No. 37/07/75/Th.X. 17 Juli 2017
KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017
Berdasarkan survei pada Maret 2017 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,65 persen. Dibandingkan persentase penduduk miskin September 2016 sebesar 17,63 persen, berarti terjadi kenaikan sebesar 0,02 persen;
Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo pada September 2016 sebesar Rp286.968 per kapita per bulan dan pada Maret 2017 menjadi Rp296.730 per kapita per bulan, yang berarti naik sebesar Rp9.762 per kapita per bulan, atau naik sebesar 3,95 persen;
Bila dibedakan Garis Kemiskinan daerah perkotaan dan perdesaan, maka Garis Kemiskinan di Perkotaan Maret 2017 sebesar Rp298.492 per kapita per bulan dan Garis Kemiskinan di Perdesaan sebesar Rp295.057 per kapita per bulan;
Selama kurun waktu 6 (enam) bulan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan dari 2,787 pada September 2016 menjadi 3,681 pada Maret 2017. Artinya jarak antara rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin lebar.
1. Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo September 2016 - Maret 2017 Berdasarkan survei pada Maret 2017 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo Maret 2017 sebesar 17,65 persen. Dibandingkan persentase penduduk miskin September 2016 sebesar 17,63 persen, berarti terjadi kenaikan sebesar 0,02 persen. Jika dilihat dari daerah perkotaan dan perdesaan, selama periode September 2016–Maret 2017, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan, sedangkan di perdesaan Berita Resmi Statistik No.40/07/75/Th. XI, 17 Juli 2017 1
mengalami kenaikan. Di perkotaan persentase penduduk miskin turun dari 5,78 persen pada September 2016 menjadi 5,64 persen pada Maret 2017, berarti terjadi penurunan sebesar 0,14 persen. Sedangkan di daerah perdesaan terjadi kenaikan sebesar 0,22 persen, yaitu dari 24,30 persen pada September 2016 menjadi 24,52 persen pada Maret 2017. Jumlah penduduk miskin Maret 2017 di Provinsi Gorontalo sebanyak 205,37 ribu orang. Sedangkan jumlah penduduk miskin September 2016 sebanyak 203,69 orang. Dengan demikian penduduk miskin di Provinsi Gorontalo selama periode September 2016 - Maret 2017 bertambah sekitar 1680 orang. Penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebagian besar tinggal di perdesaan yaitu sebesar 88,38 persen dan sisanya 11,62 persen tinggal di wilayah perkotaan dari total jumlah penduduk miskin.
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo Indikator Tahun
Persentase Penduduk Miskin/P0 (%)
Jumlah Penduduk Miskin (orang)
(1)
(2)
(3)
Perkotaan September 2016
5,78
24.018
Maret 2017
5,64
23.870
Perubahan
-0,14
-148
September 2016
24,30
179.672
Maret 2017
24,52
181.504
Perubahan
0,22
1.832
September 2016
17,63
203.690
Maret 2017
17,65
205.374
Perubahan
0.02
1684
Perdesaan
Kota+Desa
Berita Resmi Statistik No.37/07/75/Th. XI, 18 Juli 2016 2
2. Garis Kemiskinan di Provinsi Gorontalo Tahun 2017 Garis Kemiskinan sangat menentukan besar kecil penduduk miskin, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) itu sendiri terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo pada September 2016 sebesar Rp286.968 per kapita per bulan dan pada Maret 2017 menjadi Rp296.730 per kapita per bulan, yang berarti naik sebesar Rp9.762 per kapita per bulan, atau naik sebesar 3,95 persen. Garis Kemiskinan pada Maret 2017 bisa dipilah menurut komponen makanan yang disebut Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan bukan makanan yang disebut Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM Provinsi Gorontalo pada Maret 2017 untuk wilayah perkotaan sebesar Rp221.124 dan perdesaan sebesar Rp233.543, ini berarti mempunyai selisih yaitu sebesar Rp12.419. Sedangkan bila diperhatikan GKNM pada Maret 2016 untuk wilayah perkotaan sebesar Rp77.368 dan perdesaan sebesar Rp61.514, maka terlihat ada perbedaan sebesar Rp15.854. Hal ini tentunya dipengaruhi di perkotaan kebutuhan akan perumahan, kesehatan, pakaian dan perlengkapan serta jasa lebih banyak dan harganya lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan. Bila dibedakan Garis Kemiskinan daerah perkotaan dan perdesaan, maka Garis Kemiskinan di Perkotaan Maret 2017 sebesar Rp298.492 per kapita per bulan dan Garis Kemiskinan di Perdesaan sebesar Rp295.057 per kapita per bulan. Tabel 2. Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo menurut Wilayah September 2016 - Maret 2017 Uraian
Garis Kemiskinan (Rp) September 2016
Maret 2017
(2)
(3)
Perkotaan
287.156
298.492
Perdesaan
285.999
295.057
Total
286.968
296.730
(1)
Berita Resmi Statistik No.40/07/75/Th. XI, 17 Juli 2017 3
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Ukuran kemiskinan dalam bentuk persentase dan jumlah penduduk miskin sudah sering dijadikan dasar pengukuran kemiskinan. Namun, sebenarnya terdapat dimensi lain atau indikator lain dari kemiskinan itu sendiri, yaitu Tingkat Kedalaman Kemiskinan dan Tingkat Keparahan Kemiskinan yang disajikan dalam bentuk Indeks. Periode September 2016 – Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan dari 2,787 pada September 2016 menjadi 3,681 pada Maret 2017. Yang berarti bahwa jarak antara rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin besar. Sedangkan untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Gorontalo mengalami kenaikan dari
0,649 pada September 2016 menjadi 1,010 pada Maret 2017. Hal ini menandakan
bahwa ketimpangan (gap) pengeluaran antar penduduk miskin semakin besar. Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Gorontalo September 2016 – Maret 2017 Indikator
September 2016
Maret 2017
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
2,787
3,681
0,894
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
0,649
1,010
0,361
4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
Berita Resmi Statistik No.37/07/75/Th. XI, 18 Juli 2016 4
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi di perkotaan dan 36 jenis komoditi di pedesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2017 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2017.
Berita Resmi Statistik No.40/07/75/Th. XI, 17 Juli 2017 5