o.
id
Laporan Eksekutif
://
ba
nt
en
.b ps .g
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten ht
tp
Maret 2015
Laporan Eksekutif
o.
id
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten
ht
tp
://
ba
nt
en
.b ps .g
Maret 2015
id
Laporan Eksekutif Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
: 2443-3411 : 3205011.36 : 36000.1524
Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 18 cm x 25 cm : 28 Halaman
.b ps .g
en nt
ba
Naskah : Bidang Statistik Sosial
o.
ISSN Katalog BPS No. Publikasi
tp
://
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten
ht
Dicetak oleh : CV. Dharmaputra
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
KATA PENGANTAR Kemiskinan adalah salah satu permasalahan pokok yang terjadi di Indonesia pada umumnya dan Provinsi Banten pada khususnya.Untuk membuat
suatu
kebijakan
dalam
rangka
pengentasan
kemiskinan
diperlukan data kemiskinan yang menyeluruh. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten sejak tahun 2007 telah merilis tingkat kemiskinan makro provinsi keadaan bulan Maret tahun yang
id
bersangkutan. Mulai tahun 2011, BPS Provinsi Banten merilis tingkat
o.
kemiskinan sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu keadaan Bulan Maret dan
ps .g
Bulan September.BPS Provinsi Banten mulai menyusun laporan eksekutif tentang kemiskinan pada tahun 2014, yang bertujuan untuk mengulas
.b
lebih dalam data kemiskinan.Laporan eksekutif hasil rilis kemiskinan
en
keadaan Maret 2015 disajikan dalam bentuk publikasi “Perkembangan
nt
Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015”.
:// ba
Diharapkan laporan ini dapat memberikan pemahaman tentang
ht
tp
tingkat kemiskinan di Provinsi Banten. Semoga bermanfaat.
Serang, Oktober 2015 Kepala,
Syech Suhaimi
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
i
DAFTAR ISI
Halaman i
Daftar Isi .................................................................................
ii
Daftar Gambar .........................................................................
iii
Daftar Lampiran .......................................................................
iv
I.
Pendahuluan ......................................................................
1
II. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten September 2014-Maret 2015…………………………………………….
3
ps .g
o.
id
Kata Pengantar ........................................................................
8
IV. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) .................................................................
13
Distribusi dan Ketimpangan Pengeluaran di Banten ..............
18
:// ba
V.
nt
en
.b
III. Perubahan Garis Kemiskinan ...............................................
21
Lampiran .................................................................................
22
ht
tp
VI. Penutup ............................................................................
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Tingkat Kemiskinan Per Provinsi di Indonesia Maret 2015 ..................................................................
4
Gambar 2
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Banten September201-Maret 2015................................
5
Gambar 3
Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Banten Menurut Klasifikasi Daerah, September 2011-Maret 2015...................................................................
7
o.
id
Gambar 1
Perkembangan Garis Kemiskinan Banten, September 2011-Maret 2015 (Rp/Kapita/bulan) ……
10
Gambar 5
Ilustrasi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) .......................
14
Gambar 6
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Banten, September 2011-Maret 2015.................................
15
Gambar 7
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Banten, September 2011-Maret 2015.................................
16
Gini Rasio Banten, Maret 2013-Maret 2015 ............
18
nt
:// ba
tp
ht
Gambar 8
en
.b
ps .g
Gambar 4
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
23
Lampiran 2
Garis Kemiskinan Daerah Perkotaan Banten, September 2014-Maret 2015.................................
24
Lampiran 3
Garis Kemiskinan Daerah Perdesaan Banten, September 2014-Maret 2015…...............................
25
Lampiran 4
Garis Kemiskinan Banten,September2014-Maret 2015....................................................................
Lampiran 5
Lima Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Garis Kemiskinan Maret 2015………........................
Lampiran 6
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Klasifisikasi Daerah, Banten, September 2014-Maret 2015........
o.
id
Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Banten, September 2014-Maret 2015.................................
ps .g
26
en
.b
27
28
ht
tp
:// ba
nt
Lampiran 1
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
iv
I.
Pendahuluan Sebagai
permasalahan
global,
kemiskinan
menjadi perhatian seluruh bangsa di dunia. Salah satu kesepakatan
bangsa-bangsa
di
dunia
tentang
kemiskinan tercantum dalam Millennium Development Goals (MDGs) poin pertama yaitu mengurangi angka kemiskinan menjadi setengahnya pada tahun 2015. Pencapaian MDGs dapat dipantau dari angka
id
kemiskinan yang dihitung di setiap Negara. Untuk
o.
mengukur tingkat kemiskinan, diperlukan suatu konsep adalah
ketidakmampuan
untuk
mendapatkan standar kehidupan minimum.
