BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG
;
Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), berkurang sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta orang (11,96 persen).
;
Selama periode Maret 2012–September 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,14 juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret 2012 menjadi 10,51 juta orang pada September 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,40 juta orang (dari 18,48 juta orang pada Maret 2012 menjadi 18,08 juta orang pada September 2012).
;
Selama periode Maret 2012–September 2012, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2012 sebesar 8,78 persen, turun menjadi 8,60 persen pada September 2012. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 15,12 persen pada Maret 2012 menjadi 14,70 persen pada September 2012.
;
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2012 tercatat sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi Maret 2012 yang juga sebesar 73,50 persen.
;
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, dan tahu. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, pakaian jadi anak-anak, pakaian jadi perempuan dewasa, dan bensin.
;
Pada periode Maret 2012–September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
1
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2012–September 2012
1.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2012 mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2012 , maka selama enam bulan tersebut terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,54 juta orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2012–September 2012, baik penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,18 persen (0,14 juta orang) dan 0,42 persen (0,40 juta orang).
Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2012–September 2012 Daerah/Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (juta orang)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
Perkotaan Maret 2012
10,65
8,78
September 2012
10,51
8,60
Maret 2012
18,48
15,12
September 2012
18,08
14,70
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan Maret 2012
29,13
11,96
September 2012
28,59
11,66
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2012 dan September 2012
Beberapa faktor terkait dengan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2012–September 2012 adalah: Selama periode Maret 2012–September 2012 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 2,59 persen. b. Penerima beras murah/raskin (dalam 3 bulan terakhir) pada 20 persen kelompok penduduk berpendapatan terendah meningkat dari sekitar 18,5 persen pada Maret 2012 menjadi sekitar 20,1 persen pada September 2012 (berdasarkan data Susenas Maret 2012 dan September 2012). c. Upah harian (nominal) buruh tani dan buruh bangunan meningkat selama periode Maret 2012 dan September 2012, yaitu masing-masing sebesar 1,29 persen dan 2,96 persen. d. Secara nasional, rata-rata harga beras relatif stabil, tercatat pada Maret 2012 sebesar Rp10.406,- per kg dan pada September 2012 sebesar Rp10.414,- per kg. e. Adanya perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani) sebesar 0,70 persen dari 104,68 pada Maret 2012 menjadi 105,41 pada September 2012. f. Perekonomian Indonesia triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,12 persen terhadap triwulan-I 2012, apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y) pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 ini tumbuh sebesar 6,17 persen. g. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 6,14 persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaaan pada Februari 2012 yang sebesar 6,32 persen. a.
2
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
h. Selama periode Maret 2012–September 2012, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok lain seperti tepung terigu, cabe rawit, cabe merah, dan telur ayam ras mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,03 persen, 18,29 persen, 12,35 persen, dan 1,25 persen. 2.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau Pada September 2012
Tabel 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut pulau pada September 2012. Dari tabel tersebut tampak bahwa persentase penduduk miskin terbesar masih berada di Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 24,14 persen, sementara persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,48 persen. Tabel 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, September 2012 Pulau (1)
Jumlah Penduduk Miskin (000 orang)
Persentase Penduduk Miskin (%)
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
9,93
12,88
11,72
Sumatera
2 049,64
Jawa
4 127,54
6 177,18
Kota+Desa
7 119,22
8 703,35
15 822,57
8,67
15,05
11,31
Bali dan Nusa Tenggara
626,02
1 363,55
1 989,57
11,75
16,55
14,66
Kalimantan
254,60
678,33
932,93
4,17
8,18
6,48
Sulawesi
337,09
1 708,50
2 045,59
5,59
14,36
11,41
Maluku dan Papua
121,20
1 505,60
1 626,80
6,11
31,67
24,14
10 507,77
18 086,87
28 594,64
8,60
14,70
11,66
Indonesia
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2012.
Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa (15,82 juta orang); sementara jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan (0,93 juta orang). 3.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2004–September 2012
Jumlah dan persentase penduduk miskin menurun dari tahun 2004 ke 2005. Namun, pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan karena harga barang-barang kebutuhan pokok saat itu naik tinggi yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Namun mulai tahun 2007 sampai 2012 jumlah maupun persentase penduduk miskin terus mengalami penurunan. Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 ditunjukkan oleh gambar berikut:
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
3
Gambar 1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, 2004–2012
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2012–September 2012
4.
Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 3 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada Maret 2012 dan September 2012. Tabel 3 Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, Maret 2012–September 2012 Daerah/Tahun (1)
Makanan (2)
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Bukan Makanan Total (3)
(4)
Perkotaan Maret 2012 September 2012 Perubahan Mar’12―Sep’12 (%)
187 194 194 207 3,75
80 213 83 175 3,69
267 408 277 382 3,73
Perdesaan Maret 2012 September 2012 Perubahan Mar’12―Sep’12 (%)
177 521 185 967 4,76
51 705 54 474 5,36
229 226 240 441 4,89
Perkotaan+Perdesaan Maret 2012 September 2012 Perubahan Mar’12―Sep’12 (%)
182 796 190 758 4,36
65 910 68 762 4,33
248 707 259 520 4,35
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2012 dan September 2012
4
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
Selama periode Maret 2012–September 2012, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,35 persen, yaitu dari Rp248,707,- per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp259,520,- per kapita per bulan pada September 2012. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2012 sama dengan Maret 2012, yaitu sebesar 73,50 persen. Pada September 2012, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 26,92 persen di perkotaan dan 33,38 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (8,67 persen di perkotaan dan 8,23 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah telur ayam ras (3,51 persen di perkotaan dan 2,61 persen di perdesaan), gula pasir (2,77 persen di perkotaan dan 3,86 di perdesaan), dan seterusnya. Sementara itu tercatat beberapa komoditi lain memberi pengaruh berbeda terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan seperti misalnya daging ayam ras dan cabe merah yang hanya memberi pengaruh besar terhadap GK di perkotaan, serta kopi dan tongkol/tuna/cakalang yang hanya memberi pengaruh besar terhadap GK di perdesaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2012 Komoditi
Kota
Komoditi
Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Makanan Beras
26,92
Beras
33,38
Rokok kretek filter
8,67
Rokok kretek filter
8,23
Telur ayam ras
3,51
Gula pasir
3,86
Daging ayam ras
3,12
Telur ayam ras
2,61
Gula pasir
2,77
Mie instan
2,30
Tempe
2,44
Tempe
1,96
Tahu
2,15
Tahu
1,60
Mie instan
1,59
Bawang merah
1,51
Bawang merah
1,32
Kopi
1,50
Cabe merah
1,26
Tongkol/tuna/cakalang
1,35
8,70
Perumahan
5,78
Bukan Makanan Perumahan Pendidikan
2,71
Pakaian jadi anak-anak
1,76
Bensin
1,91
Listrik
1,55
Angkutan
1,86
Pakaian jadi perempuan dewasa
1,46
Pakaian jadi anak-anak
1,79
Bensin
1,43
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2012
Lima komoditi bukan makanan pemberi sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan di perkotaan dan perdesaan agak berbeda. Tercatat di perkotaan adalah perumahan, pendidikan, bensin, angkutan, dan pakaian jadi anak-anak, sementara di perdesaan adalah perumahan, pakaian jadi anak-anak, listrik, pakaian jadi perempuan dewasa, dan bensin. Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
5
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
5.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2012–September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sedikit mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,88 pada Maret 2012 menjadi 1,90 pada September 2012. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,47 menjadi 0,48 pada periode yang sama (Tabel 5). Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Tabel 5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2012–September 2012 Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Maret 2012
1,40
2,36
1,88
September 2012
1,38
2,42
1,90
Maret 2012
0,36
0,59
0,47
September 2012
0,36
0,61
0,48
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2011 dan September 2012,
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi daripada perkotaan, sama seperti kondisi Maret 2012. Pada September 2012, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar 1,38 sementara di daerah perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 2,42. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,36 sementara di daerah perdesaan sebesar 0,61. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dibandingkan dengan daerah perkotaan.
