UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS: PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL OLEH MAJALAH CITA CINTA
Makalah Non Seminar Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial
Rifdia Aulia Rahma 1206205326
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Depok Desember 2015
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Strategi Marketing Public Relations: Pemanfaatan Media Sosial oleh Majalah Cita Cinta Rifdia Aulia Rahma Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail:
[email protected]
Abstrak
Perkembangan media digital yang pesat membuat industri media cetak kian tergerus, begitu juga di Indonesia. Para pegiatnya dituntut untuk memikirkan cara agar mampu mempertahankan eksistensi dalam berbisnis. Untuk menghadapinya, berbagai perusahaan media cetak di Indonesia kini mulai melakukan ekspansi ke dunia maya dengan menambahkan platform baru seperti website, blog, dan media sosial terhadap mereknya. Pada praktiknya, media sosial dimaksimalkan tak hanya untuk menyampaikan informasi, karakteristiknya yang interaktif juga digunakan untuk membangun hubungan yang baik dan menguntungkan dengan para pembaca dan pengikutnya. Makalah ini membahas bagaimana media sosial dapat dimanfaatkan oleh perusahaan media cetak sebagai bentuk strategi Marketing Public Relations. Pada Majalah Cita Cinta (CC), penulis mencoba melihat bagaimana masing-masing media sosial yang dimiliki oleh CC dapat dimanfaatkan, tak hanya untuk mempromosikan brand-nya tetapi juga untuk mencapai tujuan-tujuan MPR, utamanya dalam membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap CC.
Kata kunci: media sosial; marketing public relations; media cetak; majalah
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
Abstract
The rapid development of digital media makes printed media industry increasingly eroded, as well as in Indonesia. The workers required to find a way to be able to maintain the existence in business. To deal with it, a variety of printed media company in Indonesia are now beginning to expand into the virtual world by adding new platforms such as websites, blogs, and social media to brand. In practice, social media is maximized not only to convey information, its interactive characteristics are also used to build a good and beneficial relationship with the readers and followers. This journal discusses how social media can be used by printed media companies as a form of Marketing and Public Relations strategy. Towards Majalah Cita Cinta (CC), the author will explain how each social media owned by Majalah Cita Cinta can be used, not only to promote its brand, but also to achieve its MPR objectives, particularly in building public awareness and knowledge.
Keywords: social media; marketing public relations; printed media; magazine
Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
1
PENDAHULUAN Perkembangan Industri Media Cetak dan Digital Perkembangan media elektronik dan digital yang begitu meroket membuat bisnis printed media kian tergerus dikalahkan oleh situs berita online dan jejaring sosial. Menurut inma.org, industri media digital di Amerika Serikat diperkirakan telah berhasil meraup keuntungan sebesar US$400 milyar pada tahun 2014, sementara pendapatan industri media cetak diprediksi menurun sekitar 16% pada surat kabar atau koran (data tahun 2010) dan 2,7% pada majalah (data tahun 2009)1. Apalagi dalam lima tahun ke depan, pergerakan industri media di seluruh dunia akan banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan teknologi digital dalam berbagai segmen. E&M Outlook juga memprediksi industri digital akan tumbuh secara signifikan melebihi nondigital selama beberapa periode dengan biaya belanja yang diproyeksikan sebesar 12,1% CAGR2. Bandingkan dengan biaya blenaja nondigital yang hanya 2,6% CAGR3. Dengan munculnya perkiraan segmen berbasis digital akan mampu melebihi pertumbuhan nondigital, banyak yang bertanya tentang bagaimana industri media cetak seperti koran dan majalah dapat menjaga kiprahya. Di Indonesia sendiri, arus digitalisasi juga telah merambah berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama dalam hal mengakses informasi, didukung oleh pernyataan Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Suwarjono yang menyatakan saat ini sebanyak 23% dari 260 juta jiwa penduduk Indonesia telah menjadi pembaca setia beragam media online dan akan terus berkembang4. Survei yang dilakukan oleh Nielsen Media Research menyebutkan selama lima tahun (2005 – 2009) keuntungan media cetak di Indonesia mengalami kemerosotan dari 28% menjadi 18%5. Minat masyarakat terhadap media cetak juga turun akibat iklan yang lebih banyak dimuat ketimbang berita. Hal tersebut secara tidak langsung menurunkan performa kuantitas dan kualitas berita yang menjadi
1
http://www.inma.org/article/index.cfm/41038-the-state-of-print-media-during-the-digital-age, diakses 10 Desember 2015. 2 Ibid 3 Ibid 4 http://www.kompasiana.com/moh.faiz/peran-perkembangan-media-cetak-di-era-perkembangan-teknologikomunikasi_5528c2086ea834512f8b45ce, diakses 27 Oktober 2015. 5
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Nasib+Media+Cetak+Di+tengah+Era+Digital&&nomorurut_artikel=4 22, diakses 20 November 2015.
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
2
komoditi utama sebuah produk media cetak6. Padahal, iklan pada media cetak merupakan sumber dana terpenting yang berfungsi mengganti biaya kertas dan percetakan. Di antara ragam media digital yang berkembang pesat, media sosial berhasil menjadi rujukan utama masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi. Laporan agensi social marketing, We Are Social, menyebutkan Facebook masih menjadi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia, utamanya dalam memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan7. Dalam event Tren Social Media 2015, narasumber Dimas Novriandi membeberkan fakta bahwa saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan penetrasi pengguna internet terbesar di dunia sebanyak 93,4% pengguna8. Menurut informasi yang dilansir dari data Global Web Index, hampir semua jenis media sosial dimiliki oleh pengguna internet Indonesia. Berbagai penelitian lokal dan internasional pun bersimpulan bahwa efisiensi yang mencakup kecepatan dan kepraktisan merupakan alasan utama mengapa masyarakat banyak berpaling pada media online dan sosial9. Untuk
mengatasinya,
salah
satu
perusahaan
akuntan
terbesar
di
dunia,
PricewaterhouseCoopers, menyarankan industri media cetak agar melibatkan lanskap digital sebagai komplementer usahanya. Caranya adalah dengan menjaga keseimbangan antara permintaan pembaca terhadap pelayanan digital sambil bersama-sama melakukan penawaran tradisional —dalam artian memasarkan produk koran atau majalah— seperti yang sudah dilakukan sejak dahulu, sehingga sumber daya pendapatan dan konsumen tetap terjaga. Menurut Jerry Brown, seorang praktisi media dan hiburan di PricewaterhouseCoopers Canada, transformasi digital menawarkan kreativitas yang terbatas dalam upaya mendekati konsumen perusahaan media, terutama melalui media baru seperti website, blog, dan situssitus jejaring sosial. Di antara ketiga platform tersebut, Jerry berpendapat bahwa media sosial bersifat unik dikarenakan karakteristiknya yang interaktif sehingga mampu mendorong partisipasi khalayak.
