Provinsi Sumatera Selatan GAMBARAN UMUM WPPI SUMATERA SELATAN Geografi Letak Geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1o 37’ 27’’ sampai 4o 55’ 17’’ Lintang Selatan dan antara 102o 3’ 54’’ dan 106o 13’ 26’’ Bujur Timur. Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari Pulau Sumatera yang mempunyai luas wilayah 91.806,36 km2. Provinsi Sumatera Selatan secara administrasi menjadi 13 (tiga belas) Kabupaten dan 4 (empat) Kota dengan jumlah desa sebanyak 2.823 desa, 363 kelurahan dan 231 kecamatan.
Gambar 1 Peta Administrasi Provinsi Sumatera Selatan
Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan dialiri banyak sungai besar dan kecil dengan kekayaan sumber daya yang melimpah antara lain minyak bumi, batu bara dan gas alam. Sungai Musi merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang sekitar 750 km menjadi tempat yang subur bagi budi daya pertanian dan perikanan, dan penghubung bagi perdagangan antardaerah sejak jaman kerajaan Sriwijaya. Dengan letak geografis yang strategis, Sumatera Selatan menjadi salah satu pusat pertemuan dan interaksi para pedagang-pedagang asing terutama dari Arab, India dan Cina. Letak geografis ini memberikan peluang bagi Sumatera Selatan untuk cepat maju dan berkembang. Batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung, Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung, Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 – 2035, Provinsi Sumatera Selatan merupakan bagian dari Wilayah Pengembangan Industri Sumatera Bagian Selatan, dengan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) Provinsi terdiri atas Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), dan Kabupaten Banyuasin.
Gambar 2 Peta Administrasi WPPI Provinsi Sumatera Selatan
Profil Umum Provinsi Sumatera Selatan Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 8.025.315 jiwa dengan penduduk laki-laki 4.097,177 ribu dan 3.960,138 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 mencapai 92 orang/km2. Tabel 1 Kependudukan WPPI Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 No 1. 2. 3.
Kabupaten/Kota
Ibukota
Banyuasin Muara Enim PALI
Pangkalan Balai Muara Enim Talang Ubi Jumlah Provinsi Sumatera Selatan
Jumlah 811.501 600.398 179.529 1.591.428 8.025.315
Luas (Km2) 1.2361,43 6.901,36 1.844,71 91.806,36
Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2 67 87 97 92
Sumber : Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka, 2016
Provinsi Sumatera Selatan memiliki wilayah pengembangan yang terbagi menjadi 3 bagian yakni Low Land, Middle Land, dan Upper Land dengan potensi kekayaan alam yang beragam. Potensi kekayaan alam di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas batubara, kelapa sawit, karet, dan kopi.
Gambar 3 Profil Umum Provinsi Sumatera Selatan
PENGEMBANGAN INDUSTRI Potret Pertumbuhan Industri Provinsi Sumatera Selatan Jumlah industri menengah dan besar di Provinsi Sumatera Selatan terjadi peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2015 baik dari jumlah unit usaha maupun serapan tenaga kerja. kelompok industri dengan jumlah unit usaha terbanyak adalah makan dan minuman kemudian barang kayu dan hasil hutan serta pupuk kimia dan barang karet pada urutan ketiga dengan 95 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 40.811 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Kelompok Industri Menengah dan Besar di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2014-2015 No
Kelompok Industri
2014 Tenaga Kerja
Unit Usaha
2015 Tenaga Kerja
6 94 23 17 21 38
2.158 40.243 2.578 645 2.629 1.821
6 95 28 17 22 45
2.158 40.811 3.073 749 2.672 2.265
105 97 401
46.458 21.226 117.758
106 103 416
48.291 21.578 121.597
Unit Usaha
A. INDUSTRI DASAR 1 Kertas Barang dan Cetakan 2 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3 Semen dan Galian Non Logam 4 Logam Dasar, Besi dan Baja 5 Alat Angkut, Mesin, dan Peralatan 6 Barang Lainnya B. INDUSTRI ANEKA 1 Makanan, Min uman dan Tembakau 2 Barang Kayu dan Hasil Hutan Total Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016
Peranan sektor industri pengolahan dalam PRDB Sumatera Selatan berada pada urutan ke tiga setelah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi sebesar 18,58 % pada tahun 2015. Jika kita perhatikan tabel di bawah dapat dilihat adanya penurunan peran sektor ini dari tahun 2010 ke tahun 2014 tetapi di tahun 2015 terjadi kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2014.
