BPS
PROVINSI
ACEH No. 4/01/Th. XIX, 4 Januari 2016
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015 Jumlah Penduduk Miskin September 2015 Mencapai 859 Ribu Orang RINGKASAN
Pada September 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh mencapai 859 ribu orang (17,11 persen), bertambah sebanyak 8 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2015 yang jumlahnya 851 ribu orang (17,08 persen).
Selama periode Maret 2015 - September2015, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,21 persen (dari 11,13 persen menjadi 10,92 persen), dan di daerah perdesaan mengalami peningkatan 0,12 persen (dari 19,44 persen menjadi 19,56 persen).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2015 sebesar 76,02 persen sedangkan pada Maret 2015 sebesar 75,97 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter,dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan untuk komoditi bukan makanan yang berpengaruh terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan, bensin, listrik dan pendidikan.
Pada periode Maret 2015- September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami sedikit kenaikan dari 3,104 menjadi 3,111. Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik dari 0,832 menjadi 0,841.
Berita Resmi Statistik No. 4/01/Th.XIX, 4 Januari 2016
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh Jumlah penduduk miskin di Aceh pada September 2015 mencapai 859,41 ribu orang
(17,11 persen).Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2015, maka selama periode tersebut terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak 7,82 ribu orang. Sementara apabila dibandingkan dengan September tahun sebelumnya kenaikan jumlah penduduk miskin yaitu sebanyak 21,99 ribu orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2015 - September 2015 persentase penduduk miskin mengalami penurunan di daerah perkotaan sebesar 0,21persen dan di daerah perdesaan mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Menurut Daerah, 2014 - 2015
Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
161,94 158,04 157,57 155,81
11,76 11,36 11,13 10,92
719,13 679,38 694,01 703,60
20,52 19,19 19,44 19,56
856,89 837,42 851,59 859,41
18,05 16,98 17,08 17,11
Perkotaan Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015 Perdesaan Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015 Kota+Desa Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015
Beberapa faktor yang terkait dengan kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode September 2014-September 2015antara lain adalah: a. Nilai Tukar Petani cenderung menurun dari 97,39 pada Maret 2015 menjadi 96,07 pada September 2015. Dan Tingkat Pengangguran Terbuka 7,73 persen Februari 2015 menjadi 9,92 persen Agustus 2015. b. Inflasi periode September 2014 - Maret 2015 sebesar 2,13 persen, sedangkan inflasi periode Maret 2015 - September 2015 sebesar 2,01 persen.
2
Berita Resmi Statistik No. 4/01/Th.XIX, 4 Januari 2016
2
Selama periode tahun 2013 sampai dengan 2015 jumlah penduduk miskin di Aceh berfluktuasi. Pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin mencapai 842,42 ribu orang (17,60%) kemudian naik hingga 881,26 ribu orang (18,05%) pada Maret 2014 dan mencapai level terendah pada September 2014 yaitu sebanyak 837,42 ribu orang (16,98%) tetapi pada bulan Maret 2015 jumlah itu kembali meningkat menjadi 851,59 ribu orang (17,08%) dan 859,41 ribu orang (17,11%) September 2015
Gambar 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh, 2013-2015
842,42
856,89
881,26
837,42
851,59
859,41
17.60%
17.72%
18.05%
16.98%
17.08%
17.11%
Mar 13
Sept 13
Mar 14
Sept 14
Mar 15
Sept 15
Persentase Penduduk Miskin
2.
Perubahan Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan,
karena penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret 2015-September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,98 persen, yaitu dari Rp.390.150,- per kapita per bulan menjadi Rp. 401.773,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,41 persen, dari Rp. 410.414,- per kapita per bulan menjadi Rp. 420.324,- per kapita per bulan, sedangkan untuk daerah perdesaan naik sebesar 3,22 persen yaitu dari Rp. 382.117,- per kapita per bulan menjadi Rp. 394.419,- per kapita per bulan.
