MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS Oleh TUTI SRIWEDARI 087017035/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh TUTI SRIWEDARI 087017035/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Judul Tesis
: MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Tuti Sriwedari Nomor Pokok : 087017035 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui : Komisi Pembimbing,
(Prof.Dr.Azhar Maksum, MEc,Ac) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si,Ak) Anggota
Direktur,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa, B, M.Sc)
Tanggal lulus
: 31 Agustus 2009
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
Telah diuji pada Tanggal : 31 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac
Anggota
: 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis. M.Si. Ak 2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak 3. Idhar Yahya, MBA, Ak
4. Drs. Rasdianto, MA, Ak
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “ Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia ’’ Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan sebelumnya oleh siapapun sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 31 Agustus 2009 Yang membuat pernyataan
( Tuti Sriwedari)
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba dan apakah manajemen laba berpengaruh pula terhadap kinerja keuangan. Dalam penelitian ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 – 2008 yang berjumlah 67 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan, maka hanya 20 perusahaan saja yang terpilih menjadi sampel. Hasil studi ini menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (2) kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (3) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (4) komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (5) secara simultan dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independent dan komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, dan (6) manajemen laba memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Kata kunci: Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba, Kinerja Keuangan
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
ABSTRACT
The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good corporate governance mechanism consists of institutional ownership, managerial ownership, the proportion of board of director and auditors committee. The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesian Stock Market Directory in during the period 2006 – 2008 in amount of 67 companies. Based on the criteria, there are only 20 companies chosen as sample. The results show that (1) institutional ownership negatively influence on earning management but not significant, (2) managerial ownership negatively influence on earning management but not significant, (3) proportion of independent board of commissioners negatively influence on earning management but not significant (4) committee audit positive influence on earning management but not significant, (5) simultaneously of institutional ownership, managerial ownership, proportion of independent board of commissioners and committee audit have positively but not significant influence on earnings management, and (6) earning management negatively influence on financial performance. Key Words: Good Corporate Governance Mechanism, Earnings Management, Financial Performance
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT dengan Rahmat, Hidayah, Karunia dan Anugrah yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar Magister Sains, pada program Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan, kendala, dan hambatan. Akan tetapi berkat bantuan bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac, selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. 5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis. M.Si. Ak, selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesai tesis ini. 6. Bapak Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Anggota komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. 7. Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak, selaku Anggota komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. 8. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. 9. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. 10. Teristimewa buat Ibunda tercinta Ibu Siti Sundari, dan Ayah tersayang almarhum Syamsudin, kakak dan adik – adik ku terima kasih atas doa yang dipanjatkan, keridoan dan keikhlasan serta ketulusan hati sehingga saya dapat menjadi seperti sekarang ini dan juga dapat menyelesaikan tesis ini. 11. Teristimewa buat Suami tercinta Bapak Taufik Hidayat Ginting & Keluarga yang telah banyak memberikan masukan, arahan, gagasan, kesabaran serta perhatian yang tulus, pelajaran hidup dan terus memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat selesainya tesis ini. 12. Rekan – rekan Bagian Administrasi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bang Ary, Kak Dory, Kak Juli, Kak Yusna, Bang Dedi dan Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
rekan – rekan lainnya terima kasih buat kebaikannya, bantuannya, serta perhatiannya selama penulis menyelesaikan Pendidikan Magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 13. Rekan – rekan sekerja Telkom Group dan para sahabat mahasiswa pascasarjana
terima
kasih
atas
bantuannya,
perhatiannya
dan
kebersamaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa dan mahasiswi.
Medan, 31 Agustus 2009
Tuti Sriwedari
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
RIWAYAT HIDUP I.
DATA PRIBADI
Nama
: Tuti Sriwedari
Tempat / Tgl Lahir
: Medan, 11 Maret 1982
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. T.Cik ditiro belakang no 34 A
Telepon
: (061) 4148271 / 0811600393
II.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
1988 – 1994
: SD Negeri 060884 Medan
1994 – 1997
: SMP Negeri 1 Medan
1997 – 2000
: SMU Negeri 17 Medan
2000 – 2004
: S-1 Ekonomi Akuntansi UMSU
2006 – 2007
: Pendidikan Profesi Akuntansi USU
2008- 2009
: S-2 Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi USU Medan
III.
LATAR BELAKANG PEKERJAAN
1.
Staff AR di PT. Internusa Tribuana Citra Multi Finance Tahun 2005 – 2006.
2.
Customer Service PT. Telkomsel Tahun 2006 – 2009.
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK……………………..…………………..………………………. ………... i ABSTRACT………………………………………………………………... ………...ii KATA PENGANTAR……………………………………………………... ………..iii RIWAYAT HIDUP………………………………………………………... ………..vi DAFTAR ISI………………………………………………………………..……….vii DAFTAR TABEL…………………………………………………………..……….. x DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. ………..xi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..……… .xii BAB I
: PENDAHULUAN…………………..………………………. ………...1 1.1. Latar Belakang………………..……………….……….. …….......1 1.2. Rumusan Masalah…………..................……………….. ……... ...4 1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………….5 1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 5 1.5. Originalitas……………………………………………………….. 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 7 2.1. Landasan Teori……………………………………………………7 2.1.1. Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan………………….. 7 2.1.2. Konsep Good Corporate Governance….………..………. 12 2.1.2.1. Kepemilikan institusional dan manajemen laba.....14 Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
2.1.2.2. Kepemilikan manajerial dan manajemen laba....... 15 2.1.2.3. Proporsi
dewan
komisaris
independen dan
manajemen laba……............................…………. 16 2.1.2.4. Komite audit dan manajemen laba.…………...…. 18 2.1.2.5. Prinsip – prinsip good corporate governance........20 2.1.3. Pengaruh
Good
Corporate
Governance
terhadap
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan…..…………….. 21 2.2. Review Penelitian Terdahulu …………………………………... 22 BAB III : KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……………………….. 26 3.1. Kerangka Konsep……………………………….………............. 26 3.2. Hipotesis……………………………......……………………….. 28 BAB IV : METODE PENELITIAN…………….……………………………... 29 4.1. Jenis Penelitian…………….……………………………………. 29 4.2. Lokasi Penelitian……………………..…………………………. 30 4.3. Populasi dan Sampel…………………………………………..... 30 4.4. Metode Pengumpulan Data.…………......…………………….... 31 4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel…........... 31 4.6. Pengujian Data.…………………………..……………………... 36 4.6.1. Uji Asumsi Klasik………………………………………... 36 4.6.2. Model Analisis…...………………………………………. 39 4.6.3. Model Uji Hipotesis…………………………………….... 41
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...……………………….. 44 5.1. Deskripsi Variabel………………………….………………….... 44 5.2. Analisis Data……………………......…………………………... 47 5.2.1. Uji Normalitas……………………………………………. 49 5.2.2. Uji Multikolinearitas..…………….……………………… 50 5.2.3. Uji Heterokedastisitas…………………………………….50 5.2.4. Uji Autokorelasi..………………………………………… 52 5.3. Hasil Pengujian…………………………………………………..52 5.3.1. Pengaruh Mekanisme GCG Terhadap Manajemen Laba.... 52 5.3.2. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan... 56 5.4. Pembahasan................................................................................... 57 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN……..……………………………..… 62 6.1. Kesimpulan……………………………………………………… 62 6.2. Keterbatasan Penelitian……………......………………………... 63 6.3. Saran…………………………………………………………….. 64 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 66
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
2.1.
Review Penelitian Terdahulu…...………………..……….……………. 24
4.1.
Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel...…………….. 31
5.1.
Deskripsi Statistik………….…...………………..……….……………. 44
5.2.1
Uji
Normalitas
Kolmogorov – Smirnov
dengan
dependen
variabel Manajemen Laba....…………………………………………… 48 5.2.2
Uji
Normalitas
Kolmogorov – Smirnov
dengan
dependen
variabel Kinerja Keuangan……..……………………………………… 49 5.3.
Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Independen...….……………. 50
5.4.
Uji Autokorelasi Durbin – Watson..……………..……….……………. 52
5.5.
Pengujian Kelayakan Model I..........................................................……53
5.6.
Pengujian
Hipotesis Simultan
Variabel DA sebagai Variabel
Dependen................................................................................................. 54 5.7.
Uji T Mekanisme GCG terhadap Manajemen Laba....………………… 54
5.8.
Pengujian Kelayakan Model II.........................................................……56
5.9.
Pengujian Kontribusi Pengaruh DA terhadap CFROA.....................….. 56
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
3.1.
Kerangka Konseptual…………...………………..……….……………. 26
4.1.
Hubungan antar variabel……………………………………………….. 40
5.1.
Normalitas Data untuk Model Penelitian II dengan Variabel Dependen Manajemen Laba………………………………………....……………..47
5.2.
Normalitas Data untuk Model Penelitian I dengan Variabel Dependen Kinerja Keuangan……………………………………......…………….. 48
5.3.
Uji Heterokedastisitas Manajemen Laba sebagai Variabel Dependen… 51
5.4.
Uji Heterokedastisitas Kinerja Keuangansebagai Variabel Dependen… 51
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
I
Daftar Sampel Penelitian..……...………………..……….……………..70
II
Analisis Regresi Linier Berganda Mekanisme GCG terhadap DA..........76
III
Analisis Regresi Linier Sederhana DA terhadap CFROA………..……. 83
Tuti Sriwedari : Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Laporan keuangan (financial statements) merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh investor, kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan para analis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan sumber daya ekonomi perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan, dan informasi ini juga diharapkan menjadi
pedoman bagi pemegang saham dan investor potensial untuk menentukan kepentingan investasi mereka terhadap saham emiten. Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif (FASB, 1987). Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2007). Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Oleh karenanya manajemen sering melakukan tindakan manifulasi terhadap laporan keuangan
untuk memperoleh beberapa keuntungan
pribadi. Diantara tindakan – tindakan tersebut ada yang selalu disebut dengan manajemen laba (earnings management).
Fisher dan Rosenzweigh (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikkan atau menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan atau penurunan profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja keuangan perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Tindakan manajemen laba (earnings management) telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et.al 2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Salah satu penyebab kasus skandal tersebut adalah kurangnya penerapan good corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik good corporate governance di Indonesia mengarah pada defisiensi pembuatan keputusan dalam perusahaan dan tindakan perusahaan (Alijoyo dan Zaini, 2004).
Good
Corporate
Governance
adalah
seperangkat
peraturan
yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak - hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001). Good Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholders lainnya (OECD,1999). Good Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Kinerja keuangan ini dapat di ukur oleh faktor keberadaan manajemen laba dan mekanisme dalam pengelolaan perusahaan (good corporate governance mechanism). Mekanisme tersebut meliputi : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen serta komite audit. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di bagian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah mekanisme good corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara empiris baik secara bersama-sama maupun individual terhadap manajemen laba? 2. Apakah manajemen laba berpengaruh secara empiris terhadap kinerja keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secata empiris: 1. Untuk mengetahui secara empiris bahwa mekanisme good corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh baik secara bersama-sama maupun individual terhadap manajemen laba. 2. Untuk mengetahui secara empiris bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Peneliti Sebagai bahan masukan di dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan di bidang akuntansi keuangan, khususnya tentang mekanisme good corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. 2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebagai bahan masukan bagi Perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di dalam menyikapi fenomena yang terjadi terkait dengan good corporate governance yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
proporsi
dewan
komisaris
independen,
komite
audit
serta
pengaruhnya terhadap manajemen laba, dan pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan. 3. Pemakai Laporan Keuangan Sebagai bahan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme good corporate governance serta praktik manajemen laba, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan. 4. Peneliti Lanjutan Sebagai bahan masukan bagi peneliti lanjutan di dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5 Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang telah menguji mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan variabel komite audit kedalam mekanisme good corporate governance. Perbedaan juga terdapat pada periode penelitian yakni dari tahun 2006 – 2008, sementara periode penelitian sebelumnya adalah dari tahun 2002 – 2004.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Secara umum kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998). Sedangkan tujuan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Terdapat berbagai analisis, termasuk berbagai rasio keuangan yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan sebuah perusahaan.
Rasio – rasio tersebut adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menujukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. 2. Rasio Manajemen Aktiva Serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktivanya. Rasio yang menganalisis jenis-jenis aktiva diantaranya adalah : rasio perputaran persediaan, rasio jumlah hari piutang tak tertagih, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. 3. Rasio Manajemen Utang Seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang, atau pengungkit keuangan (financia leverage). Rasio yang menganalisis manajemen utang diantaranya adalah : total utang terhadap total aktiva, kelipatan pembayaran bunga, dan cakupan EBITDA. 4. Rasio Profitabilitas Sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio yang menganalisis profitabilitas diantaranya adalah : margin laba atas penjualan, kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian atas total aktiva (ROA) dan tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (ROE).
5. Rasio Nilai Pasar Sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba arus kas, dan nilai buku perlembar sahamnya. Rasio yang menganalisis nilai pasar diantaranya adalah : harga / laba, harga / arus kas, dan nilai pasar / nilai buku. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kelonggaran (fleksibility principles) dalam memilih metode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Kelonggaran dalam metode ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan nilai laba yang berbeda-beda disetiap perusahaan. Perusahaan yang memilih metode penyusutan garis lurus akan berbeda hasil laba yang dilaporkan dengan perusahaan yang menggunakan metode angka tahun atau saldo menurun. Praktik seperti ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Pemilihan metode akuntansi ini dampaknya semakin jelas dan dapat lebih dirasakan terutama untuk perusahaan-perusahaan publik atau yang disebut emiten, di mana informasi akuntansi yang disusun oleh perusahaan harus di informasikan kepada pasar atau masyarakat luas melalui publikasi. Dari informasi yang dipublikasikan, akan dapat diketahui bagaimana reaksi pasar terhadap informasi tersebut. Pasar yang mengetahui dan meyakini bahwa laba yang dilaporkan oleh perusahaan memiliki kandungan informasi, maka akan tercermin pada harga saham perusahaan tersebut. Laporan laba sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Proses penyusunan laporan ini melibatkan pihak pengurus dalam pengelolaan perusahaan, di antaranya adalah pihak manajemen, dewan komisaris, dan pemegang saham.
Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan menentukan kualitas laba. Dalam kondisi perusahaan akan menjual sahamnya kepada publik, manajer perlu memberikan informasi kepada publik mengenai kondisi keuangan perusahaannya. Hal ini mendorong manajer untuk melakukan earnings management. Manajemen laba (earnings management) adalah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi (Wolk et.al 2001). Salah satu contoh terjadinya earnings management adalah pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana (initial public offerings /IPO) maupun pada saat melakukan penawaran kedua dan seterusnya (seasoned equity offerings/SEO). Dua kondisi tersebut berbeda dalam hal tersedianya laporan keuangan yang dipublikasikan karena dalam penawaran kedua dan seterusnya laporan keuangan yang dipublikasikan sudah disediakan kepada publik. Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Wibisono, 2004). Manajemen korporasi publik yang besar biasanya bukan pemilik, bahkan sebagian manajemen puncak hanya memiliki saham biasa (common stock) dalam
perusahaan yang mereka kelola. Para pemilik (shareholders) memilih dewan komisaris yang kemudian mengkaji manajemen sebagai agen mereka dalam menjalankan aktivitas bisnis dari hari ke hari, yang sangat mungkin lebih memperhatikan kesejahteraan mereka sendiri daripada kesejahteraan para pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory menganalisis dan mencari solusi atas dua permasalahan yang muncul dalam hubungan antara para principal (pemilik/ pemegang saham) dan agent mereka (manajemen puncak), yaitu : 1. Agency problem yang muncul ketika (a) timbul konfilk antara harapan atau tujuan pemilik / pemegang saham dan para direksi (top management) dan (b) para pemilik mengalami kesulitan untuk memverifikasi apa yang sesungguhnya sedang dikerjakan manajemen. 2. Risk sharing problem yang muncul ketika pemilik dan direksi memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Semakin tersebar kepemilikan saham (tidak ada pemegang saham mayoritas), semakin tinggi kemungkinan masalah diatas terjadi, demikian pula halnya bila dewan komisaris terdiri atas orang – orang yang kurang mengenal perusahaan atau sahabat pribadi direksi (manajemen puncak), dan ketika anggota dewan sebagian besar orang dalam. Diantara berbagai solusi atas permasalahan di atas menurut Agency Theory antara lain adalah direksi (manajemen puncak) perlu turut memiliki saham perusahaan tersebut hingga tingkat tertentu. Argumen ini didukung oleh riset yang
menunjukkan adanya hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan saham perusahaan yang dimiliki direksi. Good Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan (agency theory), diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Good Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).
