi maturasi follikel di ovarium. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Keep et al. (1979) dan Stanford et al. (1987) menunjukkan bahwa kontrasepsi oral merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi penundaan usia menopause. Hasil penelitian “ the Women’s Health Initiative “ (WHI) mengemukakan bahwa pemberian estrogen dan progesterone sebagai terapi pengganti dapat meningkatkan risiko stroke sebesar 41 %, tromboemboli, masalah kardiologi sebesar 29 % dan karsinoma payudara sebesar 26 % (Andra, 2007). Sehubungan dengan efek yang terjadi kerena pemberian hormone pengganti tersebut, dianjurkan supaya pemberiannya sudah harus dimulai 4 – 5 tahun sebelum menopause bila hendak mencegah gangguan jangka panjang seperti osteoporosis dan penyakit kardiovasculer dan pemberian ini harus
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
20
berlangsung bertahun-tahun, 10-15 tahun sesudah menopause dan bahkan dianjurkan sampai seumur hidup. Sebab disangsikan daya cegah estrogen akan menghilang bila substitusinya dihentikan dan proses kekeroposan tulang akan berlanjut kembali (Hutapea, 1998). 2.1.5. Prosedur Pemeriksaan (Said, 2004) Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu yang mengalami sindrom klimakterium dapat berupa : 2.1.5.1. Prediksi dini lewat anamnesa khusus a. Sindroma klimakterik Hasil anamnese menemukan sejumlah keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik lainnya. Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita, lebih kurang 70% wanita peri dan pascamenopause mengalaminya (Baziad,2003). Keluhan-keluhan tersebut mencapai puncaknya sebelum dan sesudah menopause, dan dengan meningkatnya usia, keluhankeluhan tersebut makin jarang ditemukan. Pada wanita pascamenopause dijumpai pula kelainan pada kulit berupa kulit menipis, keriput, gatal-gatal, kuku rapuh dan berwarna kuning, mulut kering, dan lidah seperti terbakar. Keluhan lain adalah mata kering dan kesulitan menggunakan kontak lensa, rambut menipis dan sering ditemukan tumbuhnya rambut di sekitar bibir, hidung, dan telinga. Keluhan urogenital dapat berupa nyeri senggama, vagina kering, keputihan, perdarahan pasca senggama, infeksi saluran
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
21
kemih berulang, gatal pada vagina/vulva, iritasi, prolapsus uteri/vagina, dan inkontinensia urin. b. Usia Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan usia, yaitu antara 40-65 tahun. Perlu ditanyakan pola haid wanita tersebut untuk mengetahui apakah wanita tersebut berada pada usia premenopause, perimenopause, menopause, atau pascamenopause. Ditanyakan juga mengenai keluhan yang muncul.
Dampak
jangka panjang kekurangan estrogen adalah meningkatnya kejadian osteoporosis, demensia, penyakit jantung koroner, stroke dan kanker usus besar. 5.1.5.2. Prediksi dini pemeriksaan hormonal Pemeriksaan hormonal FSH, LH dan estradiol tidaklah mutlak. Dari usia dan keluhan yang muncul telah dapat ditegakkan diagnosis. Bila pasien tidak haid > 6 bulan pada umumnya kadar FSH dan LH tinggi, dan kadar estradiol sudah rendah. Analisa hormonal baru dilakukan bila keluhan yang muncul diragukan akibat kekurangan estrogen. Pada usia pre dan perimenopause, hormon yang diperiksa adalah FSH, LH, dan estradiol. Tidak jarang pada keadaan seperti ini ditemukan FSH, LH, dan estradiol yang tinggi, namun pasien sudah merasakan adanya keluhan. Keluhan vasomotorik sering dijumpai pada kadar estrogen yang tinggi. Meskipun kadar estrogen tinggi, namun karena pasien telah merasakan adanya keluhan maka pasien tetap diberikan pengobatan. Mungkin saja ditemukan kadar FSH, LH dan estradiol normal, tetapi pasien telah merasakan adanya keluhan.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
22
Pada keadaan seperti ini dianjurkan pemeriksaan T3 (Tiroksin), T4 , dan TSH, karena baik hipertiroid maupun hipotiroid dapat menimbulkan keluhan mirip dengan keluhan klimakterik. Bila ternyata pemeriksaan T3, T4, dan TSH normal, maka kemungkinan besar terjadi fluktuasi estradiol dalam darah. Pada wanita pascamenopause atau menopause prekok cukup diperiksa FSH dan estradiol (E2) darah, dan kadar FSH biasanya sudah > 35 mIU/ml dan kadar estradiol sudah berada < 30 pg/ml. 5.1.5.3. Prediksi dini dengan alat canggih a. Densitometer Pemeriksaan densitometer hanya dilakukan pada wanita dengan factor resiko osteoporosis, seperti menopause dini, pascamenopause, telat datangnya menars, kurus, kurang olah raga, kurang bergerak, merokok, banyak minum kopi, minuman bersoda dan alcohol, diet rendah kalsium, nyeri tulang, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan hipertiroid. Tulang dan kulit merupakan organ yang kandungan kolagen cukup banyak. Hilangnya kandungan kolagen kulit pada wanita pascamenopause mencapai rata-rata 2% per tahun. Kehilangan kolagen ini paralel dengan hilangnya massa tulang. Kandungan kolagen dapat dipakai untuk mendiagnosis osteoporosis. Dewasa ini telah tersedia USG (Ultra Sonographi) transdermal yang dapat mengukur ketebalan kulit wanita pascamenopause.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
23
b. Pengukuran ketebalan (densitas) mineral tulang Melihat langsung densitas tulang merupakan tindakan diagnostik yang sangat penting dan sangat dianjurkan bagi wanita dengan faktor resiko. Selain itu, tindakan diagnostik juga diperlukan untuk melihat hasil pengobatan yang sedang atau yang telah dilakukan. Tidak dianjurkan pemeriksaan densitas tulang rutin tanpa indikasi yang jelas. 2.2.
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di dalam ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara antara lain ditetapkan “Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Untuk mencapai harapan ini diperlukan sarana dan prasarana, pendidikan serta pelayanan kesehatan terhadap wanita-wanita yang akan memasuki atau telah mengalami masa menopause. Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkannya, namun masyarakat akan mencari pengobatan setelah tidak dapat berbuat apa-apa. Rendahnya akses terhadap fasilitas kesehatan seperti di Puskesmas, rumah sakit, balai pengobatan sering dialaskan pada factor jarak antara fasilitas kesehatan dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi dan
pelayanan yang tidak memuaskan dan bahkan masyarakat mempunyai
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
24
kebebasan di dalam memilih kemana harus mencari pengobatan ( ke fasilitas pengobatan modern atau ke fasilitas pengobatan tradisional). Kebutuhan pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh persepsi individu tentang sakit, kebutuhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Lewin (1954) mengatakan bahwa individu bertindak melawan atau mengobati penyakitnya, melibatkan empat variable kunci di dalam tindakan tersebut yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Model sistim kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan, Andersen (1974), yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), mengemukakan terdapat tiga kategori utama dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu, (1) Karakteristik Predisposisi, kategori ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang dapat digolongkan pada ciri-ciri demografi ( umur, jenis kelamin, status perkawinan), struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, tempat tinggal, jumlah anggota keluarga) dan keyakinan (nilai tentang sehat dan sakit, perilaku terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang penyakit).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
25
Variabel-variabel ini tidak secara langsung mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan tetapi merupakan factor pendorong untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan. (2)
Karakteristik pendukung, yaitu suatu kondisi yang memungkinkan orang
memanfaatkan
pelayanan
memanfaatkannya.
kesehatan
Komponen
ini
atau
setidak-tidaknya
siap
untuk
meliputi factor kemampuan keluarga
(penghasilan, simpanan asuransi kesehatan dan sumber-sumber lain), kelompok masyarakat (perbandingan tenaga medis dengan fasilitas kesehatan dan jumlah penduduk, tarif pelayanan kesehatan, karakteristik kota dan desa). Kategori ini mencerminkan bahwa meskipun .mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, individu tidak akan bertindak untuk menggunakannya kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar. (3) Karakteristik kebutuhan, faktor ini terdiri dari perceived need atau kebutuhan yang dirasakan dan evaluated yaitu gejala dan diagnosis penyakit yang ada. Keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan. Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dari stimulus langsung untuk
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
26
menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Akses masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan bukan hanya dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasaranan pelayanan kesehatan namun persepsi masyarakat terhadap suatu keluhan ternyata berbeda-beda tiaptiap individu, tergantung daripada mereka menilai apa itu konsep sehat dan sakit dimana semua itu dinilai berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 2.3.
Karakteristik Wanita
2.3.1. Menopause Menopause adalah berhentinya haid secara permanen yang disebabkan hilangnya fungsi follikel-follikel sel telur. Azhar (2004) yang mengutip pernyataan WHO (World Health Organization) mendeskripsikan bahwa menopause adalah berhentinya secara permanent periode menstruasi sebagai akibat dari hilangnya aktifitas ovarium. Menurut Agoestina (1999), di Bandung wanita telah memasuki fase menopause pada usia 48 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samil tahun 1992, yang dikutip oleh Hutapea (1998) di kota Jawa Tengah, usia wanita menopause yang tinggal di perkotaan mengalami menopause pada usia 50,2 tahun sedang wanita yang tinggal di pedesaan terjadi pada usia 46,5 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2004), di Kecamatan Kemuning Palembang pada tahun 2002, didapatkan bahwa usia menopause di
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
27
daerah tersebut adalah 48,1 tahun dan Pada Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) 21-22 April 2007 di Jakarta dikemukakan bahwa profil perempuan Indonesia adalah rata-rata umur perempuan menopause di Indonesia 48 ± 5,3 tahun (Muharam,2007). Hanafiah (1999) yang mengutip hasil penelitian Payer (1991), bahwa wanita Rajput di India menganggap menopause sebagai anugrah baginya karena sudah dapat membuka purdahnya dan boleh duduk-duduk bercengkerama dengan pria sebaya, wanita Jepang menganggap menopause bukan peristiwa penting dan jarang mengeluh pada masa ini, wanita Indonesia juga kurang mengeluh hal ini mungkin disebabkan factor sosio-religius masyarakatnya.. Anggapan karena wanita menopause telah kehilangan kemampuan dan terlepas dari tugas reproduksi dan secara langsung terbebas dari keluhan atau penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi akan
cenderung
meminggirkan posisi wanita menopause dalam mengakses pelayanan kesehatan. Pengadaan pelayanan kesehatan pada usia lanjut terutama para wanitanya dirasakan cukup penting untuk mulai dipikirkan, bukan saja oleh karena alasan bahwa jumlah manusia usia lanjut dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2025 akan mengalami epidemic yaitu sebesar 414 % dengan 70 % diantaranya adalah wanita tetapi sangat perlu dipikirkan peningkatan teknologi dan pelayanan kesehatan bagi wanita menopause oleh karena dampak positif dan negative dari keluhan klimakterium.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
28
2.3.2. Tingkat Pendidikan Wanita Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat menambah atau meningkatkankan wawasan pengetahuannya terutama tentang kesehatan reproduksinya. Pendidikan yang dijalani oleh ibu dikaitkan dengan aspek pengetahuannya tentang siklus masa reproduksinya selama kurun waktu kehidupannya. Pengetahuan yang dimilikinya diharapkan dapat mengubah perilaku kearah hidup sehat, dimana hal tersebut sangat diperlukan demi menunjang kualitas hidupnya dimasa tua atau lanjut usia sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Notoadmodjo (1982) yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan . Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran terhadap pentingnya arti kesehatan sehingga mendorong permintaan terhadap pelayanan kesehatan. 2.3.3. Pekerjaan Wanita Pekerjaan ibu yang dikelompokkan atas ibu rumah tangga dan ibu bekerja, dibedakan atas upah yang didapatkannya atas jasa yang dikerjakannya. Pendapatan yang diperoleh atau tingkat penghasilan dihubungkan dengan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
29
kemampuannya membayar jasa pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun melakukan tingkat pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport dan biaya pemeriksaan. Ibu yang berprofesi hanya sebagai ibu rumah tangga kemungkinan akan berfikir bahwa uang yang diterimanya hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga sehingga jika ibu ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan harus meminta dulu dari suaminya. 2.3.4. Status Perkawinan Status perkawinan dikaitkan dengan adanya perhatian dan dukungan yang didapat dari masing-masing pasangannya. Dapat dipastikan bahwa ikatan perkawinan akan meningkatkan rasa tanggung jawab seseorang terhadap pasangannya. Pasangan hidup merupakan orang yang berharga lebih dipercayai di dalam memberikan masukan dan dukungan yang berguna bagi kehidupannya. Pasangan suami istri akan menanggapi secara positif bila melihat pasangannya sakit, dan akan berusaha membawanya pergi berobat. Konsep dasar timbulnya penyakit secara epidemiologis dapat menjelaskan bahwa status perkawinan merupakan faktor yang terdapat pada diri manusia dan dapat berperan sebagai determinan kejadian timbulnya penyakit. Seseorang yang tidak kawin lebih sering dihadapkan pada berbagai penyakit, hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
30
2.3.5. Keluhan Klimakterik Keluhan klimakterik dapat dibedakan atas keluhan jangka pendek dan keluhan jangka panjang dan keluhan ini ada yang dirasakan dan ada pula yang tidak mengeluhkannya. Hutapea (1998) yang melakukan penelitian terhadap paramedis di beberapa Rumah Sakit di Medan menemukan pada kelompok usia 40 tahun atau lebih dijumpai 11,8 % dengan gangguan haid, 26,9 % keringat banyak terutama pada malam hari, 19,3 % mengalami gejolak panas (hot flush), 16,1 % rasa panas pada vagina dan 10,7 % nyeri pada saat senggama serta keluhan lainnya berupa perasaan nyeri pada sendi dan otot, pelupa dan mudah capek. Samil (1997) dalam Hutapea (1998) mengemukakan bahwa 98 % wanita perimenopause menyatakan bahwa kesehatannya baik. 2.3.6. Tingkat Pengetahuan Aspek kognitif (pengetahuan) yang dikemukakan oleh Benjamin S.Bloom merupakan salah satu psikologi belajar yang dapat diajarkan terintegrasi untuk mencapai tujuan suatu proses pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
31
Domain Kognitif
dalam enam
tingkatan, yang menitikberatkan pada
aspek berpikir, dari yang paling sederhana sampai ke hal yang kompleks. Enam tingkatan pengetahuan tersebut adalah : a. Tahu (know) Kemampuan seseorang untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, ditandai dengan kemampuan menyebutkan symbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode. b. Memahami (comprehension) Kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal dimana orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut, ditandai dengan kemampuan menterjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterpretasikan. c. Aplikasi (Application) Kemampuan berpikir untuk menjaring dan menerapkan dengan tepat tentang teori , prinsip, symbol pada situasi baru atau nyata, ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memmindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur. d. Analisis (Analysis) Kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui, ditandai dengan kemampuan membandingkan, menemukan, mengalokasikan, mengkategorikan.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
32
e. Sintesis (Synthesis) Yaitu kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru, ditandai dengan kemampuan mensintesiskan,
menyimpulkan,
menghasilkan,
mengembangkan,
menghubungkan, mengkhususkan. f. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap suatu situasi, system nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan, ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan. Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan termasuk pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional maupun yang tradisional. Pengetahuan wanita tentang masa kehidupannya perlu disosialisasikan, karena diantara masa kehidupan tersebut ada suatu periode peralihan dari masa reproduktif ke masa tidak reproduktif yang disebut dengan masa klimakterium. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu tentang gejala-gejala klimakterium sangat rendah serta berbedanya keluhan sindrom klimakterik yang dialami tiap-tiap wanita (Hutapea, 1998 : Hanafiah, 1999). Keadaan ini akan berdampak pada ketidaksiapan ibu untuk menerima keadaan menopause sehingga berakibat pada gangguan psikologisnya yang menyebabkan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
33
keluhan klimakterik akan semakin serius dan akan menagganggu kualitas hidupnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muharram terhadap 1350 wanita menopause di Indonesia ditemukan bahwa responden yang tidak mengetahui terapi sulih hormone sangat tinggi yaitu 65 % sedangkan yang tahu hanya 8 % saja. 2.4.
Landasan Teori Masa klimakterium yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari
periode reproduktif ke periode non reproduktif akibat kemunduran sistem reproduksi. Hal ini terjadi oleh karena penurunan atau hilangnya kadar estrogen dalam tubuh yang menyebabkan seorang wanita akan mengalami keluhan-keluhan jangka pendek dan keluhan jangka panjang berupa osteoporosis. Perubahanperubahan pada metabolisme lemak juga sering terjadi dimana keadaan ini akan menjurus kepada penyakit kardiovaskular, keadaan ini dikategorikan pada keadaan yang sangat berbahaya karena tidak jarang mengakibatkan kematian. Hal ini mendasari perlunya perhatian dan pelayanan kesehatan reproduksi pada masa klimakterium. Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan. Hal ini dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Keluhan-keluhan pada masa klimakterium perlu diidentifikasi untuk mengetahui apakah keadaan tersebut dirasakan atau tidak, membutuhkan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
34
pelayanan atau tidak sehingga dapat diperhatikan tentang kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi. 2.5.Kerangka Teori Predisposing
Enabling
Demografi
Keluarga
Umur Jenis Kelamin Status Perkawinan Riwayat Penyakit Lalu
Struktur Social Masyarakat Pendidikan Ras Pekerjaan Jumlah anggota keluarga Agama Tempat Tinggal
Keyakinan
Illness Level
Dirasakan
Pendapatan Ansuransi Kesehatan Sumber-sumber penghasilan lain
Ketidakmampuan Gejala-gejala Diagnosa Keadaan Umum
Komunitas/Kelompok Masayarakat
Evaluasi Klinis
Perbandingan tenaga medis dengan fasilitas kesehatan dan jumlah penduduk (penyediaan pelayanan kesehatan) Tarif pelayanan kesehatan Karakteristik penduduk perkotaan dan pedesaan
Gejala-gejala Diagnosa
Nilai tentang sehat dan sakit, Perilaku terhadap pelayanan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit
Gambar 2.2
Kerangka Teori Penelitian (Individual Determinants of Health Service Utilization, R.Andersen and J.F.Newman)
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
35
2.6.
Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
.
Karakteristik Wanita : 1. Status Menopause 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Status Perkawinan 5. Pengetahuan tentang klimakterium 6. Keluhan Klimakterium yang dialami
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, dapat dijelaskan definisi konsep sebagai berikut : 1.
Karakteristik adalah ciri khas atau identitas yang melekat pada diri subjek penelitian yang dapat membedakannya dengan orang lain yang dalam penelitian diukur dari status menopause, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, pengetahuan tentang klimakterium dan keluhan klimakterik yang dialami.