Konsep
.b
kemiskinan
ps .g
kemiskinan yang jelas. Bank Dunia menyatakan bahwa
en
yang dipakai Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Kemiskinan
dipandang
:// ba
approach).
nt
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs sebagai
ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang dengan
ht
dihitung
tp
diukur dari sisi pengeluaran. menggunakan
Angka kemiskinan metode
Garis
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Kemiskinan (GK). Komponen dari GK adalah Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
GKM setara dengan pemenuhan
kebutuhan kalori 2100 kkal per kapita per hari. Pemenuhan kebutuhan kalori 2100 kkal per kapita perhari dihitung berdasarkan 1 basket komoditi yang terdiri dari 52 jenis komoditi. GKNM setara dengan
Laporan Eksekutif |Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
1
kebutuhan dasar bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Untuk mengukur kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Dengan kata lain, GK adalah sejumlah uang untuk membeli makanan yang mengandung 2.100 kkal. per hari dan keperluan mendasar bukan makanan. Dan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
id
kemiskinan (GK).
o.
Sumber data yang digunakan dalam menghitung
ps .g
GK adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditambah dengan Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD). Penghitungan yang didasarkan pada
.b
hasil survei menyebabkan angka kemiskinan yang
Sumber data untuk menghitung
disebut sebagai data makro. Data kemiskinan makro
kemiskinan adalah
tidak dapat memberikan informasi siapa dan dimana
SUSENAS dan SPKKD
:// ba
nt
en
dihitung dengan GK hanya bersifat estimasi atau
penduduk miskin itu berada. Data kemiskinan makro untuk:
tp
digunakan
(1)
mengevaluasi
kebijakan
ht
pemerintah terhadap kemiskinan, (2) membandingkan kemiskinan
antar
waktu
antar
daerah,
dan
(3)
menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi mereka. Angka
kemiskinan
sangat
rentan
terhadap
kebijakan-kebijakan yang tidak pro poor. Sehingga angka kemiskinan sangat tergantung dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah baik tingkat pusat maupun lokal. Peningkatan anggaran untuk program
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
2
pengentasan
di
daerah
adakalanya
tidak
dapat
menurunkan angka kemiskinan ketika Pemerintah Pusat meluncurkan peningkatan
program harga
tidak
Bahan
pro
Bakar
poor
seperti
Minyak
(BBM).
Peningkatan harga BBM akan memicu inflasi dan pada akhirnya
akan
berpengaruh
terhadap
daya
beli
masyarakat. Kondisi seperti ini terjadi pula di Provinsi Banten.
id
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten September 2014-Maret 2015
o.
II.
ps .g
Tingkat kemiskinan Banten cukup rendah apabila
dibandingkan dengan provinsi lainnya. Pada Maret
.b
2015, tingkat kemiskinan di Provinsi Banten tercatat
en
sebesar 5,90 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 702,40 ribu jiwa. Secara nasional, tingkat
nt
kemiskinan Banten berada pada posisi terendah kelima
:// ba
setelah DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Selatan dan
Angka kemiskinan Banten Maret 2015berada pada posisi terendah ke-5 se Indonesia.
Bangka Belitung. Rendahnya tingkat kemiskinan di
tp
Banten bukan berarti masalah kemiskinan tidak menjadi
ht
prioritas utama. Pengentasan kemiskinan tetap menjadi program prioritas, karena hidup yang layak menjadi hak semua orang dan hal ini yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Provinsi Banten.
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
3
DKI Jakarta Bali Kalimantan Selatan Bangka Belitung Banten Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Riau Maluku Utara Sumatera Barat Kalimantan Barat Riau Sulawesi Utara Jambi Sulawesi Selatan Jawa Barat Sumatera Utara Indonesia Jawa Timur Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Jawa Tengah Sumatera Selatan Lampung Sulawesi Tengah DI Yogyakarta Aceh Nusa Tenggara Barat Bengkulu Gorontalo Maluku Nusa Tenggara Timur Papua Barat Papua
id
5,90
:// ba
nt
en
.b
ps .g
o.
11,22
10,00
20,00
30,00
ht
tp
0,00
Gambar 1. Tingkat Kemiskinan per Provinsi di Indonesia, Maret 2015
Pada perkembangannya, tingkat kemiskinan Provinsi Banten pada Maret 2015 memperlihatkan pola yang meningkat. Gambar 2. menyajikan perkembangan tingkat kemiskinan selama kurun waktu September 2011-Maret 2015. Pada September
2011,
angka
kemiskinan Banten tercatat sebesar 6,26 persen Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
4
dengan jumlah penduduk 689,22 ribu jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin menunjukan kecenderungan menurun. Namun
Maret
2013,
tingkat
kemiskinan
menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Angka kemiskinan naik dari 5,71 persen pada September 2012 menjadi 5,74 persen pada Maret 2013. Sementara itu jumlah penduduk miskin meningkat dari 642,88 ribu jiwa menjadi 652,36 ribu jiwa pada periode yang sama. 6,26
6,4 6,2
700
tp ht
649,19
5,35 622,84
6
5,8 5,51
702,4
o. 677,51
652,36
ps .g 642,88
651,45
en
600
.b
620
689,22
Ribu Jiwa
5,71 5,74
660 640
5,9
5,89
id
5,85
680
5,6 5,4 5,2 5 4,8
nt
580
:// ba
Pada Maret 2015, angka kemiskinan Banten sebesar 5,90 % dengan jumlah penduduk miskin sebesar 702,40 ribu jiwa. Angka ini meningkat 8,20 persen dari keadaan September 2014.
