Nomor : 043/07/63/Th.XXI, 17 Juli 2017
KONDISI KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan keadaan Maret 2017 tercatat 193,92 ribu (4,73 persen). Bila dibandingkan September 2016 (penduduk miskin 184,16 ribu atau 4,52 persen) ada kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0,21 poin. Selanjutnya dibandingkan Maret 2016 (penduduk miskin 195,70 ribu atau 4,85 persen) ada penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,12 poin. Pada Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan Kalimantan Selatan tercatat 62,60 ribu (3,46 persen) dan jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan tercatat 131,32 ribu (5,73 persen). Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2017, peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 71,56 persen. Pada Maret 2017, komoditi makanan yang mempunyai peranan relatif besar dalam menentukan GK adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir dan mie instan serta kue basah. Sedangkan komoditi nonmakanan yang mempunyai peranan relatif besar adalah sewa rumah, bensin, air, listik, biaya pendidikan, dan perlengkapan mandi. Pada Maret 2017, rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (Indeks Kedalaman Kemiskinan, P1) sebesar 0,722. Pada Maret 2017, rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin (Indeks Keparahan Kemiskinan, P2) sebesar 0,163.
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kalimantan Selatan, 2006 – 2015 Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan keadaan Maret 2017 tercatat 193.919 orang (4,73 persen). Bila dibandingkan September 2016 (penduduk miskin 184.159 orang atau 4,52 persen) ada kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0,21 poin. Selama satu semester terjadi penambahan jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan sebanyak 9.760 orang. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kalimantan Selatan, 2006 – 2017 Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (000)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
2006 2007
278,45 233,50
8,32 7,01
2008 2009
218,90 175,98
6,48 5,12
2010 2011
181,96 195,52
5,21 5,29
2012 2013
190,69 183,07
5,06 4,77
2014 Sep-2014
182,88 189,50
4,68 4,81
Mar-2015 Sep-2015
198,44 189,16
4,99 4,72
Mar-2016 Sep-2016
195,70 184,16
4,85 4,52
Mar-2017
193,92
4,73
Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin di perkotaan tercatat 62.596 orang (3,46 persen). Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin di perkotaan tercatat 60.898 orang (3,43 persen).
Berarti pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin di
perkotaan bertambah sebanyak 1.698 orang. Ada kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0,03 poin. Situasi yang sama terjadi di perdesaan. Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin di perdesaan tercatat 121.323 orang (5,73 persen). Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin di perdesaan tercatat 123.261 orang (5,37 persen). Berarti 2 | Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Selatan No. 043/07/63/Tahun XXI, 17 Juli 2017
pada bulan Maret 2017 jumlah penduduk miskin di perdesaan bertambah 8.062 orang. Ada kenaikan persentase penduduk miskin di perdesaan sebesar 0,36 poin. Tabel 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan, September 2016 – Maret 2017
Daerah/Periode
Penduduk Miskin (Orang)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
September 2016
60.898
3,43
Maret 2017
62.596
3,46
September 2016
123.261
5,37
Maret 2017
131.323
5,73
September 2016
184.159
4,52
Maret 2017
193.919
4,73
Perkotaan
1.698
0,03
Perdesaan
8.062
0,36
Perkotaan+Perdesaan
9.760
0,21
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Perubahan Tingkat Kemiskinan
2. Garis Kemiskinan (GK) Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam kategori miskin atau tidak miskin. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari komponen Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan (Rp/Kapita/Bulan) di bawah Garis Kemiskinan. Selama September 2016 – Maret 2017, garis kemiskinan naik sebesar 3,38 persen, yaitu dari Rp. 389.273,- perkapita perbulan pada September 2016 menjadi Rp. 402.424,perkapita perbulan pada bulan Maret 2017. Peranan komoditi makanan terhadap pembentukan garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Pada Maret 2017, GKM Rp. 287.960,- memiliki kontribusi sebesar 71,56 persen
3 | Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Selatan No. 043/07/63/Tahun XXI, 17 Juli 2017
terhadap GK. Sedangkan GKNM Rp. 114.464,- kontribusinya terhadap pembentukan GK sebesar 28,44 persen.
