BPS
PROVINSI
ACEH No. 4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 837 RIBU ORANG RINGKASAN
Pada September 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh mencapai 837 ribu orang (16,98 persen), berkurang sebanyak 44 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2014 yang jumlahnya 881 ribu orang (18,05 persen).
Selama periode Maret 2014-September 2014, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan, di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,40 persen (dari 11,76 persen menjadi 11,36 persen), dan di daerah perdesaan mengalami penurunan 1,33 persen (dari 20,52 persen menjadi 19,19 persen).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2014 sebesar 76,52 persen sedangkan pada Maret 2014 sebesar 76,80 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan untuk komoditi bukan makanan yang berpengaruh terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan, pakaian, bensin, dan listrik.
Pada periode Maret 2014-September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami peningkatan dari 2,909 pada Maret 2014 menjadi 3,139 pada September 2014. Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan dari 0,718 pada Maret 2014 menjadi 0,861 pada September 2014.
Berita Resmi Statistik No.4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
1
1.
Perkembangan
Tingkat
Kemiskinan
di
Provinsi
Aceh,
September
2013-
September 2014 Jumlah penduduk miskin di Aceh pada September 2014 mencapai 837,42 ribu orang (16,98 persen). Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2014, maka selama periode tersebut terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 44 ribu orang. Sementara apabila dibandingkan dengan
September tahun sebelumnya penurunan jumlah
penduduk miskin yaitu sebanyak 18 ribu orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2014-September 2014 persentase penduduk miskin mengalami penurunan di daerah perkotaan sebesar 0,40 persen dan di daerah perdesaan sebesar 1,33 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Menurut Daerah, September 2013-September 2014
Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
September 2013
157,01
11,54
Maret 2014
161,94
11,76
September 2014
158,04
11,36
September 2013
699,88
20,14
Maret 2014
719,31
20,52
September 2014
679,38
19,19
September 2013
856,89
17,72
Maret 2014
881,26
18,05
September 2014
837,42
16,98
Perkotaan
Perdesaan
Kota+Desa
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013-2014
Beberapa faktor yang terkait dengan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode September 2013-September 2014 antara lain adalah: a. Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III tahun 2014 secara triwulanan (q-to-q) mencapai 0,55 persen dan tanpa migas sebesar 1,79 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (y-on-y) di triwulan ini dengan migas mencapai 2,71 persen dan tanpa migas sebesar 4,82 persen. b. Secara umum inflasi periode September 2013-September 2014 (y-on-y) yaitu sebesar 5,07 persen, sedangkan inflasi periode Maret 2014-September 2014 yaitu sebesar 2,42 persen. 2
Berita Resmi Statistik No.4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh Tahun 2011-2014 Secara umum, selama tahun 2011 sampai dengan 2014 jumlah penduduk miskin di Aceh
cenderung menurun. Pada Maret 2012 jumlah penduduk miskin meningkat hingga mencapai 912,92 ribu orang dan mencapai level terendah pada September 2014 yaitu sebanyak 837,42 ribu orang. Sedangkan secara persentase cenderung turun sejak Maret 2011 (19,57 persen) hingga September 2014 (16,98 persen), meskipun sempat mengalami kenaikan persentase pada periode September 2013 (17,72 persen) dan Maret 2014 (18,05 persen).
Gambar 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh, 2011-2014
899,19 904,47 912,92 880,52 842,42 856,89 881,26 837,42
19,57
19,48
19,46
18,58
17,60
17,72
18,05
16,98
Mar-11
Sep-11
Mar-12
Sep-12
Mar-13
Sep-13
Mar-14
Sep-14
Penduduk Miskin (ribu orang)
Persentase Penduduk Miskin
Sumber: Diolah dari data Susenas 2011-2014
3.
Perubahan Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh, September 2013 – September 2014 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan,
karena penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret 2014-September 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,88 persen, yaitu dari Rp.359.504,- per kapita per bulan menjadi Rp.377.049,- per kapita per bulan pada September 2014. Untuk daerah perkotaan, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,59 persen, dari Rp. 383.186,- per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp. 396.939,- per kapita per bulan pada September 2014, sedangkan untuk daerah perdesaan naik sebesar 5,43 persen yaitu dari Rp. 350.204,- per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp. 369.232,- per kapita per bulan pada September 2014. Tabel 2 menyajikan perkembangan Garis Kemiskinan pada September 2013 sampai dengan September 2014.