2.1.2. Konsep Good Corporate Governance Good Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain (Malaysian Finance Committee on Corporate Governance February, 1999). Shleifer dan Vishny dalam Syakhroza (2003) mendefinisikan corporate governance sebagai “…deals with the ways in which suppliers of finance to corporations assure themselves of getting a return on their investment” yaitu proses yang berkaitan dengan cara-cara dimana
stockholders memastikan bahwa mereka mendapat hasil (return) atas investasi mereka. Melvill dalam Sunarto (2003) menyatakan bahwa corporate goveranance merupakan sebuah sistem guna mengontrol dan mengarahkan perusahaan. Melvil dalam Sunarto (2003) juga berpendapat bahwa para manajer perusahaan berperan secara efektif terhadap good corporate goveranance dengan melakukan tindakantindakan antara lain: (a) mengidentifikasi secara layak, mengevaluasi, dan mengelola resiko dan peluang; (b) menindak lanjuti kebijakan perusahaan dan menjelaskan tujuan perusahaan secara lengkap; (c) mentaati standar-standar etika; dan (d) memandang dewan direksi perusahaan sebagai ‘ahli’ dan kewenangan legalnya diakui. Wardani (2008) mengemukakan manfaat dengan adanya penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan adalah : 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shareholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi. Lebih jauh Shleifer dan Vishny (1997) mengemukakan bahwa good corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian atau return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan
kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer. Watts (2003), menyatakan bahwa salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah good corporate governance. Mekanisme good corporate governance tersebut meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen serta komite audit.
2.1.2.1. Kepemilikan institusional dan manajemen laba Organisasi memiliki kemampuan untuk bertahan apabila terdapat pemisahan antara pemilik dan pengendalinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Fama dan Jensen (1983) yang menemukan bahwa organisasi yang mampu bertahan tidak mendasarkan pengambilan keputusan pada pemegang saham yang terbesar, tetapi terdapat pemisahan antara pemilik dengan pengendali. Struktur kepemilikan saham dalam suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dan kepemilikan saham oleh manajerial. Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Institusi sebagai investor yang sophisticated karena mempunyai kemampuan dalam memproses informasi dibandingkan dengan investor individual. Dengan demikian, akan semakin membatasi manajemen dalam memainkan angka-angka dalam laporan keuangan. Wedari (2004) yang mengutip pendapat Shiller dan Pound menyatakan bahwa investor institusional mempunyai waktu yang lebih banyak untuk melakukan
analisis investasi dan memiliki akses informasi yang mahal dibandingkan dengan investor individual. Oleh karenanya, investor institusional memiliki kemampuan mengawasi tindakan manajemen yang lebih baik dibandingkan dengan investor individual. Dari beberapa teori tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi kepemilikan oleh institusi maka akan semakin kecil peluang manajemen melakukan manipulasi angka-angka dalam bentuk manajemen laba. Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman
laba.
Kepemilikan
institusional
memiliki
kemampuan
untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005).
2.1.2.2. Kepemilikan manajerial dan manajemen laba Kepemilikan manajerial merupakan salah satu isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan
pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Murphy (1985), Jensen dan Murphy (1990), serta Smith dan Watts (1992) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan program kebijakan remunerasi guna mengurangi masalah keagenan. Mereka menjelaskan bahwa kompensasi tetap berupa gaji, tunjangan, dan bonus terbukti dapat digunakan sebagai sarana untuk menyamakan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan pengguna informasi akuntansi mengakibatkan manajemen memiliki ruang gerak yang cukup banyak untuk menggunakan metode akuntansi yang berbeda dalam menyusun laporan keuangan guna memaksimalkan utilitasnya. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005).
2.1.2.3. Proporsi dewan komisaris independen dan manajemen laba Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini
penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris (NCCG, 2001). Selain mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance (2001) adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan. Penelitian
mengenai
keberadaan
dewan
komisaris
telah
dilakukan
diantaranya oleh Peasnell et.al (1998) bahwa keberadaan komisaris independen membatasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Xie et.al (2003) juga menemukan bahwa dewan komisaris dengan latar belakang bidang keuangan akan mencegah manajemen laba. Karakteristik dewan komisaris secara umum dan khususnya komposisi dewan dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa persentase komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota
yang berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba dan kinerja keuangan yang dihasilkan. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.
2.1.2.4. Komite audit dan manajemen laba Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.
Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain: 1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya. 2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. 3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal. 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi. 5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten,. 6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. Penelitian yang dilakukan Xie, et.al (2004) menunjukkan bahwa pasar bereaksi positif terhadap pengumuman penunjukan anggota komite audit terutama yang ahli di bidang keuangan. Selain itu Xie, et.al (2003) juga menemukan bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Carcello et.al (2006) yang menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba menunjukkan bahwa keahlian komite audit independen di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba. Selain itu, Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait, diharapkan fungsi dan
peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya praktek manajemen laba yang oportunistik.
2.1.2.5. Prinsip – prinsip good corporate governance Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu: Transparency, Accountability, Responsibility, Indepandency dan Fairness yang biasanya diakronimkan menjadi TARIF. Penjabarannya sebagai berikut : 1. Transparency (keterbukaan informasi) Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada seluruh stakeholders-nya. 2. Accountability (akuntabilitas) Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi. 3. Responsibility (pertanggung jawaban) Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan
menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder juga kepada stakeholders-lainnya. 4. Indepandency (kemandirian) Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. 5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran) Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
2.1.3. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Good corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan
yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme good corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris serta komite audit) memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba. Dengan menerapkan good corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi oleh manajer, sehingga kinerja yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan bersangkutan (Jensen, 1993). 2.2. Review Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan corporate governance yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, serta komite audit dengan berbagai implikasinya, sebelumnya sudah pernah di teliti oleh beberapa peneliti terdahulu. Penelitian Xie et.al (2003) yang menguji earnings management and corporate governance : the roles of the board and the audit committee menemukan bahwa dewan direksi, komite eksekutif dan komite Audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Boediono (2005) menguji tentang kualitas laba: studi pengaruh mekanisme corporate governance, dan dampak manajemen laba dengan menggunakan analisis jalur menemukan bahwa mekanisme good corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris secara bersama-sama terhadap manajemen laba, teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah. Dalam pengujian secara parsial, penelitian ini juga menemukan bahwa mekanisme kepemilikan institusional memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap manajemen laba sementara mekanisme kepemilikan manajerial memberikan pengaruh yang lemah terhadap manajemen laba dan mekanisme komposisi dewan komisaris memberikan pengaruh yang lemah sangat terhadap manajemen laba. Cornett et.al (2006) yang menguji tentang earnings management, corporate governance, and true financial perpormance menemukan adanya pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme good corporate governance. Mekanisme good corporate governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Cornett et.al (2006) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk memenuhi target laba dari para investor, sehingga mereka akan tetap cenderung terlibat dalam tindakan manipulatif laba.
Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang meneliti tentang mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilkan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris), manajemen laba dan kinerja keuangan menemukan bukti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dan manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets). Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu N o
Nama Peneliti &Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil dari Penelitian
1.
Xie et. al (2003)
Earnings Management and Corporate Governance : The Roles of the Board and The Audit Committee
Variabel Independen: Dewan Direksi, Komite Audit, Komite Eksekutif. Variabel Dependen: Tindakan Manajemen Laba.
Dewan Direksi, Komite Eksekutif dan Komite Audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
2.
Boediono (2005)
Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur
Variabel Independen: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, dan Komposisi Dewan Komisaris. Variabel Dependen: Manajemen Laba.
Mekanisme good corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris berpengaruh secara bersamasama terhadap kualitas laba, teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah.
3.
Cornett et. al (2006)
Earnings Management, Corporate Governance, and
Variabel Independen: Kepemilikan Instutional, Kepemilikan saham Dewan Direksi, Direktur
Mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap penurunan discretionary accruals
Lanjutan Tabel
4.
Ujiantho dan Pramuka (2007)
True Financial Performance.
Independent yang berasal dari luar perusahaan. Variabel Dependen: Penggunaan Discreationary Accruals dalam Manajemen Laba.
sebagai ukuran manajemen laba.
Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan
Variabel Independen: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, Uk Dewan Komisaris. Variabel Dependen: Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.
Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan.
dari
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya penelitian ini dengan didukung tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Kepemilikan Institusional (X1)
Kepemilikan Manajerial (X2) (
ε1
Manajemen Laba (Y1)
Proporsi Dewan Komisaris (X3) d d ( )
ε2
Kinerja Keuangan (Y2)
Komite Audit (X4)
Gambar : 3.1. Kerangka Konseptual Gambaran diatas dijelaskan melalui perilaku manipulatif oleh manajer dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat
disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional, karena investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang (Moh’d et.al, dalam Pratana dan Mas’ud, 2003). Ketiga, ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan. Keempat, melalui komite audit manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen akan dapat dikurangi. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygandt, 1995), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004). Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et.al 2006).
Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen (Boediono, 2005).
3.2. Hipotesis Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mekanisme good corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara empiris baik secara bersama-sama maupun individual terhadap manajemen laba. 2. Manajemen laba berpengaruh secara empiris terhadap kinerja keuangan.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect), yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap fakta – fakta untuk membuktikan secara empiris tentang pengaruh suatu variabel dengan variabel lain, yaitu fakta empiris pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, manajemen laba dan kinerja keuangan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel dependen yaitu Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan dan 4 (empat) variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human errors digunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistik yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence level 95% dengan Alpha (α) 0,05.
4.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, serta komite audit perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006 – 2008.
4.3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan adalah dari tahun 2006 – 2008, dengan jumlah populasinya adalah 67 (enam puluh tujuh) perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria – kriteria tertentu (purposive sampling), yaitu : 1. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2006 agar tersedia data untuk menghitung akrual. 2. Menerbitkan Laporan Keuangan dari tahun 2006 – 2008. 3. Memiliki data mengenai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan komite audit. 4. Laporan keuangan telah diaudit oleh Auditor Independen.
Sesuai dengan kriteria di atas, maka jumlah sampel yang terpilih adalah sebanyak 20 (dua puluh) perusahaan. Tahun amatan yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun berturut-turut dari tahun 2006 – 2008, sehingga jumlah sampel yang di observasi adalah sebanyak 60 sampel (lampiran 1).
4.4. Metode Pengumpulan Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Capital Market Directory dan situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Periode pengamatan tahun 2006 sampai 2008. Penyajian data antara times series dan cross sectional (pooled data). Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen, beserta catatan laporan keuangannya, data-data tentang kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite adusit serta data tambahan dari Capital Market Directory maupun dari situs perusahaan manufaktur yang dimaksud.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Definisi Operasional variabel penelitian dalam penelitian ini di deskripsikan melalui matriks berikut ini. Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Nama Variabel
Variabel Penelitian
Defenisi
Parameter
Skala Ukuran
Variabel Independen
Kepemilikan Institusional (X1)
Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi / perusahaan.
Persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.
Rasio
Kepemilkan Manajerial (X2)
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang di kelola.
Persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
Rasio
Lanjutan Tabel Proporsi Dewan Komisaris Independen (X3)
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata- mata demi kepentingan perusahaan.
Persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan
Rasio
Komite Audit (X4)
Komite Audit adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan.
Persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit.
Rasio
Variabel Dependen
Manajemen Laba (Y1)
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et.al 1995)
Rasio
Variabel Dependen
Kinerja Keuangan (Y2)
Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
CFROA = EBIT + Dep Assets
Rasio
1. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi / perusahaan. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Pengukurannya menggunakan skala rasio. 2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang di kelola. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan diukur dengan memakai skala rasio. 3. Proporsi Dewan Komisaris Independen Proporsi dewan komisaris independen adalah jumlah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata- mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahan dan diukur dengan menggunakan skala rasio.
4. Komite Audit Komite Audit adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur berdasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit dan diukur dengan menggunakan skara rasio. 5. Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu intervensi oleh pihak manajemen dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow et.al (1995). TAC
= Nit – CFOit......…………...……….………......….........…….(1)
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut: TAit/Ait-1 = β1(1 / Ait-1) + β2(ΔRevt / Ait-1) + β3(PPEt / Ait-1) + e..…(2) Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitug dengan rumus : NDAit
= β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)..(3)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung : DAit
= TAit / Ait-1 – NDAit…................………................................(4)
Keterangan : DAit : Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit : Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit : Total akrual perusahaan i pada periode ke t Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke-t Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1 ΔRevt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt : Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t ΔRect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e : error 6. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah ukuran-ukuran tertentu yang dapat menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan, kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow return on asset (CFROA). CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan skala nominal dengan rumus sebagai berikut : EBIT + Dep …………….....……………....(5) Assets
CFROA
=
Keterangan: CFROA EBIT Dep Assets
: Cash flow return on assets : Laba sebelum bunga dan pajak : Depresiasi : Total aktiva
4.6. Pengujian Data 4.6.1. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang di peroleh dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar, dan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Asumsi Klasik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kiteria ekometrik, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan dalam metode OLS (Ananta, 1987). Uji Asumsi Klasik meliputi : a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik. Salah satu cara mudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan floting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Pengujian normalitas data
dalam penelitian ini dengan melihat melalui sebaran plot pada Graph P-P Plot berbentuk linier dan tertumpu disekitar garis diagonal P-P Plot (Ghozali, 2005). b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Varibel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sbb: Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta VIF >1.0 dan nilai tolerance <1.0 (Ghozali, 2005).
