STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH Perumusan Strategi Setelah dilakukan identifikasi tentang potensi/kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman menggunakan Analisis SWOT dalam konteks pengembangan wilayah maka langkah selanjutnya adalah perumusan strategi. Dimana dalam langkah ini metode yang digunakan yakni metode QSPM (Quantitatif Strategic Planning Matrix), yaitu: rancangan untuk menentukan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari tindakan strategi alternatif yang mungkin dapat dilakukan. Berbagai faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dimasukan dalam matrik QSPM untuk selanjutnya dikombinasikan dengan strategi-strategi dalam Tabel SWOT dengan menggunakan
attractive
score yang telah ditentukan. Tabel Quantitatif Strategic Planning Matrik (QSPM) menunjukkan bahwa Strategi Pengembangan Wilayah di Kota Metro dapat dilakukan melalui beberapa alternatif strategi, dengan urutan strategi sebagai berikut: Tabel 67 Urutan alternatif strategi sesuai hasil analisis QSPM No Strategi 1. Memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan
Total Score 157
2.
Memanfaatkan lahan belum terbangun dengan kebijakan penggunaan lahan dalam konteks otonomi daerah
156
3.
Memaksimalkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum dengan menjalin kerjasama dengan daerah sekitar
154
4.
Mengoptimalkan potensi lahan belum terbangun dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan
151
5.
Memanfaatkan potensi lahan permukiman dengan teknologi SIG
149
6.
Mengimplementasikan teknologi SIG dalam pemanfaatan kesesuaian lahan pertanian dan jalan
146
Sumber: Hasil analisis, 2008
118
Berdasarkan hasil urutan alternatif strategi dengan menggunakan analisis QSPM dapat dirumuskan enam langkah strategi yang merupakan strategi pengembangan wilayan Kota Metro kaitannya dengan aspek evaluasi sumberdaya lahan. Keenam strategi tersebut mempunyai score yang berbeda-beda tergantung hasil dari proses perhitungan QSPM. Perbedaan score tersebut menunjukkan urutan dari strategi yang telah dirumuskan. Masing-masing strategi dapat diwujudkan dengan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat aplikasi teknis dilapangan. Kegiatan yang dirumuskan merupakan penjabaran dari masingmasing strategi. Strategi pertama yang dilakukan dalam pengembangan wilayah di Kota Metro yakni dengan memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan sektor-sektor unggulan. Strategi ini dapat dilaksanakan dengan berbagai kegiatan yaitu: 1. Melakukan pemetaan jaringan jalan di Kota Metro dengan skala yang detil (1:20.000 atau 1:10.000) untuk memudahkan dalam menginventarisir kondisi jalan yang ada. 2. Melakukan analisis kesesuaian lahan untuk pembangunan jalan dengan skala lebih detil (1:20.000) sehingga dapat diketahui karakteristik dan sifat-sifat lahan secara fisik yang sesuai untuk jalan secara detil. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan jalan pada lokasilokasi sentra industri pengolahan sebagai sektor unggulan dan lokasi perekonomian masyarakat yang berpotensi menjadi sektor unggulan seperti sektor: perdagangan, keuangan dan peternakan. 4. Meningkatkan kualitas pembangunan jalan pada seluruh wilayah Kota Metro. Strategi kedua adalah memanfaatkan lahan belum terbangun dengan kebijakan penggunaan lahan dalam konteks otonomi daerah. Adapun kegiatankegiatan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Mengidentifikasi kondisi penggunaan lahan atau landuse di Kota Metro yang up to date dengan menggunakan data-data spasial yang beresolusi
119
