BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 39/07/16/ Th. XIX, 17 Juli 2017
PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KEADAAN MARET 2017 MENCAPAI 13,19 PERSEN
Keadaan Maret 2017 jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan yakni penduduk yang pengeluaran perkapita perbulannya di bawah Garis Kemiskinan mencapai 1.086.920 orang atau sebesar 13,19 persen, berkurang sebesar 14.280 orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 yang mencapai 1.101.190 atau sebesar 13,54 persen. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan keadaan Maret 2016 sebesar 12,74 persen turun menjadi 12,45 persen keadaan Maret 2017. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan turun dari 13,99 persen keadaan Maret 2016 menjadi 13,62 persen keadaan Maret 2017. Selama periode September 2016 - Maret 2017 penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 2,63 ribu orang yakni dari 377,88 ribu orang September 2016 menjadi 375,25 ribu orang kondisi Maret 2017. Kondisi yang sama juga terjadi di daerah perdesaan yang turun sebanyak 6,95 ribu orang atau turun dari 718,62 ribu orang keadaan September 2016 menjadi 711,67 ribu orang keadaan Maret 2017. Peranan komoditas makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan keadaan Maret 2017 tercatat sebesar 74,78 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2016 sebesar 76,51 persen. Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, yaitu: beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, daging sapi dan cabe merah. Sedangkan komoditas bukan makanan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi.
Pada periode Maret 2016 - Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. Fenomena itu menggambarkan bahwa penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan semakin jatuh atau terpuruk ke dalam jurang kemiskinan 1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2016-Maret 2017 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan pada Maret 2017 mencapai 1.086,92 ribu orang atau sebesar 13,19 persen dari total penduduk Provinsi Sumatera Selatan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin keadaan September 2016, maka selama enam bulan tersebut terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 9,58 ribu orang. Apabila
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 1
dibandingkan dengan keadaan Maret 2016 maka dalam satu tahun terakhir jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebanyak 14,28 ribu orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2016-Maret 2017 atau dalam 6 (enam) bulan terakhir jumlah penduduk miskin daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 2,63 ribu begitu pula di daerah perdesaan turun sebanyak 6,95 ribu orang. Sementara pada periode Maret 2016-Maret 2017 atau dalam satu tahun terakhir jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan sebesar 0,72 ribu orang sedangkan di daerah perdesaan turun sebanyak 15 ribu orang. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Keadaan Maret 2016-Maret 2017
Daerah / Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
Maret 2016
374,53
12,74
September 2016
377,88
12,73
Maret 2017
375,25
12,45
Maret 2016
726,67
13,99
September 2016
718,62
13,77
Maret 2017
711,67
13,62
Maret 2016
1.101,20
13,54
September 2016
1.096,50
13,39
Maret 2017
1.086,92
13,19
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaaan
Sumber: BPS Provinsi Sumsel, diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016 dan Maret 2017
2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Sumatera Selatan Maret 2009-Maret 2017 Jumlah dan persentase penduduk miskin diharapkan mengalami penurunan dari tahun ke tahun tetapi pada periode Maret 2009-Maret 2017 jumlah dan persentase penduduk di Provinsi Sumatera Selatan mengalami fluktuasi (Tabel 2). Persentase penduduk miskin terendah pada kurun waktu tersebut dicapai pada Maret 2017 sebesar 13,19 persen yang mana telah mengalami penurunan sebesar 3,09 persen dibandingkan Maret 2009 sebesar 16,28 persen. Pada Maret 2009-September 2012 jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan cenderung menurun setiap tahunnya yakni dari 1.167,87 ribu (16,28 persen) Maret 2009 menjadi 1.043,62 ribu (13,48 persen) September 2012. Tetapi pada September 2012Maret 2013 jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami peningkatan yakni dari 1.043,62 ribu orang (13,48 persen) September 2012 menjadi 1.110,53 ribu orang (14,24 persen) Maret 2013.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 2
Pada Maret 2013-September 2014 jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan kembali mengalami penurunan setiap tahunnya yakni dari 1.110,53 ribu orang (14,24 persen) Maret 2013 menjadi 1.085,80 ribu orang (13,62 persen) September 2014. Tetapi September 2014—Maret 2015 jumlah dan persentase penduduk miskin meningkat dari 1.085,80 ribu orang (13,62 persen) September 2014 menjadi 1.145,63 ribu (14,25 persen) Maret 2015. Pada Maret 2015-September 2016 jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan kembali mengalami penurunan setiap tahunnya yakni dari 1.145,63 ribu orang (14,25 persen) Maret 2015 menjadi 1.096,50 ribu orang (13,39 persen) September 2016. Begitu pula pada kondisi Maret 2017 jumlah dan persentase penduduk miskin Provinsi Sumatera Selatan kembali mengalami penurunan bila dibandingkan Maret 2016 yakni turun dari 1.101,19 ribu orang (13,54 persen) menjadi 1.086,92 ribu orang (13,19 persen). Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Propinsi Sumatera Selatan Maret 2010 – Maret 2017
Tahun
JumlahPendudukMiskin (ribuan)
Persentase
(1)
(2)
(3)
Maret 2009
1.167,87
16,28
Maret 2010
1.125,73
15,47
Maret 2011*
1.077,67
14,24
September 2011*
1.063,81
13,95
Maret 2012*
1.059,13
13,78
September 2012*
1.043,62
13,48
Maret 2013*
1.110,53
14,24
September 2013*
1.104,57
14,06
Maret 2014
1.100,83
13,91
September 2014
1.085,80
13,62
Maret 2015
1.145,63
14,25
September 2015
1.112,53
13,77
Maret 2016
1.101,19
13,54
September 2016