c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/ kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data silang waktu (crossection), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena
“gangguan”
pada
observasi
yang
berbeda
berasal
dari
individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Meskipun ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokoreasi, tetapi penelitian ini akan memakai uji Durbin-Watson. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya konstanta (intercept) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi antara variabel bebas. d. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik Flot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.6.2. Model Analisis Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
(X1)
ε1
ε2
(X2) (Y1)
(Y2)
(X3)
(X4)
Gambar 4.1. Hubungan antar variabel Untuk menguji hipotesis tentang pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba digunakan alat analisis regresi berganda. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut : DA = βo + β1Kep.Inst + β2Kep.Manj + β3PDKI + β4Kom.Audit + e Keterangan : DA Kep.Inst Kep.Manj PDKI Kom.Audit B0 β1 – β4 e
= Discretionary Accruals = Kepemilikan institusional = Kepemilikan manjerial = Proporsi dewan komisaris independen = Komite Audit = Konstanta = Koefisien regresi = error
Sedangkan untuk menguji hipotesis pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan digunakan alat analisis regresi sederhana. Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut : CFROA = βo + β5 DA + e ………………..…..…………………………………(7)
Keterangan: CFROA DA B0 Β5 e
= Cash flow return on assets = Discretionary Accruals = Konstanta = Koefisien regresi = error
4.6.3. Model Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu: 1. Pengaruh mekanisme good corporate governance yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap manajemen laba secara simultan maupun parsial. 2. Pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan secara parsial. Untuk melihat pengaruh secara gabungan melihat hasil perhitungan dalam Model Summary, dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD). Ghozali (2005) membuktikan hipotesis dengan menggunakan alat uji sebagai berikut: Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas (independen) berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen), dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05). Urutan Uji F a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternative. Ho : β1 = β2 = 0 Ha : β1 = β2 ≠ 0
b. Menghitung F hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Adjusted R² / k F = -----------------------------(1 – R) / n – k – 1 Dimana : R² = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai F tabel
hitung
yang dibandingkan dengan F
dengan tingkat resiko (level of significan) dalam hal ini 0,05 dan degree of
freedom = n – k – 1. c. Kriteria pengujian : Dimana : F hitung > F tabel = Ho ditolak. F hitung < F tabel = Ho diterima. Sedangkan Uji-t statistic (Ghozali, 2005), untuk menguji secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05). Uji ini dilakukan sekaligus untuk melihat koefisien regresi secara individual variabel penelitian. Koefisien regresi yang paling tinggi merupakan koefisien dominan yang mempengaruhi variabel terikat penelitian.
Urutan Uji T a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternative. Ho : β1 = β2 = 0 Ha : β1 = β2 ≠ 0 b. Menghitung T hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
bi t hitung = -------------sb i Dimana : b i
= Koefisien regresi masing – masing variabel.
sb i = Standar error masing – masing variabel. Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai t dibandingkan dengan t tabel pada tingkat keyakinan 95%. c. Kriteria pengujian : Dimana : t hitung > t tabel = Ho ditolak. t hitung < t tabel = Ho diterima.
hitung
yang kemudian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Variabel Data
variabel
ini
ditunjukkan
melalui
statistik
deskriptif
yang
menggambarkan informasi karakteristik variabel dalam penelitian ini yakni : Kepemilikan Institusional sebagai X1, Kepemilikan Manajerial sebagai X2, Proporsi Dewan Komisaris Independen sebagai X3, Komite Audit sebagai X4, Manajemen Laba sebagai Y1, dan Kinerja Keuangan sebagai Y2, antara lain meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi yang ditunjukkan oleh Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1. Deskripsi Statistik Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
Variance
Kep.Inst
60
.7440
.9998
57.0960
.951600
.0770850
.006
Kep.Man
60
.0002
.2560
2.9054
.048423
.0770704
.006
PDKI
60
.0030
.6666
20.8069
.346782
.1255912
.016
Kom.Audit
60
.2500
.3333
19.5815
.326358
.0232172
.001
Man.Laba
60
-.0730
.4891
2.1129
.035215
.0792506
.006
Kin.Keuangan
60
.0203
.9516
25.7363
.428938
.2167459
.047
Valid N (listwise)
60
Tabel 5.1 diatas menunjukkan pengukuran variabel dari N sebanyak 60 (enam puluh) dapat disimpulkan bahwa nilai rata – rata kepemilikan institusional
dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.9516. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.0770, nilai terkecil dari kepemilikan institusional sebesar 0.7440 dan nilai maksimum kepemilikan institusional sebesar 0.9998. Kondisi ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan institusionalnya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan institusionalnya rendah. Untuk nilai rata – rata kepemilikan manajerial dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.0484. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.0770, nilai terkecil dari kepemilikan manajerial sebesar 0.0002 dan nilai maksimum kepemilikan manajerial sebesar 0.2560. Kondisi ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan manajerialnya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang kepemilikan manajerialnya rendah. Nilai rata – rata proporsi dewan komisaris independen dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.3467. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.1255 nilai terkecil dari proporsi dewan komisaris independen sebesar 0.0030 dan nilai maksimum proporsi dewan komisaris independen sebesar 0.6666. Kondisi ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang proporsi dewan komisaris independennya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang proporsi dewan komisaris independennya rendah.
Nilai rata – rata komite audit dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.3263. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.0232 nilai terkecil dari komite audit sebesar 0.2500 dan nilai maksimum komite audit sebesar 0.3333. Kondisi ini menunjukkan bahwa komite audit perusahaan sampel relatif sama atau tidak bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang komite auditnya tinggi sangat dekat dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang komite auditnya rendah. Nilai rata – rata manajemen laba dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.3521. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.7925 nilai terkecil dari manajemen laba sebesar -0.0730 dan nilai maksimum manajemen laba sebesar 0.4891. Kondisi ini menunjukkan bahwa manajemen laba perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang manajemen labanya tinggi dan posifir cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang manajemen labanya rendah dan negatif. Sedangkan nilai rata – rata kinerja keuangan dalam kurun waktu tahun 2006 – 2008 yaitu sebesar 0.4289. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.2167, nilai terkecil dari kinerja keuangan sebesar 0.0203 dan nilai maksimum kinerja keuangan sebesar 0.9516. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan sampel sangat bervariasi, rata – rata jarak antara perusahaan yang kinerja keuangannya tinggi cukup jauh dengan rata – rata jarak antara perusahaan yang kinerja keuangannya rendah.
5.2. Analisis Data 5.2.1. Uji Normalitas Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini berdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui 2 (dua) cara yaitu Analisis grafik dan analisis statistik (uji one sample Kolmogorov Smirnov), (Ghozali, 2005). a. Analisis Grafik Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 5.1. Normalitas Data untuk Model Penelitian I dengan Variabel Dependen Manajemen Laba
Gambar 5.2. Normalitas Data untuk Model Penelitian II dengan Variabel Dependen Kinerja Keuangan b. Uji Statistik Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel penggangu atau residual distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian ini terdapat pada tabel 5.2 sebagai berikut : Tabel 5.2.1.
Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel Manajemen Laba One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N Normal Parameters
60 a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
.0000000 .07749744
Absolute
.166
Positive
.166
Negative
-.117 1.285 .074
Dari Tabel 5.2.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.285 dan signifikan pada 0.074 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan yang ditentukan, yaitu 0.05. Dengan demikian data dapat dikatakan berdistribusi normal. Tabel 5.2.2.
Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel Kinerja Keuangan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N Normal Parameters
60 a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.0000000 .21619359
Absolute
.157
Positive
.157
Negative
-.084 1.217 .103
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari Tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.217 dan signifikan pada 0.103 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan yang ditentukan, yaitu 0.05. Dengan demikian data dapat dikatakan berdistribusi normal.
5.2.2. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksi adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Ghozali (2005), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Independen Collinearity Statistics
Model 1
Tolerance
VIF
Keputusan
(Constant) Kep.Inst
.577
1.733
Tidak terdapat multikolinearitas
Kep.Manaj
.573
1.745
Tidak terdapat multikolinearitas
PDKI
.690
1.448
Tidak terdapat multikolinearitas
Kom.Audit
.676
1.479
Tidak terdapat multikolinearitas
Man.Laba
.972
1.000
Tidak terdapat multikolinearitas
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari keseluruhan variabel bebas (independen) adalah lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas.
5.2.3. Uji Heterokedastisitas Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan scater plot. Apabila scatter plot menunjukkan sesuatu yang membentuk
pola maka dapat dikatakan terjadi homoskedastisitas. Dalam hal ini data yang akan diuji tidak mengalami heteroskedastisitas yang ditunjukkan dengan scatter plot yang tidak memiliki pola apapun.