2.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kunjungan dan penggunaan sarana dan fasilitas kesehatan ketika wanita mengalami keluhan klimakterium, yang terdiri dari puskesmas, posyandu lansia, klinik bidan, praktek dokter dan rumah sakit.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
36
3.
Gejala klimakterik adalah sekumpulan keluhan-keluhan yang dialami seorang wanita akibat penurunan kadar hormone estrogen di dalam darah oleh karena proses penuaan. Keadaan ini telah dimulai sejak berusia 35 tahun berupa keluhan vasomotorik berupa kaki kesemutan, gerah (hot flush), jantung berdebar-debar, sulit tidur, sakit kepala, tidak konsentrasi, linu/ngilu pada sendi-sendi, nyeri otot, sering kencing/kencing tidak tertahan, sulit tidur, dan keluhan psikologik berupa mudah marah, depresi, gelisah dan cemas,
4.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui wanita tentang masa atau periode klimakterium, meliputi pengertian klimakterium, penyebab keluhan tersebut terjadi, gejala-gejala yang diakibatkannya, dan pengobatan yang diberikan sehubungan dengan keluhan yang dialami.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
37
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan type
explanatory atau penjelasan yang ditujukan untuk menganalisis hubungan kausal antar variabel penelitian melalui pengujian hipotesis (Singarimbun, 1989). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan
karakteristik wanita
perimenopause dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Kota P.Siantar.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Kota Pematangsiantar, yang terdiri dari 7
(tujuh) wilayah Kecamatan dan 43 Kelurahan dan survei awal telah dilakukan pada bulan September 2008. Penelitian telah dilakukan pada pertengahan bulan Maret – April 2009 yang lalu.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia 46 – 55 tahun yang tinggal di Kota Pematangsiantar.
3.3.2. Tehnik Penarikan Sampel Tehnik penarikan sampel dilakukan dengan tehnik menerapkan rancangan sampel klaster dua tahap (two stage culster sampling) yaitu dengan pemilihan 37 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
38
klaster kelurahan pada tahap pertama secara probability proportionate to size (PPS) dan pemilihan sampel pada tahap kedua, yaitu pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling) (Ariawan, 1996). Adapun alasan pengambilan sampel dengan tehnik di atas adalah peneliti tidak mendapatkan daftar penduduk atau rumah tangga secara lengkap dan populasi penelitian cukup besar sehingga dapat diharapkan pengambilan sampel dapat dilakukan secara adil (representative).
3.3.3. Besar Sampel Besar sample dihitung dengan menggunakan rumus : nm =
z 2 pq d
2
(roh(m − 1) + 1)
dimana : n m z p q d roh
= = = = = = =
besar kluster rata-rata subyek per kluster simpangan rata-rata distribusi normal/deviasi normal standar proporsi populasi yang dikehendaki (1- p) presisi/kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi derajat kesamaan sample di dalam kluster dibandingkan dengan derajat kesamaan antar kluster
Diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 30 x 7 (30 kluster/kelurahan, tujuh orang tiap kluster/kelurahan) yaitu sebanyak 210 wanita yang berusia 46-55 tahun (Daftar cluster/kelurahan terlampir).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
39
3.4. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, dimana data primer diperoleh dari hasil wawancara, dengan menggunakan questioner sebagai alat pengumpul data. Dilakukan uji pada questioner untuk untuk mendapatkan hasil uji validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan skor, nilai ataupun ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin di ukur. Cara mengukur validitas data yaitu mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment Correlation Coeficient (r), dengan ketentuan : 1) Jika nilai r hitung > r table, maka dinyatakan valid, 2) jika nilai r < r table, maka dinyatakan tidak valid (Arikunto, 2002). Reliabilitas adalah merupakan indeks yang menunjukkan suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Teknik yang digunakan adalah metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan : 1) jika nilai r alpha > r table, maka dinyatakan reliable, 2) jika nilai r alpha < r table, maka dinyatakan tidak reliable (Riduwan, 2002).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
40
3.4.1
Uji Validitas dan Reliabilitas
3.4.1.1. Uji Validitas Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk mengetahui validitas suatu instrument (kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variable dengan skor totalnya. Suatu variable (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variable tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment, dengan keputusan uji bila r hitung lebih besar dari r tabel maka Ho ditolak artinya variable valid, sedang bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho gagal ditolak artinya variable tidak valid (Priyo, 2006). Nilai r tabel dalam penelitian ini dengan sampel 20 orang dan jumlah pertanyaan 14 butir, pada taraf signifikansi 95% didapat angka r tabel = 0,532, nilai r hasil dapat dilihat pada kolom “Corrected item-Total Correlation” kemudian dibandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil, bila r hasil lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Hasil validitas menunjukkan bahwa dari ke 14 pertanyaan ditemukan pertanyaan ke - 4 tidak valid, sehingga pertanyaan ini dibuang. 3.4.1.2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
41
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama. Pertanyaan dikatakan reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, jika pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang atau direvisi, pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian baru bersamasama diukur reliabilitasnya (Priyo, 2006). Untuk mengetahui reliabilitas adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel, dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai “Alpha Cronbach” dengan ketentuan bila r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliable. Nilai alpha cronbach dalam uji kuesioner ini diperoleh 0,820, jika nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,820 maka pertanyaan tersebut reliable. Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur No. I.
II
III
Jenis Pertanyaan Pengertian Masa Klimakterium Q1 Q2 Penyebab Keluhan Klimakterium Q3 Q4 Keluahan yang dialami Q5 Q6 Q7 Q8 Q9
Corrected item total correlation
Cronbach’s Alpha if item Deleted
0,534 0,831
0,827 0,834
Valid & reliabel
0,579 0,634
0,837 0,835
Valid & reliabel
0,814 0,589 0,833 0,585 0,544
0.833 0,836 0,822 0,821 0,823
Valid & reliabel
Keterangan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
42
Lanjutan Tabel 3.1. No. IV
Jenis Pertanyaan Upaya Penanganan dan Pengobatan Q10 Q11 Q12 Q13
Corrected item total correlation
Cronbach’s Alpha if item Deleted
0,556 0,576 0,543 0,601
0,834 0,827 0,830 0,832
Keterangan
Valid & reliabel
3.4.2. Prosedur Penelitian 3.4.2.1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan pengambilan sampel kelurahan dengan menggunakan software C-Survey, dari 43 kelurahan yang ada di Kota Pematangsiantar diperoleh sampel unit sebanyak 30 kelurahan/cluster (daftar kelurahan terlampir) dan sampel yang didapat ada sebanyak 210 ibu yang berusia 46-55 tahun. Untuk dapat mengunjungi wanita perimenopause yang ada di masing-masing kelurahan yang telah terpilih dilakukan pengurusan surat izin dari kantor Walikota dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar. Berdasarkan surat tersebut Walikota Pematangsiantar menghunjuk Kepala Badan Kesatuan, Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat untuk mengeluarkan surat izin penelitian di 30 Kelurahan yang telah terpilih menjadi tempat penelitian. 3.4.2.2.Tahap Pelaksanaan Penelitian dilakukan di 30 cluster dengan jumlah wanita perimenopause 210 orang. Setelah membuat kerangka sampel (sampling frame) tiap-tiap
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
43
kelurahan yaitu daftar wanita perimenopause yang berada pada rentang usia 46-55 tahun, dilakukan pemilihan secara random dari masing-masing daftar sehingga sampel yang terpilih benar-benar mewakili. Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti dibantu oleh Mahasiswa Program Studi Kebidanan Dep.Kes. P.Siantar sebanyak 10 orang. Sebelum pengumpulan data dilakukan, lebih dulu dilakukan diskusi untuk menyamakan persepsi dalam mengisi kuesioner penelitian dengan harapan persepsi sama dalam melaksanakan wawancara dan mengisi kuesioner. Berdasarkan sampling frame yang telah ada, dilakukan kunjungan dan wawancara pada wanita yang telah terdaftar sebagai responden penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama 4 minggu, dan berdasarkan data yang telah terkumpul, data selanjutnya diolah agar dapat dibaca dan dianalisa serta diinterpretasikan. 3.4.2.3.Tahapan Akhir Pada tahap ini penulis menyusun laporan penelitian setelah data dianalisis dan diinterpretasi, kemudian dilakukan pembahasan pada hasil yang di dapat dan menarik kesimpulan berdasarkan temuan pada saat penelitian.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
44
3.5. Variabel, Definisi Operasional, dan Metode Pengukuran Tabel 3.2 Variabel, Definisi Operasional dan Metode Pengukuran No
Variabel
Definisi Operasional
Instrumen
Kategori
Skala
1.
Status Menopause
Berhentinya menstruasi Lembaran Chek list secara permanen
1= tidak menopause 0= menopause
Nominal
2.
Pendidikan
Jenjang pendidikan yang Lembaran dimulai dari SD, SLTP, chek list SLTA dan Perguruan Tinggi. Pendidikan Rendah : bila tamat SD, SLTP atau sederajat dan Pendidikan Tinggi : bila tamat SLTA dan PT.
1= tinggi
Ordinal
Status kegiatan yang dilakukan dan menghasilkan pendapatan. Dikelompokkan menjadi wanita rumah tangga dan wanita bekerja. Keadaan perkawinan responden pada saat dilakukan penelitian.(Janda dimasukkan pada status kawin). Dikelompokkan atas kawin dan tidak kawin.
Lembaran chek list
1= ibu bekerja 0= ibu rumah tangga
Lembaran chek list
1= kawin 0= tidak kawin
3.
Pekerjaan
4.
Status Perkawinan
5.
Pengetahuan
Segala sesuatu yang Kuesioner diketahui wanita tentang masa klimakterium meliputi, pengertian klimakterium,penyebab timbulnya keluhan, gejala-
0= rendah
Nominal
Nominal
2= baik : > 70 % total score 1= sedang : 40-70% total score 0= kurang : < 40 % total score
Ordinal
1= dirasakan (satu saja keluhan yg dirasakan ibu sudah pergi ke pelayanan kesehatan)) 0 = tidak dirasakan
Nominal
gejala,dan pengobatannya. 6.
Keluhan Klimakterik
keluhan Kuesioner vasomotorik, psikologik, perubahan pada urogenital dan perubahan non genital
Segala
yang dirasakan wanita dan menjadi alasan untuk mencari pelayanan kesehatan.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
45
Lanjutan Tabel 3.2. No. Variabel
Definisi Operasional
7.
Kunjungan dan penggunaan Lembaran sarana dan fasilitas kesehatan chek list ketika wanita mengalami keluhan klimakterium, yang terdiri dari puskesmas, posyandu lansia, klinik bidan, praktek dokter, rumah sakit.
3.6.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan
Instrumen
Kategori
Skala
1 = Pelayanan Kesehatan 0= Non Pelayanan Kesehatan
Nominal
Metode Pengukuran Aspek Pengetahuan Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala ordinal dengan tiga
kategori yaitu kategori baik, sedang dan kurang yang mengacu pada persentase berikut (Azwar, 1995) : (1) Baik
: > 75 %
(2) Sedang
: 40 % - 75 %
(3) Kurang
: < 40 %
Jumlah pertanyaan untuk aspek pengetahuan ada sebanyak 13 pertanyaan, masing-masing mempunyai nilai tertinggi 3, jadi jumlah total score pada kuesioner pengetahuan adalah 39. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden dapat dikategorikan atas : Baik
: bila jawaban responden benar > 75 % dari 39 = ≥ 33
Sedang
: bila jawaban responden benar antara 40 – 75 % dari 39 = 24-32
Kurang
: bila jawaban responden benar < 40 % dari 39 = ≤ 23
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
46
3.7.
Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis untuk mendeskripsikan semua variabel yang diteliti. Rencana analisis yang dilakukan adalah : 3.7.1
Analisis Univariat
Analisis tiap-tiap variabel karakteristik wanita
dan disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi . 3.7.2
Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel
yaitu variabel bebas yaitu karakteristik wanita (status menopause, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, keluhan klimakterik, pengetahuan) terhadap variable terikat (pemanfaatan pelayanan kesehatan). Uji statistic yang digunakan untuk menguji hubungan karakteristik wanita dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diuji dengan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), bila p < 0,05 maka variabel diatas dinyatakan berhubungan secara signifikan. 3.7.3. Analisa Multivariat Analisis
multivariate
dilakukan
untuk
mengetahui
variable
independent mana yang lebih berperan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, uji statistic yang digunakan adalah Regresi Logistik Ganda. .
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
47
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis Kota Pematangsiantar terletak pada garis 30 01’09” – 2054’40” Lintang Utara dan 9901’10” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79.971 km2 terletak 400 meter di atas permukaan laut, secara administrasi wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 7 (tujuh) kecamatan dengan 43 (empat puluh tiga) kelurahan. 4.1.2. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2007 mencapai 248.852 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.111 jiwa per km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk pada tahun tersebut sebesar 0,40 %. Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki, tahun 2007 penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 126.277 jiwa dan penduduk laki-laki 122.548 jiwa, dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 97,05. Jumlah penduduk perempuan yang berada pada usia 35 tahun ke atas ada sebesar 40.717 jiwa. 4.1.3. Pelayanan Kesehatan a.
Pelayanan Keluarga Berencana Indikator pencapaian pelayanan keluarga berencana (KB) adalah
persentase peserta KB baru pada tahun 2007. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) 47
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
48
di Kota Pematangsiantar ada sebanyak 32.781. Akseptor aktif pada tahun 2007 ada sebesar 67,27 % dengan jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntikan (29,23%) dan pil (25,11%). Jumlah klinik Keluarga Berencana (KB) di Kota Pematangsiantar tahun 2007 ada sebanyak 37 buah yang tersebar di seluruh kecamatan. b.
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pelayanan kesehatan usia lanjut dimulai dari pelayanan kesehatan pra usila
(49-59 Tahun) dan usila
(≥ 60 tahun). Selama tahun 2006 di Kota
Pematangsiantar keadaan pelayanan kesehatan usila adalah sebagai berikut : dari total pra usila (27.908 orang) yang mendapat pelayanan kesehatan 240 orang (0,86 %), sedangkan dari total usila yang ada (16.637 orang) yang mendapat pelayanan kesehatan ada sebanyak 742 orang (4,46 %). Bila dibandingkan dengan tahun 2005 terjadi penurunan dimana pra usila yang dilayani kesehatannya (10,54%) dan usila yang dilayani (42,04%), bila dibandingkan dengan indicator Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2006 masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 30 %. c.
Sumber Daya Kesehatan Sarana kesehatan berupa rumah sakit yang ada di Kota Pematangsiantar
ada sebanyak 7 (tujuh) buah dengan kapasitas tempat tidur ada sebanyak 715 buah. Puskesmas di Kota Pematangsiantar pada tahun 2007 berjumlah 17 unit dan Puskesmas Pembantu 10 unit sedangkan Balai Pengobatan Umum (BPU) swasta sebanyak 22 unit dan Posyandu ada sebanyak 241 unit.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
49
Jumlah Praktek Dokter Umum tahun 2007 sebanyak 84 orang, dokter gigi 25 orang dan dokter spesialis 38 orang sedangkan tenaga paramedik
Bidan
sebanyak 218 orang dan perawat sebanyak 666 orang. 4.1.4. Derajat Kesehatan Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan di kota Pematangsiantar pada umumnya mengalami peningkatan,
program-program
pelayanan
kesehatan
berdampak
pada
meningkatnya keadaan kesehatan dan status gizi masyarakat. Umur harapan hidup laki-laki dan perempuan tahun 2006 adalah 71,3 tahun, jumlah kematian ibu maternal, bayi dan balita adalah sebanyak 1 kasus, 16 kasus dan 27 kasus, sedangkan jumlah kematian semua golongan umur adalah sebanyak 735 kasus. Sepuluh besar penyakit yang dirinci menurut jenisnya pada semua golongan umur adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sebanyak 21.496, penyakit saluran pernafasan bagian atas (PSPBA) sebanyak 20.321, gastritis sebanyak 5.996, infeksi usus sebanyak 5.458, penyakit pada sistim otot dan jaringan serta penyakit tulang sebanyak 3.662, hipertensi sebanyak 4.448, penyakit kulit infeksi 4.505, penyakit pulpa dan jaringan peripikal sebanyak 3.744, penyakit kulit allergi sebanyak 3.270 dan kecelakaan/ruda paksa ada sebanyak 2650.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
50
4.2.
Analisa Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi responden
berdasarkan karakteristik individu, riwayat obstetri dan ginekologi, keluhan klimakterik, fasilitas pelayanan kesehatan dan aspek pengetahuan tentang masa Perimenopause. Hasil perhitungan confidence interval pada perhitungan parameter populasi diperoleh besar CI 95 % berada pada selang 33,3 % - 48,8 % (pada lampiran 11). 4.2.1. Karakteristik Responden di Kota Pematangsiantar Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan dapat dilihat pada tabel, Tabel 4.1. No. 1.
2.
Karakteristik Responden Umur (tahun) 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 Jumlah Pendidikan SD SLTP SLTA PT Jumlah
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Jumlah
%
53 21 21 23 29 15 11 12 14 11 210
25,2 10 10 11 13,8 7,1 5,2 5,7 6,7 5,2 100
32 38 99 41
15,2 18,1 47,1 19,5
210
100
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
51
Lanjutan Tabel 4.1. No 3
4.
5.
Karakteristik Responden Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Jenis Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Karyawan Buruh Tani Jumlah Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Jumlah
Jumlah
%
138 72 210
67,5 32,5 100
54 12 55 1 16 138
39,1 8,7 39,9 0,7 11,6 100
205 5 210
97,6 2,4 100
Distribusi responden berdasarkan usia perimenopause terbanyak adalah berusia 46 tahun 53 orang (25,2 %) dan yang berusia 55 tahun ada sebanyak 11 orang (5,2 %). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang pernah ditamatkannya, pendidikan SLTA ada sebanyak 99 orang (47,1%) dan perguruan tinggi ada sebanyak 41 orang (19,5%). Distribusi responden berdasarkan pekerjaan yang dikategorikan atas wanita bekerja ada sebanyak 138 orang (65,7 %) dan tidak bekerja ada 72 orang (34,3 %) dan jenis pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta ada 55 orang (26,2%) dan terendah adalah karyawan (0,5%).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
52
Distribusi responden berdasarkan status perkawinan yang dikategorikan atas status kawin,dimana status janda dimasukkan ke dalam kategori status kawin ada sebanyak 205 orang (97,6 %) dan status tidak kawin ada 5 orang (2,4 %).
4.2.2. Responden Berdasarkan Riwayat Obstetri dan Ginekologi Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Riwayat Obstetri dan Ginekologi No 1.
