No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015
TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Bengkulu pada bulan Maret 2015 sebesar 334,07 ribu (17,88 persen). Bila dibandingkan dengan bulan September 2014 yang berjumlah 316,50 ribu (17,09 persen) maka penduduk miskin bertambah sebanyak 17,6 ribu jiwa sedangkan angka kemiskinannya meningkat sebesar 0,79 persen. Demikian pula dibandingkan dengan bulan Maret 2014 yang berjumlah 320,95 ribu (17,48 persen) penduduk miskin bertambah sebanyak 13,12 ribu jiwa sedangkan angka kemiskinannya meningkat sebesar 0,40 persen. Pada periode September 2014 - Maret 2015 maupun periode Maret 2014 - 2015 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Bengkulu meningkat. Hal itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin lebar.
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2014 - Maret 2015 Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu, Maret 2014 – Maret 2015 Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
Perkotaan Maret 2014
104,54
18,22
September 2014
99,59
17,19
Maret 2015
103,13
17,79
Maret 2014
216,41
17,14
September 2014
216,91
17,04
Maret 2015
230,94
17,93
Maret 2014
320,95
17,48
September 2014
316,50
17,09
Maret 2015
334,07
17,88
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Diolah dari data Susenas: Maret 2014 – Maret 2015
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No.55/09/17/Th.IX, 15 September 2015
1
Jumlah penduduk miskin pada periode September 2014 - Maret 2015 maupun periode Maret 2014 – Maret 2015 mengalami peningkatan. Pada periode September 2014 – Maret 2015 jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 17,6 ribu atau meningkat dari 316,50 ribu pada September 2014 menjadi 334,07 ribu pada Maret 2015, sedangkan persentasenya mengalami peningkatan dari 17,09 persen menjadi 17,88 persen. Pada periode Maret 2014 – Maret 2015 penduduk miskin bertambah sebanyak 13,12 ribu jiwa atau meningkat dari 320,95 ribu pada Maret 2014 menjadi 334,07 ribu pada Maret 2015, sedangkan persentasenya mengalami peningkatan dari 17,48 persen menjadi 17,88 persen. Jika ditinjau dari wilayah maka jumlah penduduk miskin di perkotaan maupun wilayah pedesaan mengalami peningkatan. Pada daerah perkotaan terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 3,5 ribu sedangkan di daerah pedesaan terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 14,0 ribu.
2.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2014 - Maret 2015
Penentuan seseorang dikatakan termasuk miskin atau tidak ditentukan oleh Garis Kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Pada periode September 2014- Maret 2015 Garis Kemiskinan naik sebesar 6,58 persen atau meningkat dari Rp 356.554,- per kapita per bulan pada bulan September 2014 menjadi Rp 380.029,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2015. Pada periode Maret 2014- Maret 2015 Garis Kemiskinan naik sebesar 12,79 persen atau meningkat dari Rp 336.930,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2014 menjadi Rp 380.029,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2015. Peningkatan garis kemiskinan di 2 (dua) periode tersebut seiring dengan terjadinya inflasi. Inflasi mengakibatkan nilai pengeluaran penduduk miskin mengalami peningkatan meskipun jumlah kebutuhan yang dikonsumsi relatif sama dengan tahun sebelumnya. Bila dibedakan antara daerah perkotaan dan pedesaan akan nampak nilai garis kemiskinan di perkotaan lebih besar dibandingkan garis kemiskinan di pedesaan. Pada kurun waktu Maret 2014 –Maret 2015 Garis Kemiskinan di pedesaan mengalami peningkatan yang cukup tinggi hingga mencapai 14,42 persen, sedangkan kurun waktu September 2014 – Maret 2015 peningkatannya sebesar 7,44 persen. Sementara pada periode yang sama garis kemiskinan di perkotaan meningkat sebesar 9,62 persen dan 4,91 persen Tabel 2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, Maret 2014 - Maret 2015 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Daerah/Tahun
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
Maret 2014
257.567
105.047
362.614
September 2014
270.436
108.445
378.881
Maret 2015
288.387
109.102
397.489
11,97 6,64
3,86 0,61
9,62 4,91
(1) Perkotaan
Perubahan Maret’14 – Maret ‘15(%) Perubahan September’14 – Maret ‘15(%)
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015
Perdesaan Maret 2014
264.373
60.888
September 2014
281.534
64.861
346.395
Maret 2015
303.059
69.112
372.171
14,63 7,65
13,51 6,55
14,42 7,44
Maret 2014
262.247
74.683
336.930
September 2014
278.063
78.490
356.554
Maret 2015
298.505
81.523
380.029
13,83 7,35
9,16 3,86
12,79 6,58
Perubahan Maret’14 – Maret ‘15(%) Perubahan September’14 – Maret ‘15(%)
325.261
Perkotaan + Perdesaan
Perubahan Maret’14 – Maret ‘15(%) Perubahan September’14 – Maret ‘15(%) Sumber: Diolah dari data Susenas: Maret 2014 – Maret 2015
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKMN), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 78,55 persen sementara sumbangan GKMN terhadap GK sebesar 21,45 persen. Komoditi
Kota
Komoditi
Desa
(2)
(3)
(1) Makanan
Makanan
Beras
32,42
Beras
48,08
Rokok kretek filter
13,91
Rokok kretek filter
6,66
Telur Ayam Ras
4,93
Cabe merah
4,45
Daging Ayam Ras
4,91
Gula Pasir
3,98
Cabe Merah
4,63
Telur Ayam Ras
3,48
Mie Instan
4,24
Kopi
3,14
Tongkol/Tuna/Cakalang
2,94
Mie Instan
2,79
Gula Pasir
2,67
Tongkol/Tuna/Cakalang
2,33
Ikan Mujair
2,43
Daging Ayam ras
2,25
Kopi
2,33
Bawang Merah
2,08
Bukan Makanan
Bukan Makanan
Perumahan
31,74
Perumahan
31,95
Bensin
12,09
Bensin
12,49
Pendidikan
10,68
Listrik
7,96
Listrik
9,52
Pendidikan
6,68
Perlengkapan Mandi
3,94
Perlengkapan Mandi
4,63
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No.55/09/17/Th.IX, 15 September 2015
3
3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu dikaitkan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode September 2014-Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan meningkat dari 2,85 September 2014 menjadi 3,48 pada Maret 2015, untuk periode Maret 2014 – Maret 2015 juga menalami peningkatan dari 2,78 pada Maret 2014 menjadi 3,48 pada Maret 2015. Begitupun Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami peningkatan (Tabel 3). Peningkatan P1 mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga makin lebar. Periode September 2014 – Maret 2015 naik dari 0,74 menjadi 0,97, sedangkan periode Maret 2014 – Maret 2015 naik dari 0,70 menjadi 0,97. Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah, Maret 2014 - Maret 2015 Daerah/Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
Maret 2014
2,90
2,72
2,78
September 2014
2,69
2,92
2,85
Maret 2015
3,93
3,28
3,48
Maret 2014
0,74
0,69
0,70
September 2014
0,75
0,75
0,74
Maret 2015
1,21
0,86
0,97
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas: Maret 2014 – Maret 2015
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian,
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015
ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2015, dengan jumlah sampel sebesar ±300.000 rumah tangga untuk seluruh Indonesia. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No.55/09/17/Th.IX, 15 September 2015
5
BPS PROVINSI BENGKULU Informasi lebih lanjut hubungi: Kepala Bidang Statistik Sosial
Drs. Timbul P Silitonga, M.Si
Telepon: 0736-349117 e-mail:
[email protected]
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015