Gambar 5.3. Uji Heterokedastisitas Manajemen Laba sebagai Variabel Dependen
Gambar 5.4. Uji Heterokedastisitas Kinerja Keuangan sebagai Variabel Dependen
5.2.4. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. (Ghozali, 2005). Pendeteksian autokorelasi pada kasus ini digunakan uji durbin watson. Jika nilai durbin watson diatas nilai dl maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi. Tabel 5.4 Uji Autokorelasi Durbin-Watson Dependent Variable Man.Laba
60
4
DW Tabel dl du 1.444 1.727
Kin.Keuangan
60
5
1.408
N
k
1.767
DurbinKeputusan Watson 2.163 Tidak terjadi autokorelasi 2.064
Tidak terjadi autokorelasi
Dari hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil untuk regresi variabel Manajemen Laba sebagai variabel Dependent diperoleh nilai DW sebesar 2.163 berada diatas nilai dl sebesar 1.444 , maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Untuk regresi variabel Kinerja Keuangan sebagai variabel Dependent diperoleh nilai DW sebesar 2.064 berada diatas nilai dl sebesar 1.549, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi. 5.3. Hasil Analisis 5.3.1. Pengaruh Mekanisme Good Coorporate Governance (GCG) terhadap Manajemen Laba (DA) Hipotesis dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance
mempengaruhi
manajemen
laba.
Mekanisme
tersebut
meliputi
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen dan komite audit. Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai Adjusted R Square diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada table 5.5 dibawah ini: Tabel 5.5 Pengujian Kelayakan Model I Adjusted R Model
R
1
.209a
R Square
Square
.102
.044
Std. Error of the Estimate .0802661
a. Predictors: (Constant), Kom.Audit, Kep.Inst, PDKI, Kep.Manj b. Dependent Variable: Man.Laba
Nilai Adjusted R square pada tabel 5.5 diatas sebesar 0.44. Hal ini menunjukkan bahwa 4.4% variabel manajemen laba dapat dijelaskan variabel yang ada yaitu, Kepemilkan Institusional, Kepemilkan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit, sedangkan sisanya sebesar 95.6% (100% 4.4%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Uji Signifikan Simultan (Uji F) Indikator signifikansi parameter koefisien Adjusted R² signifikan atau tidak maka dapat dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Uji F dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95%. Kriteria pengujian yang digunakan adalah apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak; dan apabila F hitung < F tabel maka H0 diterima.hal tersebut ditunjukkan dalam table 5.6 sebagai berikut:
Tabel 5.6. Pengujian Hipotesis Simultan, Variabel DA sebagai Variabel Dependent Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.016
4
.004
Residual
.354
55
.006
Total
.371
59
F
Sig. .644a
.629
a. Predictors: (Constant), Kom.Audit, Kep.Inst, PDKI, Kep.Manj b. Dependent Variable: Man.Laba
Dari tabel 5.6 diperoleh nilai Fhitung sebesar 0.629 sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05) sebesar 2.54 dengan tingkat signifikansi 0.644 yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan perhitungan Fhitung < F
(0.629 < 2.54),
tabel
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini memberikan arti bahwa variabel – variabel independen yaitu kepemilkan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Uji Signifikan Parsial (Uji t) Untuk melihat besarnya pengaruh variabel masing-masing variabel, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap DA disajikan dalam tabel 5.7 dibawah ini: Tabel 5.7. Uji T Mekanisme GCG terhadap Manajemen Laba Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model 1
a.
(Constant)
-.097
.197
Kep.Inst
-.053
.102
Kep.Manj
-.154
PDKI
-.103
Kom.Audit .691 Dependent Variable: Man.Laba
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. -.494
.623
-.090
-.517
.607
.179
-.150
-.861
.393
.086
-.189
-1.191
.239
.547
.203
1.263
.212
Dari tabel 5.7 diatas maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Y1 = -0, 097 – 0,053 X1 – 0,154 X2 – 0,103 X3 + 0,691 X4 + 95,6 Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna: 1. Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar (0,097), artinnya setiap pertambahan 1 Kepemilkan Institusional akan mengurangi Manajemen Laba sebesar 0,097. 2. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar (0,053), artinnya setiap pertambahan 1 Kepemilikan Manajerial akan mengurangi Manajemen Laba sebesar 0,053. 3. Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar (0,103), artinnya setiap pertambahan 1 Proporsi Dewan Komisaris Independen akan mengurangi Manajemen Laba sebesar 0,103. 4. Komite Audit
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen
Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0,691, artinnya setiap pertambahan 1 Komite Audit akan menambah Manajemen Laba sebesar 0,691.
5.3.2. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan Hipotesis lain dalam penelitian ini adalah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Nilai Adjusted R Square diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada table 5.8 dibawah ini: Tabel 5.8 Pengujian Kelayakan Model II Model 1
R
R Square a
.071
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
-.012
.005
.2180494
a. Predictors: (Constant), Man.Laba b. Dependent Variable: Kin.Keuangan
Dari tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Secara parsial pengaruh manajemen laba (DA) berpengaruh negatif terhadap CFROA dengan nilai Adjusted R Square (0,12). Menurut Gujarati (2006), jika nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol. Hal ini berarti 100% variabel kinerja keuangan yang proksikan dengan cash flow return on assets dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi. Untuk melihat pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.9. Pengujian Kontribusi Pengaruh DA terhadap CFROA
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.436
.031
Man.Laba
-.195
.358
a. Dependent Variable: Kin.Keuangan
t
Beta
-.071
Sig.
14.128
.000
-.545
.588
Dari tabel 5.9 diatas maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Y2 = 0,436 – 0,195 Y1 + 100 Model persamaan regresi sederhana diatas bermakna bahwa Manajemen Laba berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar (0,195), artinnya setiap pertambahan 1 Manajemen Laba akan mengurangi Kinerja Keuangan sebesar 0,097.
5.4. Pembahasan Dari hasil pengujian diatas tidak ada satupun variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap varibel dependen, bahkan ada beberapa yang berpengaruh negatif seperti kepemilikan institusional terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba, dan manajemen laba terhadap kinerja keuangan artinya dari hasil penelitian ini tidak satupun hipotesis yang dapat diterima. Adjusted R square menunjukkan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh kecil tehadap manajemen laba (DA = 4.4%), yang lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adjusted R Square menunjukkan manajemen laba berpengaruh negatif tehadap kinerja keuangan dengan nilai sebesar (0.012), yang berarti 100% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel discretionary accruals dengan
tingkat signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan instutusional berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976) ,Warfield et al., (1995), Dhaliwal et al., (1982), Morck et al., (1988) dan Pranata dan Mas’ud (2003) yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current earnings (Porter, 1992 dalam Pranata dan Mas’ud 2003). Akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba. Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap discretionary accruals. Sehingga hipotesis kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976) ,Warfield et al., (1995), Dhaliwal et al., (1982), Morck et al., (1988), Pranata dan Mas’ud (2003) dan Cornett et al., (2006) yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hasil ini menujukan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham. Variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel discretionary accruals. Hipotesis yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba
ditolak. Hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan Dechow et al.,(1996), Klein (2002), Chtourou et al., (2001), Xie et al., (2003) dan Cornett et al., (2006) yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan turun (Gideon, 2005). Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil survai Asian Development Bank dalam Gidoen (2005) yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif. Variabel komite audit berpengaruh positif (searah) tetapi tidak signifikan terhadap variabel discretionary accruals. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Xie, et.al (2003) yang menemukan bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Variabel discretionary accruals berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap cash flow return on assets. Sehingga hipotesis manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Pae (1999), Feltham dan Pae (2000)
dalam Gideon (2005), Theresia (2005) dan Gideon (2005). Lemahnya pengaruh tersebut dapat dikatakan bahwa cash flow return on assets merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan dalam kategori cash flow measures yang dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap suatu transaksi. Cash flow menunjukkan hasil yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai yang benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004). Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama terhadap manajemen laba, teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah, penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh
Boediono (2005), yang menguji tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan dampak manajemen laba. Manajemen laba secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan, teruji dengan tingkat pengaruh yang lemah. Dalam penerapan Good Corporate Governance di perusahaan, pedoman yang mengatur bagaimana GCG di Indonesia baru diumumkan pada 17 Oktober 2006. Penelitian ini menggunakan data penelitian tahun 2006 – 2008, sebelum pedoman ini diberlakukan. Konteks pengaruh mekanisme Good Corporate Governanace, manajemen laba dan kinerja keuangan, faktor-faktor lain yang secara teoritis diduga turut mempengaruhi adalah leverage dan reputasi auditor dan latar belakang pendidikan komisaris independen dan komite audit. Faktor lain yang memungkinkan hipotesis penelitian ini tidak didukung adalah indicator GCG sebagai
variabel Independen hanya pada persentase saja, sementara ada hal lain yang dapat menentukan Komisaris Independen dan Komite audit seperti kemampuan, integritas, pendidikan dan persyaratan lain yang harus dipenuhi. Masalah Kepemilikan Institutional dan Kepemilikan Manajerial juga harus diperhatikan, apakah dalam membeli saham ada banyak kepentingan pihak lain, sehingga apa yang diharapkan dengan lebih banyaknya kepemilikan institusi akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan tidak tercapai.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa: 1.Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasilnya menunjukkan pengaruh yang lemah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Boediono (2005), yang menemukan bahwa pengaruh mekanisme corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris secara bersama-sama terhadap manajemen laba dengan tingkat pengaruh yang lemah. 2.Pengaruh mekanisme corporate governance secara individual terhadap manajemen laba adalah sebagai berikut: a) Mekanisme kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa penerapan mekanisme kepemilikan institusional tidak dapat memberikan kontribusi terhadap tindakan manajemen laba.