2.
3.
Riwayat Obstetri dan Ginekologi Usia Menars (tahun) 11 12 13 14 15 16 17 18 Jumlah Riwayat Hamil 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Riwayat Abortus 0 1 kali 2 kali 3 kali Jumlah
Jumlah
%
4 51 44 44 35 20 9 3
1 24,3 21 21 16,7 9,5 4,3 1,4
210
100
8 5 20 35 53 41 25 11 6 3 3 210
3,8 2,4 9,5 16,7 25,2 19,5 11,9 5,2 2,9 1,4 1,4 100
173 25 7 5 210
82,4 11,9 3,3 2,4 100
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
53
Lanjutan Tabel 4.2. No. 4.
5.
6.
7.
Riwayat Obstetri dan Ginekologi Paritas 0 1 2 3 4 5 6 7 8 10 Jumlah Status Menopause Menopause Belum Menopause Jumlah Usia Haid Terakhir 35 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 51 53 Jumlah Riwayat Penyakit Obstetri Ginekologi Ada Tidak ada Jumlah
Jumlah
%
8 7 24 41 49 44 19 13 3 2 210
3,8 3,3 11,4 19,5 23,3 21,0 9,0 6,2 1,4 1,0 100
65 145 210
31 69 100
2 1 2 2 6 4 9 14 7 6 6 4 1 1 65
3,1 1,5 3,1 3,1 9,2 6,2 13,9 21,5 10,8 9,2 9,2 6,2 1,5 1,5 100
10 200 210
4,8 95,2 100
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
54
Lanjutan Tabel 4.2. No. 8.
9.
10.
Riwayat Obstetri Ginekologi Penyakit Obstetri Ginekologi Kista Ovarium Mioma Uteri Post Partum Haemorragia Jumlah Pemakaian Alkon Yang Memakai Tidak Memakai Jumlah Alkon yang Pernah Dipakai Pil, Suntik, IUD Pil, Suntik, Implant Pil, Suntik Pil, Implant, IUD Suntik, Implant MOW Jumlah
Jumlah
%
4 4 2
40 40 20
10
100
142 58 210
73,4 27,6 100
42 30 28 20 16 16 142
29,6 21,1 19,7 14 11,3 11,3 100
Distribusi responden berdasarkan usia menars terbanyak dialami pada usia 12 tahun yaitu sebesar 51 orang (24,3 %) dan berusia 18 tahun sebanyak 3 orang (1,4 %). Distribusi responden berdasarkan riwayat kehamilan yang pernah dialami, terbanyak adalah dengan frekuensi kehamilan 4 (empat) kali ada sebanyak 53 orang (25,2 %), dan frekuensi terendah adalah dengan kehamilan 9 (sembilan) dan 10 (sepuluh) kali masing-masing sebesar 3 orang (1,4 %). Distribusi responden berdasarkan riwayat abortus yang dialami, abortus terbanyak adalah satu kali dialami 25 orang (11,9%) dan abortus sebanyak 3 (tiga) kali dialami 5 orang orang (2,4 %). Distribusi responden berdasarkan paritas atau jumlah anak yang lahir hidup ada sebanyak 49 orang (23,3%) mempunyai paritas 4, paritas 5 ada sebanyak 44 orang (21 %) dan paritas 10 ada 2 orang (1%).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
55
Distribusi responden berdasarkan status menopause, yang telah menopause ada sebanyak 65 orang (31%) dan usia haid terakhir (menopause) dialami pada usia, terbanyak yaitu pada usia 45 tahun ada sebanyak 14 orang (21,5 %) dan usia tertinggi yang mengalami menopause adalah berusia 53 tahun ada 1 orang (1,5 %) dan usia termuda menopause berada pada usia 35 tahun (3,1 %). Distribusi responden berdasarkan ada tidaknya riwayat penyakit obstetri dan ginekologi, dari 210 responden ditemukan 10 orang, diantaranya kista ovarium ada 4 orang dengan pengangkatan kista saja, 2 orang dengan riwayat post partum haemorragia dengan tindakan akhir histerektomi dan 4 orang dengan riwayat mioma uteri dengan tindakan histerectomi. Distribusi responden berdasarkan alat kontrasepsi yang pernah dipakai selama kurun reproduksi sampai dilakukan penelitian, yang terbanyak adalah memakai jenis alat kontrasepsi (pil, suntik, IUD) yaitu sebanyak 42 orang (29,6%) dan jenis alat kontrasepsi (suntik, implant) ada sebanyak 1,6 %. Tabel 4.3. Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi No.
Jenis Alkon ≤ 1 thn
1 2 3 4
Pil Suntik IUD Implant
67 55 29
Lama Pemakaian % ≥ 1 thn 55,8 47,4 45
53 61 33 66
Jumlah
%
120 116 62 66
100 100 100 100
% 44,2 52,6 55,0 100
Lama penggunaan alat kontrasepsi yang dikategorikan atas penggunaan ≥ 1 tahun, ibu yang menggunaan pil ada sebanyak 53 orang (44,2%) dari 120 ibu
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
56
penggunaan kontrasepsi oral juga dapat mengurangi gejala vasomotor pada wanita perimenopause serta mengurangi risiko kesehatan jangka panjang. Tabel
4.4
No
Distribusi Frekuensi Keluhan Dialami/Dirasakan Responden
Keluhan Klimakterik Mengalami Tidak Mengalami Jumlah
1 2
Klimakterik
Yang
Jumlah n 194 16 210
% 92.4 7.6 100.0
Responden yang mengalami keluhan klimakterium ada sebanyak 194 orang (92,4 %) sedangkan yang tidak mengalami ada sebanyak 16 orang (7,6 %).
Tabel 4.5. No 1 2
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Responden dengan Keluhan Klimakterik Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Ya Tidak Jumlah
Jumlah n 86 108 194
% 44,3 55,7 100.0
Responden yang memanfaatkan pelayanan kesehatan guna mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan klimakterik yang dialami/dirasakan ada sebanyak 86 orang (44,3 %) sedang yang tidak memerlukan pelayanan kesehatan ada sebanyak 104 orang (55,7 %).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
57
4.2.3.
Keluhan klimakterik yang dialami dan dirasakan sehingga pergi mencari pelayanan kesehatan
Tabel 4.6. Keluhan Klimakterik yang Dialami Responden dan Kebutuhan Pelayanan Kesehatan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Keluhan Klimakterik
Mudah Marah Kaki Kesemutan Linu/Ngilu pada sendi Sakit Kepala Gelisah dan Cemas Hilang Gairah Seksual Kesulitan Mencapai Orgasme Nyeri Otot/Urat (Myalga) Sulit Tidur Tidak Konsentrasi Jantung Berdebar-debar Sering Kencing/Tidak Tertahan Gerah/Hot Flushes Berkeringat Waktu Malam Nyeri Saat Senggama Kelebihan Berat Badan Berat Badan Menurun Depresi/Putus asa Penurunan Daya Ingat Rasa Kering dan Perih pada Mata Gangguan Pada Lambung Rasa sakit pada Pinggang
Yang dirasakan n 175 143 143 125 118 115 111 108 104 103 91 89 76 71 66 56 54 42 11 7 4 2
% 83,3 68,1 68,1 59,5 56,2 54,8 52,8 51,4 49,5 49,1 43,3 42,4 36,2 33,8 31,4 26,7 25,1 20,0 5,2 3,3 1,9 0,9
Perlu Pelayanan n % 3 1,7 2 1,4 10 14,3 9 7,2 2 1,7 0 0 0 0 12 11,1 4 3,8 2 1,9 15 16,5 4 4,5 11 13,5 3 4,2 0 0 1 1,8 2 3,7 0 0 0 0 0 0 4 100 2 100
Keluhan klimakterik yang dialami respondeng yang terbanyak adalah mudah marah sebesar 83,33%, Kaki kesemutan dan linu/ngilu pada sendi ada sebanyak 68,1 %, sakit kepala ada sebanyak 59,5 % serta gelisah dan cemas ada sebesar 56,2 %.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
58
Keluhan klimakterik yang dialami responden seperti yang terlihat pada tabel di atas ternyata untuk kasus gangguan lambung dan rasa sakit pada pinggang semua memerlukan pelayanan (100 %), diikuti dengan jantung berdebar-debar sebesar 16,5 %, linu/ngilu pada sendi (14,3 %), dan gerah/hot flushes ada sebanyak 13,5 %. 4.2.4. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Dikunjungi Responden Sehubungan dengan Keluhan Klimakterik yang Dialami Fasilitas Pelayanan Kesehatan
No. 1 2. 3 4. 5 6 7 8
Puskesmas Rumah Sakit Praktek Bidan Praktek dokter umum Praktek Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Praktek Dokter Syaraf Praktek Dokter Spesialis Jantung Praktek Dokter Penyakit Dalam Jumlah
n 24 13 26 12 3 3 2 3 86
% 27,9 15,1 30,2 14,0 3,5 3,5 2,3 3,5 100
Fasilitas pelayanan kesehatan yang dikunjungi sehubungan dengan keluhan klimakterik yang dialaminya yang terbesar adalah praktek Bidan ada sebanyak 26 orang (30,2 %) dan praktek dokter spesialis Obstetri dan ginekologi hanya 3,5%.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
59
Tabel 4.8. No
Jenis Pelayanan yang Didapat Sehubungan dengan Keluhan Klimakterik
Jenis Pelayanan yang didapat
1 2 3 4 5 6 7
Pengukuran Tekanan Darah Timbang Berat Badan Pemeriksaan Laboratorium Pengobatan Foto Rontgen Elektro Kardio Graphi Ultra Sonographi
n
%
80 46 22 78 1 5 1
88,9 51,1 24,4 86,7 0,1 0,6 0,1
Jenis pelayanan yang di dapat sehubungan keluhan klimakterik yang dialami masih merupakan jenis pelayanan umum seperti halnya pada pasien umum, sebanyak 80 orang (88,9 %) mendapat pelayanan pengukuran tekanan darah, 78 orang (86,7 %) mendapatkan pelayanan pengobatan dan jenis pelayanan yang tersedikit adalah foto rontgen dan ultrasonography masing-masing 0,1 %. Tabel 4.9 Pemeriksaan yang Diinginkan Sehubungan dengan Keluhan Klimakterik yang Dialami No. 1 2 3 4 5
Pemeriksaan yang Diinginkan Pap Smear Pemeriksaan Massa Tulang Pemeriksaan Laboratorium Lengkap Pemeriksaan Jantung Pemeriksaan Rheumatik
n
%
35 20 35 2 2
38,9 22,2 38,9 0,2 0,2
Pemeriksaan yang diinginkan sehubungan dengan keluhan klimakterik yang dialami yang terbanyak adalah papsmear dan pemeriksaan laboratorium lengkap masing-masing ada sebanyak 35 orang (38,9 %) dan pemeriksaan massa tulang ada sebanyak 35 orang (22,2 %).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
60
Tabel 4.10 No.
Distribusi Frekuensi Pemberi Saran Untuk Pergi Berobat Yang Menyarankan Berobat
1. 2. 3.
Tidak ada (Kemauan Sendiri) Keluarga (anak, suami, saudara) Teman, tetangga Jumlah
n
%
52 21 13 86
60,5 24,4 15,1 100
Distribusi responden berdasarkan saran yang didapat untuk pergi berkonsultasi ke pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan klimakterik yang dialami, yang terbanyak adalah atas kemauan sendiri yaitu sebanyak 52 orang ( 60,5 %), keluarga (anak, suami dan saudara) ada sebesar 21 orang (24,4 %) dan yang terkecil adalah teman, tetangga ada sebesar 13 orang (15,1 %).
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Jasa Asuransi oleh Responden No. 1 2
Memanfaatkan Jasa Asuransi
n
%
Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan
33 53
38,4 61,6
Jumlah
86
100
Distribusi responden berdasarkan jasa asuransi yang digunakan ketika memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah sebesar 33 orang (38,4 %) dan tidak memanfaatkan ada sebanyak 53 orang (61,6%).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
61
Tabel 4.12.
Distribusi Frekuensi Alasan Responden Tidak Perlu Mencari Bantuan ke Pelayanan Kesehatan Sehubungan Dengan Keluhan Klimakterik Yang Dialami
No.
Alasan Tidak Ke Pelayanan Kesehatan
1 2 4 5
Dapat Diatasi Sendiri Tidak Punya Dana Takut makan obat Jarak tempuh ke fasilitas kesehatan Jumlah
n
%
50 34 9 5 108
46,3 31,5 8,3 0,5 100
Distribusi responden berdasarkan alasan tidak perlu mencari pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan klimakterik yang dialami adalah dapat diatasi sendiri ada 50 orang (46,3 %) dan dengan alasan jarak tempuh yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan hanya 5 orang (0,5 %).
4.2.5 Pengetahuan Tentang Pengertian, Penyebab, Gejala dan Pengobatan Tabel 4.13.
No. 1 2. 3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Masa Klimakterium Tingkat Pengetahuan Baik Sedang Kurang Jumlah
n
%
8 40 162 210
3,8 19,1 77,1 100
Distribusi responden kerdasarkan tingkat pengetahuan yang dikategorikan atas baik ada sebanyak 8 orang (3,8 %) kategori sedang ada sebanyak 40 orang (19,1%) dan 162 orang (77,1 %) dengan kategori kurang.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
62
4.3.
Analisa Bivariat Uji Chi Square digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas (status menopause, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, pengetahuan tentang klimakterium dan keluhan klimakterium yang dialami) dengan variabel terikat (pemanfaatan pelayanan kesehatan), dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil uji yang di dapat dapat dilihat pada tabel di bawah ini, Tabel 4.14. No
Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Karakteristik Responden
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Ya
1.
2.
3. 4.
5.
6.
Status Menopause Belum Menopause Menopause Pendidikan Tinggi Rendah Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Tingkat Pengetahuan Baik Sedang Kurang Keluhan Klimakterik Dirasakan Tidak dirasakan
Tidak N %
X2
p
Jumlah n %
N
%
55
37,9
90
62,1
145
100
31
47,7
34
52,3
65
100
70 16
50,0 22,9
70 54
50,0 77,1
140 70
70 16
50,7 22,2
68 56
49,3 77,8
85 1
41,5 20,0
120 4
7 30 49
87,5 75,0 30,2
86
44,3
0
0
1,388
0,120
100 100
13,118
0,000
138 72
100 100
14,739
0,000
58,5 80,0
205 5
100 100
0,318
1 10 113
12,5 25,0 69,8
8 40 162
100 100 100
0,000
108
55,7
194
100
16
100
16
100
10.249
0.000
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
63
4.3.1
Status Menopause dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat ada sebanyak 145 orang
responden yang belum menopause, 55 (37,9%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 90 (62,1%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang 65 orang responden yang telah menopause 31 (47,7%) memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang 34 (52,3%) tidak memanfaatkan pelayanan. Hasil analisis dengan uji Chi Square antara status menopause dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh p = 0,120, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status menopause dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. 4.3.2. Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 140 orang responden yang mempunyai pendidikan tinggi, 70 (50%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 70 (50%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang 70 orang responden yang mempunyai pendidikan rendah, 16 (22,9%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 54 (77,1%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil analisis dengan uji Chi Square antara tingkat pendidikan ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh p = 0,00, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
64
4.3.3. Pekerjaan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 138 orang responden yang bekerja, 70 (50,7 %) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 68 (49,3%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang 72 orang responden tidak bekerja, 16 (22,2%) memanfaatkan pelayanan kesehatan 56 (77,8%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil analisis dengan uji Chi Square antara pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh p = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. 4.3.4. Status Perkawinan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 205 orang responden dengan status kawin, 85 (41,5%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 120 (59,0%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan
sedang 5 orang
responden yang tidak kawin, 1 (20,0%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 4 (80,0%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil analisis dengan uji Chi Square antara status perkawinan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh nilai expected (frekuensi harapan) pada 2 sel ditemukan ada < 5, hal ini tidak dibenarkan unt uk terus menggunakan uji Chi Square dan disarankan untuk menggunakan uji Exact Fisher, dengan uji ini diperoleh nilai p = 0,318, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan status perkawinan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada ibu perimenopause.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
65
4.3.5. Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 8 orang responden yang mempunyai pengetahuan baik, 7 (87,5%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 1 (12,5%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang 40 orang responden yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang, yang memanfaatkan pelayanan kesehatan 30 orang (75 %) dan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan
10 orang (25%) sedang 162 orang responden yang
mempunyai pengetahuan kurang 49 orang (30,2%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 113 orang (69,8%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil analisis dengan uji Chi Square antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh nilai expected (frekuensi harapan) pada 2 sel ditemukan < 5, hal ini tidak dibenarkan unruk terus menggunakan uji Chi Square dan disarankan untuk menggunakan uji Exact Fisher, dengan uji ini diperoleh nilai p = 0,00, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang masa klimakterium dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. 4.3.6. Keluhan Klimakterik dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 194 responden yang mengalami keluhan klimakterik, 86 (44,3%) memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 108 (55,7%) tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
66
dan sedang 100% yang tidak mengalami keluhan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil analisis dengan uji Chi Square antara keluhan klimakterik dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh nilai p = 0,00, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara keluhan klimakterik dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
4.4.
Analisis Multivariat Hasil seleksi analisis bivariat pada regresi logistik menunjukkan bahwa
ada 5 (lima) variabel yang memiliki nilai p < 0,25 yaitu variabel tingkat pendidikan, pekerjaan, keluhan klimakterik, tingkat pengetahuan dan status menopause dengan demikian ke-lima variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model
prediksi
determinan
pemanfaatan
pelayanan
kesehatan
dengan
menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95 %. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.15. Pengaruh Karakteristik Responden (Pendidikan, Pekerjaan, Keluhan Klimakterik, Tingkat Pemgetahuan dan Status Menopause) dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Variabel Pendidikan Pekerjaan Keluhan Klimakterium Tingkat Pengetahuan Status Menopause
B 0,834 0,973 20.989 1,414 -0,680
P value 0,025* 0,010* 0,998 0,000* 0,058
Exp(B) 2.302 2.645 1304688811.677 4.113 0.507
*) signifikansi pada taraf nyata 95% (p=0,05)
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
67
Hasil uji regresi logistik ganda antara karakteristik responden dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah variabel tingkat pengetahuan (p = 0,00), variabel pekerjaan (p = 0,010), pendidikan (p=0,025) .
Tabel 4.16.