Tabel 3 Perkembangan Distribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2015 Kategori A B C D E
Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2010 19,62 23,32 18,86 0,08 0,12
2011 19,44 23,14 18,78 0,08 0,11
2012 19,30 22,64 18,61 0,08 0,11
2013 19,29 22,19 18,38 0,08 0,11
2014 19,17 21,82 18,36 0,09 0,11
2015 18,99 21,80 18,53 0,08 0,12
10,58 9,45
10,77 9,57
11,30 9,69
11,72 9,76
11,67 9,74
11,18 9,65
1,68 1,10 2,85 2,28 2,53 0,09 3,49
1,72 1,13 2,88 2,32 2,59 0,10 3,42
1,73 1,15 2,92 2,53 2,67 0,10 3,26
1,76 1,12 2,94 2,64 2,76 0,10 3,12
1,80 1,13 3,04 2,62 2,83 0,10 3,19
1,89 1,19 3,16 2,62 2,90 0,10 3,38
2,39 0,63 0,91 100,00
2,43 0,63 0,89 100,00
2,43 0,64 0,84 100,00
2,54 0,64 0,82 100,00
2,82 0,67 0,81 100,00
2,92 0,69 0,80 100,00
Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Selatan, 2016
Kabupaten Banyuasin Kabupaten banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang termasuk WPPI di Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah Industri menengah dan besar di Kabupaten Banyuasin ada 75 unit usaha dengan menyerap 10.246 tenaga kerja, terdapat 4 unit usaha pengolah karet berupa karet remah, lateks pekat dan industri ban vulkanisir serta 7 unit usaha pengolahan sawit yaitu 3 unit usaha CPO, 3 unit produksi minyak goreng serta 1 unit produksi pembuatan sabun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Industri Menengah dan Besar di Kabupaten Banyuasin, Tahun 2105
NO
JENIS INDUSTRI
1
KERTAS DAN BARANG CETAKAN - Industri Kertas - Industri Kemasan dari kertas PUPUK, KIMIA DAN BARANG DARI KARET - Pupuk - Sabun - Karet Remah & Lateks Pekat - Ban Vulkanisir - Lain-lain SEMEN DAN GALIAN NON LOGAM LOGAM DASAR DAN BESI BAJA
2
3 4
UNIT USAHA
TENAGA KERJA
KAPASITAS/TAHUN
1 1
255 400
13.000
Ton
3 1 3 1 5 5 6
132 200 351 24 143 144 333
106.200 7.200 47.900 2.000
Ton Ton Ton Buah
5
ALAT ANGKUT, MESIN DAN PERALATAN - Perkapalan 6 MAKANAN, MINUMAN & LAINNYA - Minyak Goreng - CPO - Makanan dan Minuman Lainnya 7 BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN 8 BARANG LAINNYA Jumlah Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016
1
27
200
Baru
3 3 8 28 6 75
584 943 624 5.288 798 10.246
102.000 286.335
Ton Ton
Industri kecil formal di Kabupaten Banyuasin didominasi oleh kelompok industri kimia dan bahan bangunan yaitu ada 386 unit usaha atau 71,5% dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.976 atau 73% dari jumlah tenaga kerja yang diserap industri kecil formal. Urutan kedua adalah kelompok industri pangan sejumlah 107 unit atau 19,8% dari unit industri kecil formal yang ada di kabupaten Banyuasin.
Tabel 5 Industri Kecil Formal di Kabupaten Banyuasin, Tahun 2015 NO
CABANG INDUSTRI
1 2 3 4 5
PANGAN SANDANG DAN KULIT KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN (KBB) LOGAM DAN JASA KERAJINAN DAN UMUM (KRAUM) JUMLAH
UNIT USAHA 107 6 386 37 4 540
% 19,8% 1,1% 71,5% 6,9% 0,7% 100%
TENAGA KERJA 1.176 27 3.976 238 28 5.445
% 21,6% 0,5% 73,0% 4,4% 0,5% 100%
INVESTASI (000) 3.139.400 90.000 16.901.057 1.923.021 47.200 22.100.678
Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016
Kabupaten Muara Enim Kabupaten Muara Enim juga merupakan Kabupaten yang telah ditetapkan sebagai WPPI dalam RIPIN, saat ini telah ada 25 unit industri menengah besar, di antaranya terdiri dari: industri pengolahan karet menjadi crumb rubber ada 9 unit dengan kapasitas produksi 64.168 ton pertahun sementara produksi bahan baku karet di Kabupaten Muara Enim adalah 174.915 ton pertahun; industri pengolahan sawit menjadi CPO dan PKO sebanyak 6 unit dengan kapasitas produksi 364.021 ton pertahun; tambang dan pengolahan batu bara dengan kapasitas 9.870.000 ton pertahun. Sedangkan untuk industri kecil formal di Kabupaten Muara Enim ada 758 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.579 orang. Yang paling menonjol adalah kelompok industri kecil kimia dan bahan bangunan sebanyak 316 unit usaha atau 42 % dengan menyerap tenaga kerja 1.105 orang , kemudian kelompok industri kecil pangan
sebanyak 152 unit dengan menyerap tenaga kerja 733 orang atau 28%. Dalam kelompok industri kecil pangan terdapat 23 unit usaha yang melakukan pengolahan kopi dengan kapasitas produksi 1.823 ton pertahun sementara total produksi kopi di Kabupaten Muara Enim adalah 25.147 ton pertahun. Untuk informasi lebih jelas mengenai kondisi industri yang ada di Kabupaten Muara Enim dapat dilihat pada dua tabel berikut. Tabel 6 Industri Menengah dan Besar di Kabupaten Muara Enim, Tahun 2015 NO
JENIS INDUSTRI
1
KERTAS DAN BARANG CETAKAN - PULP (PT Tanjung Enim Lestari) PUPUK, KIMIA DAN BARANG DARI KARET - CRUMB Rubber - CPO & PKO MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU - Olahan Nenas
2
3
4 5
UNIT USAHA
- Industri olahan ubi kayu, jagung dan kedel BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN SEMEN DAN GALIAN NON LOGAM - Batu bara untuk PLTU - Antrasit - Batu bara - Briket batu bara Jumlah JUMLAH
