BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. II/1 Juli 2008
PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008
RINGKASAN
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada Bulan Maret 2008 sebesar 6,190 juta orang (19,23 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2007 yang berjumlah 6,557 juta orang (20,43 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 0,367 juta orang. Selama periode Maret 2007 – Maret 2008, penduduk miskin Jawa Tengah di daerah perkotaan turun sebesar 0,131 juta orang, lebih rendah dibanding di daerah perdesaan turun sebesar 0,237 juta orang. Di Jawa Tengah, persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada Bulan Maret 2008, sebagian besar (58,70 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan. Garis Kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2008 sebesar Rp. 168.168,-. Pengeluaran untuk membiayai makanan sebesar 74,15 persen, sedangkan pengeluaran untuk membiayai komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan) hanya sebesar 25,85 persen. Pada periode Maret 2007 - Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa Tengah menunjukkan kondisi menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik No. 6/07/33/Th.II/1 Juli 2008
1
1.
Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Tengah, 1996-2007 Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2007 berfluktuasi dari tahun ke tahun (Tabel 1). Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 2,338 juta orang karena krisis ekonomi, yaitu dari 6,418 juta orang pada tahun 1996 menjadi 8,755 juta orang pada tahun 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari 21,61 persen menjadi 28,46 persen pada periode yang sama. Pada periode tahun 2002 - 2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 7,308 juta orang pada tahun 2002 menjadi 6,534 juta orang pada Pebruari 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 23,06 persen pada tahun 2002 menjadi 20,49 persen pada Pebruari 2005. Pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin, yaitu dari 6,534 juta orang (20,49 persen) pada bulan Pebruari 2005 menjadi 7,101 juta (22,19 persen) pada Bulan Maret 2006. Penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 0,287 juta orang, sementara di daerah perdesaan bertambah 0,280 juta orang. Peningkatan penduduk miskin di Jawa Tengah dari Pebruari 2005 ke Maret 206 disebabkan karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada 1 September 2005. yang kemudian memacu kenaikan harga-harga barang kebutuhan lainnya. Namun pada tahun 2007, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, yaitu dari 7,101 juta orang (22,19 persen) pada Bulan Maret 2006 turun menjadi 6.557 juta orang (20,43 persen) pada Bulan Maret 2007. Penduduk miskin di daerah perkotaan turun 0,271 juta orang, sementara di daerah perdesaan turun 0,273 juta orang. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Tengah menurut Daerah, 1996-2008
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Kota
Desa
1996
1.973,4
4.444,2
1999
3.062,2
2002
Kota+Desa
Persentase Penduduk Miskin Kota
Desa
Kota+Desa
6.417,6
20,67
22,05
21,61
5.723,2
8.755,4
27,80
28,05
28,46
2.762,3
4.546,0
7.308,3
20,50
24,96
23,06
2003
2.520,3
4.459,7
6.980,0
19,66
23,19
21,78
2004
2.346,5
4.497,3
6.843,8
17,52
23,64
21,11
2005
2.671,2
3.862,3
6.533,5
17,24
23,57
20,49
2006
2.958,1
4.142,5
7.100,6
18,90
25,28
22,19
2007
2.687,3
3.869,9
6.557,2
17,23
23,45
20,43
2008
2.556,5
3.633,1
6.189,6
16,34
21,96
19,23
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Berita Resmi Statistik No. 6/07/33/Th.II/1 Juli 2008
2
2.
Perkembangan Penduduk Miskin Maret 2007 - Maret 2008 Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada Bulan Maret 2008 sebesar 6,190 juta orang (19,23 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2007 yang berjumlah 6,557 juta orang (20,43 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 0,367 juta orang. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada Bulan Maret 2007 relatif sama dibandingkan keadaan Bulan Pebruari 2005, dimana persentase penduduk miskin sebesar 20,49 persen. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Maret 2007 - Maret 2008 terjadi karena pada Bulan Maret 2008 masih masuk periode panen raya dan belum ada dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak terjadi pada 24 Mei 2008. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih besar dari pada daerah perkotaan. Selama periode Maret 2007 - Maret 2008, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 0,237 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,131 juta orang (Tabel 1). Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada Bulan Maret 2007, sebagian besar (59,02 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada Bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 58,70 persen.
3.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2007-Maret 2008 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2007 - Maret 2008, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,12 persen, yaitu dari Rp. 154.111,- per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi Rp. 168.168,- per kapita per bulan pada Maret 2008 (Tabel 2). Komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa di Jawa Tengah peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Garis Kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2008 sebesar Rp. 168.168,-. Pengeluaran untuk membiayai makanan sebesar 74,15 persen, sedangkan pengeluaran untuk membiayai komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan) hanya sebesar 25,85 persen. Pada Bulan Maret 2007, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 75,17 persen, tetapi pada Bulan Maret 2008, peranannya hanya turun sedikit menjadi 74,15 persen.
Berita Resmi Statistik No. 6/07/33/Th.II/1 Juli 2008
3
Tabel 2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah menurut Daerah, Maret 2007 - Maret 2008 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (ribu)
Persentase penduduk miskin
168.186
2.687,3
17,23
51.547
184.704
2.556,5
16,34
108.979
31.824
140.803
3.869,9
23,45
116.708
35.823
152.531
3.633,1
21,96
Maret 2007
115.847
38.264
154.111
6.557,2
20,43
Maret 2008
124.703
43.465
168.168
6.189,6
19,23
Daerah/ Makanan
Bukan Makanan
Total
Maret 2007
123.111
45.075
Maret 2008
133.158
Maret 2007 Maret 2008
Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Kota+Desa
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2007 dan Maret 2008
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2007-Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,84 pada keadaan Bulan Maret 2007 menjadi 3,39 pada keadaaan Bulan Maret 2008. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 1,08 menjadi 0,90 pada periode yang sama (Tabel 3). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik No. 6/07/33/Th.II/1 Juli 2008
4
Tabel 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Tengah menurut Daerah, Maret 2007 – Maret 2008 Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
Maret 2007
3,33
4,32
3,84
Maret 2008
2,97
3,78
3,39
Maret 2007
0,96
1,19
1,08
Maret 2008
0.82
0,98
0,90
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2007 dan Maret 2008
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada Bulan Maret 2008, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 2,97 sementara di daerah perdesaan mencapai 3,78. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,82 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,98. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan.
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padipadian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
Berita Resmi Statistik No. 6/07/33/Th.II/1 Juli 2008
5
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2008 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Modul Konsumsi Bulan Maret 2008. Jumlah sampel seluruh Indonesia diperbesar dari 10.000 RT menjadi 68.000 RT (Sampel Jawa Tengah dari 1.200 RT menjadi 7.552 RT), supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi.
Berita Resmi Statistik No. 6/07/33/Th.II/1 Juli 2008
6