Pengaruh Pekerjaan dan Pengetahuan Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Variabel
B
P value
Exp(B)
Pekerjaan
0,876
0,012
2,869
Tingkat Pengetahuan
1,569
0,000
4,626
Overall Percentage : 71,4 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel yang lebih berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah variabel
tingkat pengetahuan dan
pekerjaan dengan p value = 0.000 dan p= 0.012 dan nilai B (β) tertinggi ditemukan pada variabel pengetahuan β = 4.804 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ini paling dominan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan dan besarnya pengaruh sebesar 71,4. Besarnya peluang pengetahuan yang dimiliki responden yang bekerja dan tidak bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan (perhitungan dalam lampiran 12), diperoleh besar peluang sebagai berikut:
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
68
Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Peluang Responden dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan No
Variabel
1.
Pengetahuan Baik Bekerja Tidak Bekerja Pengetahuan Sedang Bekerja Tidak Bekerja
2.
3.
Peluang Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan 0,9337 0,8547 0,7457 0,5500
Pengetahuan Rendah Bekerja Tidak Bekerja
Tabel
di
atas
0,3788 0,2028
menunjukkan
bahwa
peluang
terbanyak
dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah pada responden yang berpengetahuan baik dan pekerja (0,9337) atau 93,4 %, sedang responden dengan pengetahuan rendah dan tidak bekerja hanya berpeluang sebesar (0,2028) atau 20 %.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
69
BAB 5 PEMBAHASAN Bab ini akan membahas variabel-variabel yang terkait dengan karakteristik responden yang meliputi faktor sosio demografi, riwayat obstetri dan ginekologi serta aspek pengetahuan wanita tentang masa klimakterium serta menganalisa hubungan antar variabel. 5.1.
Karakteristik Responden
5.1.1. Sosio demografi 5.1.1.1. Usia, usia responden yang diteliti adalah usia 46 - 55 tahun dimana usia ini digolongkan oleh Hosking et al (1998) pada masa perimenopause, masa klimakterik yang berlangsung selama 30 tahun (usia 35 – 65 tahun ) dibagi atas 3 bagian untuk kepentingan klinis yaitu klimakterik awal (35-45 tahun) perimenopause (46-55 tahun) dan klimakterik akhir (56-65 tahun) (Rachman et al 2000). World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa usia lanjut dikelompokkan atas usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45- 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60- 74 tahun, usia lanjut (old) 75-90 tahun. Hasil penelitian yang diperoleh di kota Pematangsiantar, seperti pada tabel 4.1. bahwa responden yang diteliti di Kota Pematangsiantar digolongkan pada usia lanjut pertengahan (middle age), saat ini Kota Pematangsiantar mempunyai jumlah penduduk wanita berusia 46-55 tahun ada sebanyak 7.055 orang di 20 Kelurahan yang diteliti dan jumlah wanita yang telah berusia 46 tahun lebih yang 69
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
70
ada di kota Pematangsiantar ada sebanyak 23.675 orang, dari 114.141 jumlah seluruh wanita yang ada di kota Pematangsiantar (BPS Kota Pematangsiantar, 2008). Usia harapan hidup di Kota Pematangsiantar telah mencapai 71,3 tahun yang membutuhkan perhatian dimana lansia dapat diharapkan tetap mandiri di masa tuanya dan tidak menjadi beban dalam masyarakat. Sangat dibutuhkan perhatian untuk lebih mengaktifkan Posyandu lansia khususnya di Kota Pematangsiantar. Konsep lansia yang dianut oleh Indonesia dari WHO bahwa dikatakan lansia adalah manusia yang telah berusia 45 tahun ke atas. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, lansia yang mengunjungi Posyandu lansia adalah yang telah berusia 49 tahun ke atas. Angka kunjungan pra lansia yang mendapat pelayanan kesehatan hanya 240 orang dari 27.908 dan untuk lansia hanya 742 orang dari 16.637 (Dinkes Kota Pematangsiantar,2007). Proses penurunan fungsi ovarium telah dimulai pada usia 35 – 40 tahun dimana defisiensi hormon ini akan mengakibatkan kerusakan yang sistemik dan progresif (Rachman et al 2000). Penurunan produksi hormon estrogen menimbulkan berbagai keluhan pada seorang wanita sedangkan penurunan fertilitas sangat bergantung pada usia seorang wanita. Fertilitas wanita dan pria pada usia 20-24 tahun adalah 100 %, pada usia 35-39 tahun fertilitas wanita hanya tinggal 60 % sedangkan laki-laki masih tetap tinggi yaitu 95 % dan di usia 45 – 49
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
71
tahun fertilitas wanita tinggal 5 % saja dan pada laki-laki mencapai 80 % (Baziad, 2003). 5.1.1.2. Tingkat pendidikan, hasil penelitian yang diperoleh tentang karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, seperti pada tabel 4.1. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih banyak memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dengan mengikuti kelas jauh yang dibuka oleh perguruan-perguruan tinggi yang berasal dari Medan di Pematangsiantar ditambah lagi dengan jarak tempuh Medan – Pematangsiantar yang masih terjangkau yang hanya menempuh 2,5 jam perjalanan. 5.1.1.3.
Pekerjaan, hasil penelitian yang dilakukan pada responden berdasarkan
pekerjaan (tabel 4.1), pekerjaan merupakan salah satu penunjang dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Faktor ini merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam memenuhi kehidupan sehari-hari dan kehidupan masa depan guna meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga, seorang wanita turut bekerja mencari nafkah bagi keluarga agar
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
72
kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi sehingga dapat memperbaiki status sosial ekonominya. Dari 194 responden yang mengalami keluhan klimakterium didapatkan sebanyak 127 orang (65 %) yang bekerja mengalami keluhan klimakterik sedang 67 orang (34,5 %) dialami responden yang tidak bekerja.
Penelitian yang
dilakukan oleh Hutapea (1998) terhadap paramedis di rumah sakit swasta di kota Medan menemukan bahwa sebanyak 48 % mengalami keluhan klimakterium. Masih dibutuhkan suatu penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara wanita yang bekerja dan ibu rumah tangga dalam merasakan keluhan klimakterik. 5.1.1.4. Status Perkawinan,
hasil penelitian yang dilakukan pada responden
berdasarkan status perkawinan, seperti terlihat pada tabel 4.1, hanya 5 orang yang tidak kawin, diantara responden yang tidak kawin hanya 3 (tiga) orang yang mengalami keluhan klimakterik dan yang memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya 1 (satu) orang saja. Penurunan produksi hormone estrogen oleh karena bertambahnya usia akan dialami semua wanita tanpa memandang apakah wanita itu sudah menikah atau belum menikah, akibat penurunan kadar hormon tersebut akan timbul suatu gejala berupa keluhan klimakterik yang dapat bermanifestasi pada fisik dan psikis. Status perkawinan dapat mempengaruhi bagaimana seorang wanita dapat menerima keadaannya untuk menopause, banyak hasil penelitian mengungkapkan bahwa seorang wanita tidak siap menerima keadaan menopause dan menganggap
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
73
menopause adalah akhir dari segalanya dengan berbagai alasan seperti tidak ingin disebut tua, tidak menarik lagi dan bahkan merasa tidak dapat membahagiakan pasangannya lagi. Masa menopause hanyalah sebuah titik awal lintasan perjalanan yang pasti dialami oleh semua wanita menuju perjalanan menjadi tua, dengan mengalami berbagai proses perubahan pada sistem reproduksi dan endokrin, perubahan ini akan dapat dilalui dengan baik tanpa gangguan yang berarti bila seorang wanita mampu menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang dimunculkannya. 5.1.2. Status Obstetri Ginekologi 5.1.2.1. Usia Menars, hasil penelitian yang dilakukan pada responden berdasarkan usia pertama kali menstruasi (menarchea), seperti pada tabel 4.2, usia menars merupakan suatu informasi yang sangat penting di dalam mengidentifikasi usia menopause karena perubahan hormonal yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Banyak faktor lain yang diduga berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan usia menopause. Wiknyosastro (1997), mengemukakan bahwa faktor-faktor seperti ras, genetik dan usia menars diyakini berkaitan erat dengan usia menopause. Menurut Azhar (2004), wanita yang mendapatkan menars pada usia lebih muda akan lebih berpeluang untuk menopause pada usia lebih lanjut, dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa wanita yang mendapatkan menars pada usia 13 tahun atau kurang, memasuki masa menopause setelah usia lanjut
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
74
yaitu di atas usia 48 tahun sedang yang mendapatkan menars setelah usia 13 tahun atau lebih, memasuki masa menopause lebih dini yaitu sebelum usia 48 tahun. 5.1.2.2. Riwayat Obstetri, hasil penelitian pada responden berdasarkan riwayat hamil, riwayat abortus dan paritas (jumlah anak yang pernah dilahirkan), seperti pada tabel 4.2, Wiknyosastro (1997) mengemukakan bahwa faktor makanan yang dikonsumsi, status gizi, berat badan, paritas, penggunaan kontrasepsi, penyakit yang pernah di derita, obat-obatan (hormonal), geografi dan musim, status perkawinan,
sosiokultural,
merokok
dan
aktivitas
seksual
dapat
juga
mempengaruhi usia menopause. Penelitian Velde et al (1998) mengemukakan bahwa wanita yang belum pernah melahirkan (nulliparous) mempunyai usia menopause lebih awal bila dibandingkan dengan wanita multiparous. Hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kemuning Palembang terhadap 100 ibu yang berusia 45 – 55 tahun untuk melihat hubungan antara paritas dengan usia menopause, diperoleh hasil bahwa ibu dengan paritas lebih dari 5 (lima) berpeluang lebih besar mendapat menopause lebih dini sedang ibu dengan paritas kurang dari 6 (enam) mempunyai peluang mendapat menopause di atas usia 48 tahun, faktor paritas ini kemungkinan berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu yang lebih baik pada kelompok ibu dengan paritas lebih kecil (Azhar, 2004). 5.1.2.3. Usia Menopause, hasil penelitian yang diperoleh pada responden berdasarkan usia menopause dan riwayat penyakit obstetrik ginekologi yang pernah dialami, seperti pada tabel 4.2, Stanford et al (1987) meneliti 983 wanita
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
75
premenopause, 1091 wanita menopause bedah dan 143 wanita menopause alami menemukan bahwa usia menopause alami dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi seperti wilayah geografi, pendapatan, pendidikan dan status pernikahan. Rendahnya status sosial ekonomi, seperti diukur menurut penghasilan atau pendidikan berhubungan dengan berhentinya menstruasi lebih dini. Wanita yang tidak menikah lebih cepat menopause dibanding dengan wanita yang menikah, wanita nulliparous mengalami menopause 17,9 bulan lebih awal daripada wanita parous dan usia saat menopause berhubungan langsung dengan jumlah kelahiran hidup. 5.1.2.4. Riwayat Pemakaian Alat Kontrasepsi, hasil penelitian pada responden dengan riwayat pemakaian kontrasepsi dan lamanya pemakaian kontrasepsi, seperti pada tabel 4.3, Wilopo (2006), mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal mengandung komponen estrogen dan progesterone yang dapat mencegah ovulasi dan mempengaruhi pertumbuhan dan pelepasan endometrium, mengentalkan lendir sehingga sulit dilalui oleh sperma serta dapat mengontrol siklus haid. Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi yang berisi hormone estrogen dan progesterone dan pil hanya progesterone yang berisi hormone progesterone. Pil kontrasepsi (COC = combined oral contraceptive) berisi hormone estrogen dan progesterone. Keuntungannya dapat meredakan dismenorea dan menoragi, mengurangi risiko anemia, mengurangi risiko penyakit payudara jinak, meredakan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
76
gejala pramenstruasi, mengurangi risiko kehamilan ektopik, menurunkan kejadian kista ovarium, menurunkan kejadian penyakit radang panggul dan melindungi terhadap kanker endometrium dan ovarium (Everett, 2007). Komponen estrogen dalam pil bekerja dengan menekan sekresi Follikel Stimulating Hormon (FSH) sehingga menghalangi muturasi follikel di ovarium. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vries (2001) menjelaskan bahwa pemakaian kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progesterone dengan dosis yang tinggi (> 50 µg) paling sedikit 3 bulan akan menekan konsentrasi FSH sehingga dapat menunda usia menopause. Keluhan klimakterium yang berkaitan dengan penurunan aktivitas ovarium yang ditandai dengan defisiensi estrogen sehingga dalam waktu jangka pendek menyebabkan timbulnya gejala klimakterium berupa gangguan vasomotorik dan keluhan somatic dan dalam waktu jangka panjang dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular, osteoporosis, stroke, fraktur panggul (Hanafiah, 1999; Baziad, 2003; Rachman et al, 2004). Kontrasepsi oral juga dapat mengurangi gejala vasomotor pada wanita perimenopause serta mengurangi risiko kesehatan jangka panjang sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup bagi wanita perimenopause, penggunaan kontrasepsi oral ini juga dapat mengurangi risiko jangka panjang terhadap kejadian kanker endometrial dan ovarium dan bahkan dapat mengatur siklus menstruasi ketika wanita mengalami ketidakteraturan siklus haid menjelang menopause (Kuanitz (2001).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
77
5.1.3. Keluhan Klimakterik Hasil penelitian tentang keluhan klimakterik yang dirasakan/dialami oleh responden dalam waktu 1 (satu) tahun terakhir seperti yang terlihat pada tabel 4.6, dari antara 210 orang yang dijadikan subjek penelitian yang mengalami keluhan tersebut ada sebanyak 194 orang (92,4%) dan yang memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya 86 orang (44,3 %). Seperti yang telah diuraikan pada landasan teori, bahwa wanita akan mengalami penurunan produksi hormone estrogen telah dimulai sejak usia 35 tahun, akibat penurunan hormone tersebut wanita akan dihadapkan pada gejalagejala yang ditimbulkan sehubungan dengan penurunan tersebut berupa gejalagejala yang dapat dibagi menjadi efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Efek jangka pendek adalah gejala vasomotorik hot flushes, jantung berdebar, sakit kepala, gejala psikologik (gelisah, lekas marah, perubahan perilaku, depresi, gangguan libido). Gejala urogenital (vagina kering, keputihan, gatal pada vagina, irigasi pada vagina, inkontinensia urin). Gejala pada kulit (kering,
keriput),
gejala
metabolisme
(kolesterol
tinggi,
High
Density
Lipoprotein/HDL turun, Low Density Lipoprotein/LDL naik) dan efek jangka panjang meliputi osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, stroke sampai kanker usus besar (Angkasa, 2005). Pernyataan Reitz (1993) yang dikutip oleh Azhar (2004), mengutarakan bahwa tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh wanita yang memasuki masa menopause tidaklah sama. Sekitar 16 % dari wanita sama sekali tidak mengalami
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
78
keluhan berarti, fase ini dapat dilalui dengan tenang tanpa tanda dan gejala yang mengganggu dan 10 % yang memasuki masa ini dengan keluhan yang serius. Hutapea (1998) menemukan keluhan klimakterium pada sekelompok wanita paramedis yang berusia 40 tahun berupa berkeringat banyak pada malam hari (26,9 %), mengalami gejolak panas (hot flush) yang ringan (19,3 %), keluhan di daerah urogenital seperti panas pada vagina dan nyeri saat senggama masingmasing dijumpai 16,1 % dan 10,7 %. Ismail (1997) dalam Rachman et al ( 2004), mengemukakan bahwa tanggapan wanita dan masyarakat terhadap keluhan klimakterium berbeda di setiap komunitas, lebih dari 70 % populasi studi di Malaysia tidak pernah merasakan hot flushes, berkeringat atau palpitasi. Insidens keparahan dari keluhan klimakterik ini bergantung terutama pada adanya ketidakstabilan emosi sejak sebelum menopause. Aso (1997) dalam Rachman et al ( 2004) mengemukakan hasil studi lain di Jepang yang dilakukan pada 3200 wanita berusia 45-60 tahun melaporkan bahwa sebanyak 45 % wanita mengalami kekakuan bahu sebagai keluhan utama sedangkan untuk keluhan vasomotor hanya 25 %. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluhan yang berhubungan dengan gangguan yang dialami pada urogenital justru tidak membutuhkan pelayanan kesehatan. Sementara keadaan tersebut sangat penting dikonsultasikan ke pelayanan kesehatan terutama pada ahlinya karena sangat perlu untuk diatasi mengingat banyaknya dijumpai ketidakharmonisan hubungan suami istri
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
79
menjelang usia lanjut. Peneliti berasumsi keadaan ini tidak dikeluhkan secara serius karena masih dianggap tabu atau mungkin masih merasa malu untuk diketahui orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya pengetahuan responden tentang masalah seksual yang akan dihadapinya menjelang usia lanjut. Keluhan yang dialami tiap-tiap wanita juga berbeda-beda dan menurut Peyer 1991 dalam Hanafiah (1999) bahwa keluhan-keluhan pada masa klimakterium berkaitan erat dengan budaya dan gizi. 5.1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Hasil
penelitian
yang
dilakukan
pada
210
responden
di
kota
Pematangsiantar yang mengalami keluhan klimakterik, tabel 4.4 dan tabel 4.5, yang memanfaatkan pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan yang dialaminya hanya sebanyak 86 orang (44,3 %) sedangkan sebanyak 108 orang (55,7 %) mengatasi sendiri keluhan yang dialaminya. Sarana pelayanan yang banyak dikunjungi oleh responden adalah praktek bidan, sebanyak 26 orang (30,2 %) diikuti dengan Puskesmas sebanyak 24 orang (27,9 %), sarana ini menjadi sarana yang diminati mungkin dikarenakan oleh lokasi dan kemudahan menjangkaunya serta biaya yang relative murah. Sarana pelayanan dengan urutan ketiga yang dikunjungi adalah rumah sakit (15,1 %), hal ini dimungkinkan karena mekanisme rujukan yang dilaksanakan di Puskesmas terutama bagi para pengguna asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
80
Jasa asuransi yang digunakan oleh responden yang mengalami keluhan klimakterik ada sebanyak 33 responden (38,4 %) sedang
sebanyak 53 responden
(61,6%) tidak menggunakannya. Responden yang memanfaatkan jasa asuransi ditinjau dari status pekerjaan ibu, hanya sebanyak 27 responden (38,6%) yang memanfaatkannya. Sarana pelayanan kesehatan berikutnya yang dikunjungi oleh responden adalah praktek dokter umum ada sebanyak 12 orang (14 %) diikuti dengan sarana praktek dokter spesialis syaraf, penyakit dalam dan obgyn dan spesialis penyakit jantung sebesar 2,3 %. Penggunaan sarana praktek dokter spesialis digunakan oleh ibu yang mengeluhkan gejala klimakterik ketika mereka merasakan keluhan yang sangat mengganggu seperti jantung berdebar-debar, gangguan pada lambung dan rasa sakit pada pinggang. Keadaan yang dinilai ibu serius dan dapat mengganggu aktivitasnya sehari-hari sehingga harus segera diatasi dengan pergi ke pelayanan spesialis guna mendapatkan penanggulangan sehubungan dengan keluhannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lewin (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa individu bertindak melawan atau mengobati penyakitnya, melibatkan
empat variable kunci di dalam tindakan
tersebut yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
81
Jenis pelayanan yang didapat ketika responden
pergi ke pelayanan
kesehatan seperti pada tabel 4.8, jenis pelayanan yang terbanyak diberikan adalah pengobatan (86,7%), diikuti dengan pengukuran tekanan darah (88,9 %), penimbangan berat badan (51,1 %), pemeriksaan laboratorium ( 24,4 %), pemeriksaan ECG (0,6%) dan foto rongen serta USG masing-masing sebanyak (0,1 %). Keadaan jenis pelayanan ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan masih hanya sebatas prosedur pemeriksaan fisik dan pengobatan yang dilakukan secara umum saja, padahal responden ingin mendapatkan penjelasan tentang apa sebenarnya yang sedang dia rasakan atau dihadapi. Jenis pemeriksaan yang diinginkan oleh responden untuk dapat mencegah efek jangka panjang setelah menopause (tabel 4.8) adalah pemeriksaan papsmear dan
pemeriksaan
laboratorium
masing-masing
ada
sebanyak
38,9
%
menginginkannya diikuti dengan pemeriksaan massa tulang sebesar 22,2 %, pemeriksaan jantung dan rheumatic masing-masing 0,2 %. Pemeriksaan papsmear sebaiknya dilakukan ketika ibu sudah berada pada usia 35 tahun ke atas dan pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara rutin untuk dapat mendeteksi keganasan pada organ reproduksi secara dini begitu juga halnya dengan pemeiksaan laboratorium (yang meliputi darah lengkap, ginjal dan hati) merupakan suatu pemeriksaan umum yang sewaktu-waktu dapat dilakukan. Berbeda halnya dengan pemeriksaan massa tulang (densitometer) yang sebenarnya jauh lebih penting dilakukan pada wanita yang mempunyai faktor risiko osteoporosis oleh karena pasca menopause. Jenis pemeriksaan ini sangat