Penduduk Miskin
%Penduduk Miskin
Catatan : - Keadaan September 2011 sampai September 2013 sudah merupakan hasil backasting dengan penimbang Proyeksi Penduduk 2010-2035
Gambar 2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Banten, September 2011- Maret 2015
Pada September 2013, angka kemiskinan meningkat kembali. Kondisi ini dapat dimaklumi karena kemiskinan adalah suatu kondisi yang dinamis dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
5
%
720
Hal utama yang memicu naiknya tingkat kemiskinan di Banten adalah terjadinya inflasi dan tidak didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat. Pada periode September 2012-Maret 2013, tingkat inflasi di Banten sebesar 3,80 persen. Sedangkan pada periode Maret-September 2013, tingkat inflasi sebesar 5,76 persen. Inflasi yang cukup tinggi pada periode Maret-September 2013 dikarenakan adanya kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2013. Inflasi pada bahan makanan juga cukup tinggi yaitu 6,06 persen pada periode ini. Harga bahan makanan melonjak
sehingga
menyulitkan
masyarakat
untuk
dapat
pada
bulan
Maret
2014
menunjukkan
o.
Kemiskinan
id
memenuhi kebutuhan kalori sebanyak 2.100 kkal per hari.
ps .g
penurunan yang cukup menggembirakan. Jumlah penduduk miskin mencapai 622,84 ribu orang (5,35 persen), berkurang
.b
54,67 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada
en
September 2013.
nt
Namun pada bulan September 2014 jumlah penduduk
:// ba
miskin mengalami kenaikan yaitu mencapai 649,19 ribu orang (5,51 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
tp
miskin pada Maret 2014, maka selama enam bulan terjadi
ht
peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 26,35 ribu orang (4,23 persen).
Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin Banten kembali mengalami kenaikan mencapai 702,40 ribu orang (5,90 persen), meningkat 53,21 ribu orang (8,20 persen). Berdasarkan daerah tempat tinggal, penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan, mengalami peningkatan, di perkotaan bertambah sebesar 27,35 ribu dan di perdesaan bertambah sebesar 25,86 ribu orang.
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
6
Apabila dilihat dari sisi pendapatan, pada lapangan usaha yang sebagian besar digeluti oleh masyarakat tidak mampu seperti buruh tani, buruh bangunan dan pembantu rumah tangga mengalami peningkatan pendapatan dari periode September 2014
ke
Maret
2015.
Tetapi
meningkatnya
pendapatan
masyarakat tersebut tidak dapat mengimbangi kenaikan harga kebutuhan pokok akibat kenaikan harga BBM di triwulan ke-IV tahun 2014. Beberapa faktor terkait peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode September 2014-Maret 2015:
id
(1) inflasi umum yang relatif cukup tinggi selama periode
o.
September 2014-Maret 2015 yaitu sebesar 4,43 persen dengan
ps .g
sumbangan inflasi terbesar berasal dari sub sektor bahan makanan yaitu sebesar 5,63 persen; (2) pertumbuhan ekonomi
.b
yang minus pada Triwulan I 2015 (-0,63 persen) sementara
en
pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III masih berkisar pada
:// ba
nt
1,86 persen.
9,74
8,65
8,31
kembali melebar.
7,72
4,54
4,76
7,22
ht
tp
Perbedaan angka kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan, jaraknya semakin menyempit dan kembali melebar.
Sept-11
4,46
4,41
Mar-12
Sept-12
5,27
6,67
7,18
7,78
4,74
5,03
4,73
Mar-13 Sept-13 Mar-14 Sep-14 Perkotaan Perdesaan
Mar-15
Gambar 3. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Banten Menurut Klasifikasi Daerah, September 2011-Maret 2015 Perkembangan persentase penduduk miskin di Banten menurut klasifikasi daerah pada September 2011-Maret 2015 Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
7
dapat dilihat pada Gambar 3. Secara umum, penduduk miskin di Banten lebih terpusat di daerah perdesaan. Infrastruktur dan fasilitas yang kurang memadai di daerah perdesaan diduga menjadi salah satu penyebab hal tersebut. Di samping itu, kualitas sumber daya manusia di perdesaan masih lebih rendah dibandingkan dengan yang di perkotaan. Namun demikian, perkembangan perbedaan atau gap tingkat kemiskinan di perdesaan dan di perkotaan selama periode September 2011Maret 2014 semakin mengecil. Hal yang berbeda kita temui pada September 2014, gap tersebut sedikit melebar dan
id
bertambah melebar pada Maret 2015.
o.
Dengan gambaran ini, Pemerintah Provinsi Banten dapat klasifikasi
daerah.
Kemiskinan
di
ps .g
membuat kebijakan pengentasan kemiskinan sesuai dengan perdesaan
memerlukan
.b
perhatian yang lebih intensif dari Pemerintah karena tingkat
en
kemiskinan di perdesaan yang relatif tinggi dari tahun ke tahun.
nt
Sarana dan prasarana yang memadai khususnya di sektor
:// ba
pertanian yang menjadi mata pencarian utama penduduk di pedesaanperlu diupayakan, sehingga derajat kehidupan petani
tp
dapat meningkat. Sedangkan penduduk miskin di perkotaan
ht
juga menunjukkan pola menaik. Pemerintah harus mampu menjaga kemampuan daya beli dari masyarakat yang hampir miskin khususnya di perkotaan, karena kelompok masyakat ini sangat rentan dan mudah jatuh ke bawah garis kemiskinan.
