Nomor : 04/01/63/Th. XX, 04 Januari 2016
KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015 Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada Maret 2015 tercatat 4,99 persen
dan pada September 2015 turun 0,27 poin menjadi 4,72 persen. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015 sebesar 3,91 persen dan pada September 2015 naik sebesar 0,36 poin menjadi 4,27 persen. Sedangkan di daerah perdesaan pada Maret 2015 tercatat sebesar 5,78 persen turun 0,72 poin pada September 2015 menjadi 5,06 persen. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan masih lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2015, peranan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 71,04 persen. Pada periode Maret – September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Pada Maret 2015, Indeks P1 sebesar 0,744 sedangkan pada September 2015 sebesar 0,976. Indeks P2, pada Maret 2015 sebesar 0,180 sedangkan September 2015 sebesar 0,304.
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tingkat kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan September 2015 sebesar 4,72 persen. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,27 poin dibandingkan keadaan Maret 2015 yang sebesar 4,99 persen. Penduduk miskin di daerah perkotaan keadaan September 2015 sebesar 4,27 persen, mengalami kenaikan sebesar 0,36 poin dibandingkan dengan keadaan Maret 2015 yang sebesar 3,91 persen. Sedangkan penduduk miskin di
1
daerah perdesaan keadaan September 2015 sebesar 5,06 persen, mengalami penurunan sebesar 0,72 poin dibandingkan keadaan Maret 2015 yang sebesar 5,78 persen. Secara keseluruhan, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan keadaan September 2015 sebanyak 189.163 orang. Sedangkan pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan sebanyak 198.436 orang. Selama satu semester terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan sebanyak 9.273 orang. Penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 6.523 orang sedangkan di daerah perdesaan, penduduk miskin berkurang 15.796 orang. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Selatan Maret – September 2015
Daerah/Periode
Penduduk Miskin (Orang)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
Maret 2015
65.958
3,91
September 2015
72.481
4,27
Maret 2015
132.478
5,78
September 2015
116.682
5,06
Maret 2015
198.436
4,99
September 2015
189.163
4,72
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
2. Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan 2
kemiskinan juga terkait dengan bagaimana mengurangi kesenjangan di antara penduduk miskin. Pada periode Maret - September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalam kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,744 pada Maret 2015 menjadi 0,976 pada September 2015.
Demikian pula Indeks
Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan dari 0,180 pada Maret 2015 menjadi 0,304 pada September 2015. Kenaikan kedua nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin menjauh dari garis kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin melebar.
Peningkatan nilai indeks kedalaman dan
keparahan kemiskinan disebabkan terjadinya peningkatan kedua nilai indeks tersebut terutama di daerah perkotaan Tabel 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Selatan Maret – September 2015 Tahun/Indikator (1)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (2)
(3)
(4)
Maret 2015
0,550
0,887
0,744
September 2015
1,125
0,866
0,976
Maret 2015
0,121
0,224
0,180
September 2015
0,417
0,221
0,304
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
3. Garis Kemiskinan (GK) Garis Kemiskinan digunakan sebagai suatu batas untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam kategori miskin atau tidak miskin. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari komponen Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan (Rp/Kapita/Bulan) di bawah Garis Kemiskinan.
3
Tabel 3 Garis Kemiskinan Menurut Daerah Tempat Tinggal Di Kalimantan Selatan, Maret - September 2015
Daerah Tempat Tinggal/Tahun (1)
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Bukan Makanan Total Makanan (2) (3) (4)
Perkotaan Maret 2015
229.677
124.426
354.103
September 2015
235.422
136.370
371.793
2,50
9,60
5,00
Maret 2015
255.023
76.943
331.966
September 2015
271.860
81.112
352.972
6,60
5,42
6,33
Maret 2015
244.281
97.068
341.348
September 2015
256.417
104.532
360.949
4,97
7,69
5,74
Perubahan (persen) Perdesaan
Perubahan (persen) Perkotaan + Perdesaan
Perubahan (persen)
Selama Maret – September 2015, garis kemiskinan naik sebesar 5,74 persen, yaitu dari Rp. 341.348,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp.360.949,- per kapita per bulan pada bulan September 2015. Terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2015 GKM memiliki kontribusi sebesar 71,04 persen terhadap garis kemiskinan.