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
82
penting disosialisasikan pada wanita yang berisiko untuk dapat menekan prevalensi kejadian osteoporosis yang banyak menyerang wanita pascamenopause (Said, 2004). Responden yang pergi ke sarana pelayanan kesehatan (tabel 4.10) yang terbanyak adalah oleh karena kemauan sendiri (60,5 %), karena saran keluarga (anak, suami, saudara) ada sebesar (24,4 %) dan saran teman , tetangga ada sebesar 15,1 %. Adanya kesadaran responden untuk pergi berobat atas kemauan sendiri, merupakan hal yang positif untuk mewujudkan peningkatan kesehatan wanita, pada penelitian ini diperoleh data bahwa yang mempunyai kemauan sendiri untuk berobat adalah mayoritas pekerja (45 orang atau 64,3%), hal ini menunjukkan bahwa wanita telah menyadari pentingnya kesehatan dan rasa tanggung jawab moral atas pekerjaannya. Dukungan dari keluarga (anak, suami, saudara) diharapkan menjadi faktor yang lebih dominan dalam menyarankan responden untuk pergi berobat sebab status perkawinan dikaitkan dengan adanya perhatian dan dukungan yang didapat dari masing-masing pasangannya. Alasan responden tidak ke pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan klimakterium yang dialaminya (tabel 4.12) mayoritas alasannya adalah bahwa keluhan tersebut dapat diatasi sendiri (46,3 %), ibu mengatasi keluhannya dengan membeli obat di warung, meminum jamu, pergi ke tukang urut, alasan berikutnya adalah tidak mempunyai dana (31,5 %), takut makan obat (8,3 %),
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
83
kelengkapan alat pemeriksaan (7,4%) dan jarak tempuh ke fasilitas kesehatan (0,5%). Berbagai alasan yang dikemukan oleh 108 responden yang mengalami keluhan klimakterium dan tidak pergi ke pelayanan kesehatan untuk mengatasinya, dapat menunjukkan secara tidak langsung bahwa mereka tidak mengalami keluhan klimakterium secara serius dan mengganggu bahkan dapat mengatasi sendiri keluhannya sehingga tidak membutuhkan pelayanan kesehatan . Andersen dalam Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan. Faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Tidak semua wanita mengalami keluhan klimakterium yang berarti, diduga faktor sosial kultural ikut berperan terhadap munculnya gejala-gejala menopause, pada masyarakat Asia umumnya gejala klimakterium tidak banyak dikeluhkan karena secara kultural orang-orang yang menjadi lanjut usia justru mendapatkan kedudukan sosial yang terhormat dan aktivitas wanita juga dapat menekan pemunculan gejala tersebut (Irawati, 2002). Keadaan ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Reitz (1993) dalam Azhar (2004) bahwa sekitar 16 % dari wanita sama sekali tidak mengalami keluhan berarti, fase ini dapat dilalui dengan tenang tanpa tanda dan gejala yang mengganggu dan 10 % yang memasuki masa ini dengan keluhan yang serius.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
84
5.1.5
Aspek Pengetahuan Pada tabel 4.13. dapat dilihat bahwa aspek pengetahuan responden tetang
masa klimakterium yang meliputi pengertian klimakterium, penyebab, upaya penanggulangannya diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan rendah ada sebanyak 162 orang (77.1 %). Dapat dilihat bahwa 22,9 % responden sudah mempunyai tingkat pengetahuan yang digolongkan pada tingkat pengetahuan sedang ke atas, dapat dikatakan bahwa mereka telah mempunyai pengertian umum yang sederhana tentang keluhan klimakterik yang pada umumnya akan dialami oleh semua wanita (distribusi jawaban responden tentang aspek pengetahuan tentang masa klimakterik dapat dilihat pada lampiran 10). Pengetahuan responden tentang pengertian menopause dengan jawaban yang tepat hanya 11orang (5,2 %), hal ini dapat menunjukkan bahwa istilah ini masih belum populer bagi responden dan bahkan diantara 210 ibu tersebut ada yang tidak mengetahui apa itu menopause, pengertian tentang masa klimakterium, responden yang dapat menjawab dengan tepat hanya 8 orang (3,8 %), sementara hal apa yang menyebabkan menopause terjadi, responden yang dapat menjawab dengan tepat hanya 14 orang (6,7 %). Pengetahuan tentang sejumlah gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yang dialami fisik dan psikis, sebesar 38,1 % dapat menyebutkan 3 gejala gangguan fisik dan sebanyak 19 % dapat menyebutkan 3 gejala psikis sedangkan pengetahuan tentang apa yang menyebabkan keluhan-keluhan pada
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
85
masa menopause dapat mengganggu fikiran, responden yang dapat menjawab dengan tepat hanya 25 ibu (11,9 %). Pengetahuan responden tentang akibat yang dapat terjadi bila keluhan menjelang menopause terabaikan, hanya 25,2 % menjawab dengan tepat dan pengetahuan tentang jenis pemeriksaan yang sangat dibutuhkan wanita menjelang menopause, dapat dijawab dengan tepat hanya 15,7 %, sedang pengetahuan tentang
pengobatan yang diberikan pada wanita dengan keluhan menjelang
menopause, yang menjawab dengan tepat hanya 4,8 % dan tujuan pengobatan tersebut diberikan, hanya 3,8 % yang menjawab dengan tepat. Pengetahuan responden tentang pengobatan alternative sebagai pengganti pemberian terapi hormone, yang menjawab dengan tepat hanya 20,5 % dan pengetahuan tentang efek yang timbul sehubungan dengan pemakaian obat hormone dalam waktu yang lama, yang menjawab dengan tepat hanya 10 % saja. 5.2.
Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
5.2.1. Analisa Bivariat 5.2.1.1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pendidikan merupakan variabel yang mempunyai peran cukup penting terhadap seseorang terutama dalam mengambil keputusan terhadap suatu masalah. Unsur ini sangat penting dan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat menambah atau meningkatkan wawasan pengetahuannya terutama tentang kesehatan reproduksi.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
86
Pendidikan yang dimiliki wanita dikaitkan dengan aspek pengetahuannya tentang siklus masa reproduksinya selama kurun waktu kehidupan. Hasil uji statistic dengan Chi Square antara tingkat pendidikan responden dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh p = 0,00, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang dimiliki seorang wanita diharapkan dapat menambah pengetahuannya terutama yang berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit dan akses ke pelayanan kesehatan untuk mengenali dan mengobati keluhan yang dialami dan dengan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan dapat mengubah perilaku dan menyadari bahwa seorang wanita mempunyai suatu siklus kehidupan yang akan dialaminya yaitu masa peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif , dimana pada masa ini wanita akan mengalami berbagai keluhan klimakterik yang dapat mengganggu fisik dan psikologisnya. Kondisi ini akan dialami semua wanita, diharapkan wanita dapat mengenali siklus ini sehingga perubahan yang terjadi dapat dilalui dengan baik tanpa gangguan berarti. Wanita harus dapat mengenali dirinya sendiri termasuk siklus kehidupan yang harus dilaluinya diantaranya adalah siklus kehidupan di masa perimenopause yang banyak membawa beragam masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita di masa usia lanjut. Notoadmodjo (1982), mengemukakan bahwa mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memanfaatkan pelayanan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
87
kesehatan. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran terhadap pentingnya arti kesehatan sehingga mendorong permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Wanita yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung akan lebih memperhatikan masalah kesehatannya termasuk masalah kesehatan reproduksi pada masa klimakterium. Pada penelitian ini, ibu yang berpendidikan tinggi ada sebesar 140 (66,7%) dan sebanyak 50 % orang yang mempunyai pendidikan tinggi pergi ke pelayanan kesehatan dalam mengatasi keluhan klimakterik yang dialaminya. Berbeda dengan wanita yang mempunyai pendidikan dengan kategori rendah, hanya 16 orang (22,9 %) saja yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.Wanita cenderung mengabaikan keluhan ini dan bahkan berusaha mengatasinya sendiri karena menganggap tidak mengganggu dan keluhan tersebut hilang timbul sehingga menganggap tidak perlu ke pelayanan kesehatan. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung lebih banyak mendapatkan berbagai sumber informasi dan karenanya menjadi lebih kritis dibandingkan mereka yang tidak atau kurang mendapatkan informasi. Diperlukan suatu intervensi berupa pemberian pendidikan kesehatan pada wanita pada periode klimakterium. Hal ini bertujuan, agar kehidupan usia senja dapat berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap wanita perlu mengadakan persiapan untuk menghadapinya. Salah satu persiapan yang penting adalah mengetahui organ tubuh wanita itu sendiri dan fungsinya, serta mengenal bagaimanakah sebenarnya kejadian masa klimakterik itu.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
88
Dapat disimpulkan bahwa tanggapan masing-masing wanita berbeda satu sama lain dalam menanggapi keluhan-keluhan klimakterik yang dialaminya. Wanita yang mempunyai pendidikan tinggi menganggap bahwa keluhan klimakterik yang dialaminya memerlukan perhatian dari pelayanan kesehatan. Wanita dengan pendidikan rendah menganggap keluhan tersebut adalah suatu hal yang biasa-biasa saja sehingga tidak perlu ke pelayanan kesehatan. 5.2.1.2. Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Hasil analisis dengan uji Chi Square antara jenis pekerjaan responden dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan diperoleh nilai p = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara status pekerjaan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Wanita yang bekerja akan mempunyai akses yang lebih baik ke fasilitas kesehatan bila dibandingkan dengan yang tidak bekerja, hal ini dapat terjadi bila ditinjau dari sudut pendapatan, seorang yang bekerja akan memiliki pendapatan dan bahkan asuransi kesehatan yang memudahkannya untuk mendapatkan fasilitas kesehatan.Wanita yang bekerja akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mengurus dirinya sendiri karena mempunyai uang untuk merawat dirinya, termasuk akan tetap menjaga kesehatannya mengingat tanggung jawab moralnya terhadap pekerjaannya dan adanya perasaan takut dipecat dari pekerjaannya. Keadaan ini sudah menunjukkan bahwa status dan peranan wanita sudah mendapat tempat yang berarti, adanya pemberdayaan pada wanita dapat meningkatkan pengembangan kesadaran wanita terutama dalam hal menghadapi
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
89
masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi oleh pria yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Oleh sebab itu wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri. 5.2.1.3.Hubungan Keluhan Klimakterium Kesehatan
dengan Pemanfaatan Pelayanan
Hasil penelitian terhadap responden dengan keluhan klimakterik yang dialami didapatkan bahwa sebanyak 86 orang (44,3 %) yang merasakan keluhan klimakterik dan pergi ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan bantuan di dalam mengatasi keluhan tersebut sementara sebanyak 108 orang mengalami keluhan klimakterik tetapi digolongkan pada tidak merasakan keluhan karena tidak memerlukan pelayanan kesehatan untuk menanggulanginya. Hasil uji statistic dengan Chi Square diperoleh hasil (p = 0,00), artinya keluhan klimakterik yang dialami berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Foster dan Andersen (1996) bahwa kebutuhan pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh persepsi individu tentang sakit, dengan mempersepsikan dirinya sakit seseorang akan pergi mencari pengobatan. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 86 orang yang mencari pelayanan berdasarkan keluhan yang dialaminya yaitu adanya gangguan pada lambung (100%), rasa sakit pada pinggang (100%), jantung berdebar-debar (16,5 %), linu/ngilu pada sendi (14,3 %), gerah (hot flushes) ada sebesar 13,5 %.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
90
Data di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami keluhan klimakterik yang dianggap lebih serius dan mengganggu yang pergi ke pelayanan kesehatan sementara keluhan-keluhan yang masih dianggap ringan mendapatkan tempat yang rendah pada pelayanan kesehatan dan keluhan yang berhubungan dengan system reproduksi dan urogenital bahkan tidak mendapat perhatian yang serius sehingga tidak pergi ke pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang digunakan, terbanyak adalah praktek bidan sebesar 30,2 %, Puskesmas 27,9 % dan praktek dokter spesialis obstetri dan ginekologi hanya 3,5 % saja. Pelayanan yang didapatkan masih pelayanan umum yang bersifat simtomatis yaitu hanya penanganan atau pengobatan dalam mengatasi keluhan saja, dari hasil penelitian yang didapat belum ada suatu pelayanan khusus yang menangani ibu dengan keluhan klimakterik. Unit pelayanan yang dikunjungi juga tidak menyediakan pelayanan khusus untuk masalah tersebut seperti konseling atau informasi tentang kesehatan reproduksi yang didapat ibu tentang apa yang menjadi penyebab keluhan yang dialami ibu. Sangat diperlukan suatu intervensi berupa penjelasan tentang gejala-gejala klimakterium yang akan dialami oleh responden agar dapat melakukan upaya pencegahan terhadap gejala yang akan dihadapinya dan penyakit yang berpotensi menyerangnya ketika usia menopause telah terlewati. Dari penelitian yang dilakukan, responden yang datang ke pelayanan kesehatan bukan karena mengetahui bahwa keluhan yang dialaminya adalah keluhan akibat klimakterium
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
91
tetapi menganggap keluhan yang dialaminya adalah penyakit umum yang juga dirasakan atau dialami oleh kelompok umur yang lain. Mengingat usia harapan hidup wanita Indonesia yang semakin tinggi, telah mencapai lebih dari 70 tahun sementara penurunan kadar estrogen dalam tubuh telah dimulai sejak usia 35 tahun. Kadar estrogen
akan menetap setelah
menopause sekitar 5 pg/ml sehingga wanita Indonesia sangat berisiko untuk terkena efek jangka panjang akibat kekurangan estrogen seperti angka kejadian patah tulang, penyakit jantung koroner, stroke, demensia dan kanker usus besar yang semakin meningkat (Said, 2004). Saat ini Indonesia dihadapkan pada beban ganda penyakit, pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti TB, ISPA, malaria, diare, dan penyakit kulit. Pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes mellitus. Dengan demikian telah terjadi transisi epidemiologi dan menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden). Dengan terjadinya beban ganda yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan struktur penduduk yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut, akan mempengaruhi jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa datang. Perhatian terhadap wanita menjelang menopause ini sudah saatnya mendapatkan perhatian yang berarti dari pemerintah, salah satunya dibutuhkan suatu peningkatan pengetahuan dan keterampilan para dokter umum dan spesialis
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
92
tentang bagaimana menangani wanita menopause. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pendidikan menopause dasar, menengah dan lanjutan secara berkala dan mengadakan pembahasan perkembangan terbaru dalam menangani kasuskasus menopause dari segala aspek ilmu pengetahuan dan teknologi. Diperlukan suatu kebijakan kesehatan untuk mensosialisasikan masa klimakterium sebagai masa dalam siklus kehidupan wanita. Pada masa ini wanita akan mengalami berbagai keluhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya dan dibutuhkan suatu kebijakan kesehatan dalam membuka klinik untuk konseling dan penanganan menopause di kota Pematangsiantar, sehingga dapat diharapkan wanita-wanita lansia yang ada di kota Pematangsiantar tetap sehat di masa tuanya. Dengan demikian fasilitas pelayanan yang dikunjungi pun sesuai dengan keadaan yang dialami. 5.2.1.4. Hubungan tingkat pengetahuan tentang masa klimakterium dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan Hasil penelitian yang diperoleh tentang hubungan tingkat pengetahuan responden tentang masa klimakterium dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, dengan uji Exact Fisher diperoleh hasil (p = 0,00), artinya bahwa ada hubungan yang bermakna diantara kedua variable tersebut. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
93
Fasilitas pelayanan kesehatan akan dicari oleh masyarakat ketika dia merasakan ada suatu kebutuhan yang ingin dipenuhinya dimana secara umum kondisi kesehatannya terganggu dan hal ini menjadi factor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan. Pendapat Hanafiah (1999) yang
mengutarakan
berbagai hasil penelitian terdahulu bahwa pengetahuan ibu tentang gejala-gejala klimakterium sangat rendah serta berbedanya keluhan sindrom klimakterik yang dialami tiap-tiap wanita. Wanita tidak mengenali gejala-gejala yang ditimbulkan sehubungan dengan masa perimenopause, gejala yang terjadi dianggap suatu masalah yang biasa karena kadang-kadang gejala hilang timbul sehingga merasa tidak perlu bantuan pelayanan kesehatan. Akan tetapi walaupun wanita mempunyai pengetahuan yang kurang tentang masa klimakterium, jika gejala-gejala klimakterium yang dirasakannnya benar-benar telah mengganggu fisiknya maka dia akan membutuhkan pertolongan pelayan kesehatan untuk mengatasi gejala yang dialaminya. Pendapat Hutapea (2004), menyatakan bahwa masalah yang timbul pada masa menopause masih belum merupakan keluhan yang berarti di kalangan wanita pasca usia subur di Indonesia, terbukti dari pengalaman klinik menopause dan dari berbagai sumber di Indonesia yang menunjukkan bahwa masalah menopause masih belum popular. Hal ini diduga terjadi oleh karena situasi sosial dan kebudayaan masyarakat yang memperlakukan orangtua sebagai orang yang harus dihormati sehingga walaupun gangguan-gangguan fisik yang ringan atau
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
94
sedang itu timbul akan terkalahkan oleh perasaan aman, dihargai dan perasaan masih berfungsi. Pengetahuan yang dimiliki terutama pengetahuan tentang kesehatan akan mampu mengubah perilaku kearah hidup sehat, dimana hal tersebut sangat diperlukan demi menunjang kualitas hidupnya dimasa tua atau lanjut usia sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Upaya sosialisasi berupa pendidikan kesehatan tentang masa klimakterium didapatkan
wanita dengan melakukan penginderaan terhadap objek tersebut.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan
wanita
tentang
masa
perimenopause
sangat
perlu
disosialisasikan mengingat usia pada masa perimenopause masih digolongkan usia produktif bila ditinjau dari segi produktivitas kerja, wanita akan kehilangan hari-hari produktifnya bila mengabaikan keluhan-keluhan klimakterik yang dialaminya. Hari-hari kerja akan hilang bila gejala timbul atau ibu tetap bekerja tetapi tidak maksimal, hal ini akan menyebabkan kerugian pada produksi kerja yang turut juga merugikan perusahaan atau instansi lain dimana wanita tersebut bekerja.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
95
Selain hal tersebut di atas, mengabaikan gejala-gejala awal masa perimenopause akan menutup pengetahuan wanita tentang apa yaang sedang dialaminya dan apa penyebabnya. Perlu difikirkan dampak jangka panjang oleh karena kekurangan estrogen dalam waktu yang lama yang akan berakibat pada penyakit-penyakit yang lebih berat seperti osteoporosis, penyakit jantung koroner dan penyakit lain yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas wanita atau wanita akan hidup dengan cacat oleh karena masalah osteoporosis yang pada saat ini prevalensinya tinggi. Hal ini akan menimbulkan masalah baru karena wanita tersebut akan menjadi beban di dalam keluarga atau beban di dalam masyarakat. Aspek pengetahuan tentang masa klimakterium ini sangat penting sekali diinformasikan bagi wanita sehubungan dengan adanya berbagai keluhan yang dapat mengganggu fisik dan psikologisnya. Ditambah lagi, responden yang dapat menjawab dengan tepat pertanyaan-pertanyaan untuk menilai pengetahuannya tentang masa klimakterium masih sangat rendah. Diharapkan dengan intervensi memberikan
penyuluhan
tentang
masa
klimakterium,
wanita
di
Kota
Pematangsiantar dapat memahami dan mengenali organ reproduksinya dan apa yang akan terjadi pada organ tersebut ketika usia wanita sudah memasuki usia menjelang menopause. 5.2.1.5. Hubungan Status Menopause dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.
