No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015
KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014
Pada September 2014 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,41 persen. Angka ini turun dibandingkan persentase penduduk miskin Maret 2014 yaitu 17,44 persen. Berarti selama kurun waktu 6 (bulan) telah terjadi penurunan sebesar 0,03 persen;
Jumlah penduduk miskin September 2014 di Provinsi Gorontalo sebanyak 195.096 jiwa, sementara jumlah penduduk miskin Maret 2014 sebanyak 194.169 jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo selama periode Maret 2014-September 2014 bertambah sebanyak 927 jiwa;
Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo pada Maret 2014 sebesar Rp243.547 per kapita per bulan dan pada September 2014 menjadi Rp247.611 per kapita per bulan, ini berarti mengalami kenaikan sebesar Rp4.064 per kapita per bulan, atau naik sebesar 1,67 persen;
Selama kurun waktu 6 (enam) bulan, jarak antara rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan menjadi semakin kecil. Hal ini ditunjukkan oleh semakin turunnya Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yaitu dari 3,287 pada Maret 2014 menjadi 3,128 pada September 2014.
1.
Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Berdasarkan survei pada September 2014, persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo September 2014 sebesar 17,41 persen. Dibandingkan persentase penduduk miskin Maret 2014 sebesar 17,44 persen, berarti terjadi penurunan sebesar 0,03 persen.
Berita Resmi Statistik No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015
1
Jumlah penduduk miskin September 2014 di Provinsi Gorontalo sebanyak 195.096 jiwa, sementara jumlah penduduk miskin Maret 2014 sebanyak 194.169 jiwa. Dengan demikian jumlah penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo selama periode Maret 2014-September 2014 bertambah sebanyak 927 jiwa. Pada periode ini, jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami penurunan, sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan. Penurunan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 1.331 jiwa (0,36 persen), sedangkan kenaikan jumlah penduduk miskin di perdesaan sebesar 2.258 jiwa (0,11 persen). Penduduk miskin di Provinsi Gorontalo masih sebagian besar tinggal di perdesaan yaitu sebesar 87,76 persen dan sisanya 12,24 persen tinggal di wilayah perkotaan dari total jumlah penduduk miskin. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Indikator Rincian
Persentase Penduduk Miskin/P0 (%)
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
(1)
(2)
(3)
Maret 2014
6,60
25.207
September 2014
6,24
23.876
Perubahan
-0,36
-1.331
Maret 2014
23,10
168.962
September 2014
23,21
171.220
Perubahan
0,11
2.258
Maret 2014
17,44
194.169
September 2014
17,41
195.096
Perubahan
-0,03
927
Perkotaan
Perdesaan
Kota+Desa
2.
Garis Kemiskinan di Provinsi Gorontalo Tahun 2014 Garis Kemiskinan sangat menentukan besar kecil jumlah penduduk miskin, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) itu sendiri terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan yang disebut Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Berita Resmi Statistik No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015
2
Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo pada Maret 2014 sebesar Rp243.547 per kapita per bulan dan pada September 2014 menjadi Rp247.611 per kapita per bulan, yang berarti naik sebesar Rp4.064 per kapita per bulan atau naik sebesar 1,67 persen. Pada September 2014, GKM untuk wilayah perkotaan sebesar Rp183.548 dan perdesaan sebesar Rp194.814. Di sini terlihat bahwa pola konsumsi makanan di perdesaan jauh lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sedangkan bila diperhatikan GKNM untuk wilayah perkotaan sebesar Rp66.609 dan perdesaan sebesar Rp51.476 maka terlihat bahwa di perkotaan GKNM cenderung lebih tinggi, artinya penduduk perkotaan mempunyai pola konsumsi non makanan jauh lebih tinggi daripada penduduk perdesaan. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kebutuhan non makanan di perkotaan seperti perumahan, kesehatan, pakaian, perlengkapan serta jasa lebih banyak dan harganya lebih di atas dibandingkan wilayah perdesaan. Bila dibedakan Garis Kemiskinan daerah perkotaan dan perdesaan, maka Garis Kemiskinan di perkotaan September 2014 sebesar Rp250.157 per kapita per bulan dan Garis Kemiskinan di perdesaan sebesar Rp246.290 per kapita per bulan. Tabel 2. Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo menurut Daerah Tahun 2014 Rincian
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) Makanan
Bukan Makanan
Total
(1) Perkotaan
(2)
(3)
(4)
Maret 2014
181.100
65.534
246.633
September 2014
183.548
66.609
250.157
Perubahan (%)
1,35
1,64
1,43
Maret 2014
191.368
50.568
241.936
September 2014
194.814
51.476
246.290
Perubahan (%)
1,80
1,79
1,80
Maret 2014
187.846
55.702
243.547
September 2014
190.966
56.645
247.611
Perubahan (%)
1,66
1,69
1,67
Perdesaan
Kota+Desa
Berita Resmi Statistik No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015
3
3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Ukuran kemiskinan dalam bentuk persentase dan jumlah penduduk miskin sudah sering dijadikan dasar pengukuran kemiskinan. Namun, sebenarnya terdapat dimensi lain atau indikator lain dari kemiskinan itu sendiri, yaitu Tingkat Kedalaman Kemiskinan dan Tingkat Keparahan Kemiskinan yang disajikan dalam bentuk Indeks. Periode Maret 2014-September 2014 terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 17,44 persen menjadi 17,41 persen, meskipun secara absolut jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan. Penurunan ini juga diikuti oleh semakin kecilnya jarak antara rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dapat dilihat bahwa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) berubah dari 3,287 pada Matet 2014 menjadi 3,128 pada September 2014. Kondisi ini menggambarkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin dekat selisihnya dengan garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Gorontalo juga mengalami penurunan dari 0,896 pada Maret 2014 menjadi 0,832 pada September 2014. Hal ini menandakan bahwa ketimpangan (gap) pengeluaran antara penduduk miskin itu sendiri semakin kecil. Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Gorontalo Tahun 2014
4.
Indikator
Maret 2014
September 2014
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
3,287
3,128
-0,159
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
0,896
0,832
-0,064
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan Berita Resmi Statistik No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015
4
perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi di perkotaan dan 36 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2014 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2014. Jumlah sampel data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi.
Berita Resmi Statistik No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015
5