Berita Resmi Statistik No.4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
3
Tabel 2. Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh Menurut Daerah, September 2013-September 2014
Daerah/Tahun (1)
Garis Kemiskinan (Rp./Kapita/Bulan) Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
Perkotaan September 2013
267.490
106.771
374.261
Maret 2014
273.525
109.662
383.186
September 2014
282.650
114.289
396.939
September 2013
265.538
72.424
337.962
Maret 2014
277.119
73.085
350.204
September 2014
290.835
78.397
369.232
September 2013
266.087
82.085
348.172
Maret 2014
276.105
83.398
359.504
September 2014
288.526
88.523
377.049
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013-2014
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2014 sebesar 76,52 persen sedangkan pada Maret 2014 sebesar 76,80 persen. Pada September 2014, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang member sumbangan sebesar 34,73 persen di perkotaan dan 41,25 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap Garis Kemiskinan (14,10 persen di perkotaan dan 12,19 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah ikan tongkol/tuna/cakalang (8,56 persen di perkotaan dan 7,28 persen di perdesaan). Sementara itu komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan adalah biaya perumahan, yaitu 21,83 persen di perkotaan dan 20,13 persen di perdesaan. Berikutnya yaitu biaya pakaian jadi anak-anak (12,48 persen di perkotaan dan 10,08 persen di perdesaan), dan bensin (9,85 persen di perkotaan dan 9,36 persen di perdesaan). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.
4
Berita Resmi Statistik No.4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%) di Provinsi Aceh, September 2014 Jenis Komoditi
Perkotaan
Jenis Komoditi
Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
Makanan Beras
34,73
Beras
41,25
Rokok kretek filter
14,10
Rokok kretek filter
12,19
Tongkol/tuna/cakalang
8,56
Tongkol/tuna/cakalang
7,28
Telur ayam ras
4,77
Gula pasir
4,52
Gula pasir
4,47
Telur ayam ras
3,24
Cabe merah
3,39
Cabe merah
2,98
Bandeng
2,71
Bandeng
2,72
Kembung
2,70
Bawang merah
2,48
Bawang merah
2,50
Kembung
2,47
Kue basah
2,28
Kue basah
2,42
Perumahan
21,83
Perumahan
20,13
Pakaian jadi anak-anak
12,48
Pakaian jadi anak-anak
10,08
Bukan Makanan
Bensin
9,85
Bensin
9,36
Listrik
8,02
Pakaian jadi laki-laki dewasa
9,18
Pakaian jadi laki-laki dewasa
7,72
Pakaian jadi perempuan dewasa
8,57
Pakaian jadi perempuan dewasa
7,32
Listrik
6,28
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2014
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk
miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2014-September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 2,909 pada Maret 2014 menjadi 3,139 pada September 2014. Sedangkan untuk Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama naik dari 0,718 menjadi 0,861 (Tabel 4). Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskincenderung menjauhi garis kemiskinan, sementara kondisi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin cenderung melebar. Berita Resmi Statistik No.4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
5
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Aceh Menurut Daerah, September 2013-September 2014 Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
September 2013
1,965
3,685
3,201
Maret 2014
1,821
3,337
2,909
September 2014
1,713
3,699
3,139
September 2013
0,513
0,953
0,829
Maret 2014
0,428
0,831
0,718
September 2014
0,385
1,048
0,861
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013-2014 Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perdesaan lebih tinggi dari di perkotaan. Pada periode Maret 2014-September 2014 kedua indeks tersebut mengalami penurunan di perkotaan sementara di daerah perdesaan mengalami peningkatan. Pada September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan di perkotaan sebesar 1,713 sedangkan di perdesaan lebih besar yaitu 3,699. Sedangkan untuk Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama di perkotaan sebesar 0,385 sedangkan di perdesaan 1,048.
6
Berita Resmi Statistik No.4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Dengan pendekatan ini dapat dihitung Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2014 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) modul konsumsi bulan September 2014. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masingmasing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik No.4/01/Th.XVIII, 2 Januari 2015
7