BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 40/07/16/Th.XVIII. 18 Juli 2016
TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN MENURUN DARI SEPTEMBER 2015 KE MARET 2016
RINGKASAN
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Maret 2016 sebanyak 1.101.192 atau sebesar 13,54 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2015 yang berjumlah 1.112.526 orang (13,77%), berarti jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 11.334 orang atau 0,23 persen. Selama periode September 2015 - Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebanyak 13.798 orang, atau sebesar 0,23 persen. Tetapi, di daerah perdesaan mengalami penurunan sebanyak 25.132 orang, atau sebesar 0,48 persen. Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan) tidak banyak berubah, di mana sebagian besar (65,99%) penduduk miskin berada di daerah perdesaan pada Maret 2016. Garis Kemiskinan Bulan Maret 2016 di provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar Rp 351.984,- lebih besar 3,23 persen dibandingkan September 2015. Garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 388.060,- sedangkan garis kemiskinan di daerah perdesaan adalah sebesar Rp 331.570,-. Dibandingkan bulan September 2015, garis kemiskinan mengalami kenaikan baik di perkotaan maupun pedesaan, meningkat sebesar 2,46 persen dan 3,62 persen. Pada periode September 2015 – Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunujkkan kenaikan, tetapi Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) kecenderungannya menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauhi garis kemiskinan tetapi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin berkurang.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No.40/07/16/Th.XVII. 18 Juli 2016
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Sumatera Selatan, 2009-2016 Jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan pada periode 2009-2012 kecenderungannya menurun dari tahun ke tahun (Tabel 1). Pada Maret tahun 2009, jumlah penduduk miskin Provinsi Sumatera Selatan yaitu 1.167,87 ribu orang (16,28%), turun menjadi 1.125,73 ribu orang (15,47%) pada tahun 2010, turun lagi menjadi 1.077,67 ribu orang (14,24 %) pada tahun 2011, dan kembali mengalami penurunan menjadi 1.063,81 ribu orang (13,95%). Pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin di periode maret turun menjadi 1.059,13 ribu orang (13,78%), dan terus turun pada periode September 2012 menjadi 1.043,62 ribu orang (13,48%). Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin di periode maret sempat meningkat dari periode sebelumnya menjadi 1.110,53 ribu orang (14,24%) dan kembali turun menjadi 1.104,57 ribu orang (14,06%). Tahun 2014, persentase kemiskinan terus mengalami penurunan berturut turut Maret – September 2014 yaitu 13,91 persen dan 13,62 persen. Pada periode September 2014 ke Maret 2015 meningkat kembali menjadi 14,25 persen atau sebanyak 1.145,63 ribu orang. Ini berarti melampaui persentase Maret 2014 kenaikan sebesar 0,34 persen. Pada periode Maret 2015 ke September 2015 terjadi penurunan kembali menjadi 1.112,53 ribu orang atau 13,77 persen, begitu juga sampai dengan Maret 2016 jumlah penduduk miskin kembali menurun menjadi 1.101,19 ribu orang atau 13,54 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2009-2016 Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribuan)
Persentase
(1)
(2)
(3)
1.167,87 1.125,73 1.077,67 1.063,81 1.059,13 1.043,62 1.110,53 1.104,57 1.100,83 1.085,80 1.145,63 1.112,53 1.101,19
16,28 15,47 14,24 13,95 13,78 13,48 14,24 14,06 13,91 13,62 14,25 13,77 13,54
Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011* September 2011* Maret 2012* September 2012* Maret 2013* September 2013* Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015 Maret 2016 *Backcasting
Sumber: BPS Prov. Sumsel, diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2015 – Maret 2016 Jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan pada bulan Maret 2016 sebanyak 1.101.192 orang atau sebesar 13,54 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No.40/07/16/Th.XVII. 18 Juli 2016
2
pada September 2015 yang berjumlah 1.112.526 orang (13,77%), berarti jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 11.334 orang atau 0,23 persen. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan, tetapi mengalami penurunan di daerah perdesaan. Selama periode September 2015 – Maret 2016, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 13.798 orang, atau sebesar 0,23 persen. Di daerah perdesaan secara absolute turun sebanyak 25.132 orang, secara persentase turun sebesar 0,48 persen. (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah September 2015 – Maret 2016 Jumlah/Persentase Penduduk Miskin
September 2015
Maret 2016
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan
360.729 751.797 1.112.526
374.527 726.665 1.101.192
Persentase Penduduk Miskin Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan
12,51 14,47 13,77
12,74 13,99 13,54
13.798 -25.132 -11.334
0,23 -0,48 -0,23
Sumber: BPS Prov. Sumsel, diolah dari data Susenas Maret dan Perubahan Garis Kemiskinan September 2015 – Maret 2016
Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan) tidak banyak berubah, di mana sebagian besar penduduk miskin berada di daerah perdesaan (67,58 persen pada bulan September 2015 turun menjadi 65,99 persen pada Maret 2016). 3.
Perubahan Garis Kemiskinan September 2015 – Maret 2016 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama September 2015 - Maret 2016, Garis Kemiskinan sedikit naik yaitu 3,23 persen, dari Rp.340.958,- per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp.351.984,perkapita perbulan pada Maret 2016. Garis kemiskinan di daerah perkotaan naik sebesar 2,46 persen yaitu dari Rp.378.738,- per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp.388.060,- per kapita per bulan pada Maret 2016. Begitu pula garis kemiskinan di daerah perdesaan juga mengalami kenaikan sebesar 3,62 persen yaitu dari Rp.319.994,-
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No.40/07/16/Th.XVII. 18 Juli 2016
3
per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp.331.570,- per kapita per bulan pada Maret 2016.