tinggi seperti Satelit Quickbird dan Ikonos agar didapatkan data landuse yang detil dan akurat. 2. Menganalisis kelas kemampuan dan kesesuaian lahan di Kota Metro untuk penggunaan lahan pertanian secara umum dan permukiman dengan skala peta yang detil (1:25.000 atau 1:10.000). 3. Menzonasi lahan-lahan pertanian yang belum terbangun dan yang mempunyai kelas kesesuaian lahan tinggi sebagai lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian yang tidak sesuai kelasnya dizonasi sebagai area permukiman dan jalan. 4. Membuat Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (Perda RTRW) sebagai landasan hukum untuk tetap mempertahan lahan-lahan pertanian belum terbangun yang mempunyai kelas kesesuaian lahan S1(sangat sesuai) seperti di Kelurahan Sumbersari dan Rejomulyo. Strategi ketiga adalah memaksimalkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum dengan menjalin kerjasama dengan daerah sekitar. Beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam strategi ini adalah: 1. Menggunakan
lahan
yang
mempunyai
kelas
kesesuaian
untuk
permukiman dan jalan untuk pembangunan fasilitas umum. 2. Memperbaiki sarana dan prasarana fasilitas perekonomian seperti pasar dan pusat pertokoan yang banyak dimanfaatkan oleh pedagang dari luar daerah. 3. Melakukan kerjasama dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur untuk perbaikan jalan dan pembangunan pasar dalam memfasilitasi tingginya interaksi penduduk dari kedua daerah tersebut ke Kota Metro. Strategi keempat adalah mengoptimalkan potensi lahan belum terbangun dalam memacu tumbuhnya sektor-sektor unggulan. Adapun kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam strategi ini adalah: 1. Membangun sarana dan prasarana penunjang aktifitas masyarakat pada sentra-sentra industri pengolahan sebagai sektor unggulan.
120
2. Membangun pusat-pusat perdagangan dan mengembangkan lembaga keuangan lokal untuk mempercepat sektor perdagangan dan keuangan menjadi sektor unggulan. 3. Membangun sentra-sentra pengembangan peternakan pada lahan yang mempunyai kesesuaian lahan peternakan untuk mempercepat menjadi sektor unggulan. 4. Melakukan kajian sektor unggulan bersama tenaga ahli dari kalangan akademisi yang mempunyai kompetensi tinggi. Strategi kelima adalah memanfaatkan potensi lahan permukiman dengan teknologi SIG. Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan strategi ini antara lain: 1. Melakukan pemetaan dengan skala detil (1:20.000) untuk menzonasi lahan-lahan pada kawasan permukiman dan menganalisis kesesuaian lahan dengan kriteria lahan bangunan, perumahan, jalan, jaringan air minum dan lain sebagainya. 2. Membuat database Sistem Informasi Geografi (SIG) yang memuat datadata spasial wilayah Kota Metro secara lebih lengkap dan detil. Strategi keenam adalah mengimplementasikan teknologi SIG dalam pemanfaatan kesesuaian lahan pertanian dan jalan. Beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam strategi ini adalah: 1. Melakukan inventarisir data di lapangan (ground check) tentang kesesuaian lahan pertanian dan jalan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). 2. Membuat jaringan
database SIG open acces untuk memudahkan
masyarakat dalam mendapat data spasial lahan pertanian dan jalan. Pelaksanaan keenam strategi tersebut dapat dilakukan secara bertahap dengan melihat situasi dan konteks yang dibutuhkan. Hal yang paling mendasar untuk melakukan evaluasi sumberdaya lahan di Kota Metro yakni dengan melakukan pemetaan potensi sumberdaya lahan dengan skala detil. Melihat luas wilayah Kota Metro yang kecil hendaknya peta yang menjadi acuan yakni Peta Landsystem skala 1:50.000 atau bahkan 1:25.000. Peta Landsytem Kota Metro
121
