BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th XVIII, 18 Juli 2016
TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2016 sebesar 384,30 ribu orang (3,75 persen). Dibandingkan dengan September 2015 (368,67 ribu orang atau 3,61 persen), jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 15,63 ribu atau meningkat 0,14 poin. Sedangkan dibandingkan dengan Maret 2015 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen), jumlah penduduk miskin menurun 14,62 ribu atau menurun 0,18 poin. Garis Kemiskinan (GK) bulan Maret 2016 sebesar Rp 510.359 per kapita per bulan, lebih tinggi dibandingkan dengan Garis Kemiskinan September 2015 sebesar Rp 503.038 per kapita per bulan, dan dari Garis Kemiskinan Maret 2015 sebesar Rp 487.388 per kapita per bulan. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan Maret 2016 sebesar 64,59 persen (Rp 329.644), sedangkan sumbangan Garis Kemiskinan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 35,41 persen (Rp 180.715). Keadaan kemiskinan bulan Maret 2016 dibandingkan dengan keadaan September 2015 dan Maret 2015 Angka kemiskinan (P0) naik 0,14 poin (September 2015 - Maret 2016) dan turun 0,18 poin (Maret 2015 - Maret 2016). Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1) mengalami peningkatan sebesar 0,183 poin (0,274 pada September 2015 menjadi 0,457 pada Maret 2016) dan turun 0,060 poin (0,517 pada Maret 2015 menjadi 0,457 pada Maret 2016). Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) meningkat sebesar 0,039 poin dari 0,044 menjadi 0,083 selama kurun September 2015 – Maret 2016 dan turun sebesar 0,021 poin dari 0,104 menjadi 0,083 selama kurun Maret 2015-Maret 2016.
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2015–September 2015-Maret 2016 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2016 sebesar 384,30 ribu orang (3,75 persen). Dibandingkan dengan September 2015 (368,67 ribu orang atau 3,61 persen), jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 15,63 ribu atau meningkat 0,14 poin. Sedangkan dibandingkan dengan Maret 2015 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 398,92 ribu orang (3,93 persen), jumlah penduduk miskin menurun 14,62 ribu atau menurun 0,18 poin. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.30/07/31/Th. XVIII, 18 Juli 2016
1
Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin di DKI Jakarta Maret 2015 - September 2015 - Maret 2016
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Bulan
(1)
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
Jumlah penduduk
Makan
Bukan
an
Makanan
(2)
(3)
319.595
167.793
487.388
(65,57%)
(34,43%)
(100%)
327.678
175.361
503.038
(65,14%)
(34,86%)
(100%)
329.644
180.715
510.359
(64,59%)
(35,41%)
(100%)
Total
miskin (000)
(4)
(5)
Persentase penduduk miskin (6)
398,92
3,93
368,67
3,61
384,30
3,75
Sumber: Susenas Maret 2015, September 2015, dan Maret 2016
2. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2015 - September 2015 -Maret 2016 Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2015 - September 2015 - Maret 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 1,46 persen pada periode September - Maret 2016 (dari Rp 503.038 per kapita per bulan menjadi Rp 510.359 per kapita per bulan), dan naik sebesar 4,71 persen pada periode Maret 2015 - Maret 2016 (dari Rp 487.388 per kapita per bulan menjadi Rp 510.359 per kapita per bulan). Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Namun demikian, selama periode September 2015-Maret 2016, sumbangan atau peran GKM terhadap GK mengalami sedikit perubahan yaitu mengalami penurunan sebesar 0,55 poin. Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan Maret 2016, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 21,81 persen. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Makanan adalah rokok kretek filter (14,12 2
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.30/07/31/Th. XVIII, 18 Juli 2016
persen), daging ayam ras (7,23 persen), telur ayam ras (6,12 persen), mie instan (4,61 persen), Roti (3,89 persen), Kopi bubuk dan kopi instant (sachet) (2,80 persen), susu bubuk (2,64 persen), Cabe Merah (2,58 persen), dan Kue Kering/Biskuit (2,42 persen).
Gambar 1. Sepuluh Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar Terhadap Garis Kemiskinan Makanan beserta Kontribusinya (%), Maret 2016
Sumber: Susenas Maret 2016
Gambar 2. Sepuluh Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar Terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan beserta Kontribusinya (%), Maret 2016
Sumber: Susenas Maret 2016
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.30/07/31/Th. XVIII, 18 Juli 2016
3
Untuk komoditi bukan makanan, komoditi barang/jasa yang mempunyai peranan terbesar adalah perumahan (39,00 persen), listrik (11,10 persen), bensin (7,56 persen), pendidikan (7,17 persen), angkutan (5,53 persen), perlengkapan mandi (4,44 persen), Barang Kecantikan (2,54 persen), Air (2,31 persen), Pakaian jadi perempuan dewasa (2,26 persen), serta pakaian jadi laki-laki dewasa (2,01 persen)
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Tabel 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di DKI Jakarta, Maret 2015 - September 2015 - Maret 2016 Bulan
Indeks Kedalaman
Indeks Keparahan
Kemiskinan (P1)
Kemiskinan (P2)
(1)
(2)
(3)
Maret 2015
0,517
0,104
September 2015
0,274
0,044
Maret 2016
0,457
0,083
0,183
0,039
-0,060
-0,021
Perubahan: September 2015 – Maret 2016 Maret 2015– Maret 2016
Sumber: Susenas Maret 2015, September 2015, dan Maret 2016
Pada periode September 2015 - Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik sebesar 0,183 poin dari 0,274 pada September 2015 menjadi 0,457 pada keadaaan Maret 2016, sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan juga naik sebesar 0,039 poin dari 0,044 pada September 2015 menjadi 0,083 pada Maret 2016. Namun jika dibandingkan dengan Maret 2015 Indeks Kedalaman Kemiskinan maupun Indeks Keparahan kemiskinan mengalami penurunan. 4
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.30/07/31/Th. XVIII, 18 Juli 2016
Indeks Kedalaman Kemiskinan turun sebesar 0,060 poin dari 0,517 pada bulan maret 2015 menjadi 0,457 pada bulan Maret 2016. Begitu juga dengan Indeks Keparahan kemiskinan turun sebesar 0,021 poin, yaitu dari 0,104 pada bulan Maret 2015 menjadi 0,083 pada bulan Maret 2016. Gambar 3. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di DKI Jakarta, 2012–2016 (Maret dan September)
Sumber: Susenas Maret 2015, September 2015, dan Maret 2016
4.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. a. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.30/07/31/Th. XVIII, 18 Juli 2016
5
b. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain). c. Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. d. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret tahun 2016. Jumlah sampel Susenas di DKI Jakarta sebanyak 5.200 rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan hingga tingkat kabupaten/kota. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.30/07/31/Th. XVIII, 18 Juli 2016
BPS PROVINSI DKI JAKARTA
Informasi lebih lanjut hubungi:
Ir. Sri Santo Budi Muliatinah, MA Kepala Bidang Statistik Sosial
Telepon
: 021-42877301 ext 4010-4013
Fax
: 021-3152004
E-mail
:
[email protected]
Homepage: http://jakarta.bps.go.id/
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.30/07/31/Th. XVIII, 18 Juli 2016
7