III.
Perubahan Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan (GK) dipergunakan sebagai suatu batas
untuk mengelompokan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rataLaporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
8
rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu GKM (Garis Kemiskinan Makanan) dan GKNM (Garis Kemiskinan Non Makanan). GKM setara dengan pemenuhan kebutuhan kalori 2100 kkal per kapita per hari. Sedangkan GKNM setara dengan kebutuhan dasar bukan makanan seperti perumahan, sandang,
pendidikan
kemiskinan
sangat
dan
kesehatan.
ditentukan
oleh
Perubahan
harga
garis
barang-barang
makanan dan non makanan yang beredar di masyarakat. Seiring dengan peningkatan harga, Garis kemiskinan terus mengalami setiap
tahun.
Pada
September
2011,
Garis
id
peningkatan
o.
Kemiskinan Banten masih sebesar Rp 236.520,- per kapita per
ps .g
bulan. Garis kemiskinan ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Angka terakhir pada Maret 2015 menunjukan garis
.b
kemiskinan sebesar Rp 336.483,- per kapita per bulan. Selama
en
periode September 2014-Maret 2015, garis kemiskinan naik
nt
sebesar 6,54 persen. Di Provinsi Banten, rata-rata besaran
:// ba
anggota rumah tangga adalah 4 orang. Mengacu kepada angka tersebut maka rumah tangga dengan besaran 4 orang minimal
tp
harus mengeluarkan uang untuk kebutuhan makanan dan non
ht
makanan selama sebulan sebesar Rp.1.345.932,-. Jika dilihat per hari, seseorang yang mengeluarkan uang dibawah Rp 11.216,- per hari untuk kebutuhan makanan dan non makanan dikatakan penduduk miskin.
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
9
450.000
Garis Kemiskinan Banten terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan kenaikan harga.
263.398
239.767
300.000
236.520
288.733
251.161
336.483
304.636
315.819
150.000
0 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15
id
Gambar 4. Perkembangan Garis Kemiskinan Banten, September 2011-Maret 2015 (Rp/Kapita/Bulan)
o.
Untuk membandingkan angka kemiskinan antar negara,
ps .g
Bank Dunia menghitung garis kemiskinan dengan menggunakan estimasi konsumsi yang di konversi kedalam US$ PPP (Purchasing konversi
PPP
menunjukkan
banyaknya
en
Angka
.b
Power Parity/ paritas daya beli), bukan nilai tukar US$ resmi. rupiah
yang
nt
dikeluarkanuntuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa di
:// ba
mana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli seharga US$1 di Amerika. Ukuran Bank Dunia memilah dua batasan penduduk miskin yaitu dibawah US$ 1 PPP (Purchasing Power Parity) per
tp
kapita per hari dan dibawah
US$ 2 PPP per kapita per hari.
ht
Berdasarkan keterangan Deputi Neraca dan Analisis BPS RI pada
Garis Kemiskinan Banten Maret 2015 sebesar Rp. 336.483 per kapita per bulan dengan sumbangan Garis Kemiskinan Makanan sebesar 70,47 persen.
workshop pengembangan Susenas 2013, US$ 1 PPP diperkirakan setara dengan Rp 7.000,-. Jika dikonversikan ke dalam PPP, GK Banten sekitar US$ 1,60 PPP per hari. Berdasarkan daerah tempat tinggal, Garis Kemiskinan di perkotaan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan garis kemiskinan di perdesaan. Perbedaan ini disebabkan biaya hidup di . perkotaan yang jauh lebih tinggi. Pada Maret 2015, GK di perkotaan sebesar Rp. 344.855,- per kapita per bulan, naik Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
10
sebesar 6,14 persen daripada periode September 2014. Sedangkan GK di perdesaan sebesar Rp. 318.497,- per kapita per bulan, naik 7,51 persen dibandingkan periode sebelumnya. Perbedaan GK ini juga
memberikan
gambaran
tentang
perbedaan
kualitas
kemiskinan di perkotaan dan perdesaan. Seseorang yang dianggap miskin di perkotaan akan menjadi tidak miskin ketika dia berada di perdesaan dan juga sebaliknya seseorang yang dianggap tidak miskin di perdesaan akan menjadi miskin ketika dia berada di perkotaan. Perbedaan GK di perkotaan dan di perdesaan dapat dilihat pada lampiran.
id
Seperti yang telah dikemukakan di bagian terdahulu bahwa
o.
