No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015
KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 864,11 RIBU ORANG.
Jumlah penduduk miskin di Papua pada bulan September 2014 mencapai 864,11 ribu orang berkurang 60,3 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2014 yang berjumlah 924,41 ribu orang.
Secara persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam bulan terakhir juga mengalami penurunan sebesar 2,25 persen poin yaitu dari 30,05 persen pada Maret 2014 menjadi 27,80 persen pada September 2014.
Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin terkonsentrasi di daerah perdesaan. Pada September 2014 sebanyak 828,50 ribu orang (35,87 persen) penduduk miskin hidup di perdesaan sedangkan di perkotaan hanya sebesar 35,61 ribu orang (4,46 persen).
Selama periode Maret 2014 - September 2014, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di perdesaan sebesar 60,3 ribu orang (-3,05 persen), jumlah penduduk miskin di perkotaan secara absolut mengalami kenaikan sebesar 239 orang namun secara persentase turun (-0,01 persen).
Garis Kemiskinan (GK) di perkotaan pada September 2014 sebesar Rp408.419,lebih tinggi dari GK perdesaan yang mencapai Rp340.846. Hal ini berarti, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan.
Peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), yaitu 74,48 persen berbanding 25,52 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek, tongkol/tuna/cakalang, daging ayam ras, telur ayam ras dan gula pasir. Sedangkan komoditi yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat, beras, rokok kretek, ketela pohon dan daging babi.
Pada periode Maret 2014 – September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015 1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2009 – September 2014
Selama lima belas tahun terakhir (1999-2014) kondisi kesejahteraan masyarakat Papua kian membaik. Tercatat persentase penduduk miskin pada periode tersebut menurun secara signifikan sebesar 26,95 persen, yaitu dari 54,75 persen pada Maret 1999 menjadi 27,80 pada September 2014. Pada lima tahun pertama Otonomi Khusus (Otsus) Papua berjalan (2001-2005) persentase penduduk miskin menurun sebesar 0,97 persen, yaitu dari 41,80 persen menjadi 40,83 persen. Sedangkan pada lima tahun kedua pelaksanaan Otsus (2006-2010) persentase penduduk miskin menurun sebesar 4,72 persen. Penurunan persentase penduduk miskin terbesar terjadi pada periode Maret 2010 - Maret 2011 di mana terdapat 4,82 persen penduduk yang pada tahun 2010 penghasilannya di bawah garis kemiskinan kini bergeser di atas garis kemiskinan sehingga menjadi tidak miskin. Saat ini jumlah penduduk miskin di Papua kondisi September 2014 sebesar 864,11 ribu orang atau sebesar 27,80 persen. Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada enam bulan sebelumnya (Maret 2014) yang berjumlah 924,41 ribu jiwa, maka terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 60,3 ribu orang. Dengan demikian, secara persentase, tingkat kemiskinan di Papua pada periode Maret 2014 - September 2014 mengalami penurunan sebesar 2,25 persen yaitu dari 30,05 persen pada Maret 2014 menjadi 27,80 persen pada September 2014. Gambar 1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Papua Tahun 1999-2014 114.87 97.09
98.47 90.08
91.70
96.68
102.82
99.73 103.12 94.06 97.44 93.44 92.76 91.53 92.05 91.64 93.96 96.06 92.44
86.41
54.75 46.35
41.8 41.8 39.03 38.69 40.83 41.52 40.78 37.08 37.53 36.80
Jumlah Penduduk Miskin (0000)
31.98 31.24 31.11 30.66 31.13 31.52 30.05 27.8
% Miskin
Ket : Data sebelum tahun 2006 masih gabung dengan Papua Barat Jumlah penduduk miskin 2006-2010 hasil backcasting berdasarkan SP2010 Jumlah penduduk miskin 2011-2014 hasil backcasting berdasarkan hasil proyeksi penduduk
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 2 Januari 2015
2.