6
http://www.kompasiana.com/nitaaubatuwael/media-cetak-di-indonesia-kritis-ataueksis_551030e1813311d638bc6108, diakses 10 Desember 2015. 7
https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia/, diakses 13 Desember 2015, 00.08. 8 http://tekno.liputan6.com/read/2164377/pengguna-internet-indonesia-kuasai-media-sosial-di-2015, diakses 12 Desember 2015, 23.59. 9 Ibid Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
3
Penggunaan Media Sosial dalam Berbisnis Kini media sosial telah menjadi idola bagi banyak perusahaan maupun organisasi. Kemampuannya dalam mengumpulkan dan menggerakkan massa secara online dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi Marketing Public Relations (MPR), utamanya dalam mempromosikan brand mereka. Studi yang dilakukan oleh perusahaan PR Burson-Marsteller menunjukkan 86% dari 100 perusahaan besar dalam 500 daftar Fortune menggunakan paling tidak satu dari beberapa situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, atau blog, sementara 28%-nya menggunakan keempat-empatnya. Studi tersebut juga menyimpulkan 65% perusahaan di AS memilih Twitter sebagai platform utama dalam berpromosi, menjadikannya sebagai situs jejaring sosial paling populer di kalangan perusahaan bisnis (Burson-Marsteller, 2010)10. Dan Shaver (2007) dalam penelitiannya menyatakan konsumen dapat dipengaruhi oleh media sosial. Sebagai contoh, riset yang dilakukan oleh SocialMediaToday menyebutkan sebagian besar responden setuju bahwa materi yang di-post oleh teman-teman mereka di media sosial dapat mempengaruhi mereka untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan yang ada pada posting-an tersebut. Artinya, media sosial memiliki efek yang kuat dalam membangun atensi, menggerakkan aksi konsumen, serta menjadikan dirinya sebagai source bagi orang lain11. Oleh sebab itu, dalam rangka menarik perhatian terhadap produknya, sebuah perusahaan perlu membangun presensi media sosial yang kuat. Menurut Preetam (2011), loyalitas dan komitmen terhadap sebuah brand dapat diraih dengan cara mengintegrasikan penggunaan media sosial oleh perusahaan. Apalagi saat ini sudah banyak web analytical packages—baik yang gratis maupun berbayar—yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melacak inisiatif pemasaran online dan respon konsumen. Dengan begitu, media sosial dapat membantu mempertajam visibilitas sebuah brand dan membangun engagement di kalangan konsumen. Implikasinya, menurut Social Media Marketing Industry Report, 64% penggiat marketing menghabiskan waktu 5 jam per minggu untuk menangani media sosial dan 39%-nya menghabiskan waktu 10 jam per minggu. Hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang secara aktif terlibat dalam media sosial12.
10
Data hanya merefleksikan penggunaan media sosial di Amerika.
11
http://www.socialmediatoday.com/marketing/sarah-snow/2015-10-21/small-business-media-plan-what-elsedo-you-need-beyond-social-media, diakses 27 Oktober 2015. 12 Ibid Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
4
Sementara itu di Indonesia, pemanfaatan media sosial dalam berbisnis telah menjadi tren yang berkembang pesat sejak tahun 2012. Para pegiat bisnis berramai-ramai membuat akun di berbagai situs jejaring sosial, mulai dari Twitter, Facebook, Instagram, hingga instant messaging seperti Line dan WhatsApp, untuk meraih atensi dan partisipasi konsumen. Tak hanya dilakukan oleh perusahaan atau organisasi multinasional, strategi pemanfaatan media sosial juga dilakukan oleh para pegiat bisnis e-commerce dan UKM (Usaha Kecil Menengah). Kondisi itulah yang kini coba dimanfaatkan oleh industri media cetak di Indonesia dalam menghadapi era sekarang. Sebagai contoh, untuk menjaga stabilitas dan eksistensinya, Harian Kompas sebagai media konvensional tersohor di Indonesia melakukan ekspansi ke media digital dengan meluncurkan Kompas.com, SCOOP untuk pengguna Android dan iOS, Kompas Editor’s Choice untuk pengguna iPad, dan Blackberry Playbook untuk pengguna Blackberry. Tak ketinggalan koran elektronik bertajuk Kompas Reader 1.0 yang bisa diunduh secara gratis untuk desktop dan laptop. Untuk mengarahkan dan menjaga para pembaca agar tetap in-touch dengan beragam informasi pilihan dan fasilitas yang telah disediakan, Koran Kompas mengandalkan situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Nantinya, notifikasi dari tiap-tiap situslah yang akan menuntun para pembaca setia dan masyarakat agar terus mengakses dan mengkonsumsi berita Koran Kompas, sehingga tingkat readership dan kepercayaan terhadap brand dapat dipertahankan. Langkah yang sama turut diambil oleh Cita Cinta (CC), majalah lifestyle milik perusahaan Keluarga Alisjahbana, Femina Group, yang juga merupakan salah satu raksasa media di Indonesia. Sejak awal berdirinya pada tahun 2001, majalah yang terbit dua mingguan ini telah menjadi referensi gaya hidup wanita Indonesia berusia 20 – 30 tahun. Revolusi bentuk pun pernah mewarnai perjalanannya; dari yang awalnya terbit sebagai tabloid, pada tahun 2005, berubah menjadi majalah yang lebih handy dengan ukuran 14 cm x 21 cm. Karena majalah memiliki target pembaca yang lebih niche, upaya untuk mempertahankan eksistensi, terutama dalam menggaet pembaca baru dan memelihara pembaca setia, menjadi lebih sulit. Menyadari hal itu, CC memutuskan untuk melakukan strategi ‘jemput bola’ dengan memanfaatkan platform digital. Tentang Media Sosial Majalah Cita Cinta Pada tahun 2008, CC mengepakkan sayap ke dunia online dengan merilis website www.citacinta.com (sekarang www.citacinta.co.id). Berbagai macam berita yang dihadirkan dalam situs tersebut terbagi ke dalam sejumlah kanal yang secara konsep mirip dengan rubrik Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
5
pada Cita Cinta seperti Karier & Uang, Kita & Si Dia, Cantik & Gaya, Selebriti, Seks & Kesehatan, Gaya Hidup, dan Tentang Cowok. Pada majalah, kanal atau rubrik diklasifikasikan ke dalam tiga ‘bendera’ besar yaitu Cerdas, Ceria, dan Cantik. Selain menyajikan beragam berita dengan topik menarik, website CC juga menyediakan fasilitas Subscribe untuk para pembaca yang ingin mendaftarkan diri sebagai subscriber dan menerima e-newsletter setiap kali CC meng-update berita. Begitu pula dengan penawaran dan kuis baik yang diselenggarakan oleh CC maupun media Femina Group lainnya — mencakup Femina, Gadis, Ayah Bunda, Parenting, Dewi, Cleo, Men’s Health Indonesia, Women’s Health Indonesia, Reader’s Digest, Pesona, Bestlife, dan situs online Jakarta Fashion Week— semua dimuat pada halaman muka atau tertentu website agar menarik perhatian pengunjung.