GK terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
ps .g
Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Pada Maret 2015, GKM di Banten sebesar Rp 237.129,- per kapita per bulan. Sedangkan GK
sebesar
70,47
en
terhadap
.b
GKNM sebesar Rp 99.354,- per kapita per bulan. Sumbangan GKM persen,
menandakan
nt
bahwapemenuhan kebutuhan pangan merupakan hal yang utama
:// ba
bagi masyarakat miskin. Selama periode Maret 2011-Maret 2015, sumbangan GKM terhadap GK berada pada kisaran 70 persen.
tp
Pada Maret 2015, sumbangan GKM terhadap GK perdesaan cukup
ht
tinggi yaitu sekitar 75,75 persen, sedangkan sumbangannya terhadap GK perkotaan hanya sebesar 68,21 persen (Lampiran 2). Komoditi makanan yang memberikan sumbangan paling besar dalam pengukuran Garis Kemiskinan adalah beras sebagai makanan
pokok
penduduk
Indonesia.
Pada
Maret
2015,
sumbangan beras terhadap garis kemiskinan adalah sebesar 21,57 persen di perkotaan dan 38,04 persen di perdesaan. Pengendalian
Beras dan rokok kretek adalah 2 komoditi makanan utama yang memberikan sumbangan paling besar terhadap Garis Kemiskinan.
harga beras dapat menjadi salah satu upaya agar kondisi penduduk miskin tetap stabil. Komoditas makanan lainnya yang mempunyai sumbangan yang besar adalah rokok kretek filter. Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
11
Rokok kretek adalah komoditas yang tidak menghasilkan kalori tapi dikonsumsi relatif banyak oleh penduduk miskin, sehingga rokok kretek tetap dimasukkan dalam penghitungan Garis Kemiskinan. Di perkotaan
sumbangan
rokok
kretek
adalah
11,04
persen
sedangkan di perdesaan sebesar 6,10persen. Komoditi lainnya yang memberikan sumbangan besar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah telur ayam rasmasing-masing sebesar 3,56 persen dan 2,90 persen dan mie instan masing-masing sebesar 3,04 persen dan 2,47 persen. Komoditi penyumbang GKM yang berbeda di perkotaan
id
dan perdesaan adalah daging ayam ras penyumbang GK di
o.
perkotaan sebesar 3,17 persen serta kopi bubuk dan kopi instan
ps .g
penyumbang GK di perdesaan sebesar 2,71 persen (Lampiran 5). Ada sedikit perbedaan jenis komoditi non makanan yang
.b
mempengaruhi GK di perkotaan dan di perdesaan. Namun
en
demikian, biaya untuk perumahan merupakan komoditi utama non di
perdesaan.
Di
:// ba
maupun
nt
makanan yang mempunyai sumbangan terbesar baik di perkotaan perkotaan,
biaya
perumahan
menyumbang 10,97 persen dan di perdesaan 9,21 persen. Empat
tp
komoditi lainnya yang memberikan sumbangan besar terhadap
ht
GKNM di perkotaan berturut-turut adalah bensin, listrik, pendidikan dan perlengkapan mandi. Sedangkan empat komoditi lainnya penyumbang GKNM terbesar di perdesaan adalah bensin, listrik, pendidikan dan kayu bakar. Jenis komoditi makanan yang memberikan sumbangan besar pada GK hampir sama dengan keadaan September 2014 baik di perkotaan maupun di perdesaan. Lain halnya dengan jenis komoditi non makanan. Di perkotaan jenis komoditi non makanan angkutan digeser oleh komoditas perlengkapan mandi. Sedangkan di perdesaan, jenis komoditi non makanan yang memberikan Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
12
sumbangan besar pada GK yaitu pakaian jadi anak-anak dan perempuan dewasa digeser oleh komoditi bensin dan kayu bakar. Pergeseran ini dapat dimaklumi karena pencacahan Susenas September 2014 dilaksanakan dekat dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri dimana banyak masyarakat yang membeli pakain dewasa maupun anak-anak dan juga menggunakan angkutan untuk keperluan mudik lebaran. Sedangkan pencacahan Susenas Maret 2015 dilaksanakan pada hari biasa.
o.
id
IV. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
ps .g
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu
.b
diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
en
Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana
:// ba
nt
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Index (P1): merupakan ukuran rata-rata kesenjangan [defisit] pengeluaran
tp
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks kedalaman
ht
akan melihat rata-rata jarak pengeluaran per kapita penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar defisit. Indeks Keparahan Kemiskinan /Poverty
Severity Index (P2) menunjukkan sebaran pengeluaran antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Indeks
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran tentang kualitas penduduk miskin.
keparahan akan melihat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin.
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
13
Apabila P1 sangat tinggi dapat diduga sebagian besar penduduk miskin masuk dalam katagori Nilai P2 rendahpppp2g sangat miskin.
