No. 42/07/17/XI, 17 Juli 2017
TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017 -
-
JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 316.980 ORANG (16,45 %) KEMISKINAN MARET 2017 MENURUN JIKA DIBANDINGKAN MARET 2016 (17,32%).
Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu mencapai 316.980 orang (16,45 persen), berkurang sebesar 11.630 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar 328.610 orang (17,23 persen). Selama periode Maret 2016 – Maret 2017, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan sedangkan di daerah pedesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 16,16 persen naik menjadi 16,33 persen pada Maret 2017. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 17,85 persen pada Maret 2016 menjadi 16,51 persen pada Maret 2017. Secara absolut jumlah penduduk miskin periode September 2016-Maret 2016 di pedesaan turun sebesar 11.400 orang dan di perkotaan naik sebesar 2.800 orang. Kontribusi komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2017 tercatat sebesar 76,31 persen, kondisi ini mengalami penurunan dibanding dengan kondisi Maret 2016 yang sebesar 78,01 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, cabe merah, gula pasir, daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang merah. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin,listrik, dan pendidikan. Pada periode periode Maret 2016 – Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peurunan, ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin mengecil. Namun bila dibandingkan dengan bulan September 2016 mengalami peningkatan, hal ini perlu upaya yang lebih intensif dalam penanganan penduduk miskin. 1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2016–Maret 2017
Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu mencapai 316.980 orang (16,45
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17Juli 2017
1
persen), berkurang sebesar 11.630 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang sebesar 328.610 orang (17,32 persen). Selama periode Maret 2016 – Maret 2017, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan sedangkan di daerah pedesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 16,19 persen naik menjadi 16,33 persen pada Maret 2017. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 17,85 persen pada Maret 2016 menjadi 16,51 persen pada Maret 2017. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu, Maret 2016 - Maret 2017 Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)
Persentase Penduduk Miskin (%)
(1)
(2)
(3)
Perkotaan Maret 2016
97.340
16,19
September 2016
98.070
16,16
Maret 2017
100.840
16,33
Maret 2016
231.270
17,85
September 2016
227.530
17,43
Maret 2017
216.140
16,51
Maret 2016
328.610
17,32
September 2016
325.600
17,03
Maret 2017
316.980
16,45
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017
2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2012- Maret 2017
Selama periode 2012 – Maret 2017 tingkat kemiskinan di Provinsi Bengkulu mengalami perkembangan yang fluktuatif. Angka kemiskinan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2013 sebesar 18,44 persen. Penurunan terjadi pada bulan September 2013 sebesar 17,75 persen dan terus menurun sampai pada bulan September 2014. Angka kemiskinan kembali meningkat pada bulan Maret 2015 sebesar 17,88 persen. Selanjutnya pada bulan September 2015 menurun dibandingkan pada bulan Maret 2015. Pada bulan Maret 2016, angka kemiskinan kembali meningkat (17,32 persen) jika dibandingkan bulan September 2015 (17,16 persen), kemudian pada bulan September 2016 kembali turun menjadi 17,03 persen dan turun kembali menjadi 16,45 persen pada bulan Maret 2017. Perkembangan tingkat kemiskinan dari bulan Maret 2012 – Maret 2017 ditunjukkan oleh grafik berikut:
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17 Juli 2017
Grafik 1 Perkembangan Kemiskinan Provinsi Bengkulu, Maret 2012 – Maret 2017
31.44 31.37
33.41 32.28 32.86 32.56 33.14 32.35 32.09 31.69 31.65
17.70 17.51 18.34 17.75 17.48 17.09 17.88 17.16 17.32 17.03 16.45
Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Penduduk Miskin (Puluhan Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2012 – Maret 2017
3.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 – Maret 2017
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.Tabel 2 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada Maret 2016 sampai dengan Maret 2017. Tabel 2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, Maret 2016 – Maret 2017 Daerah/Tahun (1)
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan (2)
Bukan Makanan (3)
Total (4)
315.710 335.957 350.441 6,41 4,31
114.862 122.478 127.360 6,63 3,99
430.572 458.435 477.801 6,47 4,22
333.753 335.624 341.275 0,56 1,68
76.110 91.690 97.067 20,47 5,86
409.863 427.315 438.342 4,26 2,58
324.851 335.717 343.869 3,34 2,43
91.576 101.468 106.779 10,80 5,23
Perkotaan Maret 2016 September 2016 Maret 2017 Perubahan Maret 16 – Sep’16 (%) Perubahan Sep’16 – Maret 2017 (%) Perdesaan Maret 2016 September 2016 Maret 2017 Perubahan Maret 16 – Sep’16 (%) Perubahan Sep’16 – Maret 2017 (%) Perkotaan + Perdesaan Maret 2016 September 2016 Maret 2017 Perubahan Maret 16 – Sep’16 (%) Perubahan Sep’16 – Maret 2017 (%)
416.427 437.184 450.648 4,98 3,08
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17Juli 2017
3
Pada periode Maret 2016 – Maret 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 8,22 persen, yaitu dari Rp 416.427,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp 450.648,- per kapita per bulan pada Maret 2017. Tabel 3. Kontribusi Makanan dan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) Tahun
Sumbangan terhadap Garis Kemiskinan
Makanan
Bukan Makanan
Total
Makanan
Bukan Makanan
Total
Maret 2016
324.851
91.576
416.427
78,01
21,99
100,00
Maret 2017
343.869
106.779
450.648
76,31
23,69
100,00
5,85
16,60
8,22
Perubahan (%)
