No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014
PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 185,20 RIBU ORANG
Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) pada bulan Maret 2014 di Bali mencapai 185,20 ribu orang (4,53 persen), naik sebesar 2,43 ribu orang (0,04 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 yang berjumlah 182,77 ribu orang (4,49 persen).
Selama periode September 2013-Maret 2014, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 3,13 ribu orang (dari 103,03 ribu orang pada September 2013 menjadi 99,90 ribu orang pada Maret 2014). Sementara itu penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah sebanyak 5,56 ribu orang (dari 79,74 ribu orang pada September 2013 menjadi 85,30 ribu orang pada Maret 2014).
Selama periode September 2013-Maret 2014, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan, sementara itu di daerah perdesaan tercatat mengalami kenaikan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 4,17 persen, turun menjadi 4,01 persen pada Maret 2014. Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 5,00 persen pada September 2013 menjadi 5,34 persen pada Maret 2014.
Komoditas makanan berperan jauh lebih besar terhadap pembentukan Garis Kemiskinan dibandingkan dengan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2014 tercatat sebesar 69,60 persen, yang tidak berbeda jauh dengan kondisi September 2013 yang sebesar 69,70 persen.
Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, mie instan, bawang merah, susu bubuk dan cabe rawit. Sementara itu, di perdesaan diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, cabe rawit, bawang merah, kopi, gula pasir, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan diantaranya adalah biaya perumahan, upacara agama atau adat lainnya, dan bensin.
Pada periode September 2013-Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Bali cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2013-Maret 2014
Jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2014 mencapai 185,20 ribu orang (4,53 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2013, maka selama enam bulan tersebut terjadi pertambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 2,43 ribu orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2013-Maret 2014, penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebanyak 3,13 ribu orang (0,16 persen) sementara itu di daerah perdesaan mengalami kenaikan, yaitu sebanyak 5,56 ribu orang (0,34 persen). Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, September 2013-Maret 2014 Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
103,03
4,17
99,90
4,01
September 2013
79,74
5,00
Maret 2014
85,30
5,34
182,77 185,20
4,49 4,53
Perkotaan September 2013 Maret 2014 Perdesaan
Kota+Desa September 2013 Maret 2014
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2013 dan Maret 2014
Beberapa faktor terkait dengan kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bali selama periode September 2013-Maret 2014 adalah: 1. Di perdesaan Bali pada periode triwulan III 2013 triwulan I 2014 terjadi inflasi sebesar 1,67 persen. Pada periode yang sama sebenarnya di perkotaan juga terjadi inflasi. Ini menunjukkan penduduk di perdesaan lebih rentan terkena dampak inflasi dibanding perkotaan karena kemiskinan di perdesaan naik, sedangkan di perkotaan malah turun. 2. Terjadinya kontraksi di sektor pertanian (pertumbuhan negatif) sebesar 1,95 persen pada periode tersebut (sektor pertanian adalah sektor utama di daerah perdesaan). 3. Terjadi kenaikan harga eceran beberapa kebutuhan pokok di Bali pada periode tersebut, seperti beras (0,90%), minyak goreng (4,25%), cabai rawit (71,65%)
2.
Perkembangan Kemiskinan Maret 2011-Maret 2014
Berdasarkan Gambar 1 memperlihatkan perkembangan kemiskinan di Bali yang cukup berfluktuasi. Dari Maret 2011 sampai September 2011 persentase penduduk miskin mengalami kenaikan, kemudian pada periode September 2011 sampai September 2012 mengalami penurunan. Namun, pada periode Maret 2013 sampai Maret 2014 persentase penduduk miskin terus mengalami kenaikan. 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014
Gambar 1 Perkembangan Kemiskinan di Bali, Maret 2011-Maret 2014
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
3.