Gambar 1. Cita Cinta terbitan tahun 2009 (kiri) dan 2015 (kanan).
Bersamaan dengan dirilisnya official website CC, lahir akun Facebook dan Twitter Cita Cinta yang diberi nama Cita Cinta – Majalah Dwi Mingguan Wanita pada FB dan @citacintamagz pada Twitter. Kehadiran keduanya mendapat respon positif dari masyarakat sehingga mampu mendulang ribuan likers dan followers pada tahun pertama berdiri. Menjelang tahun 2012, CC mulai memiliki saingan dengan munculnya beberapa majalah bersegmentasi sama seperti Cleo dan Joy. Hal tersebut mendorong CC untuk segera mengatur ulang strategi agar tidak kehilangan kepercayaan para pembacanya. Apalagi salah satu Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
6
kompetitornya, majalah franchise dari Australia Cleo, memiliki presensi online yang kuat dengan 300.000+ pengunjung setiap bulannya13. Akhirnya di tahun yang sama, muncullah beberapa platform baru seperti akun Instagram @citacintamagz, laman khusus Cita Cinta Magz pada situs video sharing Youtube, dan official account Line CITACINTAmagz pada tahun 2013. Melalui beberapa akun di media sosial di atas, CC melakukan kegiatan yang bertujuan untuk membangun hubungan positif dengan pembaca maupun pengikutnya, misalnya dengan memberikan tautan menuju artikel di website CC dan URL untuk video di Youtube, menyajikan update seputar peristiwa atau sosok dan memberikan kesempatan bagi pembaca untuk memberikan kesan, serta mengadakan polling dan kuis. CC juga rutin melemparkan tagar (#) dengan tema tertentu untuk dibahas bersama para pengikutnya. Dengan ‘merawat’ konsumen melalui media sosial, CC yakin dapat meraih tujuan-tujuan besarnya, tak hanya berkaitan dengan pendapatan dan eksistensi perusahan, tapi juga menyangkut visi MPR-nya: membangun hubungan dengan para pembaca melalui dialog dua arah, menciptakan kesadaran dan pengetahuan produk baik majalah maupun online, membentuk persepsi, menjaga kredibilitas produk, dan mengkomunikasikan pesan tentang produk kepada para pembaca tanpa ‘terlihat’ sebagai promosi.
PEMBAHASAN Tinjauan Teoritis Henry mendefinisikan MPR sebagai “a comprehensive, all-encompassing public awareness and information program or campaign directed to mass or specialised audiences to influence sales or use of a company’s products or services.”14 Sedangkan Harris dan Whalen (2006, h. 7) mengemukakan MPR sebagai “penggunaan strategi dan PR untuk mencapai tujuan pemasaran”. Mengacu pada Kotler (2003), MPR memainkan peran yang signifikan dalam proses peluncuran produk baru, bahkan dalam mereposisi produk yang sudah ada: dapat membangun ketertarikan terhadap kategori produk, mempengaruhi target khalayak yang spesifik, mempertahankan produk yang mengalami permasalahan publik, dan membangun citra perusahan dengan cara yang sesuai dengan produk atau jasanya. Kitchen dan Papasolomou (1997) menekankan efektivitas MPR dalam memenangkan kepercayaan 13
Cleo Magazine Overview. Bauer Media. http://www.bauer-media.com.au, diakses 20 November 2015.
14
Henry, R. 1995. Marketing Public Relations: The Hows that Make it Work. Ames, IA: Iowa State University Press, hal. 3. Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
7
konsumen, merayakan momen spesial, dan mensponsori event atau program tertentu. Menurut Giannini, MPR berpotensi untuk meningkatkan visibilitas suatu produk maupun organisasi, menginformasikan berbagai macam isu terkait organisasi kepada stakeholder, mempengaruhi opini publik, serta mendorong percobaan sekaligus meningkatkan penggunaan produk15. Secara garis besar, MPR memiliki tiga keunggulan. Pertama, memberikan kredibilitas terhadap pesan karena konsumen mengenal MPR sebagai berita atau opini yang dapat dipercaya (Giannini, 2010). Hal tersebut memperkuat usaha komunikasi marketing yang terintegrasi (dikenal dengan istilah Integrated Marketing Communication atau IMC) melalui hubungan yang bersifat trust-based. Kedua, naiknya biaya dan ketidakefektifan periklanan massa (Kitchen, 2010; Kotler, 2003), meningkatnya marketplace yang semakin kompetitif dan tekanan yang tinggi terhadap resistensi konsumen, homogenitas produk dan jasa, serta clutter (Harris & Whalen, 2006) mendorong lahirnya sebuah lingkungan yang kondusif bagi MPR untuk berkembang. Ketiga, MPR mampu melengkapi promosi penjualan. MPR menggunakan publicity stunts dan event marketing untuk menciptakan “buzz” selama aktivitas penjualan berlangsung. Hasilnya, kombinasi dari keduanya tidak hanya bekontribusi terhadap promosi penjualan produk atau jasa, tetapi juga menghasilkan lebih banyak value untuk perusahaan. Dalam lingkup personal selling, MPR bekerja secara lebih mendasar. Penyebutan media dan komunikasi word-of-mouth terjadi melalui pembentukan kesadaran akan sebuah produk beserta penggunannya di kalangan konsumen. Saat hal itu tercapai, para pekerja sales dapat mendekati pelanggan potensial dan membantu mereka dalam menentukan keputusan membeli. Dengan kata lain, MPR mendukung aktivitas penjualan dengan menginformasi khalayak dan membangun hubungan yang menguntungkan. Di sinilah peran PR yang sesungguhnya: MPR menggunakan tools PR untuk mencapai tujuan pemasaran. Di waktu yang bersamaan, kedua konsep tersebut perlu berintegrasi untuk mencapai tujuan yang lebih besar yaitu tujuan organisasi. Menurut Giannini (2010, h. 52), MPR memiliki beberapa elemen penting yang harus dipatuhi agar keinginan perusahaan maupun organisasi di bidang MPR dapat tercapai. Proses menciptakan kampanye atau upaya individu yang sukses meliputi:
Giannini, G.T., Jr. 2010. Marketing Public Relations: A Marketer’s Approach to Public Relations and Social Media, 1st ed. New Jersey: Pearson Education Limited. 15
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
8