Rp/Kapita/bulan
GK P1 P1 tinggi
P2 Pengeluaran penduduk miskin (Rp/bulan)
Kedalaman
Kemiskinan
dan
Indeks
ps .g
Indeks
o.
id
Gambar 5. Ilustrasi Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Keparahan
Kemiskinan dapat menunjukkan kualitas dari kemiskinan di suatu
.b
daerah. Tingkatan kemiskinan penduduk dapat dipilah menjadi
en
sangat miskin (SM), miskin (M),hampir miskin (HM) dan rentan
nt
miskin lainnya (RML). Pengelompokkan ini dikaitkan dengan Garis
:// ba
Kemiskinan (GK), dengan pemilahan sebagai berikut : a. SM: Sangat Miskin
ht
b. M: Miskin
tp
(pendapatan perkapita/bulan<=0.8GK) (0.8GK
14
Dapat dikatakan bahwa mereka termasuk dalam katagori sangat miskin. Program yang harus diberikan adalah program yang bersifat perlindungan/bantuan langsung. Mereka tidak punya daya sehingga tidak cocok jika diberikan bantuan kredit usaha. Bantuanbantuan pada penduduk yang sangat miskin, umumnya hanya dapat menaikkan taraf kemiskinan mereka dari sangat miskin menjadi miskin. Pada Gambar 6 dapat dilihat P1 mengalami fluktuasi selama kurun waktu September 2011-Maret 2015. Jika dilihat berdasarkan
id
klasifikasi daerah, P1 di perkotaan pada umumnya lebih rendah
o.
dibandingkan dengan P1 di perdesaan. Artinya kondisi kemiskinan
ps .g
di perdesaan lebih buruk dibandingkan dengan yang di perkotaan. Di perdesaan, rata-rata jarak pengeluaranper bulan penduduk miskin dengan GK cukup lebar. Keadaan yang bertolak belakang
en
.b
terjadi pada keadaan September 2013.
1,00 0,50
ht
tp
Pada umumnya nilai P1 di perkotaan lebih kecil dari yang di perdesaan, kecuali pada September 2013.
:// ba
1,50
nt
2,00
0,00 Sep-11
Mar-12
Sep-12 Perkotaan
Mar-13
Sep-13
Mar-14
Perdesaan
Sep-14
Mar-15
Total
Gambar 6. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Banten September 2011-Maret 2015
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
15
Indeks Kedalaman Kemiskinan di perdesaan jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang di perkotaan yaitu 0,768 berbanding dengan 1,140. Ini memberikan gambaran bahwa penduduk miskin di perkotaan pada September 2013, selain meningkat jumlahnya juga semakin terpuruk kondisinya. Rata-rata pengeluaran mereka per bulan semakin menjauhi GK. Di perdesaan, kondisi kemiskinan semakin membaik, dilihat dari persentase kemiskinannya yang menurun juga rata-rata jarak pengeluaran per bulannya semakin mendekati GK. Namun pada
id
tahun berikutnya yaitu peride Maret dan September 2015 nilai P1
o.
di perkotaan kembali lebih rendah dibanding di perdesaan.
sebesar 1,081
ps .g
Pada Maret 2015, nilai P1 di perdesaan
sedangkan di perkotaan sebesar 0,867. Nilai P1 Maret 2015
.b
semakin meningkat daripada September 2014. Hal ini menunjukan
en
bahwa kondisi kemiskinan semakin memburuk daripada tahun
nt
sebelumnya selain jumlah dan persentase penduduk miskin yang
tp
1,00
ht
Pada umumnya nilai P2 di perkotaan lebih kecil dari perdesaan kecuali September 2013. Pada Maret 2015, nilai P2 perkotaan tidak jauh beda dari perdesaan.
:// ba
juga meningkat pada periode yang sama.
0,50
0,222 0,229 0,232 0,00 Sep-11
Mar-12
Sep-12
Perkotaan
Mar-13
Sep-13
Perdesaan
Mar-14
Sep-14
Mar-15
Total
Gambar 7. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Banten September 2011- Maret 2015
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
16
Seperti halnya dengan P1, P2 juga memperlihatkan pola yang berfluktuasi pada periode September 2011-Maret 2015. Pada umumnya nilai P2 di perkotaan lebih rendah diba Pada umumnya nilai P2 di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan P2 di perdesaan. Hal ini memberikan arti bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan yang di perkotaan. Namun pada September 2013, ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih parah dibandingkan dengan yang di perdesaan
id
dengan nilai P2 sebesar 0,374 sementara di perdesaan hanya
ps .g
o.
0,120.
Pada Maret 2014, jarak P2 di wilayah perkotaan dan perdesaan
semakin
menyempit,
yaitu
pada
kisaran
P1
.b
perkotaan sebesar 0,184 sementara P2 di perdesaan sebesar
en
0,189. Kemudian pada September 2014, indeks keparahan
nt
kemiskinan (P2) mengikuti pola tahun-tahun sebelumnya, yaitu
:// ba
P2 di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Pada Maret 2015 indeks keparahan (P2) kembali kembali
tp
mengikuti pola Maret 2014, nilai P2 di perdesaan sebesar 0,222 Kondisi
ht
sementara P2 di perkotaan tidak jauh berbeda, sedikit lebih tinggi di wilayah perkotaan yaitu sebesar 0,232. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
kemiskinan pada Maret 2015 semakin terpuruk
di perkotaan semakin menunjukan ketimpangan diantara
baik dilihat nilai
penduduknya. Hal sebaliknya terjadi di perdesaan dimana
P1 dan P2.
ketimpangan pengeluaran antara penduduk miskin semakin mengecil.
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
17
V.