Hasil penelitian yang diperoleh tentang hubungan status menopause dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, dengan uji Chi Square diperoleh hasil
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
96
(p = 0,120) artinya tidak ada hubungan antara status menopause dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Keluhan klimakterik akan terjadi sebelum dan sesudah menopause dan dengan semakin meningkatnya usia, keluhan-keluhan jangka pendek pada sindrom klimakterium akan semakin berkurang dan bahkan 3-4 tahun setelah menopause gejala tersebut akan hilang (Baziad, 2003). Penyakit baru akan timbul sehubungan dengan faktor risiko menopause karena wanita hidup dengan kadar estrogen yang sangat kurang di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama di mana usia harapan hidup yang semakin tinggi dengan demikian wanita akan dihadapkan pada kejadian keropos tulang yang pada saat ini insidensnya cukup tinggi pada wanita yang telah menopause (Rachman et al. 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 132 orang (91 %) yang belum menopause mengalami keluhan klimakterik dan 62 orang (95,4 %) yang telah menopause mengalami keluhan dan diantara responden yang belum menopause yang pergi ke pelayanan kesehatan hanya 55 orang (37,9%) saja dari 132 orang yang mengalami keluhan klimakterik. Hasil penelitian juga menunjukkan tentang berbagai alasan responden yang tidak pergi ke pelayanan kesehatan walaupun mengalami keluhan klimakterik bahwa sebanyak 46,3 % dari responden yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan mempunyai alasan dapat mengatasi sendiri keluhannya.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
97
Keadaan ini menunjukkan bahwa keluhan yang dialami sebelum menopause belum merupakan keluhan yang berat dan mengganggu bahkan tidak mengetahui bahwa keluhan yang dialami tersebut adalah keluhan klimakterik. Sehingga akses responden terhadap pelayanan kesehatan masih rendah dan bahkan hasil uji menyatakan tidak ada hubungan antara status menopause dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, penulis berasumsi respoden masih merasa kuat walaupun gangguan datang dan merasa dapat mengatasinya sendiri tanpa bantuan dari pelayanan kesehatan. Melihat keadaan ini sangat diperlukan suatu intervensi untuk memberikan penyuluhan yang intensive tentang kesehatan reproduksi wanita menjelang menopause dengan penyebaran informasi melalui kegiatan PKK, Perwiritan, Posyandu Lansia ataupun kegiatan-kegiatan lain yang ada di Kelurahan. Intervensi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan wanita tentang keluhan yang dialaminya
pada masa sebelum menopause dan sesudah menopause
sehingga wanita termotivasi untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi. 5.2.1.6. Hubungan Status Perkawinan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian yang diperoleh tentang hubungan status perkawinan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, dengan uji Exact Fisher diperoleh hasil (p = 0,318), artinya bahwa tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
98
Wanita yang telah berkeluarga dan mempunyai pasangan hidup diasumsikan akan mendapatkan perhatian yang lebih dari pasangannya apalagi menyangkut tentang status kesehatan pasangannya, bila salah satu pasangannya berada dalam kondisi sakit maka pasangan yang lain akan segera menyarankan untuk pergi berobat bila dibandingkan dengan wanita yang belum atau tidak mempunyai pasangan. Hal ini mungkin dapat terjadi oleh karena wanita saat ini sudah menyadari pentingnya kesehatan dan kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang tetap harus dipenuhi ditambah lagi karena mayoritas responden yang mengalami keluhan adalah wanita pekerja (adanya beban moral sehubungan dengan tanggung jawab terhadap pekerjaannya), hal ini akan memungkinkan responden segera akses ke pelayanan kesehatan tanpa harus disarankan lebih dulu oleh suami atau keluarganya. Dapat disimpulkan, sudah
ada peningkatan kesadaran wanita dan
pengetahuan tentang hal-hal pokok yang berhubungan dengan kesehatannya sehingga wanita ikut aktif berperan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan dalam arti kata wanita menghargai kemampuan diri sendiri, memberdayakan diri untuk mengembangkan potensi dan motivasi sehingga menjadi manusia yang mandiri dan mempunyai pilihan sendiri. 5.2.2. Analisa Multivariat Hubungan karakteristik responden yang meliputi status menopause, umur, pendidikann, pekerjaan , keluhan klimakterium dan tingkat pengetahuan dengan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
99
pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan uji statistic regresi logistic ganda diperoleh hasil bahwa pekerjaan dan tingkat pengetahuan adalah variabel yang lebih berpengaruh dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan , dengan nilai (p = 0,012) dan (p = 0,000), dan yang lebih dominan mempengaruhi dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan yang dimiliki merupakan faktor yang lebih berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal maka ia lebih cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang. Dari hasil penelitian yang diperoleh tentang aspek pengetahuan tentang masa klimakterium yang meliputi pengetahuan tentang pengertian, penyebab, gejala-gejala dan penanggulangan pada keluhan klimakterium. Hasil yang diperoleh dari 13 butir pertanyaan, hanya 27 orang (12,8 %) saja yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan ditemukan sebanyak 108 orang yang mempunyai keluhan klimakterik tetapi tidak membutuhkan pelayanan kesehatan (tabel 4.12) dan adapun alasan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan ada sebanyak 50 orang (46,3 %) dan menyatakan dapat mengatasi sendiri. Pelayanan kesehatan yang dikunjungi responden dengan keluhan klimakterium, yang pergi ke Dokter spesialis Obstetrik dan Ginekologi hanya 3 orang (3,5%). Hal ini menunjukkan belum diketahuinya tempat pelayanan yang tepat untuk mengatasi keluhannya dan hal ini terjadi oleh karena masih kurangnya
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
100
pengetahuan tentang masa klimakterik dengan berbagai masalah dan dampak yang akan terjadi setelah menopause. Hasil perhitungan peluang pada tabel 4.17 dapat disimpulkan responden yang berpengetahuan baik dan bekerja mempunyai peluang sebesar 93,4 %, yang berpengetahuan baik dan tidak bekerja mempunyai peluang sebesar 85,5 % dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Responden yang berpengetahuan sedang dan bekerja mempunyai peluang sebesar 74,6 %, yang berpengetahuan sedang dan tidak bekerja mempunyai peluang 55 % dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Responden yang berpengetahuan kurang dan bekerja mempunyai peluang sebesar 37,9%, yang berpengetahuan kurang dan tidak bekerja mempunyai peluang 20,3% dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dengan mempertimbangkan faktor tersebut di atas maka salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan yang intensive kepada kelompok wanita pra lansia dan keluarganya terutama yang berkaitan dengan siklus hidup seorang wanita, organ reproduksi wanita, keluhankeluhan yang akan dihadapi menjelang menopause dan dampak yang akan terjadi setelah menopause. Hasil penelitian tentang jenis pelayanan yang di dapat sehubungan dengan keluhan klimakterik yang dialami (tabel 4.8), semua pelayanan kesehatan yang didapat oleh responden adalah jenis pelayanan umum yang belum ada hubungannya dengan keluhan yang dialami (pelayanan yang didapat masih pelayanan yang bersifat umum saja). Hal ini menunjukkan bahwa saat ini masalah
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
101
klimakterium belum mendapatkan perhatian yang berarti, hal ini juga dapat dilihat, bahwa tidak satupun dari fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kota Pematangsiantar yang mempunyai unit pelayanan khusus menopause dimana pelayanan kesehatan di kota Pematangsiantar mempunyai 8 (delapan) Rumah Sakit dan 17 Puskesmas. Melihat belum adanya perhatian terhadap masalah kesehatan reproduksi wanita pada kelompok usia ini, sementara terdapat kecenderungan peningkatan jumlah wanita yang mengalami menopause setiap tahunnya. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas wanita pascamenopause. Masih rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan sehubungan dengan keluhan klimakterik yang dialami menyebabkan perlunya suatu kebijakan dalam pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi bagi wanita Pramenopause, Perimenopause, Menopause dan Pasca Menopause di pelayanan kesehatan Kota Pematangsiantar.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
102
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berorientasi pada
tujuan penelitian maka dapat diambil kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1.
Sebanyak 194 responden (92,4 %) mengalami keluhan klimakterik dan yang memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi keluhannya hanya 44,3 %, dengan 95 % Confidence Interval sebesar 33,5-48,5 % .
2.
Hasil analisis Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan (p=0,00), pekerjaan (p=0,00), tingkat pengetahuan (p=0,00) dan keluhan klimakterik yang dialami (p=0,01) wanita perimenopause dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Status menopause dan status perkawinan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3.
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan (p=0,000) dan pekerjaan (p=0,012) berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dan nilai B (β) tertinggi pada pengetahuan β=4,804
sehingga
dapat
disimpulkan
pengetahuan
dominan
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.
102
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
103
6.2.
Saran
1.
Bagi tenaga kesehatan, agar memberikan perhatian khusus bagi wanita yang berada pada masa klimakterium, melalui peningkatan pengetahuan tentang masa klimakterium, dengan cara sosialisasi informasi pada perkumpulan ibu-ibu (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, perwiritan wanita, Posyandu lansia) agar wanita dapat mempersiapkan dan menyesuaikan diri menghadapi kondisi baru yang dimunculkannya sehingga dapat melaluinya dengan baik tanpa gangguan yang berarti.
2.
Bagi pemerintah kota Pematangsiantar, khususnya Kepala Dinas kesehatan Kota Pematangsiantar agar dapat memperluas pelayanan kesehatan bagi wanita melalui pengadaan poliklinik dan konseling menopause di fasilitasfasilitas pelayanan kesehatan guna mendapatkan pelayanan yang tepat.
3.
Perlunya pelatihan dan penyegaran bagi tenaga-tenaga kesehatan mulai dari paramedis, penyuluh kesehatan dan medis dalam memberikan konseling terhadap masalah klimakterik sebagai wujud perhatian terhadap masalah kesehatan reproduksi wanita terutama wanita yang berada pada kurun usia klimakterium di kota Pematangsiantar.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
104
DAFTAR KEPUSTAKAAN Agoestina, T. (1999) Pengaruh Menopause terhadap Kualitas Hidup Wanita. Seminar Sehari Menopause: Dengan Terapi Hormon Pengganti Memperbaiki Kualitas Hidup Wanita. Bandung. Andersen R, Newman F.J, (1974), Societal and Individual Determinants of Medical Care Utilization in the United States. Andra
(2007) Menopause, vol. 6 no. 11, Juni 2007. Tersedia dalam http://www.majalah farmacia.com (Akses 5 Maret 2008)
Angkasa, (2005) Profil Perempuan Menopause di Indonesia dan Pengetahuan Mengenai Terap Sulih Hormon. Tersedia dalam: http://www.opac themes.co.id (Akses 5 Maret 2008) Ariawan, I. (1996), Tinjauan Statistik Metode Survei Cepat. Jakarta: FKM-UI dan Pusdakes Depkes RI. Arikunto S. (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi 5, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Azhar B.M. (2004) Hubungan Usia Menopause dengan Usia Menars dan Paritas pada Wanita Usia 45-55 tahun di Kecamatan Kemuning Palembang. JKk, vol 36. Azwar S. (1995), Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2, Penerbit Pustaka Pelajar, Yokyakarta. Badan Pusat Statistik, (2006) Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota, Provinsi Sumatera Utara.
Menurut
Jenis
Kelamin
di
Badan Pusat Statistik (2008), Pematangsiantar dalam Angka, In Figures 2008. Baziad, A (2003) Menopause dan Andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Burger, H. G., Dudley, E. C., Roberyson, D. M. and Dennerstein, L. (2002) Hormonal Changes in The Menopause Transition, The endocrine Society. Available from http://www.endojournal.org/indonesia (Accessed 19 November 2007).
104 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
105
Departemen Kesehatan RI (2005) Anemia, Menopause dan Osteoporosis Banyak Serang Wanita. Tersedia dalam http://www.warnasif.co.id (Diakses, 20 Maret 2008). de Vries E., den Tonkelaar I., van Noord, P. A. H., van der Schouw Y. T., te Velde, E. R., (2001) Oral Contraceptive Use in Relation to age at Menopause in the DOM cohort, The Europen Menopause Journal, pp.1657-1662. Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar, (2008) Profil Kesehatan Kota Pematang Siantar Tahun 2007 Pematang Siantar. Everett, S (2007), Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif, edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Foster,G.M., Anderson, B.G. (1986), Antropologi Kesehatan, terjemahan, Universitas Indonesia, Jakarta. Greandale, G. A., Lee. N. P., Arriola, E. R. (1999) The Menopause, The Lancet; Feb 13 hal, 353, 9152. Hanafiah, J.M. (1999) Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita Menopause, Medika, vol. 1, pp. 33-38. Hidayat, A., (2005) Aspek Biopsikososial Menopause ; in Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Hosking D, Chilvers CED, Christiansen C, Ravn P, Wasnich R, Ross P, et al. Prevention of bone loss with alendronate in postmenopausal women under 60 years of age. N Engl J Med 1998;338:485-92 Hutapea, H. (1998) Memberdayakan Wanita Menopause Menyongsong Era Globalisasi, Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, vol.2. pp. 145-154. Irawati T, (2002), Seri Perempuan Mengenai Dirinya : Informasi Kesehtan Reproduksi Wanita, Jakarta, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Forum Kesehatan Perempuan dan Ford Fondation. Kasdu D, (2002) Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause, Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta Kaunitz, A. M. (2001) Oral Contraceptive Use in Perimenopause. Departement of Obstetrics and Gynecology, University of Florida Health Science Center.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
106
Khomsan, A. (2002) Dampak Terapi Estrogen Pada Wanita Menopause. Tersedia dalam http://www.menop. co.id (Diakses 7 April 2008). Medical Record (2007), Rumah Sakit Umum Dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar. Manuaba, I. B. G, (2002) Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Arcan Yokyakarta. Muharam (2007), Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI), Jakarta 21-22 April 2007, Jakarta Notoatmodjo, S., (1982), Perilaku Sakit dan Hubungannya dengan Usaha Penyembuhann, Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kamis Kabupaten Tangerang, Jakarta. Notoatmodjo, S. (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Cipta Rineka. Priyo S.H, (2006), Pengolahan Data Uji Instrumen,Modul I, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Rachman, A. I. (2000) Perubahan Tubuh Menjelang Menopause dan Gejala serta Tanda yang Menyertainya, in : Menopause: masalah dan penanggulangannya; ed. Pakasi S. L, edisi 2, FK-UI, Jakarta. Rachman A.I., Soewondo P.,Setiadi S., Kusumawijaya K., Baziad A., Witjaksono J., Sukarya S.W., L.F.Silvia, et al., Terapi Sulih Hormon pada Wanita Perimenopause, Health Technology Assesment (HTA), Indonesia 2004. Rachmawati E. (2008), Penanganan Menopause di Asia Belum Optimal, Tersedia dalam http://www.kompas com. (Diakses Kamis 10 Juli 2008) Rambulangi J., Tantangan, Harapan dan Pengobatan Alternatif dalam Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Hidup Menopause, Suplement, vol. 26 No.3 Juli – September 2005. Riduwan (2008), Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. Said, U. (2004) Penundaan Umur Menopause Pada Pemakaian Kontrasepsi Oral di Palembang. JKK, vol.36.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
107
Said U, (2004), Simposium Pengaruh Hormonal pada Kualitas Kehidupan, Dies Natalis FK UNSRI ke 42. Palembang 2 Oktober 2004. Singarimbun, M., (1989) Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3S Jakarta. Utomo, I (2005), Jadikan Kongres PERMI sebagai wahana peningkatan kualitas hidup, dalam http://www.d-infokom-jatim.go.id/news.php?id, Kamis, 3 Pebruari 2005 15:54:26. Velde, E. R. Dorland, M. Broekmands, F. J. (1998) Age at Menopause as Marker of Reproductive Ageing, The Europen Menopause Journal, pp. 119-125. Wiknyosastro, H, Syaifuddin BA, Rachimhadhi, T, Ilmu Kandungan edisi 2, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997. Wiknyosastro, H. (2005) Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Wilopo, S.A., (2006) Perkembangan Tehnologi Kontrasepsi Terkini, Makalah Seminar “Contraceptive Tecnologi Update”, 9 September 2006, Fakultas Kedokteran UGM Yokyakarta.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
108
KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA PERIMENOPAUSE DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2009 Nomor Responden :
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Ibu 2. Agama 3. Alamat 4. Usia 5. Pendidikan 6. Pekerjaan 7. Status Perkawinan
: : : : : : : Kawin/Tidak Kawin
II. RIWAYAT OBSTETRI/GINEKOLOGI 1. Usia Menarche : ……………………………………….. 2. Riwayak Kehamilan : G…….A………P…….. 3. Riwayat Penyakit Obgin :……………………………………….. 4. Jumlah anak Hidup : ………………………………………. 5. Usia haid terakhir, a. Apakah ibu sudah berhenti haid, (selama 12 bulan berturut-turut) ? Ya/Tidak b. Umur berapa ibu berhenti haid ? ………../ thn. 6. Riwayat Pemakaian alat kontrasepsi, a. Selama ini apakah ibu memakai alat kontrasepsi ? b. Apa jenis alat kontrasepsi yang pernah ibu pakai ? 1. Pil 3. Spiral (IUD) 2. Suntik 4. Susuk (Implant) c. Berapa lama ibu memakai alat kontrasepsi tersebut ? (ditanyakan sesuai dengan jenis alkon yang dipakai). ……………………………………………………………………………
108 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
109
III. Keluhan Klimakterik Yang Dialami Ibu : Keluhan/Gejala Klimakterium
Pernah Perlu Pelayanan mengalami/merasakan Kesehatan Ya Tidak Ya Tidak
1. Kaki kesemutan 2. Mudah marah 3. Gerah (Hot Flushes) 4. Jantung berdebar-debar 5. Depresi/Putus asa 6. Gelisah dan Cemas 7. Sulit Tidur 8. Sakit kepala 9. Hilang gairah seksual 10. Tidak konsentrasi 11. Linu/ngilu pada sendi-sendi 12. Nyeri otot/urat (myalgia) 13. Kesulitan mencapai orgasme 14. Nyeri saat senggama 15. Sering kencing/tidak tertahan 16. Berkeringat waktu malam 17.Berat badan menurun 18. Kelebihan berat badan 19. Lain-lain ………………………
IV. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dimanfaatkan 1. Bila ibu merasakan keluhan/gejala klimakterik, perlukah ibu mencari bantuan Perlu / Tidak perlu (Bila jawaban perlu lanjut ke pertayaan no.2) (Bila jawaban tidak perlu lanjut ke pertanyaan no. 7) 2.
