No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2011
TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011
1.
Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2010. Tingkat kemiskinan pada Maret 2011 hanya 4,20 persen menurun 0,68 persen dibandingkan kondisi Maret 2010 yang mencapai 4,88 persen.
Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2011 mencapai 166,2 ribu orang, dengan komposisi 92,9 ribu orang di daerah perkotaan dan 73,3 ribu orang di daerah perdesaan.
Garis kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penghitungan penduduk miskin di Bali pada Maret 2011, mengalami peningkatan sebesar 12,02 persen dari Rp 208.152,00 pada Maret 2010 menjadi Rp 233.172,00.
Garis kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama mengalami peningkatan. Daerah perkotaan mengalami peningkatan garis kemiskinan sebesar 11,47 persen, dan garis kemiskinan di perdesaan mengalami peningkatan sebesar 11,74 persen.
Peranan komoditas makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditas nonmakanan terhadap pembentukan garis kemiskinan di Bali pada Maret 2011. Komoditas makanan memberi sumbangan sebesar 70,25 persen, sedangkan sumbangan komoditas nonmakanan hanya sebesar 29,75 persen.
Indeks kedalaman kemiskinan di Bali pada Maret 2011 mengalami penurunan, sedangkan indeks keparahannya mengalami peningkatan. Indeks kedalaman kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0,05 poin, sedangkan indek keparahan kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 0,02 poin jika dibandingkan kondisi Maret 2010. Kondisi ini mencerminkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan tetapi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin melebar.
Indeks kedalaman kemiskinan di daerah perdesaan lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Begitu juga halnya dengan indeks keparahan kemiskinan. Kondisi ini mencerminkan kemiskinan di daerah perkotaan lebih parah dibandingkan daerah perdesaan.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Bali Tahun 2007 - 2011
Kemiskinan telah menjadi masalah yang kompleks dan kronis baik di tingkat nasional maupun regional, sehingga penanggulangannya memerlukan strategi yang tepat dan berkelanjutan. Programprogram pembangunan yang dilaksanakan selama ini telah memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini masih menjadi masalah yang berkepanjangan. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2010
1
Provinsi Bali yang dikenal sebagai daerah pariwisata, sampai saat ini juga belum bisa luput dari permasalahan kemiskinan penduduk. Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Bali selama lima tahun terakhir. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Bali Tahun 2007-2011
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Org) Kota
Desa
(2)
(3)
(4)
2007
119,8
109,3
229,1
6,01
7,47
6,63
2008
115,1
100,6
215,7
5,70
6,81
6,17
2009
92,1
89,7
181,7
4,50
5,98
5,13
2010
83,6
91,3
174,9
4,04
6,02
4,88
2011
92,9
73,3
166,2
3,91
4,65
4,20
(1)
Kota+Desa
Persentase Penduduk Miskin (%) Kota
Desa
Kota+Desa
(5)
(6)
(7)
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2007 - 2011
Berdasarkan hasil penghitungan dengan Susenas Panel Bulan Maret, jumlah penduduk miskin di Bali selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada periode Maret 2007 – Maret 2008, jumlah penduduk miskin di Bali masih berada di atas kisaran 200 ribu orang tiap tahunnya. Mulai Maret 2009, jumlah penduduk miskin di Bali berada di bawah kisaran 200 ribu yaitu 181,7 ribu orang pada Maret 2009; 174,9 ribu orang pada Maret 2010; dan 166,2 ribu orang pada Maret 2011. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 berkurang sampai 62,9 ribu orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2007. Dibandingkan dengan Maret 2010, jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 mengalami penurunan sebesar 8,7 ribu orang. Menurunnya jumlah penduduk miskin di Bali, merupakan salah satu cerminan keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam menggalakkan program-program penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan tabel 1, daerah perkotaan di Bali pada umumnya memiliki jumlah penduduk miskin yang lebih banyak dibandingkan daerah perdesaan. Selisih jumlah penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan cukup tinggi bahkan mencapai dua digit selama periode Maret 2007 – Maret 2008. Selisih jumlah penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan pada Maret 2009 yaitu hanya 2,4 ribu orang. Pada Maret 2010 terjadi pergeseran jumlah penduduk miskin, dimana jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan mencapai 93,3 ribu orang sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan hanya 83,6 ribu orang. Sedangkan pada Maret 2011 jumlah penduduk miskin di perkotaan kembali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk di perdesaan.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2010
2.