1. Menentukan tujuan yang dikehendaki dari kampanye atau upaya individu tertentu. Proses ini disebut dengan Tahap Objectives. 2. Memeriksa, menguji, dan memutuskan konsumen yang ingin dipengaruhi untuk mencapai tujuan. Proses ini disebut dengan Tahap Target Market Selection atau Penentuan Khalayak Sasaran. 3. Menentukan media, kelompok, dan individu yang dapat dimanfaatkan untuk merangkul khalayak sasaran secara efektif. Proses ini disebut dengan Tahap Connectors. 4. Mengkomunikasikan alasan yang kuat kepada khalayak sasaran agar melakukan pertukaran dengan perusahaan atau organisasi, serta memberi alasan kepada connector (penghubung) untuk menyampaikan informasi tersebut kepada konsumen dengan mengandalkan lingkup pengaruhnya. Proses ini disebut dengan Tahap Message. 5. Mengukur jumlah atau tingkat aktivitas yang diadakan oleh connector dan mengeluarkan hasil tentang sikap khalayak sasaran terkait tujuan perusahaan atau organisasi. Proses ini disebut dengan Tahap Measure. Pemanfaatan fan page Facebook oleh Dunkin’ Donuts merupakan salah satu contoh pemasar menggunakan social networking dengan baik. Kehadiran lebih dari 175.000 fans (pada Oktober 2008) merupakan bukti dari adanya suatu komunitas baru akibat laman tersebut. Mayoritas dari mereka berpartisipasi secara aktif pada fan page Facebook dengan mengirimkan komentar pada wall, mengadakan dan memoderasi sebuah diskusi online, bergabung dalam polling, serta mengunggah foto mereka beserta teman-teman sedang menikmati produk dan pelayanan Dunkin’ Donuts. Sebagai tambahan konten yang diisi oleh para fans-nya, laman tersebut juga menyediakan update dari perusahaan terkair produk, kalender event, serta foto dan video yang dibuat oleh perusahaan. Menurut David Tryder, Manajer Dunkin’ Donuts, social networking telah memberikan cara baru bagi Dunkin’ Donuts untuk mengikat konsumen sekaligus memberikan kesempatan untuk berkomunikasi tak hanya dengan para loyalis Dunkin’ Donuts tapi juga mereka yang belum familiar dengan merek tersebut. Strategi Media Sosial Majalah Cita Cinta Hingga penghujung tahun 2015, CC tercatat memiliki empat akun media sosial aktif yaitu Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube, dan satu akun media sosial nonaktif yaitu Google+ (tidak akan dibahas dalam makalah ini). Sebagai sarana promosi lainnya, CC juga Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
9
memanfaatkan instant messaging Line untuk menjaga para pembaca agar tetap terkoneksi dengan update CC. Namun makalah ini tidak akan membahas strategi media sosial Line karena platform tersebut tidak termasuk kategori media sosial. Menurut Lazworld, media sosial merupakan kategori situs yang mengandalkan partisipasi pengguna dan konten yang bersifat user-generated, mencakup beberapa contoh seperti situs jejaring sosial LinkedIn, Facebook, dan MySpace, situs bookmarking Del.icio.us, situs berita Digg dan Simpy, dan situs-situs lainnya yang berpusat pada interaksi para penggunanya 16. Dikaji dari ilmu marketing, keempat situs jejaring sosial aktif CC dioperasikan dengan mengacu pada konsep strategi ‘jemput bola’ atau pull strategy. Strategi tersebut meliputi motivasi terhadap konsumen untuk mencari tahu tentang sebuah brand melalui proses yang aktif. Dengan kata lain, “getting the customer to come to you”17. CC mempraktikkannya lewat iklan dan promosi media massa, pengelolaan hubungan dengan konsumen, dan penciptaan word-of-mouth18. Keseluruhannya mengandalkan percakapan dengan para pembaca, pengikut, dan pengunjung media sosial CC. Partisipasi mereka diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akan produk CC sehingga permintaan terhadap majalah dan media online tetap terjaga. Jadi selain untuk meraih gol yang bersifat MPR, strategi ini juga dilakukan untuk mencapai tujuan besar Femina Group sebagai perusahaan yang menaungi Cita Cinta yaitu menciptakan demand. Hal tersebut penting untuk menjaga CC —lebih luas lagi, media-media milik Femina Group— agar tetap eksis di industri media cetak. Dalam bagian ini akan dibahas strategi media sosial CC dengan mengacu pada elemen proses MPR oleh Giannini. Yang pertama berkaitan dengan Objectives atau tujuan perusahaan. Dalam menentukan tujuan yang konsisten dengan visi dan misi jangka panjangnya, CC menekankan pada pengaruh terhadap tiga tipe sikap konsumen: actionoriented, information-oriented, dan sikap. Pada action-oriented, pemanfaatan media sosial oleh CC dilakukan agar para pembaca, pengikut, dan pengunjung masing-masing situs jejaring sosial bersedia membeli majalah CC, berlangganan, dan mengunjungi website. Pada action-oriented, CC ingin agar konsumennya memiliki evaluasi keseluruhan terhadap CC, terutama perasaan yang bersifat positif seperti menyukai atau mencintai. Pada informationoriented, konsumen diharapkan menjadi aware terhadap aspek-aspek yang diberikan oleh CC 16
https://econsultancy.com/blog/3527-what-is-social-media-here-are-34-definitions, diakses 25 November 2015. 17 http://marketing-made-simple.com/articles/push-pull-strategy.htm, diakses 25 November 2015. 18 Ibid Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
10