skala detil belum tersedia saat ini, oleh sebab itu dimungkinkan untuk pembuatan peta tersebut mengingat luas wilayah Kota Metro yang kecil maka lebih mudah untuk melakukan survey tanah dilapangan. Setelah memetakan potensi sumberdaya lahan dengan skala detil maka dapat diketahui informasi karakteristik lahan, jenis-jenis tanah dan sifat-sifat lahan yang lebih rinci. Sehingga akan didapat informasi kelas kemampuan dan kesesuaian lahan di Kota Metro yang lebih rinci dan akurat. Hasil dari pemetaan yang lebih detil dapat menjadi referensi langsung di lapangan. Sehingga lahanlahan di Kota Metro dapat dikembangkan sesuai dengan kelas dan potensi yang ada. Penyusunan Visi dan Misi Langkah berikutnya setelah merumuskan konsep strategi pengembangan wilayah Kota Metro, maka disusunlah suatu visi dan misi yang merupakan tujuan yang akan dicapai dari konsep strategi tersebut atau dengan kata lain strategi merupakan penjabaran dari visi dan misi. Visi merupakan pandangan ideal tentang masa
depan
yang
ingin
diwujudkan
dan
mempunyai
potensi
dalam
mewujudkannya, sedangkan misi merupakan amanat yang diemban dalam mewujudkan visi. Sedangkan strategi merupakan rangkaian konsep yang berisi langkah-langkah atau cara-cara untuk mewujudkan visi dan misi (Renstra Kota Metro, 2005). Setelah mengidentifikasi dari konsep strategi pengembangan wilayah tersebut maka disusunlah visi dan misi yang sesuai dengan konteks rumusan strategi tersebut. Maka dapat dinyatakan visi yang akan dicapai dalam strategi pengembangan wilayah kaitannya dengan aspek evaluasi sumberdaya lahan adalah: “Terwujudnya pengembangan wilayah dengan mengembangkan sektorsektor unggulan yang didukung potensi sumberdaya lahan”. Adapun misi yang terkandung dalam visi tersebut adalah: 1. Mengembangkan sektor-sektor
pekonomian menjadi sektor-sektor
unggulan sebagai dasar pengembangan wilayah. 2. Memaksimalkan potensi sumberdaya lahan untuk menunjang sektorsektor unggulan.
122
Berdasarkan kedua misi tersebut diatas maka konsep strategi yang telah dirumuskan sebelumnya sesuai dengan misi nomor 2 (dua), dimana strategi yang telah dirumuskan tersebut berkaitan dengan potensi sumberdaya lahan. Arahan Pengembangan Wilayah Arahan pengembangan wilayah Kota Metro dilakukan dengan menganalisis kelas kesesuaian lahan dan penggunaan lahannya. Prosesnya dengan melakukan overlay Peta kesesuaian lahan dengan Peta penggunaan lahan yang ada. Hasil dari analisis peta tersebut menunjukkan kawasan pertanian diarahkan pada lahan kelas S1, S2 dan S3 hal tersebut didasarkan atas kondisi eksiting penggunaan lahan lebih banyak masih berbentuk belukar rawa, kebun campuran, pertanian lahan kering dan sawah. Terdapat lahan seluas 95,90 Ha lahan kelas S1, lahan seluas 349,18 Ha dan 2.091,88 Ha lahan kelas S3 yang diarahkan untuk dipertahankan menjadi lahan pertanian. Upaya meningkatkan kelas kesesuian dari kelas S3 menjadi kelas S2 untuk pengembangan padi dan jagung, dapat dilakukan dengan minimalisir faktor pembatas media perakaran (r), retensi hara (f) dapat dengan cara pemberian input atau dilakukan pengelolaan dengan pemupukan, pengaturan sistem tata air, dan pengaturan sistem drainase. Namun demikian untuk beberapa tingkat pengelolaan yang sedang-tinggi yang membutuhkan biaya yang besar seperti
pengaturan
sistem tata air dan pembuatan saluran drainase dibutuhkan intervensi pemerintah untuk pengelolaannya, sedangkan untuk pengadaan input berupa pemupukan dapat difasilitasi masyarakat melalui kemitraan dengan swasta. Pada kawasan pertanian dapat juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan menjadi sektor unggulan. Sektor pertanian dalam hal ini subsektor bahan makanan dan subsektor peternakan mempunyai potensi dikembangkan sebagai sektor unggulan. Lahanlahan belum terbangun yang berada pada Kelurahan Margodadi, Rejomulyo, Margodadi, Sumbersari Bantul dan sebagian Tejosari layak dipertahankan untuk tetap menjadi lahan pertanian dalam Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Metro. Kawasan permukiman kondisi eksisting penggunaan lahan lebih variatif dengan dominasi penggunaan lahannya adalah kebun campuran dan permukiman