6
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
6.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2012 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2012. Jumlah sampel sebesar ±75.000 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013
7
Tabel 6 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi Maret 2012–September 2012 Jumlah Penduduk Miskin (000) Kode
Propinsi
(1)
(2)
11
Aceh
12 13 14
Kota
Desa
Persentase Penduduk Miskin (%) Kota+Desa
Kota
Desa
Kota+Desa
Mar’12
Sep’12
Mar’12
Sep’12
Mar’12
Sep’12
Mar’12
Sep’12
Mar’12
Sep’12
Mar’12
Sep’12
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
171,80
165,43
737,24
711,13
909,04
876,56
13,07
12,47
21,97
20,97
19,46
18,58
Sumatera Utara
669,25
669,36
738,00
709,09
1 407,25
1 378,45
10,32
10,28
11,01
10,53
10,67
10,41
Sumatera Barat
127,81
124,25
276,93
273,60
404,74
397,86
6,67
6,45
9,14
8,99
8,19
8,00
Riau
148,17
156,41
334,90
324,90
483,07
481,31
6,43
6,68
9,36
8,94
8,22
8,05
15
Jambi
103,48
105,35
168,19
164,73
271,67
270,08
10,44
10,53
7,52
7,29
8,42
8,28
16
Sumatera Selatan
388,65
367,64
668,38
674,40
1 057,03
1 042,04
14,16
13,29
13,57
13,58
13,78
13,48
17
Bengkulu
93,67
92,67
218,00
217,80
311,66
310,47
17,18
16,89
17,94
17,80
17,70
17,51
18
Lampung
239,07
237,94
1 014,77
981,06
1 253,83
1 218,99
12,00
11,88
17,63
16,96
16,18
15,65
19
Kepulauan Bangka Belitung
25,13
24,01
46,23
46,20
71,36
70,21
3,95
3,73
7,06
6,96
5,53
5,37
21
Kepulauan Riau
108,53
106,58
22,70
24,64
131,22
131,22
7,15
6,77
6,94
7,08
7,11
6,83
31
DKI Jakarta
363,20
366,77
363,20
366,77
3,69
3,70
3,69
3,70
32
Jawa Barat
2 576,10
2 560,02
1 901,43
1 861,46
4 477,53
4 421,48
8,84
8,71
12,48
12,13
10,09
9,89
33
Jawa Tengah
2 001,12
1 946,51
2 976,25
2 916,90
4 977,36
4 863,41
13,49
13,11
16,89
16,55
15,34
14,98
34
DI Yogyakarta
305,89
306,51
259,44
255,60
565,32
562,11
13,13
13,10
21,76
21,29
16,05
15,88
1 630,63
1 605,96
3 440,35
3 354,58
5 070,98
4 960,54
9,06
8,90
17,35
16,88
13,40
13,08
333,00
333,45
319,80
314,80
652,80
648,25
4,46
4,41
8,65
8,31
5,85
5,71
91,43
93,25
77,34
67,71
168,78
160,95
3,77
3,81
4,79
4,17
4,18
3,95
35
Jawa Timur
36
Banten
51
Bali
52
Nusa Tenggara Barat
433,34
415,38
419,31
412,94
852,64
828,33
22,69
21,65
15,72
15,41
18,63
18,02
53
Nusa Tenggara Timur
115,46
117,39
897,06
882,91
1 012,52
1 000,29
12,22
12,21
22,98
22,41
20,88
20,41
61
Kalimantan Barat
80,39
74,23
282,92
281,47
363,31
355,70
5,98
5,49
9,11
9,04
8,17
7,96
62
Kalimantan Tengah
32,39
32,31
115,66
109,59
148,05
141,90
4,26
4,21
7,64
7,19
6,51
6,19
63
Kalimantan Selatan
58,17
56,54
131,70
132,68
189,88
189,21
3,68
3,56
6,07
6,07
5,06
5,01
64
Kalimantan Timur
95,20
91,52
158,13
154,59
253,34
246,11
4,05
3,82
11,01
10,56
6,68
6,38
71
Sulawesi Utara
74,38
66,81
114,74
110,72
189,12
177,54
7,11
6,36
9,05
8,69
8,18
7,64
72
Sulawesi Tengah
61,17
60,20
357,47
349,40
418,64
409,60
9,24
9,02
17,39
16,85
15,40
14,94
73
Sulawesi Selatan
129,20
133,62
696,60
672,29
825,79
805,92
4,31
4,44
13,46
12,93
10,11
9,82
74
Sulawesi Tenggara
31,56
29,56
284,77
274,70
316,33
304,25
4,99
4,62
17,00
16,24
13,71
13,06
75
Gorontalo
16,55
17,84
170,35
169,89
186,91
187,73
4,51
4,80
23,93
23,63
17,33
17,22
76
Sulawesi Barat
28,18
29,06
132,27
131,49
160,46
160,55
10,12
10,03
14,17
13,92
13,24
13,01
81
Maluku
58,47
51,10
291,76
287,79
350,23
338,89
9,78
8,39
28,88
28,12
21,78
20,76
82
Maluku Utara
7,56
8,74
84,23
79,56
91,79
88,30
2,55
2,92
10,69
9,98
8,47
8,06
91
Papua Barat
13,99
13,27
216,00
209,97
229,99
223,24
5,76
5,36
37,73
36,33
28,20
27,04
94
Papua Indonesia
8
34,31
48,08
932,28
928,29
966,59
976,37
4,24
5,81
40,56
39,39
31,11
30,66
10 647,22
10 507,77
18 485,18
18 086,87
29 132,40
28 594,64
8,78
8,60
15,12
14,70
11,96
11,66
Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013