Kemana ibu pergi mencari bantuan tersebut ? (a) Puskesmas (b) Rumah sakit (c) Praktek Bidan (d) Praktek dokter umum
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
110
(e) Praktek dokter spesialis kandungan (f) lain-lain :…………………………………… 3. (Ketika memanfaatkan pelayanan kesehatan), jenis pelayanan yang didapat : (a) pemeriksaan tekanan darah (b) timbang berat badan (c) pemeriksaan laboratorium (d) pengobatan (e) lain-lain………………………….. 4. Sehubungan dengan keluhan yang ibu alami, pemeriksaan apa yang ibu inginkan untuk dilakukan? (a) pemeriksaan paps smear (b) mammografi (pemeriksaan payudara) (c) pemeriksaan massa tulang (d) lain-lain………………………………………….. 5.
Siapa yang menyarankan ibu untuk pergi berobat ? (a). pergi atas kemauan sendiri (b) keluarga (anak, suami, saudara) (c). teman, tetangga
6.
Bila pergi berobat, apakah ibu memanfaatkan jasa asuransi kesehatan : Ya / Tidak
7.
Apa alasan ibu bila menyatakan tidak perlu mencari bantuan ke pelayanan kesehatan? (a) Tidak punya dana (b) Jarak tempuh ke fasilitas pelayanan (c) Kelengkapan alat pemeriksaan (d) Keramahan Petugas (e) Lain-lain………………….
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
111
V. ASPEK PENGETAHUAN 1.
Apa yang dimaksud dengan menopause : a. berhentinya haid secara menetap b. berhentinya haid c. masa tua bagi wanita
2.
Suatu masa yang dilalui wanita dengan berbagai gangguan pada tubuh dialami sebelum dan sesudah berhenti haid,disebut dengan masa: a. masa klimakterium b. masa menopause c. masa usia lanjut
3. Apakah yang menyebabkan berhentinya haid/menopause : a. adanya penurunan produksi hormone kewanitaan b. dimulainya proses penuaan sehingga terjadi penurunan stamina c. organ tubuh sudah mulai menua 4. Gejala apa saja yang dirasakan dan mengganggu fisik/tubuh menjelang masa menopause (gerah, kaki kesemutan, jantung berdebar-debar, keringat banyak pada malam hari, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, kencing tak tertahan, linu ngilu pada sendi): a. dapat menyebutkan tiga gangguan b. dapat menyebutkan dua gangguan c. dapat menyebutkan satu gangguan 5. Gejala apa saja yang dirasakan dan mengganggu fikiran/kejiwaan menjelang menopause (susah tidur,sulit mengambil keputusan,pelupa, kurang percaya diri, lemas,sulit konsentrasi, gampang tersinggung, mudah marah) : a. dapat menyebutkan tiga gangguan b. dapat menyebutkan dua gangguan c. dapat menyebutkan satu gangguan 6. Apa yang menyebabkan keluhan2 pada masa menopause dapat mengganggu fikiran? a. karena sakit yang dialami dan tidak siap menerima masa menopause b. ketidaksiapan menerima masa terjadinya menopause c. merasa daya tarik sudah mulai berkurang 7. Akibat apa yang dapat terjadi bila keluhan menjelang menopause terabaikan ? a. dapat dihadapkan pada keadaan yang semakin berat dan mempengaruhi kesehatan pada masa yang akan datang. b. dapat dihadapkan pada keluhan yang sifatnya hilang timbul c. dapat merasakan keluhan sepanjang hidupnya
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
112
8. Pemeriksaan apa menurut ibu yang sangat dibutuhkan wanita menjelang menopause? a. pemeriksaan tubuh secara umum ditambah dengan pemeriksaan kekuatan tulang, payudara dan papsmear. b. pemeriksaan umum dan papsmear c. pemeriksaan darah lengkap 9. Pengobatan apa yang ibu ketahui diberi pada wanita dengan keluhan menjelang menopause? a. hormone pengganti/hormone replacement theraphy b. obat-obat yang diberi untuk mengatasi keluhan c. vitamin sebagai penambah stamina 10. Menurut ibu, apa tujuan pengobatan tersebut dilakukan ? a. untuk menambah hormone yang kurang b. untuk menghilangkan gejala yang dialami c. untuk menambah stamina 11. Jenis makanan apa menurut ibu yang sangat diperlukan tubuh wanita dalam memenuhi kekurangan hormon kewanitaan tersebut? a.tumbuhan polong terutama kedelai dengan olahan susu, tempe, tofu, bijibijian, tauge, sayuran b. makanan seimbang dengan kadar lemak rendah dan Kalsium c. makanan seimbang dan tinggi protein 12. Menurut ibu masalah apa yang terjadi bila kekurangan hormon kewanitaan diabaikan dalam waktu yang lama? a. ibu berisiko terkena keropos tulang,jantung koroner dan stroke. b. berisiko terkena keropos tulang c. berisiko menghadapi berbagai penyakit 13. Pemberian hormon pengganti dalam waktu yang lama tentunya mempunyai efek, menurut ibu efek apa yang dapat terjadi ? a. dapat menimbulkan keganasan berupa Ca.Mammae b. dapat menyebabkan Ca.Cerviks c. dapat menyebabkan ketergantungan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
120
Lampiran 8 Print Out Univariat, Bivariat dan Multivariat Print Out Univariat Agama
Valid
Islam
Frequency 73
Percent 34.8
Valid Percent 34.8
Cumulative Percent 34.8
30
14.3
14.3
49.0
104
49.5
49.5
98.6 100.0
Katolik Protestan Budha Total
3
1.4
1.4
210
100.0
100.0
Tingkat Pendidikan Ibu
Valid
Frequency 32
Percent 15.2
Valid Percent 15.2
Cumulative Percent 15.2
SLTP
38
18.1
18.1
33.3
SLTA
99
47.1
47.1
80.5
PT
41
19.5
19.5
100.0
210
100.0
100.0
SD
Total
Tingkat Pendidikan Ibu
Valid
Tinggi (SLTA, PT) Rendah (SD,SLTP) Total
Frequency 140
Percent 66.7
Valid Percent 66.7
70
33.3
33.3
210
100.0
100.0
Cumulative Percent 66.7 100.0
Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah
Valid
Ibu Bekerja Ibu Rumah Tangga Total
Frequency 138
Percent 65.7
Valid Percent 65.7
72
34.3
34.3
210
100.0
100.0
Cumulative Percent 65.7 100.0
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
121
Jenis pekerjaan ibu
Valid
Cumulative Percent 25.7
PNS/TNI/POLRI Pegawai swasta
12
5.7
5.7
31.4
Wiraswasta
55
26.2
26.2
57.6
Karyawan Petani IRT Total
Percent 25.7
Valid Percent 25.7
Frequency 54
1
.5
.5
58.1
16
7.6
7.6
65.7 100.0
72
34.3
34.3
210
100.0
100.0
Status Perkawinan Ibu
Valid
Frequency 205
Kawin Tidak Kawin Total
Percent 97.6
Valid Percent 97.6
5
2.4
2.4
210
100.0
100.0
Cumulative Percent 97.6 100.0
Usia Saat Dilakukan Penelitian
Valid
46
Frequency 53
Percent 25.2
Valid Percent 25.2
Cumulative Percent 25.2
47
21
10.0
10.0
35.2
48
21
10.0
10.0
45.2
49
23
11.0
11.0
56.2
50
29
13.8
13.8
70.0
51
15
7.1
7.1
77.1
52
11
5.2
5.2
82.4
53
12
5.7
5.7
88.1
54
14
6.7
6.7
94.8
55
11
5.2
5.2
100.0
210
100.0
100.0
Total
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
122
Usia pertama kali menstruasi
Valid
11
Frequency 4
Percent 1.9
Valid Percent 1.9
Cumulative Percent 1.9
12
51
24.3
24.3
26.2
13
44
21.0
21.0
47.1
14
44
21,0
21,0
68.1
15
35
16.7
16.7
84.8
16
20
9.5
9.5
94.3
17
9
4.3
4.3
98.6
18
3
1.4
1.4
100,0
Total
210
100.0
100.0
Frekuensi Hamil
Valid
Cumulative Percent
0
Frequency 8
Percent 3.8
Valid Percent 3.8
1
5
2.4
2.4
6.2
2
20
9.5
9.5
15.7
3
35
16.7
16.7
32.4
4
53
25.2
25.2
57.6
5
41
19.5
19.5
77.1
6
25
11.9
11.9
89.0
7
11
5.2
5.2
94.3
8
6
2.9
2.9
97.1
9
3
1.4
1.4
98.6
10
3
1.4
1.4
100.0
210
100.0
100.0
Total
3.8
Frekuensi Abortus
Frequency Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
0
173
82.4
82.4
82.4
1
25
11.9
11.9
94.3
2
7
3.3
3.3
97.6
3
5 210
2.4 100.0
2.4 100.0
100.0
Total
Percent
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
123
Usia Ibu Berhenti Haid
Frequency Valid
Percent
35
2
39 40
Cumulative Percent
Valid Percent
1.0
3.1
3.1
1
.5
1.5
4.6
2
1.0
3.1
7.7
41
2
1.0
3.1
10.8
42
6
2.9
9.2
20.0
43
4
1.9
6.2
26.2
44
9
4.3
13.8
40.0
45
14
6.7
21.5
61.5
46
7
3.3
10.8
72.3
47
6
2.9
9.2
81.5
48
6
2.9
9.2
90.8
49
4
1.9
6.2
96.9
51
1
.5
1.5
98.5 100.0
53 Total
1
.5
1.5
65
31.0
100.0
Riwayat Penyakit Obstetri dan ginekologi
Valid
Frequency 10
Ada
Percent 4.8
Valid Percent 4.8
Cumulative Percent 4.8 100.0
Tidak Ada
200
95.2
95.2
Total
210
100.0
100.0
Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik
Valid
mengalami tidak mengalami Total
Frequency 194
Percent 92.4
Valid Percent 92.4
16
7.6
7.6
210
100.0
100.0
Cumulative Percent 92.4 100.0
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
124
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Valid
Frequency 86
Percent 41.0
Non Pelayanan Kesehatan
124
59.0
59.0
Total
210
100.0
100.0
Pelayanan Kesehatan
Cumulative Percent 41.0
Valid Percent 41.0
100.0
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dikunjungi
Valid
Frequency 24
Puskesmas
Valid Percent 27.9
Cumulative Percent 27.9
Rumah sakit
13
6.2
15.1
43.0
Praktek Bidan
26
12.4
30.2
73.3
Praktek Dokter Umum
12
5.7
14.0
87.2
Praktek Dokter Spesialis Obgyn
3
1.4
3.5
90.7
Praktek Dokter Spesialis Syaraf
3
1.4
3.5
94.2
Praktek Dokter Spesialis Jantung
2
1.0
2.3
96.5
Dokter Penyakit Dalam
3
1.4
3.5
100.0
100.0
Total Missing
Percent 11.4
System
Total
86
41.0
124
59.0
210
100.0
Yang Menyarankan Ibu Berobat
Valid
Frequency Kemauan Sendiri 52 Keluarga (anak, 21 suami,saudara)
Percent 24.8 10.0
Valid Percent 60.5 24.4
84.9 100.0
Teman, tetangga
13
6.2
15.1
Total
86
41.0
100.0
Missing System
124
59.0
Total
210
100.0
Cumulative Percent 60.5
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
125
Jenis Asuransi yang digunakan
Valid
Ya
Frequency 33
Percent 15.7
Valid Percent 38.4
Cumulative Percent 38.4
53
25.2
61.6
100.0
100.0
Tidak Total Missing
System
Total
86
41.0
124
59.0
210
100.0
Alasan tidak perlu mencari bantuan yankes
Tidak Punya dana
Valid
Frequency 34
Valid Percent 31.5
Cumulative Percent 31.5
Jarak Tempuh ke fasilitas kesehatan
4
1.9
3.7
35.2
Kelengkapan alat pemeriksaan
8
3.8
7.4
42.6
Keramahan Petugas
2
1.0
1.9
44.4
Dapat diatasi sendiri
50
23.8
46.3
90.7
1
.5
.9
91.7 100.0
tidak ada keluhan Takut makan obat Missing
Percent 16.2
9
4.3
8.3
Total
108
51.4
100.0
System
102
48.6
210
100.0
Total
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Masa Klimakterium
Valid
Baik ( 33) Sedang (24-32) Kurang (23) Total
Frequency 8
Percent 3.8
Valid Percent 3.8
Cumulative Percent 3.8
40
19.1
19.1
22,9
162
77.1
77.1
100.0
210
100.0
100.0
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
126
Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik * Pemanfaatan asuransi Kesehatan Pemanfaatan asuransi Kesehatan Ya Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik
Ya
Count
% within Ibu mengalami/merasak an keluhan klimakterik % of Total Total
Tidak
Total
Count % within Ibu mengalami/merasak an keluhan klimakterik % of Total
33
53
86
38.4%
61.6%
100.0%
38.4%
61.6%
100.0%
33
53
86
38.4%
61.6%
100.0%
38.4%
61.6%
100.0%
Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah * Pemanfaatan asuransi Kesehatan Pemanfaatan asuransi Kesehatan Ya Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah
Ibu Bekerja
Count % within Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah % of Total
Total
Count % within Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah % of Total
Ya
Count
% within Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah % of Total Ibu Rumah Tangga
Tidak
Total
27
43
70
38.6%
61.4%
100.0%
31.4%
50.0%
81.4%
6
10
16
37.5%
62.5%
100.0%
7.0%
11.6%
18.6%
33
53
86
38.4%
61.6%
100.0%
38.4%
61.6%
100.0%
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
127
Print Out Bivariat Tingkat Pendidikan Ibu * Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Crosstab
Tingkat Pendidikan Ibu
Rendah (SLTA,SD)
Tinggi (SLTA, PT)
Total
Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan Ibu % of Total Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan Ibu % of Total Count Expected Count % within Tingkat Pendidikan Ibu % of Total
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan 54 16 41.3 28.7
Total 70 70.0
77.1%
22.9%
100.0%
25.7% 70 82.7
7.6% 70 57.3
33.3% 140 140.0
50.0%
50.0%
100.0%
33.3% 124 124.0
33.3% 86 86.0
66.7% 210 210.0
59.0%
41.0%
100.0%
59.0%
41.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 14.218b 13.118 14.870
14.150
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
.000
210
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28. 67.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
128
Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah * Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Crosstab
Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah
Total
Ibu Rumah Tangga Count Expected Count % within Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah % of Total Ibu bekerja Count Expected Count % within Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah % of Total Count Expected Count % within Jenis Pekerjaan Yang Mendapatkan Upah % of Total
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan 56 16 42.5 29.5
Total 72 72.0
77.8%
22.2%
100.0%
26.7% 68 81.5
7.6% 70 56.5
34.3% 138 138.0
49.3%
50.7%
100.0%
32.4% 124 124.0
33.3% 86 86.0
65.7% 210 210.0
59.0%
41.0%
100.0%
59.0%
41.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
Value 15.895b 14.739 16.650
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
Exact Sig. (2-sided)
.000 15.820
1
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
210
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29. 49.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
129
Status Perkawinan Ibu * Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Crosstab
Status Perkawinan Ibu
Tidak Kawin
Kawin
Total
Count Expected Count % within Status Perkawinan Ibu % of Total Count Expected Count % within Status Perkawinan Ibu % of Total Count Expected Count % within Status Perkawinan Ibu % of Total
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan 4 1 3.0 2.0
Total 5 5.0
80.0%
20.0%
100.0%
1.9% 120 121.0
.5% 85 84.0
2.4% 205 205.0
58.5%
41.5%
100.0%
57.1% 124 124.0
40.5% 86 86.0
97.6% 210 210.0
59.0%
41.0%
100.0%
59.0%
41.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value .930b .254 1.018
.925
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .335 .614 .313
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.651
.318
.336
210
a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2. 05.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
130
Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik * Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Crosstab
Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik
tidak mengalami
mengalami
Total
Count Expected Count % within Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik % of Total Count Expected Count % within Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik % of Total Count Expected Count % within Ibu mengalami/merasakan keluhan klimakterik % of Total
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan 16 0 9.4 6.6
Total 16 16.0
100.0%
.0%
100.0%
7.6% 108 114.6
.0% 86 79.4
7.6% 194 194.0
55.7%
44.3%
100.0%
51.4% 124 124.0
41.0% 86 86.0
92.4% 210 210.0
59.0%
41.0%
100.0%
59.0%
41.0%
100.0%
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 12.012b 10.249 17.767
11.955
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .001 .001 .000
.001
210
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6. 55.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
131
Status Telah Menopause atau tidak * Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Crosstab
Status Telah Menopause atau tidak
Menopause
Tidak Menopause
Total
Count Expected Count % within Status Telah Menopause atau tidak % of Total Count Expected Count % within Status Telah Menopause atau tidak % of Total Count Expected Count % within Status Telah Menopause atau tidak % of Total
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan 34 31 38.4 26.6
Total 65 65.0
52.3%
47.7%
100.0%
16.2% 90 85.6
14.8% 55 59.4
31.0% 145 145.0
62.1%
37.9%
100.0%
42.9% 124 124.0
26.2% 86 86.0
69.0% 210 210.0
59.0%
41.0%
100.0%
59.0%
41.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
Value 1.768b 1.388 1.757
1.760
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .184 .239 .185
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.225
.120
.185
210
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26. 62.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
132
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Masa Klimakterium * Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tingkat pengetahuan * Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Crosstabulation
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan Tingkat pengetahuan
23
Count Expected Count
24-32
49
162
95.7
66.3
162.0
69.8%
30.2%
100.0%
% of Total
53.8%
23.3%
77.1%
Count % within Score tingkat pengetahuan % of Total Count Expected Count % within Score tingkat pengetahuan % of Total
Total
113
% within Score tingkat pengetahuan
Expected Count
33
Total Non Pelayanan Kesehatan
Count
10
30
40
23.6
16.4
40.0
25.0%
75.0%
100.0%
4.8%
14.3%
19.0%
1
7
8
4.7
3.3
8.0
12.5%
87.5%
100.0%
.5%
3.3%
3.8%
124
86
210
124.0
86.0
210.0
% within Score tingkat pengetahuan
59.0%
41.0%
100.0%
% of Total
59.0%
41.0%
100.0%
Expected Count
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 34.022(a) 34.599 33.600 32.008(b)
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000
Exact Sig. (2-sided) .000 .000 .000
1
.000
.000
df
Exact Sig. (1-sided)
.000
Point Probability
.000
210
a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.28. b The standardized statistic is 5.658.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
133
Print Out Multivariat a. Tahap Pertama Classification Table(a)
Observed
Predicted Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Step 1
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Non Pelayanan Kesehatan
Percentage Correct Non Pelayanan Kesehatan
108
16
87.1
40
46
53.5
Pelayanan Kesehatan Overall Percentage
73.3
a The cut value is .500 Variables in the Equation
Step 1(a)
Pendidikan
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Lower
Upper
Lower
Upper
95.0% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.834
.372
5.028
1
.025
2.302
1.111
4.771
.973
.375
6.726
1
.010
2.645
1.268
5.517
20.989
9441.956
.000
1
.998
1304688811.677
.000
.