1.096,50
13,39
Maret 2017
1.086,92
13,19
Keterangan: *) hasil backcasting Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan
3.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 - Maret 2017 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Tabel 3 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada Maret 2016 sampai dengan Maret 2017.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 3
Tabel 3. Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, Maret 2016 – Maret 2017 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah / Tahun
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
Maret 2016
275.736
112.324
388.060
September 2016
283.334
116.824
400.159
Maret 2017
291.341
119.191
410.532
Perubahan Mar’16-Sep’16 (%)
2,76
4.01
3.12
Perubahan Sep’16-Mar’17 (%)
2,83
2,03
2,59
Perubahan Mar’16-Mar’17 (%)
5,66
6,11
5,79
Maret 2016
263.912
67.658
331.570
September 2016
270.182
69.692
339.874
Maret 2017
273.135
74.386
347.520
Perubahan Mar’16-Sep’16 (%)
2,38
3,01
2,50
Perubahan Sep’16-Mar’17 (%)
1,09
6,74
2,25
Perubahan Mar’16-Mar’17 (%)
3,49
9,94
4,81
Maret 2016
269.320
82.664
351.984
September 2016
275.036
86.661
361.696
Maret 2017
279.284
90.775
370.060
Perubahan Mar’16-Sep’16 (%)
2,12
4,83
2,76
Perubahan Sep’16-Mar’17 (%)
1,54
4,75
2,31
Perubahan Mar’16-Mar’17 (%)
3,70
9,81
5,13
(1)
Perkotaan
Pedesaan
Perkotaan+Pedesaan
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017
Selama periode Maret 2016-September2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,76 persen, yakni dari Rp.351.984,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp. 361.696,- per kapita per bulan pada September 2016. Sementara pada periode Maret 2016-Maret 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,13 persen dari Rp. 351.984,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp. 370.060,- per kapita per bulan pada Maret 2017. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada Maret 2017 sebesar 74,78 persen. Pada Maret 2017, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 4
memberi sumbangan sebesar 16,63 persen di perkotaan dan 27,17 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap Garis Kemiskinan (13,38 persen di perkotaan dan 10,18 persen di pedesaan). Komoditi lainnya adalah telur ayam ras (4,64 persen di daerah perkotaan dan 4,43 persen di daerah perdesaan), gula pasir (2,93 persen di daerah perkotaan dan 4,14 persen di daerah perdesaan), dan seterusnya. Sementara itu terdapat komoditi lain memberi sumbangan berbeda terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan perdesaan seperti misalnya Kue basah dan Tahu yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perkotaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Daftar Komoditas yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Maret 2017
Jenis Komoditi
Perkotaan
Jenis Komoditi
Pedesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
MAKANAN Beras Rokok kretek filter Daging ayam ras Telur ayam ras Mie instan Gula pasir Cabe merah Susu kental manis
16,63 13,38 4,65 4,64 4,05 2,93 2,61 2,11
Kue Basah
1,87
Bawang merah Tahu Roti
1,59 1,43 1,39
Beras Rokok kretek filter Telur ayam ras Gula pasir Mie instan Daging ayam ras Cabe merah Bawang merah Kopi bubuk & kopi instan (sachet) Cabe rawit Susu kental manis Roti
BUKAN MAKANAN Perumahan Listrik Bensin Pendidikan Angkutan Air Perlengkapan mandi Kesehatan
7,55 4,27 4,12 2,34 2,03 1,36 0,97 0,74
Perumahan Bensin Listrik Pendidikan Perlengkapan mandi Angkutan Pakaian jadi anak-anak Kesehatan
27,17 10,18 4,43 4,14 3,27 3,01 2,44 2,26 1,92 1,84 1,66 1,53
6,37 4,04 2,10 1,24 0,77 0,74 0,58 0,56
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah dari data Susenas September 2016
Komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, angkutan dan perlengkapan mandi. Sementara itu terdapat komoditas bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan yang sangat berbeda pada GK di perkotaan dan perdesaan yakni komoditas air. Komoditas air memberi sumbangan sebesar 1,36 persen terhadap GK di perkotaan sedangkan di daerah perdesaan sumbangannya sebesar 0,04 persen terhadap GK.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 5
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar melihat berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2016 - September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) turun dari 2.015 keadaan Maret 2016 menjadi 1.957 keadaaan September 2016. Keadaan Maret 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan lebih tinggi dibandingkan keadaan Maret 2016 yakni naik dari 2,015 menjadi 2,243 keadaan Maret 2017. Kenaikan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan periode Maret 2016 - September 2016 mengalami kenaikan dari 0,425 keadaan Maret 2016 menjadi 0,481 keadaan September 2016 dan kembali naik keadaan Maret 2017 sebesar 0,599. Tabel 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Selatan Menurut Daerah, Maret 2016 – Maret 2017
Rincian
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaaan
(1)
(2)
(3)
(4)
Maret 2016
1,788
2,143
2,015
September 2016
1.889
1.995
1.957
Maret 2017
2.042
2.359
2.243
Maret 2016
0,365
0,458
0,425
September 2016
0,468
0,488
0,481
Maret 2017
0,534
0,637
0,599
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017
Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Keadaan Maret 2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar 2,042 sementara di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu 2,359. Sementara itu nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 0,534 sedangkan di daerah perdesaan mencapai sebesar 0,637.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 6
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 7
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN Informasi lebih lanjut hubungi: Kepala Bidang Statistik Sosial
Drs. Timbul P Silitonga, M.Si HP: 08153914410 / 081390846188
e-mail:
[email protected]
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Selatan No. 39/07/16/Th.XIX,17 Juli 2017 8