TENAGA KERJA
INVESTASI (Rp. 000)
KAPASITAS/TAHUN
1
730
450.000
Ton
$886.100.000
9 6
864 2.437
64.168 364.021
Ton Ton
105.949.000 74.311.053
1
20
90.000 31.000
Kaleng Drum
8.619.000
3
60
138.770
Ton
5.668.000
3
60
1
500
1
20
25
4.691
1.500.000
3.300.000 60.000 6.500.000 10.000 9.870.000
Ton Ton Ton Ton Ton
17.674.556
Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016
Tabel 7 Industri Kecil Formal di Kabupaten Muara Enim, 2015
NO 1 2 3
CABANG INDUSTRI
PANGAN SANDANG DAN KULIT KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN (KBB) 4 LOGAM DAN JASA 5 KERAJINAN DAN UMUM (KRAUM) JUMLAH Sumber : Disperindag Provinsi Sumatera Selatan, 2016
UNIT USAHA 152 85
20% 11%
TENAGA KERJA 733 98
316
42%
1105
43%
102 103 758
13% 14% 100%
554 89 2579
21% 3% 100%
%
% 28% 4%
Kawasan Industri Prioritas Sesuai dengan arahan dalam RIPIN, maka fokus dan prioritas utama pengembangan Kawasan Industri di Provinsi Sumatera Selatan akan difokuskan ke rencana Kawasan Industri di Kabupaten yang termasuk WPPI, yaitu Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Muara Enim, karena telah terjadi pemekaran Kabupaten Muara Enim menjadi Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten PALI pada tahun 2014 maka rencana kawasan industri di Kabupaten PALI dibahas juga dalam penyusunan rencana induk ini. Dengan demikian kawasan industri prioritas yang dibahas dalam rencana induk ini meliputi : Kawasan Industri Tanjung Api-Api di Kabupaten Banyuasin, Kawasan Industri Gelumbang di Kabupaten Muara Enim, Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) di Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Pali.
1) Kawasan industri Tanjung Api-Api Kawasan Industri Tanjung Api-Api (KI TAA) dengan rencana luas lahan ± 2.030 hektar di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin, difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan sumber daya alam di Sumatera Selatan yaitu kelapa sawit, karet, dan batubara dengan mengembangkan pabrik pengolahan karet, sawit, batubara dan turunannya. KI TAA akan dibangun melalui 4 (empat) tahapan, yakni :
Tahap I (seluas ± 217,18 ha), meliputi Kantor Manajemen, Kantor Pemerintahan, Kantor Perijinan Satu Atap, Pos Keamanan, Unit Pemadam Kebakaran, Kantor Administrasi Keluar Masuk Barang, Pertokoan, Industri Kimia Dasar, Water Treatment Plant, Waste Water Treatment Plant, Ruang Terbuka Hijau.
Tahap II (seluas 749,26 ha), meliputi Industri Kimia Dasar, Industri Kecil-Usaha Kecil Menengah, Waste Water Treatment Plant, Power Plant, Ruang Terbuka Hijau.
Tahap III (seluas 490,49 ha), meliputi Kantor Manajemen, Kantor Pemerintahan, Industri Kimia Dasar, Ruang Terbuka Hijau dan Kolam Retensi.
Tahap IV (seluas 573,07 ha), meliputi Kantor Pemerintahan, Kantor Manajemen, Industri Kimia Dasar, Industri Kecil Menengah, Aneka Industri, dan Ruang Terbuka Hijau.
Gambar 4 Peta Tahapan Pengembangan Kawasan Industri TAA
2) Kawasan Industri di Kecamatan Gelumbang – Kabupaten Muara Enim. Dalam konteks Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Muara Enim, Kecamatan Gelumbang merupakan kecamatan yang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan wilayah bagian timur Kabupaten Muara Enim, dimana potensi yang dimilikinya terdiri dari perdagangan, jasa, pendidikan dan industri. Luas wilayah Kecamatan Gelumbang 644,20 Km2. Sumber daya alam utama yang dihasilkan dari Kabupaten Muara Enim terdiri dari perkebunan, pertambangan dan perikanan. Komoditas perkebunan yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Muara Enim adalah komitas karet, kelapa sawit dan kopi. Untuk sektor pertambangan komoditas minyak dan gas, serta batubara merupakan komoditas yang berperan cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Muara Enim. Kawasan Industri Gelumbang termasuk di wilayah sekitar kawasan Perkotaan Gelumbang. Sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Muara Enim dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Ibukota Kecamatan Gelumbang merupakan arahan lokasi kegiatan agro-industri yang mengolah hasil-hasil sumberdaya alam dengan arahan lokasi seluas lebih kurang 500 Ha. Adapun rencana zonasi Kawasan Industri Gelumbang, terdiri dari zona kavling industri yang terdiri dari zona industri besar, industri sedang dan industri kecil; kemudian zona komersil dan zona perumahan.
Gambar 5 Peta Rencana Lokasi Kawasan Industri Kecamatan Gelumbang – Kabupaten Muara Enim
3) Kawasan Industri Pendopo Integrated Industrial Park di Kecamatan Talang Ubi
– Kabupaten PALI. Arahan lokasi kawasan industri di Kabupaten PALI berdasarkan revisi RTRWP Sumatera Selatan terletak di Kecamatan Talang Ubi dengan nama Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) dengan fokus pada hilirisasi batubara menjadi energi dan gas.