Perubahan Garis Kemiskinan September 2013-Maret 2014
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada September 2013 dan Maret 2014. Tabel 2 Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, September 2013-Maret 2014 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun
Makanan
Bukan Makanan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Perkotaan September 2013 Maret 2014 Perubahan Sept13-Maret14 (%)
206.993 213.970 3,37
91.456 96.351 5,35
298.449 310.321 3,98
Perdesaan September 2013 Maret 2014 Perubahan Sept13-Maret14 (%)
183.951 192.233 4,50
77.662 79.413 2,25
261.613 271.646 3,83
Kota+Desa September 2013 Maret 2014 Perubahan Sept13-Maret14 (%)
197.960 205.477 3,80
86.049 89.733 4,28
284.009 295.210 3,94
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2013 dan Maret 2014
Selama periode September 2013-Maret 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,94 persen, yaitu dari Rp 284.009,- per kapita per bulan pada September 2013 menjadi Rp 295.210,- per kapita per bulan pada Maret 2014. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014
3
(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2013 sebesar 69,70 persen tidak jauh berbeda dengan Maret 2014 yang sebesar 69,60 persen. Pada Maret 2014, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 26,79 persen di perkotaan dan 36,11 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (6,90 persen di perkotaan dan 4,58 persen di perdesaan). Komoditas lainnya adalah daging ayam ras (4,02 persen di perkotaan dan 1,74 persen di perdesaan), bawang merah (2,08 di perkotaan dan 2,26 persen di perdesaan), cabe rawit (1,98 persen di perkotaan dan 2,42 persen di perdesaan), telur ayam ras (2,67 persen di perkotaan dan 1,91 persen di perdesaan), dan seterusnya. Sementara mie instan, susu bubuk dan tahu hanya memberi pengaruh besar terhadap GK di perkotaan, sedangkan gula pasir, tongkol/tuna/cakalang dan roti manis/roti lainnya hanya memberi pengaruh besar terhadap GK di perdesaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Daftar Komoditas yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, Maret 2014 Komoditas
Kota
Komoditas
Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Makanan Beras
26,79
Beras
36,11
Rokok kretek filter
6,90
Rokok kretek filter
4,58
Daging ayam ras
4,02
Cabe Rawit
2,42
Telur ayam ras
2,67
Bawang Merah
2,26
Mie instan
2,12
Kopi
2,22
Bawang Merah
2,08
Gula pasir
2,17
Susu Bubuk
2,07
Telur ayam ras
1,91
Cabe Rawit
1,98
Daging ayam ras
1,74
Tahu
1,94
Tongkol/tuna/cakalang
1,62
Kopi
1,82
Roti manis/roti lainnya
1,50
Perumahan
10,02
Perumahan
11,07
Upacara agama atau adat lainnya
3,82
Upacara agama atau adat lainnya
2,95
Bensin
3,63
Kayu bakar
2,73
Listrik
2,78
Bensin
2,72
Pendidikan
1,83
Listrik
1,42
Bukan Makanan
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2014
Lima komoditas bukan makanan pemberi sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan di perkotaan dan perdesaan agak berbeda. Tercatat di perkotaan adalah biaya untuk perumahan, upacara agama atau adat lainnya, bensin, listrik, dan pendidikan, sementara di perdesaan adalah biaya untuk perumahan, upacara agama atau adat lainnya, kayu bakar, bensin, dan listrik.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode September 2013 - Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan yang cukup signifikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,705 pada September 2013 menjadi 0,423 pada Maret 2014. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,165 menjadi 0,068 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin mengecil. Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Bali Menurut Daerah, September 2013 - Maret 2014 Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
September 2013
0,803
0,553
0,705
Maret 2014
0,452
0,377
0,423
September 2013
0,204
0,104
0,165
Maret 2014
0,079
0,053
0,068
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2013 dan Maret 2014,
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2014 di daerah perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan, sama seperti kondisi September 2013. Pada Maret 2014, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar 0,452 lebih tinggi dibanding daerah perdesaan yang hanya sebesar 0,377. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan mencapai 0,079 sementara di daerah perdesaan hanya 0,053. Dapat disimpulkan bahwa kondisi kemiskinan di daerah perkotaan di Bali lebih buruk dibandingkan dengan daerah perdesaan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014
5
5.
6
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2014 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2014. Sampel SUSENAS bulan Maret 2014 untuk Provinsi Bali adalah 1440 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditas Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/07/51/Th. VIII, 1 Juli 2014
Informasi lebih lanjut hubungi: Indra Susilo, DPSc, MM Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]