sebagai sebuah produk, misalkan konten CC yang sangat mencerminkan wanita lokal masa kini atau desainnya yang minimalis namun chic. Pada praktiknya, CC lebih banyak menyoroti tujuan action-oriented dimana hasilnya mampu memberikan sumbangsih pada pendapatan perusahaan dan permintaan terhadap Majalah Cita Cinta. Elemen berikutnya adalah menentukan khalayak sasaran. Dalam MPR, konsumen didefinisikan sebagai pengguna utama dari sebuah produk. CC pun menentukan khalayak sasarannya dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) wanita Indonesia dengan usia 20 – 30 tahun (identifiable); (2) tinggal di kota-kota besar sehingga mudah untuk dijangkau (accessible), (3) berperan aktif dalam pekerjaan yang dilakukan sehingga mampu merepresentasikan bidang profesi tertentu, hal tersebut penting untuk meraih economic sense (substansial); dan (4) ‘berbeda’ dengan segmen dari majalah-majalah wanita lainnya, calon khalayak sasaran CC haruslah para wanita pekerja yang meskipun mempunyai gaya hidup modern tapi tetap berjati diri dan berperilaku ‘lokal’. Dari segi Connectors, CC banyak memanfaatkan tokoh-tokoh terkenal di Indonesia untuk menyampaikan pesannya, terutama selebritis lokal. Hal yang paling sering dilakukan oleh CC adalah meminta para selebritis yang ditampilkan di majalah untuk mempromosikan artikel tentang dirinya. Selain itu juga mengajak mereka untuk memberitahukan informasi seputar event yang diselenggarakan bekerjasama dengan CC dan selebriti tersebut. Terakhir, CC turut membuka kesempatan bagi perusahaan lain yang ingin bekerjasama dalam kampanye tertentu. Bisa dengan men-take-over media sosial CC selama beberapa saat atau meminta redaksi untuk mengirimkan sejumlah konten terkait event yang sedang diselenggarakan. Agar tak kehilangan atensi para pengikutnya, CC sangat selektif dalam memilih partner untuk bekerjasama. Menurut Pemimpin Redaksi Zornia Harisantoso, perusahaan atau merek tersebut harus mampu merepresentasikan minat dan tren perempuan masa kini. Dengan kata lain, harus hype. Sebagai contoh, CC bekerja sama dengan merek kosmetik halal Khalisa mengadakan kompetisi selfie dengan tema outfit warna-warna lipbalm Khalisa. Kerjasama yang ditawarkan oleh pihak Khalisa kepada CC diterima karena saat ini Khalisa sedang banyak dipakai oleh beauty blogger di Indonesia. Terkait pesan atau Message, CC menjadikan konten sebagai ‘senjata’ utama dalam berpromosi. Menurut CC, konten yang menarik dengan tingkat kedekatan yang tinggi paling mampu menarik perhatian para pembaca untuk terlibat langsung dalam percakapan di media sosial, sehingga perlu diramu pesan-pesan terintegrasi untuk masing-masing jenis media sosial. Untuk mempermudah, CC menjadikan website-nya sebagai key content dari Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
11
keseluruhan media sosial. Alhasil seluruh update yang muncul di Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube akan selalu bertautan dengan berita dan video yang sudah dipublikasikan terlebih dahulu di website. Tapi bisa juga berbeda; beberapa situs jejaring sosial dapat bertautan satu sama lain untuk menginformasikan hal yang bersifat khusus, misalkan melalui update yang muncul di Facebook dan Twitter, pembaca bisa mengklik URL yang berisi video tentang wawancara dengan artis Kencan19 di Youtube. Intinya, konten pada seluruh kanal digital CC akan selalu mengacu pada apa yang dimuat di website dan seluruh media sosial akan saling terintegrasi. Dalam menghadapi kompetitor seperti Cleo dan Joy, CC tidak ambil pusing. Status Cleo dan Joy sebagai majalah berlisensi justru membuat CC percaya diri melenggang sebagai majalah wanita yang “lokal banget”. Bukan berarti harus bermuatan sangat Indonesia, tapi majalah dan media online CC selalu berusaha menempatkan diri pada keseharian pembacanya, khususnya dalam menginterpretasikan wanita modern Indonesia. Daripada membahas sesuatu yang bersifat high-class seperti pada kebanyakan majalah berlisensi, sejak pertama kali terbit, CC lebih suka membahas tema-tema yang bersahaja seperti kebiasaan menabung, persiapan karir dan sekolah lanjutan sejak dini, gaya hidup sehat, serta tren fashion lokal. Hingga kini, tema-tema seperti itu masih dipertahankan sebagai headline favorit CC baik di majalah maupun media online. Tren juga menunjukkan bahwa pembaca CC lebih menyukai berita tentang selebriti lokal daripada Hollywood dan Korea. Tandanya, CC telah memiliki positioning yang berbeda dibandingkan dua kompetitornya tadi. Karena masing-masing media sosial memiliki karakterisik tersendiri, CC menerapkan taktik yang berbeda-beda dalam memaksimalkan Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube sebagai sarana promosinya, terutama dari segi penyampaian konten. Treatment yang diberikan terhadap masing-masing situs meliputi bentuk dan isi pesan, aktivitas rutin tertentu, serta penjadwalan (lihat Tabel 1). Melalui fitur-fitur interaktif yang ada pada masing-masing media sosial, CC dapat secara langsung berinteraksi dengan pembaca, pengikut, maupun pengunjungnya. Pada Facebook, Instagram, dan Youtube fitur comment dan likes memungkinkan konsumen untuk menciptakan percakapan antarsesama pengikut sekaligus membuktikan bahwa mereka berpartisipasi secara aktif. Pada Twitter, fitur mention, reply, dan favorite juga mampu membuat interaksi antara admin CC dan khalayak luas berlangsung secara terus menerus. Ketika CC mengirimkan sebuah tweet, pengikutnya dapat langsung membalas atau me19
Nama salah satu rubrik di Majalah Cita Cinta. Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
12
retweet sehingga jangkauannya meluas. Apalagi jika tweet tersebut dicetuskan oleh selebritis dan memuat tagar tertentu, kesempatan untuk disimak dan ditanggapi oleh khalayak nonpengikut menjadi lebih besar sehingga dapat menambah jumlah pengikut. Baru-baru ini, Twitter baru saja mengeluarkan fitur baru berupa polling, seperti menulis tweet biasa tapi dengan options. CC pun memanfaatkannya sebagai sarana polling pembaca agar lebih interaktif. Semakin banyak interaksi, semakin banyak pula orang yang sadar dan menjadi tahu tentang produk CC. Hal itu juga dapat menumbuhkan kepercayaan dan memicu obrolan (word-of-mouth) secara offline. Sayangnya, pesan yang disampaikan di satu media sosial seringkali berulang atau dipublikasikan kembali di media sosial yang lain. Contohnya di Facebook dan Twitter, konten yang disampaikan seringkali sama sehingga konsumen yang mengikuti kedua media sosial tersebut tidak mendapatkan sesuatu yang ‘baru’. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya anggota atau redaktur yang bertanggung jawab atas aktivitas online CC. Sejauh ini, seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan website dan media sosial di CC hanya dilakukan oleh satu orang yang bertindak sebagai Penanggung Jawab Online. Hal ini membuat kreativitas menjadi terbatas dan masing-masing media sosial tidak dapat tereksplorasi dengan baik. Menurut Max Weber, birokrasi hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut: pembagian kerja, hierarki wewenang, program rasional, sistem prosedur, dan sistem aturan hak-kewajiban20. Dalam hal ini, bagian Online CC semestinya memiliki struktur keanggotaan yang baik dengan job description yang jelas, sehingga masing-masing anggota dapat terarahkan dan bekerja secara maksimal. Dengan kata lain, dibentuk sebuah Divisi Online. Dengan menambah jumlah anggota atau redaktur Online dan melakukan spesialisasi pekerjaan, masing-masing anggota akan dikerahkan untuk ‘mengenali’ seluruh media sosial dengan baik sehingga dapat ditemukan cara-cara menyampaikan pesan yang kreatif, konsisten, dan kohesif dengan image merek sesuai dengan karakteristik keempat media sosial CC. Selain itu, CC juga harus menentukan rentang kendali atau jumlah anggota yang dapat diarahkan oleh Penanggung Jawab secara efektif dan efisien21. Memang tidak ada salahnya menjaring orang sebanyak-banyaknya untuk bekerja dalam suatu kelompok, tapi terkadang, kelebihan jumlah anggota justru membuat pekerjaan semakin terhambat. Oleh karena itu, 20
Muslamat, Sarkiah. Teori Organisasi. https://www.academia.edu/6976066/TEORI_ORGANISASI, diakses 11 Desember 2015. 21
https://teorionline.wordpress.com/2010/02/07/teori-struktur-organisasi/, diakses 11 Desember 2015. Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
13
Penanggung Jawab harus mampu memperkirakan berapa jumlah anggota yang dibutuhkan untuk masing-masing jobdesc dan memilih orang-orang dengan keahlian tertentu yang sekiranya dapat membantu mewujudkan tujuan Divisi Online dan redaksi CC secara keseluruhan. Dalam beberapa bulan terakhir, CC saja berganti CMS atau Content Management System yang menyebabkan pengerjaan website harus dimulai dari awal lagi. Meski tidak seratus persen karena artikel-artikel lama tetap bertahan, tapi beberapa aspek penting seperti konten, desain, dan template harus dikerjakan dengan mengacu pada mekanisme CMS yang baru sehingga memberikan tampilan yang berbeda. Hal tersebut tentu membutuhkan banyak tenaga untuk mengendalikan serentetan perintilan seperti membuat desain baru yang selaras, memastikan artikel telah diunggah dengan baik, dan memberitahukannya kepada masyarakat luas. Perubahan domain juga menyebabkan CC harus mensosialisasikan “.com menjadi .co.id” di seluruh media sosial dan dalam waktu yang tak sebentar. Jika hanya dilakukan oleh satu orang, hampir dipastikan seluruh pekerjaan tidak akan mampu ditangani dengan rapih. Perlu dilakukan pemaksimalan anggota agar masing-masing tugas bisa mendapatkan ‘perlakuan’ yang baik. Dengan mempersatukan tim, pengelolaan CMS menjadi lebih mudah dan sosialisasi tentang perubahan pun dapat berjalan tanpa hambatan, sehingga mampu mengembalikan Web traffic CC ke angka yang diinginkan. Dari segi kreativitas konten, CC juga masih belum bisa menyajikan sesuatu yang bersifat sangat menarik sehingga peran media sosial CC sebagai wadah atau tempat berkumpul komunitas pecintanya menjadi kurang maksimal. Pesan yang disampaikan pun terkadang membosankan. Giannini dalam bukunya memberikan sebuah petunjuk, dalam memanfaatkan media sosial sebagai strategi MPR, sebuah perusahaan hendaknya mencari ‘pengait’ yang dapat membuat pesan terdengar oleh khalayak sasaran (“find the hook that will make your message resonate with the target audience”. Sejauh ini, konten-konten yang disajikan masih bersifat parsial; terpisah-pisah untuk masing-masing media sosial dan tidak memiliki ‘pengait’ yang kuat untuk menarik perhatian konsumen, bisa mencakup sesuatu yang unik atau identik dengan sebuah merek. Sebagai contoh, ketiga terjadi pergantian CMS, CC dapat menarik perhatian para pembaca, pengikut, dan pengunjung media sosialnya dengan mengadakan kampanye bertagar, misalkan #BrandNewCC atau #CCNewLook. Tagar-tagar tersebut kemudian disebarkan secara serentak melalui Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube dalam pesan-pesan yang beragam. Dari situ, masyarakat dapat memperoleh informasi seputar apa itu #BrandNewCC atau #CCNewLook dan berinisiatif Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
14
untuk mengunjungi website CC. Redaksi juga bisa mengundang partisipasi masyarakat yang telah berkunjung ke website untuk memberikan komentar seputar tampilan terbarunya di Facebook atau Twitter. Bisa juga disisipi dengan kuis berhadiah sehingga konsumen semakin termotivasi. Dengan begitu, tak hanya Web traffic saja yang meningkat; konsumen juga dapat ter-engage dengan baik. Hook juga dapat diciptakan melalui video podcast, video yang memuat obrolan tertentu dengan selebritis Cover Story atau Kencan, atau pertanyaan yang rutin dilemparkan di seluruh media sosial untuk menciptakan sebuah forum. Sedangkan untuk memperkuat komunitas dan word-of-mouth terhadap CC, bagian Online harus bisa menciptakan pesan yang, menurut Giannini, ‘fun and intriguing’ dengan memperbanyak kerjasama dengan selebritis dan mengkombinasikan teknologi penyampaian termasuk Web, e-mail, SMS, dan obrolan secara langsung, contohnya pada saat event. Yang terakhir adalah pengukuran atau Measurement. Dalam bukunya, Giannini menjelaskan pemasar perlu mengukur efektivitas usaha MPR-nya baik terhadap khalayak sasaran maupun penghubung. Komponen-komponennya dapat