Gambar 6 Rencana Lokasi Kawasan Industri di Kecamatan Talang Ubi - Kabupaten PALI
Luas lokasi yang direncanakan untuk Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) adalah sekitar 1.700 Hektare, dengan peruntukan sebagai berikut : 1.
Zona pemrosesan untuk eksport (Export Processing Zone) luas 407 Ha
2. Zona Energy luas 990 Ha 3. Zona Manufaktur luas 129 Ha 4. Zona Logistik 15 Ha 5. Zona Wisata (Tourism Zone) luas 9 Ha 6. Zona untuk aktivitas ekonomi lainnya luas 9 Ha 7. Zona unuk perumahan luas 30 Ha 8. Zona infrastruktur pendukung luas 112 Ha
Sumber Daya Industri Potensi sumber daya alam di Provinsi Sumatera Selatan tergolong sangat besar. Potensi terbesar yang ada di Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari sektor Energi, pertanian dan perkebunan. 1) Sektor Energi Potensi
energi
primer
di
Provinsi
Sumatera
Selatan
tersebar
di
sejumlah
kabupaten/kota, yakni Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Kota Prabumulih. Diantara sejumlah kabupaten/kota tersebut, Kabupaten Muara Enim merupakan kabupaten yang memiliki cadangan minyak dan gas bumi serta batubara terbesar.
a.
Minyak Bumi Potensi cadangan minyak bumi di Provinsi Sumatera Selatan hingga saat ini tersebar di Kabupaten Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, Ogan Komering Ulu, Ogan Ilir dan Kota Prabumulih. Cadangan minyak di 8 (delapan) daerah tersebut diperkirakan sebesar 757,6 MMSTB atau sekitar 8,78 % dari total cadangan minyak bumi nasional. Berdasarkan statusnya cadangan minyak bumi di Provinsi Sumatera Selatan dengan status terbukti sebesar 448,2 MMSTB atau 10,7 % dari total cadangan terbukti minyak bumi nasional. Cadangan minyak bumi tercatat diperkirakan sebesar 704.518,0 MSTB (Metrik Stock Tank Barrel)
dengan cadangan terbesar terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 272.502,6 MSTB dan di Kabupaten Muara Enim sebanyak 252.397,3 MSTB.
b. Gas Bumi Cadangan gas bumi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 24.179.980 BSCF. Bila dibandingkan dengan cadangan gas bumi nasional yaitu 185.797.870 BSCF, maka rasio potensi gas bumi Provinsi Sumatera Selatan terhadap cadangan gas bumi nasional adalah 13,01%. Ada 2 (dua) sentra akumulasi besar dari gas alam di Provinsi Sumatera Selatan apabila dilihat berdasarkan lifting gas buminya, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin (48,41%) dan Kabupaten Musi Rawas (39,21%). Wilayah kerja pertambangan gas bumi di kedua kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai area prospek ekonomi tinggi. Cadangan gas bumi di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 24.015,46 BSCF (Billion Square Cubic Feet).
c.
Batubara Potensi batubara di Provinsi Sumatera Selatan cukup besar, yaitu 22.240,4 juta ton atau sekitar 38,5 % dari total cadangan sumberdaya batubara nasional yaitu 57.847,7 juta ton. Sedangkan potensi cadangan yang siap tambang di Provinsi Sumatera Selatan adalah sekitar 2.653,9 juta ton atau sekitar 38 % dari cadangan siap tambang nasional yaitu 6.981,6 juta ton. Cadangan batubara di Provinsi Sumatera Selatan tersebar di 6 (enam) kabupaten. Daerah yang paling banyak menyimpan sumber daya batubara adalah Kabupaten Muara Enim, yakni sejumlah 13,56 milliar ton.
2) Sektor Perkebunan
a.
Karet Produksi Karet di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2014 mencapai 1.095.492 ton dengan lahan seluas 1.259.149 ha. Sementara itu juga Sumatera Selatan memiliki tingkat produktifitas sebesar 1,113 kg/ha diatas nilai produktifitas Karet nasional (1,080 kg/ha). Produksi Karet pada tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 1.88 persen dibandingkan pada tahun 2013.
b. Kelapa Sawit Produksi Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2014 mencapai 2.718.187 ton dengan lahan seluas 982.171 ha, menempatkan Sumatera Selatan
sebagai daerah nomer 3 terbesar tingkat nasional penghasil produk Kelapa Sawit setelah Provinsi Riau dan Sumut. Produksi Sawit pada tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 5,8% dari tahun tahun 2013. Tabel 8 Luas Areal (Ha) dan Produksi (ton) Pertanian dan Perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Komoditi Luas Areal Produksi Kelapa Sawit Luas Areal Produksi Kopi Luas Areal Produksi Kelapa Luas Areal Produksi Lain-Lain Luas Areal Produksi TOTAL Luas Areal Produksi Karet
2010 1.195.111 1.060.262 818.346 2.160.632 256.149 150.214 67.737 64.412 54.058 109.091 2.391.401 3.544.611
2011 1.204.995 1.048.040 820.787 2.203.275 25.247 14.398 67.694 64.338 54.398 96.309 2.400.344 3.555.942
2012 1.213.530 1.042.957 827.028 2.218.070 252.412 143.328 66.787 59.366 69.375 98.269 2.429.132 3.561.990
2013 1.232.038 1.075.209 928.223 2.463.338 249.293 139.754 65.308 59.786 67.939 107.895 2.542.801 3.845.982
2014 1.259.149 1.095.492 982.171 2.718.927 249.381 135.288 68.157 63.008 62.134 102.125 2.620.992 4.114.840
Sumber : Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka Tahun 2016
Pengembangan Industri Prioritas Dengan melihat kondisi sumberdaya alam yang ada, industri yang telah berkembang saat ini, serta berbagai kajian yang telah dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan ( antara lain: Road Map Pengembangan Industri Unggulan Tahun 2010-2014, Road map Penguatan SIDa, Target Pengembangan Industri Tahun 2013-2018 serta prioritas potensi investasi dari BP3MD Provinsi Sumatera Selatan), maka industri prioritas yang perlu dikembangkan di WPPI Sumatera Selatan adalah industri pengolahan karet, kelapa sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya. Industri prioritas yang sebaiknya dikembangkan di setiap kawasan industri di WPPI Provinsi Sumatera Selatan adalah : 1.