Tingkat Kemiskinan menurut Tipe Daerah
Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan, di mana pada September 2014 terdapat sebanyak 828,5 ribu orang atau sebesar 35,87 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan, sedangkan di perkotaan hanya 35,61 ribu orang (4,46 persen). Jika dibandingkan dengan kondisi pada periode sebelumnya (Maret 2014), terdapat penurunan jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 3,05 persen. Namun hal sebaliknya terjadi di daerah perkotaan, jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan sebanyak 239 orang namun secara persentase mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Papua menurut Daerah, 2001-2014 Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu)
Persentase Penduduk Miskin
Kota
Desa
K+D
Kota
Desa
Kota+Desa
1
2
3
4
5
6
7
2001
51,37
849,43
900,80
9,23
53,14
41,80
2002
49,30
935,40
984,70
9,76
51,21
41,80
2003
50,60
866,50
917,00
8,32
49,75
39,03
2004
49,10
917,70
966,80
7,71
49,28
38,69
2005
53,00
975,20
1028,20
9,23
50,16
40,83
2006
51,21
860,87
940,61
8,71
51,31
41,52
2007
49,42
892,96
974,40
7,97
50,47
40,78
2008
45,91
857,56
934,37
7,02
45,96
37,08
2009
42,07
921,11
997,34
6,10
46,81
37,53
2010
40,35
955,10
1031,21
5,55
46,02
36,80
Mar-11
34,62
893,02
927,64
4,60
41,58
31,98
Sep-11 36,12 879,19 915,31 4,75 40,53 Mar-12 32,67 887,86 920,52 4,24 40,55 Sep-12 45,12 871,24 916,36 5,81 39,39 Mar-13 47,92 891,64 939,56 6,11 39,92 Sep-13 41,22 919,34 960,56 5,22 40,71 Mar-14 35,37 889,04 924,41 4,47 38,92 Sep-14 35,61 828,50 864,11 4,46 35,87 Ket : - Data sebelum tahun 2006 masih gabung dengan Papua Barat - Jumlah penduduk miskin 2006-2010 hasil backcasting berdasarkan SP2010 -
31,24 31,11 30,66 31,13 31,52 30,05 27,80
Jumlah penduduk miskin 2011-2014 hasil backcasting berdasarkan hasil proyeksi penduduk
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015 3
3.
Tingkat Kemiskinan menurut Provinsi
Gambar 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut provinsi se-Indonesia berdasarkan data Susenas September 2014. Dari gambar tersebut tampak bahwa tiga provinsi di Kawasan Timur Indonesia yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah dengan persentase penduduk miskin terbesar yaitu berturut-turut 27,80 persen; 26,26 persen; dan 19,60 persen. Dari 33 provinsi, 25 provinsi diantaranya mengalami penurunan persentase penduduk miskin, dengan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Papua, yang mencapai 2,25 persen. Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin Maret 2014 dan Perubahan Persentase Penduduk Miskin Periode Maret 2014 – September 2014 menurut Provinsi Papua -2.25 Papua Barat -0.87 Nusa Tenggara Timur -0.22 Maluku -0.69 Gorontalo -0.03 Bengkulu -0.39 Nusa Tenggara Barat -0.20 Aceh -1.07 DI Yogyakarta -0.45 Lampung -0.07 Sumatera Selatan -0.29 Sulawesi Tengah -0.32 Jawa Tengah -0.88 Sulawesi Tenggara -1.28 Jawa Timur -0.14 Sulawesi Barat -0.22 Indonesia -0.29 Sumatera Utara Sulawesi Selatan -0.74 Jawa Barat -0.26 Jambi Sulawesi Utara -0.49 Kalimantan Barat -0.47 Riau -0.13 Maluku Utara Sumatera Barat -0.52 Kepulauan Riau -0.30 Kalimantan Timur -0.11 Kalimantan Tengah Banten Bangka Belitung -0.39 Kalimantan Selatan Bali DKI Jakarta
-5
27.80 26.26 19.60 18.44 17.41 17.09 17.05 16.98
0.47
0.47
0.11
0.04 0.16 0.13 0.23 0.17
0
14.55 14.21 13.62 13.61 13.58 12.77 12.28 12.05 10.96 9.85 9.54 9.18 8.39 8.26 8.07 7.99 7.41 6.89 6.40 6.31 6.07 5.51 4.97 4.81 4.76 4.09
5
10
Perubahan Mar -14 s.d. Sep -14
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
15
20
% Miskin
No. 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 2 Januari 2015
25
30
4.