-.680
.358
3.606 1 .058 .507 .251 Pengetahuan 13.16 1.414 .390 1 .000 4.113 1.916 3 Constant -22.353 9441.956 .000 1 .998 .000 a Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Pekerjaan, MengalamiKeluhan, StatusMenopause, Pengetahuan
1.022
Pekerjaan MengalamiKeluhan StatusMenopause
8.830
b. Tahap Kedua Variables in the Equation
Step 1(a)
Pendidikan Pekerjaan MengalamiKeluhan Pengetahuan
B
S.E.
Wald
Lower
Upper
Lower
df Upp er
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
95.0% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.784
.365
4.614
1
.032
2.191
1.071
4.481
.869
.363
5.720
1
.017
2.383
1.170
4.857
21.112
9435.722
.000
1
.998
1475549987.530
.000
.
1.424
.391
13.275
1
.000
4.155
1.931
8.939
Constant
-22.827 9435.722 .000 1 .998 .000 a Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Pekerjaan, MengalamiKeluhan, Pengetahuan
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
134
c.
Tahap Ketiga Variables in the Equation
Step 1(a)
Pendidikan
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Lower
Upper
Lower
Upper
95.0% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.698
.358
3.805
1
.051
2.009
.997
4.049
.774
.356
4.721
1
.030
2.167
1.079
4.355
1.428
.367
15.183
1
.000
4.171
2.034
8.555
-1.748 .363 23.137 1 .000 a Variable(s) entered on step 1: Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan.
.174
Pekerjaan Pengetahuan Constant
d. Tahap Keempat Classification Table(a)
Observed
Predicted Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Non Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Step 1
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Non Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
Percentage Correct Non Pelayanan Kesehatan
113
11
91.1
49
37
43.0
Overall Percentage e.
71.4
a The cut value is .500 Variables in the Equation
Step 1(a)
Pekerjaan
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Lower
Upper
Lower
Upper
.349
6.308
1
Lower
Upper
2.402
1.212
4.760
1.569 .362 18.806 1 .000 .290 22.201 1 .000 1.368 a Variable(s) entered on step 1: Pekerjaan, Pengetahuan.
4.804
2.363
9.764
Constant
.876
95.0% C.I.for EXP(B)
.012
Pengetahuan
f.
B
.255
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
135
Lampiran 9 Output Tabel Distribusi Jawaban Aspek Pengetahuan 1. Pengertian Menopause 1) Apa yang dimaksud dengan menopause :
a. b. c. d.
Pengertian Menopause berhentinya haid secara menetap berhentinya haid masa tua bagi wanita tidak tahu Total
F
%
11
5.2
159 15 25
75.7 7.1 11.9
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aspek pengetahuan ibu tentang pengertian menopause yang mengetahui dengan benar
dengan nilai 3 hanya
hanya 11 Ibu (5,2 %), mengetahui dengan nilai 2 ada sebanyak 159 ibu (75,7 %) dan 25 ibu (11,( %) dengan nilai 1 dan ada sebanyak 25 ibu tidak mengetahui apa itu menopause.
2) Suatu masa yang dilalui wanita dengan berbagai gangguan pada tubuh dialami sebelum dan sesudah berhenti haid,disebut dengan masa :
a. b. c. d.
Alternarif Jawaban masa klimakterium masa menopause masa usia lanjut tidak tahu Total
F 8 74 59
% 3.8 35.2 28.1
69
32.9
210
100.0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada sebanyak 8 ibu (3,8 %) yang mengetahui pengertian klimakterium yaitu dengan nilai 3, sebanyak 74 ibu (35,2%) dengan nilai 2 dan 59 ibu (28,1 %) menjawabnya dengan nilai 1, sedang 69 ibu (32,9 %) tidak mengetahui.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
136
2. Penyebab Menopause 3) Apakah yang menyebabkan berhentinya haid/menopause
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban adanya penurunan produksi hormon kewanitaan dimulainya proses penuaan sehingga terjadi penurunan stamina organ tubuh sudah mulai menua tidak tahu Total
f
%
14
6.7
76
36.2
63 57
30.0 27.1
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 14 ibu (6,7 %) dapat menjawab dengan tepat dengan nilai 3, sebanyak 76 ibu (36,2 %) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 63 ibu (30 %) dengan nilai 1 dan sebanyak 57 ibu (27,1%) menjawab tidak tahu.
4). Gejala apa saja yang dirasakan dan mengganggu fisik/tubuh menjelang masa menopause (gerah, kaki kesemutan, jantung berdebar-debar, keringat banyak pada malam hari, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, kencing tak tertahan, linu ngilu pada sendi)
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban dapat menyebutkan 3 gangguan dapat menyebutkan 2 gangguan dapat menyebutkan 1 gangguan tidak tahu
f 80 60 35 35
% 38.1 28.6 16.7 16.7
Total
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 80 ibu (38,1 %) dapat menyebutkan 3 gejala klimakterium yang menganggu fisik atau tubuh ibu,
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
137
sebanyak 60 ibu (28,6 %) dapat menyebutkan dua gejala, sebanyak 35 ibu 16,7 %) menyebutkan 1 gejala dan 35 ibu tidak mengetahui.
5). Gejala apa saja yang dirasakan dan mengganggu fikiran/kejiwaan menjelang menopause (susah tidur,sulit mengambil keputusan,pelupa, kurang percaya diri, lemas,sulit konsentrasi, gampang tersinggung, mudah marah)
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban dapat menyebutkan 3 gangguan dapat menyebutkan 2 gangguan dapat menyebutkan 1 gangguan tidak tahu
f 40 80 48 42
% 19.0 38.1 22.9 20.0
Total
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang gejala klimakterium yang dapat menganggu kejiwaan, sebanyak 40 ibu (19 %) dapat menyebutkan 3 gejala, sebanyak 80 ibu (38,1 %) dapat menyebutkan 3 gejala, sebanyak 48 ibu (22,9 %) menyebutkan 1 gejala dan 42 ibu (20 %) tidak tahu.
6). Apa yang menyebabkan keluhan-keluhan pada masa menopause dapat mengganggu fikiran?
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban karena rasa sakit yang dialami dan tidak siap menerima masa menopause ketidaksiapan menerima terjadinya menopause merasa daya tarik sudah mulai berkurang tidak tahu Total
f
%
25
11.9
37 42 106
17.6 20.0 50.5
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu tentang hal yang menyebabkan keluhan-keluhan pada menopause dapat mengganggu fikiran,
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
138
sebanyak 25 ibu (11,9 %) menjawab dengan tepat, sebanyak 37 ibu (17,6 %) dengan nilai 2, sebanyak 42 ibu (20 %) dengan nilai 1 dan tidak tahu sebanyak 106 ibu (50,5 %).
7). Akibat apa yang dapat terjadi bila keluhan menjelang menopause terabaikan? Alternatif Jawaban dapat dihadapkan pada keluhan yang semakin berat dan mempengaruhi kesehatan pada masa yad dapat dihadapkan pada keluhan yang sifatnya hilang timbul dapat merasakan keluhan sepanjang hidupnya tidak tahu
a. b. c. d.
Total
f
%
53
25.2
44
21.0
28 85
13.3 40.5
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 53 ibu (25,2 %) menjawab dengan nilai 3, sebanyak 44 ibu (21 %) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 28 ibu (13,3 %) dengan nilai 1 dan 85 ibu (40,5%) tidak tahu.
8). Pemeriksaan apa menurut ibu yang sangat dibutuhkan wanita menjelang menopause?
a.
b. c. d.
Alternatif Jawaban pemeriksaan tubuh secara umum ditambah dengan pemeriksaan kekuatan tulang,payudara dan papsmear pemeriksaan umum dan papsmear pemeriksaan darah lengkap tidak tahu Total
f
%
33
15.7
57 93 27
27.1 44.3 12.9
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 33 ibu (15,7 %) menjawab dengan nilai 3, sebanyak 57 ibu (27,1%) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 93
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
139
ibu (44,3 %) menjawab dengan nilai 1, dan menjawab tidak tahu ada sebanyak 27 ibu (12,9 %).
9)
Pengobatan apa yang ibu ketahui diberi pada wanita dengan keluhan menjelang menopause?
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban hormon pengganti/hormone replacement therapi obat-obat yang sesuai dengan yang dikeluhkan vitamin sebagai penambah stamina tidak tahu
f 10 47 136 17
% 4.8 22.4 64.8 8.1
Total
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 10 ibu (4,8 %) menjawab dengan nilai 3, sebanyak 47 ibu (22,4 %) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 136 ibu (64,8 %) menjawab dengan nilai 1 dan sebanyak 17 ibu (8,1 %) menjawab tidak tahu. 10).
Menurut ibu, apa tujuan pengobatan tersebut dilakukan ?
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban untuk menambah hormon yang kurang untuk menghilangkan gejala untuk menambah stamina tidak tahu Total
f
%
8
3.8
70 104 28
33.3 49.5 13.3
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 8 ibu (3,8 %) menjawab dengan nilai 3, sebanyak 70 ibu (33,3 %) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 104 ibu (49,5 %) menjawab dengan nilai 1 dan menjawab tidak tahu ada sebanyak 28 ibu (13,3 %).
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
140
11)
a.
b. c. d.
Jenis makanan apa menurut ibu yang sangat diperlukan tubuh wanita dalam memenuhi kekurangan hormon kewanitaan tersebut? Alternatif Jawaban tumbuhan polong terutama kedelai dengan olahan susu,tempe,tofu, biji-bijian,tauge, sayuran. makanan seimbang dengan kadar lemak rendah dan Kalsium makanan seimbang dan tingi protein tidak tahu Total
f
%
43
20.5
61
29.0
18 88
8.6 41.9
210
100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 43 ibu (20,5 %) menjawab dengan nilai 3, sebanyak 61 ibu (29 %) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 18 ibu (8,6 %) menjawab dengan nilai 1 dan sebanyak 88 ibu (41,9 %) menjawab tidak tahu. 12). Menurut ibu masalah apa yang terjadi bila kekurangan hormon kewanitaan diabaikan dalam waktu yang lama?
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban ibu berisiko terkena keropos tulang,penyakit jantung koroner dan stroke berisiko terkena keropos tulang berisiko menghadapi berbagai penyakit tidak tahu Total
f
%
21
10.0
36 16 137 210
17.1 7.6 65.2 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 21 ibu (10 %) menjawab dengan nilai 3, sebanyak 36 ibu (17,1%) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 16 ibu (7,6%) menjawab dengan nilai 1 dan sebanyak 137 (65,2 %) menjawab tidak tahu.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
141
13).
Pemberian hormon pengganti dalam waktu yang lama tentunya mempunyai efek,menurut ibu efek apa yang dapat terjadi ?
a. b. c. d.
Alternatif Jawaban dapat menimbulkan keganasan berupa Ca.mammae dapat menyebabkan Ca.Serviks dapat menyebabkan ketergantungan tidak tahu Total
f
%
4
1.9
7 166 33 210
3.3 79.0 15.7 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 4 ibu (1,9 %) menjawab dengan nilai 3, sebanyak 7 ibu (3,3%) menjawab dengan nilai 2, sebanyak 166 ibu (79 %) menjawab dengan nilai 1 dan sebanyak 33 ibu (15,7 %) menjawab tidak tahu.
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
142
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
Lampiran 10 Perhitungan Confidence Interval
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Sampel Yang Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan 3 2 2 3 3 4 2 0 0 3 4 1 2 2 3 4 5 3 5 4 5 5 0 5 3 3 1 4 2 3 86
Besarnya confidence interval dapat hitung dengan menggunakan formula sbb : 0.017777778 0.751111111 0.751111111 0.017777778 0.017777778 1.284444444 0.751111111 8.217777778 8.217777778 0.017777778 1.284444444 3.484444444 0.751111111 0.751111111 0.017777778 1.284444444 4.551111111 0.017777778 4.551111111 1.284444444 4.551111111 4.551111111 8.217777778 4.551111111 0.017777778 0.017777778 3.484444444 1.284444444 0.751111111 0.017777778 65.46666667
a. Menghitung varians v (p) =
∑
p = proporsi = jumlah unit elementer dengan atribut pada cluster i. n = jumlah cluster m = rata-rata jumlah unit elementer tiap cluster b. Standar error se(p) =
=
∑
dan confidence interval dihitung dengan : (1- α) CI = p ±
dapat
* se (p)
maka besar CI adalah : 95 % CI = 0,41 ± 1,96.(0.039187941) 95 % CI = 0,41 ± 0.07680 atau 95 % CI sebesar 33,3 % - 48,8 %.
142
Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
Lampiran 11 Perhitungan Peluang Perhitungan besar peluang ibu yang memanfaatkan pelayanan kesehatan menurut tingkat pengetahuan dan status pekerjaan Dapat dihitung dengan menggunakan model regresi logistic sebagai berikut : f (Z)
=
,
maka rumusnya P (X) P (X)
=
nilai f(Z) dapat diganti dengan P(X),
, bila Z = α + 1
, maka modelnya :
=
Hasil analisis yang diperoleh dengan paket program statistic α = - 1,368, β1 = 1,569, β2 = 0,876, maka : 1. Pengetahuan baik pada ibu bekerja dan tidak bekerja a. Besar peluang wanita dengan pengetahuan baik dan ibu bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah P (X)
=
P (X)
=
,
P (X)
= 0,9337
atau 93,37 %
,
,
.
,
.
b. Besar peluang wanita dengan pengetahuan baik dan ibu tidak bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah P (X)
=
P (X)
=
P (X)
= 0,8547 atau 85,47 %
,
,
.
,
.
,
Kesimpulan :Wanita yang berpengetahuan baik dan bekerja mempunyai peluang sebesar 93,4 % untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang ibu berpengetahuan baik dan tidak bekerja 143 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
mempunyai peluang sebesar 85,5 % dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. 2. Pengetahuan sedang pada ibu bekerja dan tidak bekerja a. Besar peluang wanita dengan pengetahuan sedang dan ibu bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah P (X)
=
P (X)
= 0,7457 atau 74,57 %
,
,
.
,
.
b. Besar peluang wanita dengan pengetahuan sedang dan ibu tidak bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah P (X)
=
P (X)
= 0,5500 atau 55 %
,
,
.
,
.
Kesimpulan : Wanita yang berpengetahuan sedang dan bekerja mempunyai peluang sebesar 74,6 % dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang wanita yang berpengetahuan sedang dan tidak bekerja mempunyai peluang 55% dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. 3. Pengetahuan kurang pada ibu bekerja dan tidak bekerja, a. Besar peluang wanita dengan pengetahuan kurang dan ibu bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah P (X)
=
P (X)
= 0,3788 atau 37,88 %
,
,
.
,
.
b. Besar peluang wanita dengan pengetahuan sedang dan ibu tidak bekerja dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah P (X)
=
,
,
.
,
.
144 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009
P (X)
= 0,2028 atau 20,28 %
Kesimpulan : Wanita yang berpengetahuan kurang dan bekerja mempunyai peluang sebesar 37,9 % dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sedang wanita yang berpengetahuan kurang dan tidak
bekerja
mempunyai
peluang
20,28
%
dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
145 Dame Evalina Simangunsong : Hubugan Karakteristik Wanita Perimenopause Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Di Kota Pematang Siantar Tahun 2009, 2009