berupa penjualan, keuntungan, perubahan pada market share, penetrasi pasar, dan brand awareness. Dengan mengamati perilaku penghubungnya, sebuah perusahaan dapat mengukur keefektifan komponen tertentu terutama dengan penghubung yang signifikan. Selain itu, media monitoring juga bisa dilakukan untuk menentukan apakah pesan yang disampaikan telah diterima dengan baik oleh khalayak sasaran. Dari situ, dapat diperoleh gagasan tentang ‘warna’ dan konteks yang sering mereka gunakan untuk menyebarkan pesan. Dalam hal ini, CC belum mempunyai mekanisme pengukuran yang jelas terkait dengan pemanfaatan media sosialnya. Pengukuran hanya dilakukan pada akhir bulan dengan menghitung jumlah comment, likes, reply, dan retweet secara keseluruhan pada seluruh media sosial CC tanpa menspesifikasikannya ke dalam kategori tertentu, misalkan Quotes dengan tema apa yang paling banyak mendapatkan likes, obrolan bertagar apa yang paling banyak menciptakan percakapan, atau video apa yang paling banyak mendapatkan komentar. Waktu pengukuran juga tidak tetap; tidak selalu dilakukan pada tanggal tertentu di akhir bulan. Bisa saja molor hingga memasuki bulan berikutnya. Hal tersebut membuat Divisi Online stagnan dalam menjalankan aktivitas Web dan media sosial CC karena belum mengetahui tren terbaru. Alhasil, pemanfaatan media sosial pada bulan berikutnya hanya mengikuti pola yang sudah ada sebelumnya tanpa menyajikan sesuatu yang segar. Sebaiknya, CC terlebih dahulu menentukan komponen MPR apa yang ingin diteliti sehingga mereka memiliki bahan evaluasi yang dapat dijadikan acuan untuk menjalankan Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
15
strategi pemanfaatan media sosial selanjutnya. Jika ingin mengukur brand awareness, CC harus selalu memantau tingkat partisipasi para pembaca, pengikut, dan pengunjung media sosialnya. Caranya, salah satu anggota Divisi Online CC diwajibkan menghitung jumlah percakapan yang muncul di masing-masing media sosial sekaligus mengamati materi publikasi terpopuler. Dia juga harus melakukan pengecekan dari sisi penghubung, apakah partner-nya sudah bekerjasama dengan baik sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Sementara untuk mengukur keberhasilan strategi MPR terhadap penjualan, CC dapat mengkorelasikan hasil pengukuran brand awareness dengan tingkat penjualan majalah di pasaran melalui survei. Selanjutnya, CC menentukan timeframe untuk masing-masing kegiatan MPR sehingga waktu untuk melaksanakan pengukuran menjadi jelas. Sebagai contoh, jika sebuah kampanye tagar direncanakan berjalan selama 6 bulan, maka pengukuran harus langsung dilakukan pada akhir bulan keenam.
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
16
Tabel 1. Taktik untuk Masing-Masing Media Sosial CC.
Media Sosial Facebook
Bentuk dan Isi Pesan Kekuatan
kata-kata
atau
Aktivitas Rutin Tertentu
Penjadwalan
kalimat; Menampilkan kembali berita- Mempublikasikan quotes pada
informasi yang disajikan harus memuat
berita pilihan terpopuler atau
pukul 07.00 sebagai ucapan
foto, blurb atau eye catcher, dan kalimat
yang paling banyak dibaca
selamat pagi dan 21.00 sebagai
informatif.
lewat tagar #CCMOSTREAD.
penutup.
Menggunakan bahasa Indonesia karena Live chat dengan artis yang Mempublikasikan artikel pada pengikutnya lebih beragam (tak hanya
menjadi Cover Story lewat
pukul 08.00, 10.00, 13.00
terdiri dari wanita berusia 20 – 30 tahun,
tagar #CCLiveChat beberapa
(waktu posting wajib), 14.00,
tapi juga ibu-ibu berusia >35 tahun.
hari setelah edisi baru terbit.
16.00, 17.00, dan jam pulang
Quotes berbahasa Indonesia, terutama Kuis dan polling
kantor 18.00 atau 19.00.
yang membahas relationship. Twitter
Kekuatan kata-kata atau kalimat; informasi yang disajikan harus mampu
Liputan langsung dari redaksi Sama seperti FB, bedanya Quotes CC (live report).
menarik dalam 140 karakter, terdiri dari
#CCLiveChat
baris informasi dan persuasi.
#CCQUIZ
Quotes berbahasa Inggris karena
ditutup pada pukul 22.00.
Polling
pengikut Twitter lebih menyukai bahasa yang universal dan catchy.
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
17
Instagram
Kekuatan gambar; foto yang diunggah Kuis
Fleksibel, materi foto atau video
harus jelas, indah, serta memiliki nilai Penggunaan tagar di setiap yang berita.
publikasi
Memasukkan unsur 5W+1H pada caption
foto
#celebrity,
tersedia
seperti diunggah
bisa
meski
langsung
sudah
lewat
#beauty, tengah malam.
foto agar pengikut dan pengunjung
#filmindonesia, #culinary, dan
Instagram mampu memahami informasi
#kpop.
secara lebih jelas. Memperbanyak foto-foto selebritis lokal karena
selalu
mendapatkan
likes
terbanyak. Mengunggah video berisi cuplikan event, wawancara, atau pemotretan. YouTube
Kekuatan video; tayangan yang dimuat Mengunggah video behind-the- Direncanakan harus
berdasarkan
tata
pengambilan scene, wawancara dan tip artis, dan live concert/music/showcase.
gambar yang baik. Membagi link video Youtube ke seluruh
wajib
posting
setiap hari Senin dan Kamis. Video
live
report/music/showcase
media sosial CC dengan menggunakan
diunggah maksimal H+1 acara
judul menarik, misalnya: “Mau tahu tip
untuk
cinta out-of-the-box dari si A? Klik…
pengunjung.
menjaga
antusiasme
(URL video)”.
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
18
PENUTUP Simpulan Dari studi yang dilakukan terhadap pemanfaatan media sosial sebagai strategi MPR Majalah Cita Cinta, dapat disimpulkan bahwa: 1)
Pemanfataan media sosial yang dilakukan oleh CC sudah cukup baik, meliputi pengintegrasian konten dengan menjadikan isi website CC sebagai key content media sosial, konsisten menyajikan pesan sesuai dengan image yang ingin diciptakan sebagai majalah wanita Indonesia yang ‘lokal banget’, dan mengaktivasi media sosial sesuai dengan keunggulan dan karakteristik masing-masing.