Kawasan Industri Tanjung Api Api (KAA), terdiri dari Kawasan Industri Gasing dan Pangkalan Benteng yang ditetapkan melalui Perda Kabupaten Banyuasin Nomor 15 Tahun 2009 serta di Kawasan Tanjung Api-Api Kecamatan Banyuasin II. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2011 telah mengembangkan kawasan industri di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin dan ditingkatkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu KEK Tanjung Api-Api seluas 2030 Ha melalui PP No 51 Tahun 2014. Pengembangan Kawasan Industri di Tanjung Api-Api Kabupaten Banyuasin diarahkan sebagai pusat pertumbuhan regional yang meliputi Provinsi Bengkulu, Lampung, Jambi dan Sumatera Selatan dengan ditopang Pelabuhan Tanjung Api-Api / Tanjung Carat sebagai Pelabuhan Internasional dan Pusat Distribusi Regional. Industri
yang sebaiknya dikembangkan di TAA antara lain industri pengolahan karet, kelapa sawit, batu bara dan turunannya serta industri aneka. Kawasan Industri Gelumbang, adapun arahan lokasi kawasan industri di Kabupaten
2.
Muara Enim sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Muara Enim Tahun 2012 – 2032, dan Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kecamatan Gelumbang terletak di Kecamatan Gelumbang dengan skala menengah dan untuk pengolahan hasil pertanian dan perkebunan / Agro Industri terutama industri pengolahan karet, kopi dan turunannya. Lokasi kawasan industri tersebut terletak di sekitar perkotaan Kecamatan Gelumbang.
3.
Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP), arahan lokasi kawasan industri di Kabupaten PALI berdasarkan revisi RTRWP Sumatera Selatan terletak di Kecamatan Talang Ubi dengan nama Pendopo Integrated Industrial Park (PIIP) dengan fokus pada hilirisasi batubara menjadi energy dan gas.
PERKEMBANGAN IKM DAN SENTRA IKM Dalam rencana tata ruang yang lebih makro seperti RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota arahan mengenai rencana sebaran lokasi Sentra Industri Kecil Dan Menengah pada umumnya belum direncanakan secara terperinci. Adapun rencana sebaran lokasi industri dalam RTRW Kota yang skalanya sudah lebih besar, beberapa kota-kota di Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan titik-titik lokasi dan sebarannya, seperti di Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau. Namun dalam RTRW Kabupaten/Kota tersebut pada umumnya arahan Sentra IKM diidentikan dengan pengelompokan industri kecil dan industri rumah tangga yang luasannya tidak sebesar standar Sentra IKM yakni sebesar 5 hektar. Sebaran sentra industri kecil dan menengah di lokasi WPPI Provinsi Sumatera Selatan, seperti Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten PALI juga belum direncanakan secara utuh. Sebaran potensi lokasi dan produk Sentra IKM di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9 Daftar Potensi Sentra IKM di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015
NO 1 2 3
KABUPATEN OKU Mura Tara Banyu Asin
KECAMATAN Lubuk Batang Muara Lumpit Banyu Asin I Banyu Asin II
PRODUK Sentra batu akik Sentra batu akik - Kerupuk Udang - Pempek bahan dasar udang - Industri kelapa terpadu
NO
KABUPATEN
KECAMATAN
4
Kota Palembang
5
OKI
- Sebrang Ulu I - Ilir Barat II Kayu Agung
6
Musi Banyu Asin
Lowong Wetan
7 8
Lubuk Linggau Ogan Ilir
Lubuk Linggau Barat Tanjung Batu
OKU Timur
Payaraman Tanjung Batu (Desa Seberang) Indralaya Timur Tanjung Pinang (Desa Tanung Laut dan Tanjung Pinang) Belitang
9
PRODUK Songket dan aneka kerajinan - Kerupuk Kemplang - Pempek Getah gambir (untuk bahan kosmetik dan tekstil) Makanan ringan (kerupuk, kue kering) - Songket dan kerajinan tangan lainnya - Pandai besi - Pandai emas - Peralatan dapur dari alumunium Bordir dan baju muslim Rumah knock down Songket - Pandai besi modern - Alat mesin pertanian Makanan ringan
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel, 2015
INFRASTRUKTUR PENUNJANG WPPI Konektivitas WPPI 1.
Infrastruktur pendukung yang telah ada di sekitar Kawasan Industri Tanjung Api-Api antara lain terdiri dari :
Akses jalan dari kota Palembang sepanjang 70 km.