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2017, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,31 persen sementara sumbangan GKBM terhadap GK sebesar 23,69 persen Pada Maret 2017, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, yaitu beras yang memberi sumbangan 20,22 persen di perkotaan dan 27,12 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan sebesar 15,13 persen di perkotaan dan sebesar 11,75 persen di perdesaan. telur ayam ras memberikan sumbangan 4,37 persen di perkotaan dan 3,12 di perdesaan. Komoditi lainnya adalah cabe merah (4,21 persen di perkotaan dan 4,45 persen di perdesaan). Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di tabel 4. Komoditi Bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik dan pendidikan,. Sementara itu terdapat komoditi bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan yang cukup besar namun berbeda pada GK di perkotaan dan perdesaan, yaitu angkutan terhadap GK di perkotaan dan perlengkapan mandi terhadap GK di perdesaan.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17 Juli 2017
Tabel 4. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Maret 2017 Komoditi
Kota
Komoditi
Desa
(2)
(3)
(1) Makanan Beras
20.22
Beras
27.12
Rokok kretek filter
15.13
Rokok kretek filter
11.75
Telur ayam ras
4.37
Cabe merah
4.45
Cabe merah
4.21
Telur ayam ras
3.12
Daging ayam ras
3.93
3.09
Gula pasir
2.20
Tongkol/tuna/cakalang
2.01
Gula pasir Kopi bubuk & kopi instan (sachet) Daging ayam ras
Kue basah
1.94
Cabe rawit
2.04
Mie instan
1.87
Bawang merah
2.01
Bawang merah BukanMakanan
1.54
Mie instan
1.99
Perumahan
8.45
Perumahan
7.11
Bensin
3.69
Bensin
3.15
Listrik
2.78
Listrik
1.72
Pendidikan Perlengkapan mandi
1.45 0.89
Pendidikan 2.67 Angkutan 1.20 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2017
4.
2.38 2.35
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu tingkat kedalaman dan keparahankemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu dikaitkan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode Maret 2016 – Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,14 pada Maret 2016 menjadi 2,86 pada Maret 2017 dan Indeks Keparahan Kemiskinan juga turun dari 0,77 menjadi 0,75 pada Maret 2017. Penurunan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin meyempit. Namun bila dibandingkan dengan Indeks pada bulan September 2016, keduanya mengalami peingkatan, hal ini perlu upaya yang serius dalam menangani kondisi tersebut.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17Juli 2017
5
Tabel 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah, Maret 2016 – Maret 2017 Daerah/Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(3)
Maret 2016
2,83
3,29
3,14
September 2016
2,89
2,74
2,79
Maret 2017
2,97
2,80
2,86
Maret 2016
0,70
0,81
0,77
September 2016
0,65
0,64
0,64
Maret 2017
0,76
0,75
0,75
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016 dan Maret 2017
Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan pada bulan Maret 2016 di perdesaan lebih tinggi dibadingkan perkotaan, namun pada September 2016 - Maret 2017 justru Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2017 untuk daerah perkotaan mencapai 2,97 sementara di daerah perdesaan lebih rendah, yaitu sebesar 2,80. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2017 untuk perkotaan sebesar 0,76 sementara di perdesaan sebesar 0,75. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih cenderung menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin melebar dibandingkan di perdesaan. 5. Ketimpangan pendapatan (Gini ratio) di Provinsi Bengkulu Maret 2017 Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini ratio. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 – 1. Semakin tinggi nilai Gini ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Tabel 6. Gini Ratio Menurut Daerah, September 2016 – Maret 2017 Daerah/Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(3)
September 2016
0,405
0,296
0,354
Maret 2017
0,390
0,305
0,351
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa ketimpangan pendapatan menurun, atau bisa dikatakan mendekati pemerataan, meskipun tidak terlalu signifikan. Berdasarkan daerah tempat tinggal Gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2017 tercatat sebesar 0,390. Angka ini menurun sebesar 0,015 poin dibanding Gini ratio September 2016 yang sebesar 0,405. Untuk
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17 Juli 2017
daerah perdesaan Gini ratio Maret 2017 tercatat 0,305. Angka ini meningkat 0,009 bila dibandingkan Gini ratio September 2016 yang sebesar 0,296. Selain Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran ketimpangan Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya dibawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12-17 persen , serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 persen. Pada Maret 2017, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 19,43 persen yang berarti Provinsi Bengkulu berada pada kategori ketimpangan rendah. Sejalan dengan informasi yang diperoleh dari Gini Ratio, ukuran ketimpangan Bank Dunia pun mencatat hal yang sama yaitu ketimpangan di perkotaan lebih parah dibandingkan dengan ketimpangan di perdesaan. Persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di perkotaan pada bulan Maret 2017 adalah sebesar 16,76 persen atau tergolong ketimpangan sedang. Sementara itu, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perdesaan pada Maret 2017 adalah sebesar 21,68 persen yang berarti berada pada kategori ketimpangan rendah.
6.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar bukanmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2017 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2017. Jumlah sampel di Provinsi Bengkulu sebesar 5.120 rumah tangga supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17Juli 2017
7
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 42/07/17/XI, 17 Juli 2017
Profesional, Integritas, Amanah
DATA Mencerdaskan Bangsa
BPS PROVINSI BENGKULU Informasi lebih lanjut hubungi : Kepala Bidang Statistik Sosial Duaksa Aritonang, SE, MM Telepon : 0736-349117 e-mail :
[email protected], website: bengkulu.bps.go.id