Perubahan Garis Kemiskinan September 2013 – Maret 2014
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Seiring dengan kenaikan harga (inflasi) yang terjadi dari tahun ke tahun, besarnya GK juga mengalami peningkatan. Selama Maret 2014 – September 2014 terjadi kenaikan GK yang mencapai Rp 2.824,- atau sebesar 0,79 persen. Tercatat kenaikan GK paling tinggi terjadi pada periode Maret 2013 - September 2013 mencapai Rp24.071,- disebabkan karena lonjakan inflasi yang cukup tajam akibat kenaikan harga BBM. Ditinjau menurut tipe daerahnya, GK daerah perkotaan pada September 2014 sebesar Rp408.419,- lebih tinggi dibanding GK perdesaan yang mencapai Rp340.846,-. Hal ini berarti, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Tabel 2. Garis Kemiskinan Provinsi Papua menurut Daerah 2010 – September 2014
Tahun
Gambar 3. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan, 2010 – September 2014
Garis Kemiskinan (Per Kapita Per Bulan) Kota Desa K+D
1
2
3
4
2010
298.285
247.563
259.128
Mar-11
314.606
262.626
276.116
Sep-11
320.321
266.271
280.302
Mar-12
321.228
271.431
284.388
74,162
86,624 89,772 77,372 91,417
68,886 70,079 68,151 64,674
265,608 252,472 237,652 223,340
Sep-12
344.415
281.022
297.502
Mar-13
362.401
298.395
315.025
Sep-13
387.789
322.079
339.096
Mar-14
404.944
338.206
355.380
Sep-14
408.419
340.846
358.204
266786
214,309 211,416 207,965 194,454
Makanan
Non Makanan
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015 5
peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2014, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 74,48 persen (Rp266.786/kapita/bulan), dan GKBM hanya menyumbang 25,52 persen (Rp91.417/kapita/bulan) dari total GK Provinsi Papua. Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK berbeda jenisnya antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lima komoditi terbesar yang memberi pengaruh terhadap kenaikan GK di perkotaan adalah beras (19,54 persen), rokok kretek filter (11,23 persen), tongkol/tuna/cakalang (7,15 persen), daging ayam ras (4,21 persen), dan telur ayam ras (4,16 persen). Sedangkan lima jenis komoditi yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan GK di perdesaan adalah ketela rambat (41,77 persen), beras (15,42 persen), rokok kretek filter (5,88 persen), ketela pohon (4,09 persen) dan daging babi (3,95 persen). Tabel 3. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2014 Kota No
Komoditi
Desa
Nilai (Rp/kap/bln)
%
Komoditi
Nilai (Rp/kap/bln)
%
1
Beras
26.492
19,54
Ketela rambat
67.722
41,77
2
Rokok kretek filter
15.221
11,23
Beras
24.990
15,42
3
Tongkol/tuna/cakalang
9.693
7,15
Rokok kretek filter
9.531
5,88
4
Daging ayam ras
5.714
4,21
Ketela pohon
6.635
4,09
5
Telur ayam ras
5.635
4,16
Daging babi
6.402
3,95
6
Gula pasir
5.547
4,09
Gula pasir
4.851
2,99
7
Tahu
5.183
3,82
Mie instan
3.721
2,30
8
45 komoditi lainnya
62.087
45,80
38.260
29,65
Jumlah
5.