Tabel 3 Garis Kemiskinan Menurut Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan, September 2016 – Maret 2017 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah Tempat Tinggal/Tahun
Makanan (GKM)
Bukan Makanan (GKNM)
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
September 2016
257.170
164.529
399.162
Maret 2017
268.327
168.156
412.452
September 2016
294.159
86.488
380.647
Maret 2017
302.037
91.060
393.097
September 2016
278.536
110.736
389.273
Maret 2017
287.960
114.464
402.424
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Persentase Perubahan Garis Kemiskinan September 2016 – Maret 2017 Perkotaan
4,62
1,50
3,33
Perdesaan
2,68
5,29
3,27
Perkotaan+Perdesaan
3,38
3,37
3,38
Ada lima komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukaan GK di daerah perkotaan yaitu beras (18,01 persen), rokok kretek filter (9,43 persen), telur ayam ras (4,34 persen), gula pasir (3,57 persen), kue basah (3,37 persen), dan mie instan (3,00 persen).
Tidak berbeda dengan daerah perkotaan,
untuk di daerah
perdesaan komoditi yang memberikan peranan terbanyak terhadap pembentukan GK adalah beras (25,31 persen), rokok kretek filter (11,74 persen), gula pasir (4,98 persen), kue basah (4,69 persen), mie instan (3,38 persen) dan telur ayam ras (2,98 persen).
4 | Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Selatan No. 043/07/63/Tahun XXI, 17 Juli 2017
Selanjutnya komoditi non makanan yang memberi sumbangan besar terhadap Garis Kemiskinan (GK) di daerah perkotaan adalah biaya perumahan (12,05 persen), bensin (3,83 persen), listrik (3,31 persen), biaya pendidikan (2,24 persen), dan air (1,44 persen). Demikian pula di daerah perdesaan,
komoditi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap
pembentukan GK adalah adalah biaya perumahan (8,68 persen), bensin (2,54 persen), listrik (1,42 persen), biaya pendidikan (1,33) dan perlengkapan mandi (0,96 persen). 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan tidak terbatas hanya tentang jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana mengurangi kesenjangan diantara penduduk miskin. Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan, September 2016 – Maret 2017 Tahun/Indikator
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
September 2016
0,717
0,674
0,693
Maret 2017
0,555
0,854
0,722
September 2016
0,186
0,146
0,163
Maret 2017
0,131
0,188
0,163
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Pada periode September 2016 – Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,693 pada September 2016 menjadi 0,722 pada Maret 2017. Kenaikan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauh dari garis kemiskinan. Sedangkan pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 0,163. Penduduk miskin menjadi lebih miskin dibandingkan keadaan September 2016 dan kesenjangan pengeluaran di antara penduduk miskin masih sama dengan kondisi September 2016.
5 | Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Selatan No. 043/07/63/Tahun XXI, 17 Juli 2017
4.