Tabel 3. Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Menurut Daerah September 2015 - Maret 2016 Garis Kemiskinan
September 2015
Maret 2016
Perubahan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
Perkotaan Makanan (GKM) Non Makanan (GKNM) Total (GK) Pedesaan Makanan (GKM) Non Makanan (GKNM) Total (GK) Perkotaan+Pedesaan Makanan (GKM) Non Makanan (GKNM) Total (GK)
272.915 105.823 378.738
275.736 112.324 388.060
1,03 6,14 2,46
254.209 65.785 319.994
263.912 67.658 331.570
3,82 2,85 3,62
260.885 80.073 340.958
269.320 82.664 351.984
3,23 3,24 3,23
Sumber: BPS Prov. Sumsel, diolah dari data Susenas September 2015 dan Maret 2016 Secara keseluruhan GKM dan GKNM mengalami kenaikan pada periode September 2015 – Maret 2016 . GKM pada bulan September 2015 sebesar Rp.260.885,- per kapita per bulan dan GKNM sebesar Rp.80.073,- per kapita per bulan, di mana pada bulan Maret 2016 GKM menjadi sebesar Rp.269.320,- per kapita per bulan dan GKNM sebesar Rp.82.664,- per kapita per bulan. Terlihat juga pada Tabel 3 di atas bahwa GKM dan GKNM mengalami kenaikan pada periode September 2015 - Maret 2016 baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM) terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan. Pada bulan Maret 2016 sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,51 persen. Pada Maret 2016, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan 20,09 persen di Perkotaan dan 31,56 persen di Pedesaan. Rokok Kretek Filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan (9,85 persen di perkotaan dan 6,30 persen di pedesaan). Komoditi lainnya adalah telur ayam ras, gula pasir, mie instan, cabe merah, bawang merah dan seterusnya. Sementara itu, beberapa komoditi lain yang memberi sumbangan berbeda terhadap garis kemiskinan di Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No.40/07/16/Th.XVII. 18 Juli 2016
4
daerah perkotaan dan pedesaan, misalnya cabe rawit dan kopi bubuk & kopi instan (sachet) yang hanya memberikan sumbangan besar untuk GK di pedesaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Maret 2016 Jenis Komoditi
Perkotaan
Jenis Komoditi
Pedesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
MAKANAN Beras Rokok kretek filter Telur ayam ras Mie instan Daging ayam ras Cabe merah Gula pasir Bawang merah Roti Kue basah
20.09 9.85 3.73 3.70 3.30 2.98 2.79
Beras Rokok kretek filter Gula pasir Telur ayam ras Mie instan Cabe merah Bawang merah Kopi bubuk & kopi instan 2.29 (sachet) 2.12 Cabe rawit 1.77 Roti
BUKAN MAKANAN Perumahan 9.40 Perumahan Listrik 3.49 Bensin Bensin 3.13 Listrik Pendidikan 2.01 Pendidikan Angkutan 1.34 Perlengkapan mandi Perlengkapan mandi 1.33 Sabun cuci Sumber: BPS Prov. Sumsel, diolah dari data Susenas Maret 2016
31.56 6.30 4.10 3.50 3.30 2.89 2.89 2.13 1.90 1.83
6.78 2.57 1.71 1.40 1.01 0.67
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, listrik, bensin dan pendidikan. Sementara terdapat komoditi bukan makanan lainnya memberikan sumbangan berbeda pada GK Perkotaan dan Pedesaan yaitu angkutan yang memberi sumbangan besar di perkotaan atau sabun cuci yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di pedesaan. 4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode September 2015 – Maret 2016, secara umum, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan kecenderungan naik dari 1,878 pada keadaan September 2015 menjadi 2,015 pada keadaaan Maret 2016. Kenaikan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan. Kondisi bertolak belakang dengan Indeks Keparahan Kemiskinan,
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No.40/07/16/Th.XVII. 18 Juli 2016
5
yang mengalami penurunan pada periode yang sama dari 0,437 pada September 2015 menjadi 0,425 pada Maret 2016 atau turun sebesar 0,012. Tabel 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Selatan Menurut Daerah, September 2015 – Maret 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan/Indeks Keparahan Kemiskinan
September 2015
Maret 2016
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan
1,275 2,212 1.878
1,788 2,143 2,015
0,513 -0,069 0,137
Indeks Keparahan Kemiskinan Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan
0,255 0,538 0,437
0,365 0,458 0,425
0,111 -0,080 -0,012
Sumber: BPS Prov. Sumsel, diolah dari data Susenas September 2015 dan Maret 2016 Jika dilihat berdasarkan daerah perkotaan dan pedesaan, maka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perkotaan nilainya meningkat. Akan tetapi nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan mengalami penurunan. Pada bulan Maret 2016, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan naik menjadi 1,788 dan di pedesaan turun menjadi 2,143. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan naik menjadi sebesar 0,365 dan perdesaan turun menjadi sebesar 0,458. Dapat disimpulkan posisi Maret 2016, bahwa tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di perkotaan terjadi kenaikan, tetapi tingkat kedalaman dan keparahan di pedesaan semakin menurun nilainya.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No.40/07/16/Th.XVII. 18 Juli 2016
6