Lokasi kawasan industri dekat dengan bandara internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan jarak sekitar 56 km.
Berjarak sekitar 70 km dengan Stasiun Kereta Api Kertapati Palembang
Di sebelah utara Kawasan Tanjung Api-Api telah beroperasional Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Api-Api sejak 11 Desember 2013 dan sejajar dengan lokasi tersebut, sedang dalam tahap penyelesaian Pelabuhan Laut Regional Tanjung Api-Api.
Telah tersedia prasarana listrik di KEK TAA yakni Gardu Induk dari PT. PLN dengan kapasitas sebesar 2 x 30 MW, dimana kebutuhan listrik ini telah mencukupi untuk tahap I dan akan dikembangkan lagi.
Telah ada Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler sebanyak 4 buah.
2.
Infrastruktur pendukung a di sekitar Kawasan Industri Gelumbang dan Pendopo antara lain terdiri dari :
Kecamatan Gelumbang dan lokasi kawasan industri Gelumbang ini merupakan lokasi strategis dan dapat dilalui oleh sistem jaringan jalan kolektor (Palembang – Indralaya – Gelumbang – Prabumulih - Muara Enim) yang merupakan akses antara wilayah kabupaten / kota maupun antar provinsi bahkan antar pulau (Sumatera -Jawa).
Selain angkutan jalan raya, terdapat juga sistem angkutan kereta api untuk angkutan barang dan penumpang yang menghubungkan Palembang – Gelumbang – Prabumulih – Muara Enim – Baturaja -Lampung dan Muara Enim – Lahat – Lubuk Linggau.
Dalam kebijakan pengembangan rencana jalan tol trans Pulau Sumatera, Lokasi kawasan industri Gelumbang ini merupakan bagian dari rencana akses jalan tol Indralaya – Prabumulih - Muara Enim – Lahat.
Kebutuhan Infrastruktur Pendukung WPPI Kebutuhan infrastruktur jalan dan perpipaan :
Peningkatan kapasitas jalan yang lebarnya masih di bawah 7 meter yang mendukung WPPI Sumsel untuk pengangkutan bahan baku industri.
Penyediaan jalur perpipaan dari Kawasan Industri ke Pelabuhan untuk mendukung distribusi hasil produksi seperti hasil produksi industri petrokimia hulu.
Penyediaan jalur perpipaan dari Palembang ke Kawasan Industri untuk mendukung penyaluran bahan baku industri terutama untuk industri petrokimia hulu.
Gambar 7 Peta Kebutuhan Infrastruktur Jalan di Provinsi Sumatera Selatan
Kebutuhan Pelabuhan :
Dermaga Kontainer
Jetty → untuk dermaga bahan-bahan kimia, oil & gas
Gudang
Container Yard
Tangki → untuk penyimpanan barang jenis liquid
Sistem Perpipaan → untuk mendukung distribusi barang-barang jenis liquid
Peralatan bongkar muat untuk mempercepat pergerakan barang di pelabuhan
Sistem operasional pelabuhan 24 jam untuk mengurangi biaya logistik akibat menginapkan barang
Gambar 8 Peta Kebutuhan Infrastruktur Pelabuhan di Provinsi Sumatera Selatan
Gambar 9 Peta Kebutuhan Infrastruktur Kereta Api di Provinsi Sumatera Selatan
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN WPPI Isu Strategis Pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan Kerangka issue dan masalah terkait dengan pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan dapat diidentifikasi, mulai dari masalah yang kecil, masalah vokal (strategis), hingga masalah utama. Beberapa Isu Strategis yang dapat diidentifikasi terkait dengan pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut: 1.
Kebutuhan ekspor yang cukup besar untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Nilai tambah yang hilang terlalu besar, akibat penjualan bahan baku mentah secara langsung. 3. Tambahan industri pengolahan lebih rendah dari tambahan volume eksploitasi komoditas unggulan. 4. Masih terhambatnya dukungan Logistik (Pengangkutan, Pergudangan, Pengemasan dan Pengelolaan). 5. Bahan baku pelengkap (atau penolong) di daerah masih sangat terbatas. 6. Daya Saing dan daya jelajah industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industry turunannya masih belum maksimal 7. Belum ada lokus spesifik untuk industri pengolahan komoditas unggulan dan turunannya. 8. Industri pengolahan belum efisien dalam memanfaatkan energi, dan sumberdaya yang ada. 9. Masih belum siapnya Kawasan Ekonomi Khusus untuk menampung dan mewadahi industri pengolahan. 10. Masalah pembebasan lahan untuk kawasan industri yang akan dikembangkan.
Analisis SWOT untuk pengembangan WPPI Sumsel adalah sebagai berikut : Kekuatan (Strength)
Kelemahan ( Weaknesses)
1. Dukungan kebijakan spasial tata ruang
1. Dukungan kebijakan Pemerintah Pusat
Mengembangkan KI sesuai dengan kebijakan spasial tata ruang dan dukungan kebijakan pemerintah pusat, yaitu KI TAA, KI dan Pelabuhan Internasional Tanjung Carat, KI Gelumbang dan KI Pendopo/PALI. Fokus industri yang dikembangkan adalah industri hilir dari komoditas unggulan (karet, sawit, kopi, sawit dan batubara).
Strategi WO
Kekuatan
Peluang (opportunity)
Strategi SO
Meningkatkan daya dukung infrastruktur untuk pengembangan WPPI.