Berita Resmi Statistik No. 4/01/Th.XIX, 4 Januari 2016
3
Tabel 2. Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh Menurut Daerah, 2014 - 2015 Garis Kemiskinan (Rp./Kapita/Bulan) Daerah/Tahun
(1)
Perkotaan Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015 Perdesaan Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015 Kota+Desa Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
273.525 282.650 293.697 302.128
109.662 114.289 116.717 118.196
383.186 396.939 410.414 420.324
277.119 290.835 297.479 306.737
73.085 78.397 84.638 87.682
350.204 369.232 382.117 394.419
276.105 288.526 296.406 305.428
83.398 88.523 93.744 96.344
359.504 377.049 390.150 401.773
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September2015 sebesar 76,02 persen sedangkan padaMaret 2015sebesar 75,97 persen. Pada September 2015, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberikan sumbangan sebesar 32,59 persen di perkotaan dan 34,60 persen di perdesaan.Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap Garis Kemiskinan (12,02 persen di perkotaan dan 12,35 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah ikan tongkol/tuna/cakalang (6,42 persen di perkotaan dan 6,64 persen di perdesaan). Sementara itu komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan adalah biaya perumahan, yaitu 26,74 persen di perkotaan dan 23,41 persen di perdesaan. Berikutnya yaitu biaya bensin (12,27 persen di perkotaan dan 13,72 persen di perdesaan), dan listrik (8,80 persen di perkotaan dan 6,88 persen di perdesaan).
4
Berita Resmi Statistik No. 4/01/Th.XIX, 4 Januari 2016
4
Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan Beserta Kontribusinya (%)di Provinsi Aceh, September 2015 Jenis Komoditi
Perkotaan
Jenis Komoditi
Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
Makanan Beras
32.59 Beras
34.60
Rokok kretek filter
12.02 Rokok kretek filter
12.35
Tongkol/tuna/cakalang
6.42 Tongkol/tuna/cakalang
6.64
Telur ayam ras
4.53 Gula pasir
4.53
Gula pasir
4.30 Kue basah
4.24
Kue basah
4.20 Telur ayam ras
3.96
Kembung
3.54 Cabe merah
3.32
Bandeng
3.51 Bandeng
2.63
Cabe merah
3.51 Bawang merah
2.41
Bawang merah
2.53 Mie instan
2.35
Perumahan
26.74 Perumahan
23.41
Bensin
12.27 Bensin
13.72
Listrik
8.80 Listrik
6.88
Pendidikan
6.91 Pendidikan
6.39
Pakaian jadi perempuan dewasa
6.84 Pakaian jadi laki-laki dewasa
5.11
Bukan Makanan
3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk
miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinanjuga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Berita Resmi Statistik No. 4/01/Th.XIX, 4 Januari 2016
5
Pada periode Maret 2015 -September2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan IndeksKeparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 3,104 menjadi3,111. Sedangkan untuk Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama juga naik dari 0,832 menjadi 0,841. kenaikan kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan.
Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) danIndeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Aceh Menurut Daerah, 2014 - 2015
Tahun (1)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (2)
(3)
(4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015
1,821 1,713 2,245 1,843
3,337 3,699 3,444 3,614
2,909 3,139 3,104 3,111
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015
0,428 0,385 0,659 0,498
0,831 1,048 0,901 0,977
0,719 0,861 0,832 0,841
Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perdesaan lebih tinggi dari di perkotaan. Pada periode Maret 2015 - September2015 kedua indeks tersebut mengalami penurunan di perkotaan yaitu dari 2,245 menjadi 1,843 untuk P1, dari 0,659 menjadi 0,498 untuk P2 . Sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan yaitu dari 3,444 menjadi 3,614 untuk P1, dari 0,901 menjadi 0,977 untuk P2.
6
Berita Resmi Statistik No. 4/01/Th.XIX, 4 Januari 2016
6
4.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini dapat dihitung Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 35 jenis komoditi di perkotaan dan 36 jenis komoditi di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar, yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik No. 4/01/Th.XIX, 4 Januari 2016
7