b) Mekanisme kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa penerapan mekanisme kepemilikan manajerial tidak dapat memberikan kontribusi dalam mengendalikan tindakan manajemen laba. c) Mekanisme proporsi dewan komisaris memberikan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa proporsi dewan komisaris tidak dapat memberikan kontribusi dalam mengendalikan tindakan manajemen laba. d) Mekanisme komite audit memberikan pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa penerapan mekanisme komite audit kurang memberikan kontribusi dalam mengendalikan tindakan manajemen laba. 3.Manajemen laba berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. 6.2.Keterbatasan Penelitian Setelah melakukan analisis hasil penelitian, diketahui bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut : 1. Ada lima prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu: transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran. Penelitian ini tidak mencakup kelima prinsip tersebut. Prinsip yang terwakili dalam penelitian ini
yaitu: prinsip independensi (kehadiran komisaris independen dan komite audit) serta prinsip transparansi (struktur kepemilikan perusahaan). 2. Sampel penelitian memiliki data yang kurang valid seperti variabel kepemilikan manajerial yang rata – rata hanya dibawah 5%. Ini memberikan arti bahwa tanpa harus dilakukan pengujian sudah dapat disimpulkan bahwa dengan kepemilikan yang hanya < 5% manajemen tidak mungkin terlibat dalam manajemen laba. 3. Data penelitian merupakan data kuantitatif yang diangkat dari laporan tertulis dari perusahaan. Sementara, inti dari pelaksanaan mekanisme Good Corporate Governance adalah bagaimana pelaksanaannya di lapangan. 4. Data penelitian dari Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pedoman umum tentang Good Corporate Governance di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance diumumkan mulai 17 Oktober 2006, sehingga dimungkinkan sampel dari penelitian belum sepenuhnya menerapkan GCG. 5. Penelitian ini hanya menggunakan sampel penelitian perusahaan manufaktur.
6.3.Saran Berdasarkan analisis hasil penelitian, temuan dan keterbatasan dari penelitian ini, maka selanjutnya dirumuskan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada para peneliti lanjutan, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh mekanisme good corporate governance, antara lain :
1. Menggunakan
secara
lengkap
prinsip-prinsip
GCG,
dengan
lebih
mengembangkan indikator-indikator selain yang digunakan dalam penelitian ini, misalnya bagaimana sebenarnya pelaksanaan Good Corporate Governance di lapangan. 2. Menggunakan sampel perusahaan yang kepemilikan manajerialnya lebih besar dari 10%. 3. Menggunakan data kualitatif, bagaimana implementasi di lapangan, misalnya bagaimana tugas dan tanggung jawab dari dewan komisaris, komite komite yang berada di perusahaan. 4. Menggunakan tahun amatan setelah pedoman umum GCG di Indonesia yang diumumkan KNKG. 5. Menggunakan data penelitian tidak hanya pada perusahaan manufaktur tetapi perusahaan yang lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Alijoyo, Antonius., Elmar Bouma., TB M Nazmudin Sutawinangun., dan M Doddy Kusadrianto, 2004. Review of Corporate Governance in Asia: Corporate Governance in Indonesia. Forum for Corporate Governance in Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal. 2004. Kep-29/PM/2004. Pembentukan dan Pedoman Kerja Komite Audit . Boediono, Gideon, 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. IAI, 2005. Carcello, Joseph V., Carl W. Hollingsworth., April Klein., and Terry L. Neal, 2006. Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance Mechanisms, and Earnings Management. Cornett, M., M.J. Marcuss., Saunders., dan Tehranian H, 2006. Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. http://papers.ssrn.com. Davidson III., Wallace N., Biao Xie., and Weihong Xu, 2004. Market Reaction to Voluntary Announcements of Audit Committee Appointments: The Effects of Financial Expertise, Journal of Accounting and Public Policy Volume 23 Juli-Agustus: 279-293 Dechow, Patricia M., R.G. Sloan., and A.P. Sweeney, 1995, Detecting earnings management. The Accounting Review 70, 193-225. Fama, E.F., dan M.C. Jensen, 1983. Separation of Ownership and Control, Journal Of Law and Economics. Vol.26. hal.301-325. FASB, 1987. Statement of Financial Accounting Concept No.1 – The Objectives of Financial Statement. Connecticut : FASB Publication. Fisher, Marilyn, dan Kenneth Rosenzweigh, 1995. Attitudes of Students and accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics, Volume 14, hal. 443-444. Forum for Corporate Governance in Indonesia, 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Seri Tata Kelola Perusahaan, Jilid II. Edisi ke – 2. Jakarta.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Tata Kelola Perusahaan. Seri Tata Kelola Perusahaan, Jilid I. Edisi ke – 3. Jakarta. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Gujarati, N. Damodar, 2006. Essential of Econometrics, McGraw-Hill Int. Ed.III, hal 78. Healy, Paul M. dan J.M. Wahlen, 1999. A Review Of The Earnings Management Literature And Its Implications For Standard Setting, Accounting Horizons 13, 365-383. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Salemba Empat. Jensen, M.C, 1993. The Modern Industrial revolution, Exit, and the Failure of Internal Control System, Journal of Finance. Vol. 48. July, hal.831-880. Jensen, Michael C., dan W.H. Meckling, 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics 3. hal. 305-360. Jensen, M.C., dan K.J. Murphy, 1990. Performance Pay and Top-Management Incentives, Journal of Poitical Economy 98/2: 225--264. Kieso, E. Donald., dan Weygandt J Jerry, 1995. Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara. Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004. Pedoman Tentang Komisaris Independen. http://www.governance-indonesia.or.id/main.html. Mulyadi , 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi kedua). Jogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Murphy, K.J, 1985. Corporate Performance and Managerial Remuneration: An Epirical Analysis, Journal of Accouning and Economics 7: 11--42. Peasnell, KV., PF Pope., and S Young, 1998. Outside Director, Board Effectiveness, and Earnings Management. Working Papers from Lancaster University.