123
masing-masing seluas 2.268,75 Ha dan 2.271,48 Ha. Pada lahan kebun campuran diarahkan untuk pengembangan permukiman karena termasuk kelas Baik untuk lahan permukiman, hal itu sangat sesuai apabila lahan tersebut diarahkan untuk permukiman. Lahan-lahan yang diarahkan sebagai kawasan permukiman selain menyediakan lahan untuk jalan juga akan menjadi lokasi pengembangan sektorsektor unggulan. Pembangunan sentra-sentra industri pengolahan, pusat-pusat perdagangan, dan pembangunan sarana prasarana sektor keuangan dan jasa merupakan upaya untuk menumbuhkembangkan sektor unggulan di Kota Metro. Lahan-lahan yang berada pada Kelurahan Imopuro, Hadimulyo Barat, Hadimulyo Timur, Ganjarasri, Ganjaragung dan sebagainya layak dikembangkan kawasan permukimaan (perumahan, pertokoan, perkantoran, jalan dll) untuk mendukung sektor industri pengolahan sebagai sektor unggulan. Secara lebih rinci luas arahan lahan dalam strategi pengembangan wilayah Kota Metro terdapat dalam Tabel 68. Tabel 68 Luas arahan pengembangan wilayah Kota Metro Kondisi Eksisting lahan Belukar rawa Permukiman Kebun campuran Pertanian lahan kering Lahan terbuka Sawah Jumlah Sumber : Hasil analisis, 2008
Kawasan Pertanian (Ha) 49,49 1.906,68 378,60 50,94 151,25 2536,96
Kawasan Permukiman (Ha) 2.271,48 2.268,75 4.540,23
124
Gambar 19 Peta arahan pengembangan wilayah Kota Metro
Tabel 69 Matrik quantitatif strategic planning matrix (QSPM) strategi pengembangan wilayah Kota Metro Alternatif Strategi Faktor Utama
Potensi lahan Permukiman
Kebijakan penggunan lahan
Kerjasama antar daerah
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
4
4
16
4
16
4
16
4
12
4
16
4
16
Rating
Implementasi SIG
Potensi lahan untuk sektor unggulan
Pembangunan jalan
OPPORTUNITIES (O) 1
Berkembangnya teknologi sistem informasi geografi (SIG) dalam evaluasi sumberdaya lahan
2
Kebijakan otonomi daerah
2
2
4
4
8
3
6
4
8
4
8
3
8
3
Potensi kerjasama antar daerah dalam pengembangan
3
4
12
4
12
4
12
4
8
3
9
4
12
1
3
3
2
2
4
4
2
2
4
4
4
4
wilayah THREATS (T) 1
Perkembangan daerah sekitar dalam memacu tumbuhnya Sektor-sektor unggulan STRENGTS (S)
1
Potensi kelas lahan permukiman masih luas
4
4
16
4
16
4
16
4
16
4
16
4
16
2
Potensi lahan kelas permukiman lebih luas dari potensi
2
4
8
4
8
4
8
4
8
4
8
4
8
3
4
12
4
12
4
12
4
12
4
12
4
12
16
4
16
4
16
4
16
3
12
4
16
lahan kelas pertanian 3
Kondisi eksisting lahan belum terbangun lebih luas dari Lahan belum terbangun
4
Topografi yang relatif datar
4
4
5
Luas wilayah yang kecil
3
2
6
4
12
4
12
4
12
4
12
3
9
6
Tingkat kepadatan penduduk yang sedang
4
4
16
4
16
3
12
4
16
4
16
4
16
7
Ketersediaan lahan yang luas untuk kebutuhan fasilitas
3
4
12
4
12
4
12
4
12
4
12
4
12
1
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
umum kriteria standar pelayanan minimal (SPM) 8
Kondisi eksisting jumlah fasilitas pendidikan diatas SPM
125
WEAKNESS (W) 1
Kondisi eksisting lahan kelas pertanian sebagian sudah
3
4
12
4
12
4
12
4
12
4
12
4
12
menjadi permukiman 2
Kondisi eksisting luas jalan masih dibawah SPM
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
Hanya satu sektor yang berkembang menjadi sektor unggu-
2
4
8
3
6
4
8
2
4
4
8
4
8
lan
Total Score
149
156
154
146
151
157
Sumber : Hasil Analisis, 2008
Keterangan nilai AS (Attractiveness Score) : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat menarik TAS (Total Attractivenes Score) = Rating x AS
126