135.572
45 komoditi lainnya Jumlah
162.111
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Sisi lain dari kemiskinan, selain jumlah dan persentase penduduk miskin yang juga perlu mendapat perhatian adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan terkait kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selama periode 2007 – 2014 indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks keparahan kemiskinan (P2) di Papua umumnya memiliki kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,84 pada Maret 2007 menjadi 6,40 pada September 2014. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 3,38 menjadi 2,19 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran 6
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 2 Januari 2015
penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin mengecil. Jika dibandingkan dengan kondisi pada Maret 2014, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Provinsi Papua mengalami penurunan walaupun tidak begitu besar. Tercatat P1 turun 0,44 poin, sementara itu P2 turun sebesar 0,11 poin. Kondisi ini menunjukkan arah pembangunan yang semakin baik, walaupun pada periode enam bulan terakhir terjadi sedikit kenaikan penduduk miskin untuk wilayah perkotaan namun rata-rata pengeluran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurut Daerah, Maret 2007 - September 2014 Tahun
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Desa K+D
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota
Desa
K+D
1
2
3
4
5
6
7
2007
1,25
13,67
10,84
0,29
4,94
3,88
2008
1,73
13,60
10,89
0,54
5,04
4,01
2009
0,80
11,51
9,07
0,17
3,81
2,98
2010
0,78
11,89
9,36
0,17
4,32
3,37
Mar-11
0,70
10,37
7,86
0,15
3,74
2,80
Sep-11
0,84
10,41
7,93
0,24
3,65
2,76
Mar-12
0,65
10,47
7,91
0,14
3,72
2,79
Sep-12
1,27
9,49
7,35
0,48
3,13
2,44
Mar-13
1,11
8,92
6,89
0,29
2,88
2,21
Sep-13
0,48
8,69
6,56
0,10
2,67
2,01
Mar-14
0,72
8,96
6,84
0,17
3,04
2,30
Sept-14
0,48
8,48
6,40
0,10
2,91
2,19
Sumber: Diolah dari data Susenas 2007-2014
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi daripada perkotaan. Pada bulan September 2014, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,48 sementara di daerah perdesaan mencapai 8,48. Demikian juga untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di mana nilai Indeks untuk perkotaan hanya 0,10 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,91. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan jauh lebih parah daripada daerah perkotaan karena dari semua segi (jumlah, persentase,
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015 7
kedalaman maupun keparahan kemiskinan) daerah perdesaan jauh lebih memprihatinkan dibanding daerah perkotaan. 6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Pendekatan yang digunakan ada dua macam yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro. b. Pendekatan mikro diperoleh dari pendataan secara lengkap (sensus), sehingga didapatkan data mengenai penduduk miskin hingga ke individu. Misalnya PSE05 (Pendataan Sosial Ekonomi Tahun 2005) dan PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 dan 2011 yang menghasilkan database penduduk miskin yang dijadikan dasar pemberian BLT atau BLSM. Karena besarnya biaya yang diperlukan, pendekatan ini tidak dapat dilakukan setiap tahun. c. Pendekatan makro diperoleh melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yaitu dengan mengambil sebagian sampel dari populasi yang ada kemudian digunakan sebagai dasar estimasi untuk menggambarkan keadaan wilayah tersebut, dengan demikian data yang dihasilkan adalah data agregat. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (persentase penduduk miskin terhadap total penduduk), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Kelebihan dari pendekatan ini adalah biayanya relatif lebih murah dan waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data lebih singkat, sehingga dapat dilakukan tiap tahun dan dapat digunakan untuk memantau perkembangan kemiskinan sampai tingkat kabupaten/kota. d. Terhitung mulai tahun 2011, Susenas dilakukan secara triwulanan yang berarti dalam satu tahun terdapat empat kali pendataan lapangan yaitu pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Data kemiskinan yang dirilis pada tahun 2014 sebanyak dua kali yaitu kondisi kemiskinan pada triwulan pertama (Maret) dan kemiskinan pada triwulan ketiga (September). e. Penduduk miskin adalah penduduk yang pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK). GK terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. f. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). g. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non8
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 2 Januari 2015
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. h. Garis Kemiskinan (GK) adalah representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015 9