2)
Fitur-fitur interaktif yang tersaji di masing-masing media sosial terbukti membantu CC dalam menciptakan dialog dengan para pembaca, pengikut, dan pengunjung keempat situs jejaring sosialnya. Apalagi jika menggunakan tagar; fungsinya untuk mem-viralkan sebuah frasa di Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube berhasil mengundang partisipasi konsumen untuk bergabung ke dalam sebuah online event atau forum dan ‘mengobrol’ secara langsung baik dengan admin CC maupun sesama pengikut. CC juga selalu bekerjasama dengan penghubung yang biasanya merupakan selebritis untuk membantu meningkatkan keterlibatan konsumen di media sosial.
3)
Usaha dalam mencapai tujuan MPR CC terlihat dari pemenuhan kelima elemen yang menurut Giannini wajib ada dalam sebuah program atau kampanye perusahaan. Sayangnya dari segi pesan, CC kurang mampu menghasilkan sesuatu yang lebih menarik akibat minimnya sumber daya manusia. Dari aspek Measurement, CC juga tidak melakukan aktivitas pengukuran yang jelas dan rutin untuk melihat apakah pemanfaatan media sosialnya sudah berjalan secara efektif atau belum.
Rekomendasi Dalam memanfaatkan media sosial ke depannya, CC dapat melakukan beberapa melakukan beberapa terobosan untuk mencapai tujuan-tujuan Marketing Public Relationsnya. Di antaranya dengan: 1)
Mengedukasi para pembaca, pengikut, dan pengunjung media sosial terkait mereknya melalui pembahasan khusus tentang rubrik-rubrik atau kanal-kanal CC, mengundang selebritis dalam diskusi online dengan tema seputar CC, dan melakukan tanya jawab dengan para pengikut atau pengunjung di media sosial.
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
19
2)
Membangun insight dan memberikan dukungan terhadap masyarakat, misalkan dengan berpartisipasi
dalam
isu-isu
sosial
seperti
#PrayforParis,
#SaveOrangUtan,
#CancerAwareness, #RevolusiMental, maupun #DukungMusikIndonesia. Tak hanya ikut mem-posting dan men-tweet artikel yang menyatakan dukungan terhadap isu tersebut, tapi juga menyajikan bahasan dan obrolan dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk membangun keterlibatan masyarakat luas. 3)
Untuk memperkuat engagement, CC dapat membentuk sebuah komunitas dunia maya yang berisikan pembaca, pengikut, maupun pengunjung media sosialnya. Tak hanya dilakukan secara online, kegiatannya juga akan melibatkan pertemuan tatap muka untuk mempererat bonding CC dengan seluruh anggota maupun antaranggota. Melalui komunitas tersebut, CC berkesempatan untuk memperluas jangkauan khalayak sasarannya melalui pengadaan event, kerjasama dengan perusahaan atau organisasi lain, dan pelaksanaan CSR. Dengan begitu, dalam melaksanakan strategi MPR-nya, CC tidak perlu khawatir kelimpungan karena akan memperoleh bantuan yang kuat dari komunitasnya.
4)
Mewajibkan seluruh anggota redaksi untuk terlibat dalam aktivitas media sosial CC, termasuk ikut posting di Facebook dan Instagram serta tweeting di Twitter. CC juga dapat membuat special Web page yang berfungsi menampung seluruh public mentions CC ke dalam satu laman komunitas sekaligus menyediakan akses menuju tutorial Twitter. Usaha tersebut dapat membuat merek CC lebih mudah diketahui dan dipahami serta untuk meng-engage konsumen lebih dalam lagi.
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
20
DAFTAR REFERENSI Harris, T.L. & P.T Whalen. 2006. The Marketer’s Guide to Public Relations in the 21st Century, 1st ed. Ohio: Thomson/South Western. Henry, R. 1995. Marketing Public Relations: The Hows that Make it Work. Ames, IA: Iowa State University Press. Giannini, G.T., Jr. 2010. Marketing Public Relations: A Marketer’s Approach to Public Relations and Social Media, 1st ed. New Jersey: Pearson Education Limited. Kotler, P. 2003. Marketing Management, 11th ed. New Jersey: Prentice Hall. Cleo Magazine Overview. Bauer Media. (http://www.bauer-media.com.au) Journal of Costumer Behaviour. 2014. Vol. 13, No. 1, pp. 5 – 24. Muslamat,
Sarkiah.
Teori
Organisasi.
(https://www.academia.edu/6976066/TEORI_ORGANISASI) Naveed, Noor-e-Hira. 2012. Role of Social Media on Public Relations, Brand Involvement, and Brand Commitment. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Vol. 3, No. 9. (http://www.ijcrb.webs.com) Pradiptarini, Charity. 2011. Social Media Marketing: Measuring Its Effectiveness and Identifying the Target Market. UW-L Journal of Undergraduate Research XIV. www.citacinta.co.id https://www.facebook.com/citacinta/?fref=ts www.twitter.com/citacintamagz www.instagram.com/citacintamagz https://www.youtube.com/user/CITACINTAmagz https://econsultancy.com/blog/3527-what-is-social-media-here-are-34-definitions https://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia/ http://www.inma.org/article/index.cfm/41038-the-state-of-print-media-during-the-digital-age
http://www.kompasiana.com/moh.faiz/peran-perkembangan-media-cetak-di-eraperkembangan-teknologi-komunikasi_5528c2086ea834512f8b45ce Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016
21
http://marketing-made-simple.com/articles/push-pull-strategy.htm https://www.maxmanroe.com/mengapa-kontes-media-sosial-bisa-menjadi-sarana-promosionline-yang-efektif.html http://www.socialmediatoday.com/marketing/sarah-snow/2015-10-21/small-business-mediaplan-what-else-do-you-need-beyond-social-media http://tekno.liputan6.com/read/2164377/pengguna-internet-indonesia-kuasai-media-sosial-di2015 https://teorionline.wordpress.com/2010/02/07/teori-struktur-organisasi/ http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Nasib+Media+Cetak+Di+tengah+Era+Digital &&nomorurut_artikel=422 Wawancara singkat dengan Pemimpin Redaksi Majalah Cita Cinta Zornia Devi Harisantoso, Jumat, 6 November 2015. Wawancara singkat dengan Penanggung Jawab Online Majalah Cita Cinta Meiranie Nurtaeni, Minggu, 15 November 2015 dan Kamis, 26 November 2015. Wawancara singkat dengan Mantan Penanggung Jawab Online Majalah Cita Cinta Novi Nadya, Jumat, 20 November 2015.
Universitas Indonesia Strategi marketing…, Rifdia Aulia Rahma, FISIP UI, 2016