BADAN PUSAT STATISTIK
No. 02 / 07 Th.XI / Juli
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010
RINGKASAN
Meskipun Penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Maret 2009 dari sebesar 1013,2 ribu menjadi 1014,1 ribu pada Maret 2009, akan tetapi persentase penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Maret 2009, dari sebesar 23,31 persen menjadi 23,03 persen pada Maret 2010.
Peningkatan jumlah penduduk miskin Provinsi NTT selama Februari 2009-Maret 2010 terjadi karena laju pertumbuhan penduduk NTT yang meningkat, naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut, yang digambarkan oleh inflasi umum NTT sebesar 8,70 persen(y-o-y Maret 09-Maret 2010) serta terjadinya kekeringan pada periode November 2009-Maret 2010 yang menyebabkan produksi tanaman pangan mengalami penurunan akibat kekeringan.
Selama Maret 2009-Maret 2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 12,24 persen, yaitu dari Rp 156,191,- per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 175,308,- per kapita per bulan pada Maret 2010. Persentase kenaikan garis kemiskinan lebih tinggi terjadi di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan, yaitu masing-masing 12,82 persen dan 10,52 persen pada periode yang sama.
Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya perubahan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada keadaan Maret 2009 4,14 menjadi 4,74 pada keadaaan Maret 2010. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan relatif dari 1,14 menjadi 1,43 pada periode yang sama.
Berita Resmi Statistik No. 02 / 07 Th.XI / Juli 2010
1
1.
Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi NTT, 2006-2010 Meskipun Penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Maret 2009 dari sebesar 1013,2 ribu menjadi 1014,1 ribu pada Maret 2009, akan tetapi persentase penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Maret 2009, dari sebesar 23,31 persen menjadi 23,03 persen pada Maret 2010. Peningkatan jumlah penduduk miskin Provinsi NTT selama Februari 2009-Maret 2010 terjadi karena laju pertumbuhan penduduk NTT yang meningkat, naiknya harga barangbarang kebutuhan pokok selama periode tersebut, yang digambarkan oleh inflasi umum NTT sebesar 8,70 persen(y-o-y Maret 09-Maret 2010) serta terjadinya kekeringan pada periode November 2009-Maret 2010 yang menyebabkan produksi tanaman pangan mengalami penurunan akibat kekeringan. Keadaan penduduk miskin Provinsi NTT pada periode 2006-2010 cenderung semakin menurun, akan tetapi terjadi kenaikan pada tahun 2010 (Tabel 1). Tahun 2010 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 0,95 ribu karena kenaikan harga yang digambarkan oleh inflasi umum, yaitu dari 1013,2 ribu pada tahun 2009 menjadi 1014,1 ribu pada tahun 2010. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari 23,31 persen pada Maret 2009 menjadi 23,03 persen pada Maret 2010.
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi NTT Menurut Daerah, 2006-2010
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (000) Kota
Desa
2006
148,0
1125,9
2007
124,9
2008
Kota+Desa
Persentase Penduduk Miskin Kota
Desa
Kota+Desa
1273,9
18,77
31,68
29,34
1038,7
1163,6
16,41
29,95
27,51
119,3
979,1
1098,3
15,50
27,88
25,65
2009
109,4
903,7
1013,2
14,01
25,35
23,31
2010
107,4
906,7
1014,1
13,57
25,10
23,03
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Berita Resmi Statistik No. 02 / 07 Th.XI / Juli 2010
2
2.
Perkembangan Penduduk Miskin Maret 2009-Maret 2010 Jumlah penduduk miskin di NTT pada bulan Maret 2010 sebesar 1,014 juta orang (23,03 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 1,103 juta orang (23,31 persen), berarti jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 naik sebesar 0,95 ribu. Meskipun demikian persentase penduduk miskin pada Maret 2010 masih lebih rendah dibandingkan keadaan Maret 2009. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, terjadi peningkatan penduduk miskin di daerah pedesaan yaitu bertambah 2,97 ribu, sementara di daerah perkotaan berkurang 2,03 ribu orang (Tabel 2). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2009, sebagian besar (89,20 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan, sementara pada bulan Maret 2010 persentase ini hampir sama yaitu 89,41 persen. Tabel 2, Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2009-Maret 2010 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah penduduk miskin (juta)
Persentase penduduk miskin
Maret 2009
155,895
62,901
218,796
109,4
14,01
Maret 2010
172,433
69,374
241,807
107.4
13.57
Maret 2009
117,129
25,350
142,478
903,7
25,35
Maret 2010
131,757
28,986
160,743
906.7
25.10
Maret 2009
124,094
32,097
156,191
1013,2
23,31
Maret 2010
139,065
36,243
175,308
1014.1
23.03
Daerah/Tahun Perkotaan
Pedesaan
Kota+Desa
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2009 dan Maret 2010
3.
Perubahan Garis Kemiskinan NTT Maret 2009-Maret 2010 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2009-Maret 2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 12,24 persen, yaitu dari Rp 156,191,- per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 175,308,- per kapita per bulan pada Maret 2010. Persentase kenaikan garis kemiskinan lebih tinggi terjadi di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan, yaitu masing-masing 12,82 persen dan 10,52 persen pada periode yang sama. Dengan memperhatikan komponen Garis
Berita Resmi Statistik No. 02 / 07 Th.XI / Juli 2010
3
Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), Pada bulan Maret 2009, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 79,45 persen, tetapi pada bulan Maret 2009, peranannya turun sedikit menjadi 79,33 persen.
4,
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya perubahan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada keadaan Maret 2009 4,14 menjadi 4,74 pada keadaaan Maret 2010. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 1,14 menjadi 1,43 pada periode yang sama (Tabel 3). Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin tahun 2010 dibanding tahun 2009 cenderung sedikit menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga sedikit bertambah. Tabel 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Nusa Tenggara Timur, Maret 2009- Maret 2010 Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2009 Maret 2010 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2009 Maret 2010
Kota
Desa
Kota + Desa
2,63 3.12
4,47 5.09
4,14 4.74
0,69 1.00
1,24 1.53
1,14 1.43
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2009 dan Maret 2010
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah pedesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 3,12 sementara di daerah pedesaan mencapai 5,09. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 1,00 sementara di daerah pedesaan mencapai 1,53. Ini berarti bahwa tingkat kemiskinan di daerah pedesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan.
Berita Resmi Statistik No. 02 / 07 Th.XI / Juli 2010
4
5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buahbuahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2010 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Modul Konsumsi bulan Maret 2010. Jumlah sampel sebesar 1,792 rumahtangga untuk penyajian data kemiskinan pada tingkat provinsi.
Berita Resmi Statistik No. 02 / 07 Th.XI / Juli 2010
5