No. 05/01/17/Th. X, 4 Januari 2016
TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015 -
JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 322,83 RIBU ORANG (17,16 PERSEN) TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2015 MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN SEPTEMBER 2014 (17,09 PERSEN) Pada bulan September 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu mencapai 322, 83 ribu orang (17,16 persen), bertambah sebesar 6,33 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada september 2014 yang sebesar 316,5 ribu orang (17,09 persen). Selama periode September 2014 – September 2015, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami peningkatan sedangkan di perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 17,19 persen, naik menjadi 18,15 persen pada September 2015. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 17,04 persen pada September 2014 menjadi 16,71 persen pada September 2015. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2015 tercatat sebesar 79,05 persen, kondisi ini sedikit peningkatan dibanding dengan kondisi Maret 2015 yang sebesar 78,55 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, cabe merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan mie instan. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan.
Pada periode September 2014 - September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan, ini mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin jauh dari Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin melebar.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 05/01/17/Th.
IX, 4 Januari 2016
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2014 - September 2015
Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu pada periode September 2014 – September 2015 mengalami kenaikan. Pada periode tersebut jumlah penduduk miskin naik sebesar 6,33 ribu orang, yaitu dari 316,50 ribu orang pada September 2014 menjadi 322,83 ribu orang pada September 2015. Maka pada kurun waktu tersebut, persentase penduduk miskin mengalami kenaikan dari 17,09 persen menjadi 17,16 persen atau persentase penduduk miskin naik sebesar 0,07 persen. Jika ditinjau dari wilayah pada periode Maret 2015 – September 2015, jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami peningkatan sedangkan di wilayah perdesaan tercatat penurunan. Pada daerah perkotaan terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 6,41 ribu orang sedang daerah pedesaan terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,08 ribu orang. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu, September 2014 - September 2015 Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa)
Persentase Penduduk Miskin (%)
(1)
(2)
(3)
Perkotaan September 2014
99,59
17,19
Maret 2015
103,13
17,79
September 2015
106,00
18,15
September 2014
216,91
17,04
Maret 2015
230,94
17,93
September 2015
216,83
16,71
September 2014
316,50
17,09
Maret 2015
334,07
17,88
September 2015
322,83
17,16
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2014, Maret 2015 dan September 2015
2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2011- September 2015 Perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Bengkulu dalam kurun waktu lima tahun terakhir memperlihatkan tren penurunan dari 17,36 persen pada 2011 menjadi 17,16 persen di tahun 2015. Namun kondisi tersebut tidak berjalan linier namun fluktuatif. Bahkan pada bulan Maret 2015 merupakan angka kemiskinan tertinggi kedua selama lima tahun terakhir. Hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh kebijakan pemerintahan yang baru, namun pada bulan September 2015 ini angka kemiskinan menurun bila dibandingan dengan kondisi bulan maret 2015. Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2011 - September 2015 ditunjukkan oleh gambar berikut :
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu
No. 05/01/17/Th. IX, 4 Januari 2016
Grafik 1 Perkembangan Kemiskinan Provinsi Bengkulu, 2011 - September 2015
30.53
30.6
31.43
31.37
17.49
17.36
17.7
17.51
33.14
32.34
32.09
31.65
18.34
17.75
17.48
17.09
33.4
32.28
17.88
17.16
Mar_2011 Sept_2011 Mar_2012 Sept_2012 Mar_2013 Sept_2013 Mar_2014 Sept_2014 Mar_2015 Sept_2015
Jumlah(Puluhan ribu Jiwa)
Persentase
Sumber: Diolah dari data Susenas 2011 – September 2015
3.
Perubahan Garis Kemiskinan September 2014 - September 2015
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada September 2014 sampai dengan September 2015. Tabel 2. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, September 2014 - September 2015 Daerah/Tahun (1)
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan (2)
Bukan Makanan (3)
Total (4)
270.436 288.387 313.872 16,06 8,84
108.445 109.102 111.770 3,07 2,45
378.881 397.489 425.642 12,34 7,08
281.534 303.059 329.667 17,10 8,78
64.861 69.112 74.513 14,88 7,81
346.395 372.171 404.179 16,68 8,60
278.063 298.505 324.764 16,80 8,80
78.490 81.523 86.076 9,66 5,58
Perkotaan September 2014 Maret 2015 September 2015 Perubahan Sep’14 – Sep’15 (%) Perubahan Maret 15 – Sep’15 (%) Perdesaan September 2014 Maret 2015 September 2015 Perubahan Sep’14 – Sep’15 (%) Perubahan Maret 15 – Sep’15 (%) Perkotaan + Perdesaan September 2014 Maret 2015 September 2015 Perubahan Sep’14 – Sep’15 (%) Perubahan Maret 15 – September’15 (%)
356.554 380.029 410.840 15,23 8,11
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2014, Maret 2015 dan September 2015
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 05/01/17/Th.