Meningkatkan kemampuan SDM daerah sesuai dengan kebutuhan industri hilir yang akan dikembangkan.
Mengarahkan target pasar industri hilir di dalam negeri (substitusi impor) maupun luar negeri
Strategi ST
Melakukan kerjasama antara pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, BUMD maupun swasta dalam mengembangkan kawasan industri.
Strategi WT 1.
2. Kurang tersedianya tenaga terampil bidang industri 3. Masih ada industri yang belum mengelola air limbahnya dengan baik.
Ancaman
Kelemahan
1. Belum meratanya infrastruktur dan sarana pendukung industri (ketimpangan barat, tengah dan timur)
Persaingan produk industri hilir dari daerah / negara lain yang telah berkembang lebih dahulu. 2. Banyaknya tenaga kerja dari luar daerah termasuk tenaga kerja asing yang akan bersaing dengan tenaga kerja lokal. 3. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri yang dapat merusak ekosistem lingkungan 4. Kepemilikan lahan oleh pihak asing dan luar Sumsel
4. Sulitnya implementasi pengembangan KI Tanjung Api-Api dan KI lainnya akibat pembebasan lahan (anggaran besar)
(WeaknessesGambar 10
WPPI Provinsi S Analisa SWOT Untuk Pengembangan WPPI di Provinsi Aceh
Selanjutnya alternatif strategi pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
Visi, Misi dan SasaranPengembangan WPPI di Provinsi SumateraSelatan Visi WPPI Provinsi Sumatera Selatan dirumuskan dengan mengacu kepada Visi Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan. Rumusan Visi Pengembangan
WPPI Provinsi
Sumatera Selatan adalah sebagai berikut : “WPPI Sumatera Selatan Berdaya Saing Internasional dengan Sumber Daya Industri yang Unggul”. Adapun misi pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan adalah : 1.
Mewujudkan pengembangan idustri hilir berbasis sumber daya alam;
2. Mewujudkan tersedianya sumber daya industri yang unggul dan berdaya saing tinggi; 3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sasaran Pengembangan WPPI Sumatera Selatan dibagi ke dalam 6 aspek, yaitu Pengembangan perwilayahan industri, pengembangan industri, pengembangan social ekonomi, pengembangan sumber daya industri dan infratrsuktur. 1.
Pengembangan perwilayahan industri 1.1. Terwujudnya pemanfaatan ruang industri pada Kawasan Peruntukan Industri (KPI) Sumatera Selatan 1.2. Tersusunnya Perencanaan Kawasan Industri di WPPI Sumatera Selatan. 1.3. Tersedianya lahan untuk pengembangan Kawasan Industri (KI) Gelumbang, PALI dan TAA 1.4. Berkembangnya KI Muara Enim, KI PALI, dan KI TAA 1.5. Tersedianya lahan untuk Sentra IKM Pendukung Industri Hilir 1.6. Berkembangnya sentra IKM baik di dalam maupun di luar KI
2.
Pengembangan Industri 2.1. Terbangunnya industri penggerak utama (champion) pengolahan karet, sawit dan batu bara di TAA; pengolahan karet dan kopi di Muara Enim; pengolahan batu bara di PALI (PIIP) beserta industri turunannya. 2.2. Berkembangnya
industri pengolahan
komoditas karet, kelapa sawit, kopi,
batubara dan turunannya. 2.3. Berkembangnya Industri Komponen, Bahan Penolong, Barang Modal dan Jasa Industri sebagai pendukung industri inti. 2.4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas industri hulu karet, sawit, kopi dan batubara
di Provinsi Sumatera Selatan. 3. Pengembangan Sosial Ekonomi 3.1. Meningkatnya kesempatan kerja. 3.2. Meningkatnya pertumbuhan sektor lain sebagai akibat dari efek berganda. 4. Pengembangan Sumber Daya Industri 4.1. Meningkatnya kualitas SDM (tenaga kerja, wirausaha & konsultan industri); 4.2. Berkembangnya pusat pelatihan dan pengembangan keahlian industri pengolahan karet, kelapa sawit, kopi, batu bara dan turunannya. 4.3. Berkembangnya litbang pengolaan karet, sawit, kopi, batu bara dan turunannya. 4.4. Terjaminnya pasokan bahan baku industri pengolahan karet, kelapa sawit, kopi & batubara serta industri turunannya secara berkelanjutan. 5. Infrastruktur Pendukung Perwilayahan Industri. 5.1. Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur bidang energi dan listrik. 5.2. Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur terminal, pelabuhan , dan bandara. 5.3. Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur jalan dan kereta api. 5.4. Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur sumber daya air. 5.5. Terpenuhinya kebutuhan sarana perumahan, rumah sakit, sekolah, belanja/niaga dan lain-lain.
Strategi Pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan Ada beberapa arah kebijakan dan strategi pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan yaitu :
1. Strategi Perwilayahan Industri STRATEGI
TAHAP I (2017-2021)
1.
Penyusunan Rencana Kawasan Industri
•
2.
Penyediaan Lahan Kawasan Industri untuk KI TAA, KI Muara Enim dan KI PALI
•
•
Penyusunan / Peninjauan ulang Masterplan, Studi Kelayakan, Renstra, DED dan AMDAL KI TAA, KI Muara Enim, KI PALI (PIIP) Pembentukan Badan Pengelola Kawasan ( Pemda – BUMN – BUMD – Swasta) Pembebasan lahan tahap awal
TAHAP II (2022-2036)
•
Pembebasan lahan tahap selanjutnya
3.