Gini Ratio dan Distibusi Pengeluaran Penduduk Untuk mengukur ketimpangan pengeluaran penduduk, BPS menggunakan indikator Gini Ratio dan Distribusi Pengeluaran Penduduk menurut World Bank. Gini Ratio didasarkan pada Kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari nilai pengeluaran konsumsi dengan distribusi Uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0-1. Semakin besar nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Ketimpangan pengeluaran penduduk turun, namun ketimpangan pengeluaran penduduk di perkotaan masih lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Gini Ratio di Kalimantan Selatan pada Maret 2017 sebesar 0,347, mengalami penurunan 0,004 poin dibandingkan dengan Gini Ratio September 2016 sebesar 0,351. Berdasarkan tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2017 adalah sebesar 0,365, mengalami kenaikan sebesar 0,002 poin dibandingkan dengan Gini Ratio di bulan September 2016 sebesar 0,363. Sebaliknya Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 0,292, mengalami penurunan sebesar 0,006 poin dibandingkan dengan Gini Ratio pada September 2016 sebesar 0,298. Tabel 5 Distribusi Pengeluaran Penduduk Perkapita Berdasarkan Kriteria Bank Dunia dan Gini Ratio Menurut Daerah di Kalimantan Selatan September 2016-Maret 2017 Kelompok Penduduk Daerah
Periode
40 % Berpengeluaran Rendah
40 % Berpengeluaran Menengah
20 % Berpengeluaran Tinggi
Gini Ratio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Sep-2016
21,77
39,44
38,78
0,298
Mar-2017
22,11
39,52
38,37
0,292
Sep-2016
17,42
39,74
42,84
0,363
Mar-2017
18,39
37,67
43,94
0,365
Sep-2016 Mar-2017
19,00 19,61
37,80 37,43
43,20 42,96
0,351 0,347
Perdesaan Perkotaan Perdesaan+ Perkotaan
Perubahan Distribusi Pengeluaran dan Gini Ratio Sepember 2016 – Maret 2017 Perdesaan
0,33
0,08
-0,41
-0,006
Perkotaan
0,97
-2,07
1,09
0,002
Perdesaan+Perkotaan
0,61
-0,38
-0,24
-0,004
6 | Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Selatan No. 043/07/63/Tahun XXI, 17 Juli 2017
Ukuran ketimpangan menurut Bank Dunia, adalah dengan melihat persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah. Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi tiga kategori yaitu ketimpangan tinggi, ketimpangan sedang dan ketimpangan rendah.
Ketimpangan dikategorikan tinggi jika persentase pengeluaran
kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya dibawah 12 persen.
Ketimpangan
sedang jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah berkisar antara 12-17 persen.
Sedangkan ketimpangan rendah jika persentase pengeluaran kelompok
penduduk 40 persen terbawah angkanya diatas 17 persen. Pada Maret 2017, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah sebesar 19,61 persen, yang berarti masuk dalam kategori ketimpangan rendah. Persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2017 ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan keadaan September 2016 yang sebesar 19,00. Menurut daerah tempat tinggal baik di perkotaan dan perdesaan, tingkat ketimpangan keduanya masuk dalam kategori rendah. Persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 18,39 persen. Angka ini naik dibandingkan dengan persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada September 2016 sebesar 17,42 persen. Demikian pula dengan persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah di perdesaan pada Maret 2017 sebesar 22,11 persen. Angka ini naik dibandingkan pada September 2016 sebesar 21,77 persen. Sejalan dengan Gini Ratio, bahwa tingkat ketimpangan di daerah pedesaan lebih rendah atau ‘lebih baik’ dibandingkan di daerah perkotaan.
7 | Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Selatan No. 043/07/63/Tahun XXI, 17 Juli 2017
5. Tingkat Kemiskinan Provinsi di Pulau Kalimantan dan Indonesia Pada Maret 2017, tingkat kemiskinan Indonesia mengalami penurunan 0,06 poin jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan keadaan September 2016.
Penduduk miskin
Indonesia keadaan Maret 2017 mencapai 10,64 persen, periode September 2016 penduduk miskin Indonesia sebanyak 10,70 persen. Persentase penduduk miskin di regional Kalimantan cenderung mengalami kenaikan kecuali di Kalimantan Barat. Tabel 6 Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi di Pulau Kalimantan dan Indonesia, September 2016 – Maret 2017
Provinsi
PersentasePenduduk Miskin
Jumlah Penduduk Miskin (000)
September 2016
Maret 2017
September 2016
Maret 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
Kalimantan Barat
8,00
7,88
390,32
387,43
Kalimantan Tengah
5,36
5,37
137,46
139,16
Kalimantan Selatan
4,52
4,73
184,16
193,92
Kalimantan Timur
6,00
6,19
211,24
220,17
Kalimantan Utara
6,99
7,22
47,03
49,47
10,70
10,64
27.764,33
27.771,22
(1)
Indonesia
8 | Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Selatan No. 043/07/63/Tahun XXI, 17 Juli 2017