IX, 4 Januari 2016
3
Pada periode September 2014 – September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 15,23 persen, yaitu dari Rp356.554,- per kapita per bulan pada September 2014 menjadi Rp410.840,- per kapita per bulan pada September 2015. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 79,05 persen sementara sumbangan GKMN terhadap GK sebesar 20,95 persen. Pada September 2015, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, yaitu beras yang memberi sumbangan 16,58 persen di perkotaan dan 32,67 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan sebesar 10,67 persen di perkotaan dan sebesar 7,78 persen di perdesaan. Komoditi lainnya adalah cabe merah (5,02 persen di perkotaan dan 5,44 persen di perdesaan). Daging ayam ras sebesar 4,93 persen di perkotaan dan 1,95 persen diperdesaan. Telur ayam ras sebesar 3,96 persen di perkotaan dan 3,17 persen di perdesaan, dan seterusnya. Sementara itu yang tercatat beberapa komoditi lainnya yang memberi pengaruh berbeda terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan misalnya ikan mujair, kue basah, roti, dan tempe berpengaruh di perkotaan serta kopi, cabe rawit, dan bawang merah berpengaruh di perdesaan. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di tabel 3. Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), September 2015 Komoditi
Kota
Komoditi
Desa
(2)
(3)
(1) Makanan
Makanan
Beras
16,58
Beras
32,67
Rokok kretek filter
10,67
Rokok kretek filter
7,78
Cabe Merah
5,02
Cabe Merah
5,44
Daging Ayam Ras
4,93
Telur Ayam Ras
3,17
Telur Ayam Ras
3,96
Gula Pasir
3,04
Mie Instan
2,85
Kopi
2,55
Ikan Mujair
2,06
Daging Ayam Ras
1,95
Kue Basah
1,92
Cabe Rawit
1,90
Tempe
1,90
Mie Instan
1,89
Roti
1,66
Bawang Merah
1,77
BukanMakanan
BukanMakanan
Perumahan
7,34
Perumahan
5,09
Bensin
2,92
Bensin
3,14
Listrik
2,77
Listrik
1,43
Pendidikan
2,38
Pendidikan
1,11
Angkutan
1,91
Kayu bakar
0,85
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu
No. 05/01/17/Th. IX, 4 Januari 2016
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan. Sementara itu terdapat komoditi bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan berbeda pada GK di perkotaan dan perdesaan, yaitu angkutan yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perkotaan atau kayu bakar yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perdesaan.
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja, ada dimensi lain yang juga perlu diperhatikan, yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga perlu dikaitkan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode September 2014 - September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 2,85 pada September 2014 menjadi 3,63 pada September 2015 dan Indeks Keparahan Kemiskinan juga meningkat dari 0,75 menjadi 1,16 pada September 2015. Peningkatan nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin makin menjauh dari Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga makin melebar. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah, September 2014 - September 2015 Daerah/Tahun
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(3)
September 2014
2,69
2,92
2,85
Maret 2015
3,93
3,28
3,48
September 2015
4,19
3,38
3,63
September 2014
0,75
0,75
0,75
Maret 2015
1,21
0,86
0,97
September 2015
1,32
1,09
1,16
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2014, Maret 2015, dan September 2015
Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai , Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah perdesaan. Pada September 2015, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan mencapai 4,19 sementara di daerah perdesaan lebih rendah, yaitu sebesar 3,38. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 1,32 sementara di perdesaan sebesar 1,09.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No. 05/01/17/Th.
IX, 4 Januari 2016
5
5.
6
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2015. Jumlah sampel sebesar ±75.000 rumah tangga supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu
No. 05/01/17/Th. IX, 4 Januari 2016