Distribusi dan Ketimpangan Pengeluaran di Banten Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek
kemiskinan yang perlu dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Oleh karena data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Dalam hal ini analisis distribusi pendapatan dilakukan dengan menggunakan data total
pengeluaran
rumah
tangga
sebagai
pendekatan
pendapatan yang bersumber dari data Susenas. Beberapa
id
ukuran yang digunakan untuk menggambarkan ketimpangan
ps .g
o.
pendapatan adalah Gini Rasio dan ukuran Bank Dunia.
Gini Rasio adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan
nt
en
.b
secara menyeluruh.
ht
0,395
0,38
0,402
tp
Indeks Gini di daerah perkotaan selalu lebih tinggi daripada di perdesaan.
:// ba
0,399
0,287
Mar-13
0,435 0,411 0,424
0,401
0,401
0,376 0,276
0,28
Sep-13
Mar-14 Total
Kota
0,294 0,27
Sep-14
Mar-15
Desa
Gambar 8. Gini Rasio Banten, Maret 2013-Maret 2015 Nilai indeks Gini berada diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Jika nilai indeks Gini adalah nol maka artinya Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
18
terdapat kemerataan sempurna pada distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai satu berarti terjadi ketidakmerataan pendapatan yang sempurna. Secara umum angka Gini Rasio pada periode Maret 2013September 2015 cenderung mengalami peningkatan. Pada periode Maret 2015 terjadi penurunan angka gini ratio dari 0,424 pada September 2014 menjadi 0,401 pada Maret 2015. Penurunan angka Gini Rasio pada periode Maret 2015 mengindikasikan bahwa distribusi pengeluaran penduduk pada periode tersebut semakin
id
membaik (Gambar 8).
o.
Jika dilihat menurut daerah, selama kurun waktu Maret
ps .g
2013-Maret 2015 Indeks Gini di perkotaan selalu lebih tinggi daripada di perdesaan dengan rentang yang semakin melebar. Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran
.b
penduduk di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di
en
perdesaan. Pada Maret 2015, Indeks Gini di perkotaan yaitu
:// ba
sebesar 0,270.
nt
sebesar 0,411 jauh diatas Indeks Gini di perdesaan yang hanya
Indikator lain yang digunakan untuk melihat distribusi
tp
pengeluaran antar kelompok penduduk adalah Kriteria Bank Dunia.
ht
Kriteria Bank Dunia membagi kelompok penduduk menjadi tiga besar yaitu 40 persen terendah, 40 persen menengah dan 20 persen teratas. Ketimpangan
pendapatan
ditentukan
oleh
besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk berpendapatan rendah, dengan kriteria sebagai berikut: a) Bila persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk berpendapatan rendah lebih kecil dari 12
persen,
maka
dikatakan
terdapat
ketimpangan
pendapatan tinggi. Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
19
b) Bila persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk berpendapatan rendah antara 12 sampai dengan 17 persen, maka dikatakan terdapat
ketimpangan pendapatan moderat/sedang/menengah. c) Bila persentase pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk berpendapatan rendah lebih besar dari 17
persen,
maka
dikatakan
terdapat
ketimpangan
pendapatan rendah. Pada Maret 2015, persentase pendapatan yang diterima oleh 18,03
persen,
kelompok
40
persen
penduduk
o.
sebesar
id
kelompok 40 persen penduduk berpendapatan rendah adalah
ps .g
berpendapatan menengah menerima sebesar 36,09 persen dan kelompok 20 persen penduduk berpendapatan tinggi menerima ketimpangan
yang
sedang
(moderate
ht
tp
:// ba
nt
inequality).
pendapatan
en
tingkat
.b
sebesar 45,89. Artinya penduduk miskin di Banten berada pada
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
20
VI.
Penutup Periode Maret 2015, tingkat kemiskinan kembali mengalami
sedikit peningkatan. Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Banten 53,21
mencapai 702,40 ribu orang (5,90 persen), meningkat ribu
orang
dibandingkan
dengan
penduduk
miskin
September 2014. Secara nasional, tingkat kemiskinan Banten
Pada
periode
September
2014-Maret
2015,
o.
Bali, Kalimantan Selatan dan Bangka Belitung.
id
masih berada pada posisi terendah kelima setelah DKI Jakarta, Indeks
ps .g
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) keduanya meningkat yaitu sebesar 0,149 dan 0,051.
.b
Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) terjadi baik di
en
wilayah perkotaan maupun perdesaan. Sedangkan peningkatan
nt
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sebesar 0,051 disebabkan oleh
:// ba
kenaikan P2 di perkotaan (0,097) lebih besar dibandingkan penurunan P2 pedesaan (0,049). Pergerakan kedua nilai indeks ini mengindikasikan penduduk miskin Banten di wilayah perkotaan
tp
semakin terpuruk karena rata-rata pengeluaran Penduduk miskin
ht
yang semakin menjauhi Garis Kemiskinan disertai ketimpangan pengeluaran penduduk miskin yang semakin melebar.
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
21
id o.
ht
tp
:// ba
nt
en
.b
ps .g
LAMPIRAN
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
22
Lampiran 1.
Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Banten, Maret 2011-Maret 2015 Kota
Jumlah (000 jiwa)
Persen tase
Jumlah (000 jiwa)
Persen tase
Jumlah (000 jiwa)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Mar-11
4,61
334,16
9,75
353,53
6,32
687,69
Sep-11
4,54
334,32
9,74
354,91
6,26
689,22
Mar-12
4,46
332,31
8,65
319,14
5,85
651,45
Sep-12
4,41
330,68
8,31
312,19
5,71
642,88
Mar-13
4,76
361,64
7,72
290,72
5,74
652,36
Sep-13
5,27
411,31
7,22
266,20
5,89
677,51
Mar-14
4,73
375,69
6,67
247,14
5,35
622,84
Sep-14
4,74
381,18
7,18
268,01
5,51
649,19
Mar-15
5,03
408,53
7,78
293,87
5,90
702,40
:// ba
nt
ps .g
o.
id
Persen tase
.b
Total
en
Bulan/ Tahun
Desa
ht
tp
Catatan : - Estimasi penduduk miskin Maret 2011-September 2013 menggunakan penimbang Proyeksi Penduduk 2010-2035
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
23
Lampiran 2.
Garis Kemiskinan Daerah Perkotaan Banten, Maret 2011-Maret 2015 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/bulan)
Bulan/Tahun
Non Makanan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Mar-11
163.006
73.666
236.672
Sep-11
171.209
76.366
247.575
Mar-12
172.372
77.669
250.041
Sep-12
181.304
81.067
262.371
Mar-13
188.322
85.506
Sep-13
206.828
93.281
Mar-14
217.251
Sep-14
223.031
Mar-15
235,211
ps .g
o.
id
Makanan
273.828 300.109 315.239
101.871
324.902
109,643
344,855
ht
tp
:// ba
nt
en
.b
97.987
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
24
Lampiran 3.
Garis Kemiskinan Daerah Perdesaan Banten, Maret 2011-Maret 2015 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/bulan)
Bulan/Tahun
Non Makanan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Mar-11
156.993
49.647
206.639
Sep-11
161.567
52.612
214.179
Mar-12
165.552
53.474
219.026
Sep-12
172.833
55.960
228.794
Mar-13
183.370
58.961
Sep-13
200.536
64.096
264.632
Mar-14
214.476
67.449
281.925
Sep-14
335.535
70.705
296.241
Mar-15
241,250
77,247
318,497
242.331
ht
tp
:// ba
nt
en
.b
ps .g
o.
id
Makanan
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
25
Lampiran 4.
Garis Kemiskinan Banten, Maret 2011-Maret 2015 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/bulan)
Bulan/Tahun
Non Makanan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Mar-11
161.002
65.660
226.662
Sep-11
168.018
68.503
236.521
Mar-12
170.113
69.654
239.767
Sep-12
178.476
72.685
251.161
Mar-13
186.682
76.715
Sep-13
204.811
83.923
Mar-14
216.368
Sep-14
223.825
Mar-15
237,129
ps .g
o.
id
Makanan
288.733 304.636
91.994
315.819
99,354
336,483
.b
88.268
ht
tp
:// ba
nt
en
263.398
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
26
Lampiran 5.
Lima Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Garis Kemiskinan Maret 2015
Komoditi
Kota
Komoditi
Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
Makanan 21,57
Beras
38,04
Rokok kretek filter
11,04
Rokok kretek filter
6,10
Telur ayam ras
3,56
Telur ayam ras
2,90
Daging ayam ras
3,17
Kopi Bubuk dan instan
2,71
Mie instan
3,04
Mie instan
Perumahan
10,97
Perumahan
Bensin
3,71
Bensin
Listrik
3,26
Listrik
Pendidikan
2,23
Pendidikan
Perlengkapan Mandi
1,57
id
Beras
o.
2,47
:// ba
nt
en
.b
ps .g
Bukan Makanan
1,75 1,63 1,56 1,31
ht
tp
Kayu Bakar
9,21
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
27
Lampiran 6.
Kota
Desa (P1) (P2)
Total (P1) (P2)
(P2)
(7)
(8)
(7)
(8)
(7)
(8)
Mar-11
0,675
0,137
1,361
0,329
0,904
0,201
Sep-11
0,815
0,237
1,824
0,482
1,149
0,318
Mar-12
0,570
0,114
1,068
0,230
0,735
0,153
Sep-12
0,774
0,239
1,300
0,358
0,950
0,279
Mar-13
0,664
0,172
0,759
0,128
0,695
0,158
Sep-13
1,140
0,374
0,768
0,120
1,021
0,293
Mar-14
0,764
0,184
0,978
0,189
0,832
0,186
Sep-14
0,651
0,135
1,077
0,271
0,786
0,178
Mar-15
0,867
0,232
1,081
0,222
0,935
0,229
ht
tp
:// ba
nt
en
.b
ps .g
id
(P1)
(1)
o.
Bulan/Tahun
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Klasifisikasi Daerah, Banten, Maret 2011-Maret 2015
Laporan Eksekutif | Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015
28
id
o.
.b ps .g
en
nt
ba
://
tp
ht