Pengembangan KI TAA, KI Muara Enim dan KI PALI
•
•
•
Pembangunan Infrastruktur dasar tahap awal dengan bantuan dana dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pengembangan infrastruktur kawasan industri tahap awal oleh badan pengelola.
Pengembangan infrastruktur kawasan industri tahap berikutnya oleh badan pengelola.
2. Strategi pengembangan Industri STRATEGI
TAHAP I (2017-2021)
1.
Penentuan Industri Penggerak Utama
•
2.
Pengembangan industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya.
• •
Pengembangan industri pendukung.
•
3.
•
•
4.
Penguatan industri hulu komoditas unggulan
• •
Pemilihan industri penggerak utama pengolohan karet, sawit dan batu bara di TAA; karet dan kopi di KI Muara Enim; pengolahan batu bara di PALI. Promosi investasi Peningkatan program PTSP Mendorong industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya untuk substitusi impor. Promosi investasi pengembangan industri komponen dan bahan penolong Pengembangan industri komponen dan bahan penolong Peningkatan kapasitas dan kualitas industri hulu Peningkatan kapasitas dan sarana pengangkutan batubara
TAHAP II (2022-2036) •
Perluasan dan diversifikasi usaha industri penggerak utama untuk pengolahan karet, sawit, kopi batu bara dan industri turunannya.
• •
Promosi investasi Mendorong industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya untuk substitusi impor maupun untuk ekspor.
•
Promosi investasi pengembangan industri barang modal dan jasa industri Pengembangan industri barang modal dan jasa industri. Peningkatan kapasitas dan kualitas industri hulu karet, sawit dan kopi. Peningkatan kapasitas dan sarana pengangkutan batubara
•
•
•
3. Strategi Pengembangan Sumber Daya Industri STRATEGI 1.
Mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal
TAHAP I (2017-2021) •
• •
2.
3.
Peningkatan kapasitas dan kualitas karet, sawit dan kopi sebagai bahan baku industri. Peningkatan penguasaan teknologi.
• •
•
•
TAHAP II (2021-2036)
Penyusunan kebijakan penyerapan tenaga kerja lokal. Peningkatan kompetensi SDM lokal Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Latihan Keterampilan Kerja
•
Penyediaan bibit unggul karet, sawit dan kopi. Peningkatan kerjasama penyedia bahan baku – industri hulu – industri hilir Penguatan lembaga pusat inovasi dan inkubasi barang jadi karet. Fasilitasi kerjasama antara lembaga litbang / PT dengan industri pengolahan karet, sawit, kopi dan industri turunannya.
•
•
• •
Peningkatan standar kompetensi SDM industri Pengembangan SMK dan Perguruan Tinggi untuk mendukung industri industri pengolahan karet, sawit, kopi, batu bara dan industri turunannya serta industri pendukungnya. Peningkatan produkstivitas tanaman karet, sawt dan kopi. Perluasan areal produksi karet, sawit dan kopi. Pembangunan sarana dan prasarana litbang pengolahan karet, sawit, kopi dan batu bara.
4. Strategi Pengembangan Infrastruktur Pendukung STRATEGI
TAHAP I (2017-2021)
Pengembangan infrastruktur energi dan listrik
•
Pengembangan terminal, pelabuhan dan bandara.
•
•
•
TAHAP II (2022-2036)
Pembangunan PLTU di KITAA Pembangunan Pembangkit Panas Bumi di Muara Enim Beroperasinya Pelabuhan TAA Beroperasinya Bandara Serdang Gelumbang Pembangunan jalan tol Palembang - TAA
• • • •
Pengembangan sarana jalan dan kereta api
•
•
Pengembangan sarana sumber daya air
•
Pembangunan saluran air baku dari Sungai Musi
•
Pengembangan sarana perumahan, kesehatan, sekolah, niaga dan lainlain.
•
Pengembangan sarana perumahan, kesehatan, sekolah, dan niaga disetiap KI atau sekitar KI secara bertahap
•
Pembangunan PLTU di KITAA Pembangunan Pembangkit Panas Bumi di Muara Enim Pengembangan Pelabuhan Tanjung Carat Peningkatan Bandara Serdang Gelumbang Pembanguna jalan KA Tanjung Enim - TAA Pembangunan saluran air baku dari Sungai Musi tahap II Pengembangan sarana perumahan, kesehatan, sekolah, dan niaga disetiap KI atau sekitar KI secara bertahap
Rencana Aksi Pengembangan WPPI Sumatera Selatan Program
pengembangan
WPPI
Provinsi
Sumatera
Selatan
disusun
dengan
memperhatikan pengertian dari WPPI itu sendiri, serta permasalahan maupun isu-isu strategis yang dihadapi dalam pengembangan WPPI di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun Indikasi program perwujudan Rencana induk Pengembangan WPPI Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut : 1.
Program Penyusunan Rencana, pengurusan legalitas dan pembebasan lahan Kawasan Industri
2. Program Pengembangan Kawasan Industri 3. Program Pengembangan Industri 4. Program Pengembangan Sumber Daya Industri 5. Program Pengembangan Sarana Pendukung kegiatan Industri 6. Program Pengembangan Infrastruktur pendukung industri