No. 04/01/31/Th. XV/ 2 Januari 2013
TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012 RINGKASAN
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan September 2012 sebesar 366,77 ribu (3,70 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2012 yang berjumlah 363,20 ribu (3,69 persen), berarti jumlah penduduk miskin naik sebesar 3,57 ribu atau meningkat 0,01 poin.
Garis Kemiskinan (GK) bulan September tahun 2012 sebesar Rp 392.571 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding GK bulan Maret tahun 2012 yang sebesar Rp 379.052 per kapita per bulan atau meningkat 3,57 persen.
Komposisi Garis Kemiskinan menunjukkan bahwa Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 253.839 (64,66 persen) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan sebesar Rp 138.732 (35,34 persen). Komposisi ini tidak banyak berubah dibanding Maret 2012.
Keadaan kemiskinan bulan September tahun 2012 dibanding dengan keadaan pada bulan Maret tahun 2012 a. b. c.
1.
Angka kemiskinan (P0) naik 0,01 poin dari 3,69 persen menjadi 3,70 persen. Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1) mengalami peningkatan dari 0,499 menjadi 0,557. Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) relatif meningkat yaitu dari 0,129 menjadi 0,151
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2012 - September 2012 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2012 sebesar 366,77 ribu orang (3,70 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 sebesar 363,20 ribu orang (3,69 persen), berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 3,57 ribu atau meningkat 0,01 poin.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XV, 2 Januari 2013
1
Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di DKI Jakarta Maret 2012 - September 2012 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Bulan Makanan (1) Maret 2012 September 2012
(2) 244.832 (64,59 %) 253.839 (64,66 %)
Bukan Makanan (3) 134.220 (35,41 %) 138.732 (35,34 %)
Total (4)
Jumlah penduduk miskin (000) (5)
379.052 (100,00%) 392.571 (100,00 %)
Persentase penduduk miskin (6)
363,20
3,69
366,77
3,70
Sumber: Diolah dari data Susenas Tahun 2012
2.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret - September 2012 Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret - September 2012, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,57 persen, yaitu dari Rp 379.052 per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp 392.571 per kapita per bulan pada September 2012. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Namun demikian, selama periode Maret - September 2012, sumbangan GKM terhadap GK mengalami sedikit perubahan yaitu sebesar 0,07 poin. Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan September 2012, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 31,92 persen. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (14,07 persen), telur ayam ras (7,37 persen), daging ayam ras (6,62 persen) dan tempe (4,22 persen), tahu (3,45 persen), cabe merah (2,91 persen) dan ikan kembung (2,83 persen). Untuk komoditi bukan makanan, 5 komoditi barang/jasa yang mempunyai peranan terbesar adalah perumahan (40,63 persen), pendidikan (10,03 persen), 2
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XV, 2 Januari 2013
angkutan (10,02 persen), bensin (5,84 persen), dan obat nyamuk, korek api, batu baterai serta aki dan lain sebagainya (4,76 persen). 3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin,
kebijakan
penanggulangan
kemiskinan
juga
sekaligus
dapat
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode Maret - September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan meningkat dari 0,499 pada keadaan Maret 2012 menjadi 0,557 pada keadaaan September 2012. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan meningkat dari 0,129 menjadi 0,151 pada periode yang sama (Tabel 2). Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menurun dan menjauhi garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin meningkat. Tabel 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di DKI Jakarta, Maret 2012- September 2012
(1)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (2)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (3)
Maret 2012
0,499
0,129
September 2012
0,557
0,151
Bulan
Sumber: Diolah dari data Susenas Tahun 2012.
4.
Data Kemiskinan Maret 2009 sampai dengan September 2012 Perkembangan kondisi kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XV, 2 Januari 2013
3
Tabel 3 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin (Po), Garis Kemiskinan (GK), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi DKI Jakarta, Maret 2009September 2012 Uraian
Maret 2009
Maret 2010
Maret 2011
Sept. 2011
Maret 2012
Sept. 2012
(2) 323,17
(3) 312,18
(4) 363,42
(5) 355,20
(6) 363,20
(7) 366,77
3,62
3,48
3,75
3,64
3,69
3,70
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
316.936
331.169
355.480
368.415
379.052
392.571
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
0,571
0,450
0,599
0,459
0,499
0,557
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
0,136
0,109
0,147
0,103
0,129
0,151
(1) Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (P0)
Sumber : Diolah dari data Susenas Tahun 2012
Kondisi kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta pada bulan September tahun 2012 dibandingkan dengan kondisi kemiskinan nasional pada periode yang sama dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin (Po), Garis Kemiskinan (GK), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi DKI Jakarta dan Nasional September 2012 Uraian
DKI Jakarta
Nasional
(1)
(2)
(3)
366,77
28.594,64
3,70
11,66
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
392.571
259.520
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
0,557
1,903
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
0,151
0,485
Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (P0)
Sumber : Diolah dari data Susenas Tahun 2012
4
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XV, 2 Januari 2013
Grafik 1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi, September 2012
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
b.
c.
d.
e.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lainlain). Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2012 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2012. Jumlah sampel Susenas di DKI Jakarta sebanyak 1.300 rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan hingga tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XV, 2 Januari 2013
5
BPS PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi : Ir. Sri Santo Budi M, MA Kepala Bidang Statistik Sosial Telepon Fax e-mail Homepage
6
: 021-42877301 ext 4010-4013 : 021-42877350 :
[email protected] : http://jakarta.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XV, 2 Januari 2013