Peasnell, K.V., P.F. Pope., dan S.Young, 2001. Board Monitoring and Earnings Management: Do Outside Directors Influence Abnormal Accruals, Accounting and Business Research. Vol. 30. hal.41-63. Schipper, Khaterine dan Linda Vincent, 2003. “Earnings Quality”, Accounting Horizons.Vol.17. Supplement, p.97-110. Smith, C.W. Jr. dan R.L. Watts. 1992. The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies, Journal of Financial Economics 32: 263--292. Ujiyantho M.A dan Bambang Agus Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. IAI, 2007. Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan, 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, Nopember. hal 140-166. Pratana, Puspa dan Mas’ud Mahfoedz, 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. IAI, 2003. Shleifer, A., dan R.W. Vishny, 1997. A Survey of Corporate Governance, Journal of Finance. Vol.52. No.2. Juni, hal.737-783. Sunarto, 2003. Corporate Governance dan Kinerja Saham. Fokus Ekonomi. Vol. 2, No. 3. Hal. 240-257. Syakhroza, Ahmad, 2003. Best Practices Corporate Governance dalam konteks Kondisi Lokal Perbankan Indonesia. Manajemen Usahawan Indonesia. No. 06/ Th. XXXII, Juni. ____________, 2003. Teori Corporate Governance. Manajemen Usahawan Indonesia. No.08/ Th. XXXII, Agustus. Theresia, Dwi Hastuti, 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VII. IAI, 2005.
Wardani, D. Kusuma, 2008. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan di Indonesia. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Watts, Ross L, 2003. Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications, Accounting Horizon. Vol. 17: 207-221. Wedari, Linda Kusumaning, 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajamen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII. IAI, 2004. Wibisono, Haris, 2004. Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Di Seputar SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Tidak dipublikasikan Wolk, H.I., M.G. Tearney., J.L. Dodd, 2001. Accounting Theory. South Western College Publishing: Thomson Learning. Xie, Biao., Wallace N. Davidson., and Peter J. Dadalt, 2003. Earning Management and Corporate Governance: The Roles Of The Board and The Audit Committee, Journal of Corporate Finance. Vol.9. hal.295-316.
II. Analisis Regresi Linier Berganda Mekanisme GCG terhadap DA Descriptive Statistics Std. N
Minimum Maximum
Sum
Mean
Deviation
Variance
Kep.Inst
60
.7440
.9998
57.0960
.951600
.0770850
.006
Kep.Man
60
.0002
.2560
2.9054
.048423
.0770704
.006
PDKI
60
.0030
.6666
20.8069
.346782
.1255912
.016
Kom.Audit
60
.2500
.3333
19.5815
.326358
.0232172
.001
Man.Laba
60
-.0730
.4891
2.1129
.035215
.0792506
.006
Kin.Keuangan
60
.0203
.9516
25.7363
.428938
.2167459
.047
Valid N (listwise)
60
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
Kom.Audit,
Method . Enter
Kep.Inst, PDKI, Kep.Manja a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model 1
R .209a
R Square .102
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .044
.0802661
a. Predictors: (Constant), Kom.Audit, Kep.Inst, PDKI, Kep.Manj b. Dependent Variable: Man.Laba
Durbin-Watson 2.163
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.016
4
.004
Residual
.354
55
.006
Total
.371
59
F
Sig. .644a
.629
a. Predictors: (Constant), Kom.Audit, Kep.Inst, PDKI, Kep.Manj b. Dependent Variable: Man.Laba
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.097
.197
Kep.Inst
-.053
.102
Kep.Manj
-.154
PDKI
Collinearity Statistics t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-.494
.623
-.090
-.517
.607
.577
1.733
.179
-.150
-.861
.393
.573
1.745
-.103
.086
-.189
-1.191
.239
.690
1.448
.691
.547
.203
1.263
.212
.676
1.479
Kom.Audit
a. Dependent Variable: Man.Laba
Collinearity Diagnosticsa Dime
Variance Proportions
Condition
Model
nsion Eigenvalue
Index
1
1
4.195
1.000
.00
.00
.01
.01
.00
2
.692
2.463
.00
.00
.53
.00
.00
3
.104
6.366
.00
.01
.00
.72
.00
4
.008
22.401
.03
.81
.45
.04
.12
5
.002
51.369
.96
.17
.01
.23
.88
(Constant)
Kep.Inst
Kep.Manj
PDKI
Kom.Audit
Collinearity Diagnosticsa Dime
Variance Proportions
Condition
Model
nsion Eigenvalue
Index
1
1
4.195
1.000
.00
.00
.01
.01
.00
2
.692
2.463
.00
.00
.53
.00
.00
3
.104
6.366
.00
.01
.00
.72
.00
4
.008
22.401
.03
.81
.45
.04
.12
5
.002
51.369
.96
.17
.01
.23
.88
(Constant)
Kep.Inst
Kep.Manj
PDKI
Kom.Audit
a. Dependent Variable: Man.Laba
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
-.022326
.086398
.035215
.0165773
60
-3.471
3.088
.000
1.000
60
.011
.080
.020
.012
60
-.670166
.059034
.022196
.0925930
60
-.1060216
.4451464
.0000000
.0774974
60
Std. Residual
-1.321
5.546
.000
.966
60
Stud. Residual
-1.337
5.615
.002
.981
60
-.1086037
.7565662
.0130187
.1262984
60
-1.347
8.516
.051
1.287
60
Mahal. Distance
.172
58.016
3.933
8.416
60
Cook's Distance
.000
17.769
.303
2.293
60
Centered Leverage Value
.003
.983
.067
.143
60
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: Man.Laba
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
60 a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
.0000000 .07749744
Absolute
.166
Positive
.166
Negative
-.117 1.285 .074
III. Analisis Regresi Linier Sederhana DA terhadap CFROA
Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
Method
Man.Labaa
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kin.Keuangan Model Summaryb
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.071a
1
Adjusted R
.005
-.012
Durbin-Watson
.2180494
2.064
a. Predictors: (Constant), Man.Laba b. Dependent Variable: Kin.Keuangan ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.014
1
.014
Residual
2.758
58
.048
Total
2.772
59
F
Sig. .297
.588a
a. Predictors: (Constant), Man.Laba b. Dependent Variable: Kin.Keuangan Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.436
.031
Man.Laba
-.195
.358
Collinearity Statistics t
Beta
-.071
Sig.
14.128
.000
-.545
.588
Tolerance
.972
VIF
1.000
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.436
.031
Man.Laba
-.195
.358
Collinearity Statistics t
Beta
-.071
Sig.
Tolerance
14.128
.000
-.545
.588
.972
VIF
1.000
a. Dependent Variable: Kin.Keuangan Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions
Dimensi Model
on
Eigenvalue
Condition Index
1
1
1.409
1.000
.30
.30
2
.591
1.544
.70
.70
(Constant)
Man.Laba
a. Dependent Variable: Kin.Keuangan
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
.340378
.450053
.428938
.0154630
60
-5.727
1.365
.000
1.000
60
.028
.165
.035
.018
60
.185736
.471848
.426811
.0334899
60
-.4297527
.5260537
.0000000
.2161936
60
Std. Residual
-1.971
2.413
.000
.991
60
Stud. Residual
-2.020
2.434
.004
1.006
60
-.4515485
.5354140
.0021275
.2235293
60
-2.077
2.546
.012
1.027
60
Mahal. Distance
.000
32.801
.983
4.220
60
Cook's Distance
.000
.439
.019
.058
60
Centered Leverage Value
.000
.556
.017
.072
60
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
.340378
.450053
.428938
.0154630
60
-5.727
1.365
.000
1.000
60
.028
.165
.035
.018
60
.185736
.471848
.426811
.0334899
60
-.4297527
.5260537
.0000000
.2161936
60
Std. Residual
-1.971
2.413
.000
.991
60
Stud. Residual
-2.020
2.434
.004
1.006
60
-.4515485
.5354140
.0021275
.2235293
60
-2.077
2.546
.012
1.027
60
Mahal. Distance
.000
32.801
.983
4.220
60
Cook's Distance
.000
.439
.019
.058
60
Centered Leverage Value
.000
.556
.017
.072
60
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: Kin.Keuangan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,,b
60 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
.0000000 .21619359
Absolute
.157
Positive
.157
Negative
-.084 1.217 .103