Tingkat Kemiskinan Bali Maret 2010 - Maret 2011
Dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan, tingkat kemiskinan di Bali selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada Maret 2011, tingkat kemiskinan di Bali hanya 4,20 persen menurun sebesar 0,68 persen dibandingkan dengan tingkat kemiskinan Maret 2010. Tingkat kemiskinan di daerah perkotaan terus mengalami penurunan, dari 6,01 persen pada Maret 2007 menjadi hanya 3,91 persen pada Maret 2011. Daerah perdesaan juga mengalami penurunan tingkat kemiskinan pada periode Maret 2007 – Maret 2009 dan Maret 2011, namun pada Maret 2010 tingkat kemiskinan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik 1 Tingkat Kemiskinan Provinsi Bali Tahun 2007–2011
10 8 6.63
6.17
6
5.13
4.88 4.20
4 2 0 2007
2008
2009
2010
2011
Tingkat kemiskinan pada Maret 2011 di daerah perkotaan lebih rendah dibanding perdesaan. Dari total penduduk perkotaan, hanya 3,91 persen tergolong penduduk miskin dan sisanya 96,09 persen penduduk tergolong tidak miskin. Sedangkan di daerah perdesaan hanya 95,35 persen penduduk tergolong tidak miskin dari total penduduk.
3.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2010 – Maret 2011
Penentuan penduduk miskin oleh BPS, didahului oleh penentuan Garis Kemiskinan (GK) sebagai besaran nilai pengeluaran yang dibutuhkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan nonmakanan. Terdapat dua komponen untuk menghitung Garis Kemiskinan (GK) yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Selanjutnya penduduk miskin ditentukan berdasarkan posisi rata-rata pengeluaran per kapita per bulan terhadap Garis Kemiskinan. Penduduk dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan (GK) tergolong penduduk miskin.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2010
3
Tabel 2 Garis Kemiskinan Provinsi Bali Menurut Komponen dan Daerah, Maret 2010 – Maret 2011 Garis Kemiskinan ( Rp )
Kota
Desa
Kota + Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Maret 2010
222.868
188.071
208.152
Maret 2011
248.431
210.147
233.172
Maret 2010
153.426
134.842
145.567
Maret 2011
172.554
150.591
163.800
Maret 2010
69.442
53.229
62.586
Maret 2011
75.877
59.556
69.372
Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan Makanan
Garis Kemiskinan Non Makanan
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2006 - 2011
Garis Kemiskinan provinsi Bali pada Maret 2011 mengalami peningkatan sebesar 12,02 persen jika dibandingkan Garis Kemiskinan Maret 2010. Garis Kemiskinan Makanan selalu lebih besar dibandingkan Garis Kemiskinan Non Makanan. Pada Maret 2011, Garis Kemiskinan Makanan mencapai Rp 163.800,00 sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan hanya sebesar Rp 69.372,00.
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Pemahaman tentang kemiskinan tidak hanya terbatas pada berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman kemiskinan (P1) dan tingkat keparahan kemiskinan (P2). Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2010 – Maret 2011, indeks P1 di Bali menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks kedalaman (P1) menurun dari 0,71 menjadi 0,66 pada Maret 2011. Sedangkan indeks P2 di Bali menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks keparahan (P2) naik dari 0,14 pada Maret 2010 menjadi 0,16 pada Maret 2011. Penurunan nilai indeks P1 ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan, sedangkan peningkatan indeks P2 mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin melebar. Kemiskinan di perkotaan pada tahun 2011 lebih parah dibandingkan di perdesaan, hal ini tercermin dari nilai P1 dan P2 di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. P1 daerah perkotaan 0,76 dan daerah perdesaan 0,52; P2 desa hanya 0,09 sedangkan di kota 0,20.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2010
Tabel 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Bali Menurut Daerah, Maret 2010 - Maret 2011 Indeks Kemiskinan
Kota
Desa
Kota + Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Maret 2010
0,52
0,96
0,71
Maret 2011
0,76
0,52
0,66
Maret 2010
0,09
0,22
0,14
Maret 2011
0,20
0,09
0,16
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2010 dan Maret 2011
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, lemak, dll).
d. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2011 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel bulan Maret 2011. Di Provinsi Bali, jumlah sampel SUSENAS Panel bulan Maret 2011 adalah 1.920 rumahtangga. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditas Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok nonmakanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2010
5
Informasi lebih lanjut hubungi: Indra Susilo, DPSc, MM Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]