4
4. Gini Ratio (GR) Distribusi Pendapatan merupakan gambaran tentang pemerataan atau terjadi ketimpangan pembagian pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seseorang dipengaruhi oleh kepemilikan faktor-faktor produksi. Besaran balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor ekonomi seperti keahlian, modal dan tanah, serta investasi akan berbeda satu sama lain. Ketimpangan distribusi pendapatan dapat dilihat dari angka Gini Ratio. Semakin tinggi nilai angka Gini Ratio mengindikasikan bahwa ketimpangan semakin tinggi. Pengelompokan nilai koefisien Gini dibedakan menjadi 5 kelompok : GR = 0
: Pemerataan Sempurna
0 < GR < 0,3
: Ketimpangan Rendah
0,3 ≤ GR ≤ 0,5
: Ketimpangan Sedang
0,5 < GR < 1
: Ketimpangan Tinggi
GR = 1
: Ketimpangan Sempurna
Pada periode September 2015 ketimpangan distribusi pendapatan masih dalam kategori ketimpangan rendah. Angka Gini Ratio baik di perkotaan maupun di perdesaan menunjukan penurunan. Gini Ratio di daerah perkotaan sebesar 0,299, perdesaan sebesar 0,281 dandaerah perkotaan dan perdesaan sebesar 0,289. Tabel 4 Gini Ratio Provinsi Kalimantan Selatan Menurut Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan Maret - September 2015 Gini Ratio (1)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (2)
(3)
(4)
Maret 2015
0,377
0,299
0,353
September 2015
0,299
0,281
0,289
- 0,078
- 0,018
- 0,063
Perubahan
5. Distribusi Pengeluaran Menurut Kriteria Bank Dunia Ukuran ketimpangan pendapatan dengan menggunakan kriteria Bank Dunia cukup sederhana dan mudah penghitungannya, yaitu berdasarkan pangsa pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpendapatan rendah. Penduduk diurutkan menurut besarnya pendapatan yang diterima dari terendah ke yang tertinggi. Pangsa pendapatan 5
yang diterima oleh 40 persen penduduk lapis rendah ini yang akan menjadi patokan ukuran ketimpangan pendapatan. Kriteria Bank Dunia ini, membagi jumlah penduduk kedalam tiga kelompok, yakni 20 persen penduduk berpendapatan tinggi, 40 persen penduduk berpendapatan menengah dan 40 persen penduduk berpendapatan rendah. Kelompok pertama adalah bagian dari penduduk terkaya dan kelompok ketiga adalah bagian penduduk termiskin. Kelompok kedua sering dikatakan sebagai masyarakat kelas menengah. Adapun kriteria ketimpangan dalam distribusi pendapatan adalah jika 40 persen penduduk berpendapatan rendah menerima Kurang dari 12 persen
: Distribusi pendapatan sangat pincang
Diantara 12 sampai 17 persen
: Distribusi pendapatan pincang sedang
Lebih dari 17 persen
: Distribusi pendapatan tidak terlalu pincang
Menurut kriteria Bank Dunia,
distribusi pendapatan di Kalimantan Selatan pada
September 2015 masuk kedalam kategori distribusi pendapatan tidak terlalu pincang (low inequality). Kelompok penduduk berpenghasilan rendah menerima lebih dari 17 persen pendapatan nasional (menggunakan pendekatan pengeluaran konsumsi), baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan. Penduduk berpendapatan rendah di Kalimantan Selatan menerima rata-rata 22,67 persen dari pendapatan.
Jika diamati menurut daerah tempat
tinggal maka penduduk berpendapatan rendah di daerah perkotaan menerima 22,35 persen, di daerah perdesaan menerima 22,93 persen Tabel 5 Distribusi Pengeluaran Menurut Kriteria World Bank Di Kalimantan Selatan, September 2015 Daerah Tempat Tinggal (1)
40 Persen Rendah 40 Persen Tengah 20 Persen Tinggi (2)
(3)
(4)
Perkotaan
22,35
37,85
39,80
Perdesaan
22,93
39,30
37,78
Perkotaan+Perdesaan
22,67
38,63
38,70
6
6.
Tingkat Kemiskinan Indonesia dan Provinsi di Pulau Kalimantan Pada September 2015, tingkat kemiskinan Indonesia mengalami penurunan 0,09 poin jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan keadaan Maret 2015. Penduduk miskin Indonesia keadaan September 2015 mencapai 11,13
persen,
periode Maret 2015
penduduk miskin Indonesia sebanyak 11,13 persen. Tabel 6 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Pulau Kalimantan dan Indonesia Menurut Peringkat Keadaan Maret – September 2015
Provinsi (1)
Persentase Penduduk Miskin Maret September 2015 2015 (2) (3)
Peringkat Nasional Maret 2015 (4)
September 2015 (5)
Kalimantan Barat
8,03
8,44
12
12
Kalimantan Tengah
5,94
5,91
6
7
Kalimantan Selatan
4,99
4,72
3
2
Kalimantan Timur
6,23
6,10
7
8
Kalimantan Utara
6,24
6,32
8
10
11,22
11,13
-
Nasional
7
-