Summary Report
Strategi Pengembangan Pariwisata Wilayah Solo
January 2008
Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit GTZ
Strategi Pengembangan Pariwisata Wilayah Solo Executive Summary
Daftar Isi 1. Latar Belakang
1
2. Diagnosa Sektor Pariwisata
1
2.1. Sumber Daya Pariwisata 2.1.1. Atraksi Pariwisata
1
2.1.2. Tour operator dan Penyedia Jasa Lainnya
2
2.1.3. Akomodasi
2
2.1.4. Transportasi (aksesibilitas)
3
2.1.5. Pengelolaan Pariwisata Publik
3
2.2. Pangsa Pasar Pariwisata 2.2.1. Pariwisata Domestik
4
2.2.2. Pariwisata Internasional
4
2.2.3. Ragam Utama Pariwisata di Wilayah Solo
5
3. Pesaing
5
4. Indikator Ekonomi, Kekuatan dan Kelemahan Pariwisata Wilayah Solo
7
5. Strategi
9
5.1. Visi dan Sasaran Pariwisata Wilayah Solo 9 5.2. Tujuan Umum Pengembangan Pariwisata
9
5.3. Tujuan Khusus Pengembangan Pariwisata
10
5.4. Strategi
14
Lampiran Lampiran 1. Kedatangan Turis dan Lama Menginap di Solo Lampiran 2. Survey Pasar Pariwisata Lampiran 3. Sumber-sumber Pasar Wilayah Solo
1. Latar Belakang Kontribusi sektor pariwisata dalam kegiatan ekonomi global dan ketenagakerjaan diharapkan terus meningkat selama lebih dari sepuluh tahun ke depan. Secara keseluruhan, Ekonomi Travel & Pariwisata diramalkan akan meningkat hingga 4% per tahun dalam jangka waktu antara 2009 hingga 2018, didukung dengan lapangan kerja sebanyak 296 juta hingga 2018 – yaitu 9,2% dari seluruh lapangan kerja dan 10.5% dari GDP global. Jadi Travel & Pariwisata diharapkan terus berkembang menjadi salah satu sektor prioritas tertinggi dunia industri dan penciptaan lapangan kerja.(sumber: TSA, WTTC 2008). Sumber daya pariwisata di Wilayah Solo belum dikelola secara optimal sesuai dengan tujuan pariwisata. Nilai-nilai tersebut belum dikenal secara optimal karena alasan degradasi, pengelolaan yang masih lemah, dan promosi yang kurang. Di samping itu, industri perhotelah terlihat belum cukup terorganisir di Kota Solo dan bahkan belum sama sekali di beberapa kabupaten (Hilz-Ward, October 2007). Penurunan jumlah turis yang datang secara konstan pada tahun – tahun sebelumnya telah berdampak pada sektor pariwisata, khususnya tour operator dan hotel. Kedatangan turis mancanegara cenderung menurun sejak pertengahan tahun 90-an berkaitan dengan isu keamanan (sweeping terhadap orang asing, serangan teroris, bencana alam, dan kecelakaan penerbangan). Saat ini lebih dari 98% turis di wilayah Solo adalah wisatawan lokal, orang Indonesia, dan expatriate yang tinggal di Indonesia. Dokumen ini mencakup strategi pengembangan pariwisata di Wilayah Solo yang diformulasikan secara partisipatif oleh stakeholder di Wilayah Solo, difasilitasi oleh GTZ. Sektor pariwisata itu sendiri dipilih oleh stakeholder di Wilayah Solo sebagai sektor prioritas yang akan dipromosikan bersama melalui kerjasama antar stakeholder di Kabupaten/Kota. Dokumen ini selayaknya menjadi payung dalam memformulasikan kegiatan bersama di bidang pengembangan pariwisata wilayah. Dokumen ini disiapkan oleh team proyek dengan kunjungan lapangan secara ekstensif ke kabupaten/kota di Wilayah Solo dan dibahas bersama dengan berbagai stakeholder di wilayah ini, serta mengunjungi berbagai potensi wisata dan pengembangan pariwisata. Team juga melaksanakan survey pemasaran di Jakarta maupun beberapa tempat lain dan juga mewawancarai sejumlah pakar pariwisata di Indonesia. Tiga rangkaian workshop telah dilaksanakan di Solo (April, Juli dan Oktober 2007) dimana langkah strategi disiapkan dan didiskusikan.
2. Diagnosa Sektor Pariwisata 2.1.
Sumber Daya Pariwisata
2.1.1. Atraksi Pariwisata •
7 atraksi utama budaya (Candi Prambanan, Ratu Boko dan beberapa candi di dataran tinggi Siva, Candi Sukuh, dan Candi Cetho, Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Makam Pandanaran, Museum Manusia Purba & Fosil di Sangiran – Situs Peninggalan Sejarah tingkat dunia)
•
7 atraksi utama situs alam ( Gunung Merapi yang maih aktif, Gunung Merbabu, Selo Pass di Boyolali, Gunung Lawu di Karanganyar, Grojogan Sewu/ air terjun di Karanganyar, Air Terjun Jumok di Karanganyar, Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Gua-gua karang di Wonogiri; Gua Gong dekat Pacitan)
1
•
19 obyek wisata popular dengan minat khusus (Kampung Batik Kauman dan Kampung Batik Laweyan, Pasar Klewer, Pasar Antik Triwindu, THR Sriwedari (performance khusus), Kebun Binatang Satwataru Jurug, Desa Tua Baluwarti, Makam Ki Gede Solo, Makam Pangeran Samodro, Desa Wirun (tempat pembuatan gamelan Jawa, pembuatan genting dan tekstil secara tradisional, dll.), Perkebunan The Kemuning (di Gunung Lawu), Pabrik gula & musem gula di Klaten dan Karanganyar (dengan kereta api tua), perkebunan karet di Kedawung (Sragen), Tawangmangu Resort Area, sentra kerajinan kuningan (Boyolali), Taman rekreasi air Umbul Tlatar (Boyolali), Umbul Pengging (Boyolali), Kampung kerajinan keramik/gerabah di Melikan (Klaten), Rowo Jombor (Klaten), Sumber Air Ingas (Klaten), Taman Rekreasi Sendang Asri (Wonogiri).
2.1.2. Tour Operator dan Penyedia Jasa Lainnya Sekitar 30 agen travel terdaftar di kota Solo, dan 20 hingga 30 lainnya berada di kabupaten lainnya. Sangat sedikit dari para agen travel ini (semuanya berlokasi di kota Solo) yang bergerak di bidang inbound travel, diantaranya yang aktif di bidang ini adalah: Mandira Tours, Nusantara Tours, Elektra Tours, Equator Tours, Rosalia Indah dan Wida Tour. 2.1.3. Akomodasi (data 2005) Regency Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten Total
Hotel Berbintang Unit Kamar 14 1.024 1 42 4 203 19 1.269
Non Klasifikasi Unit Kamar 103 2.215 6 94 4 161 41 508 15 242 4 111 29 558 202 3.889
Sebagian besar akomodasi dan properti bintang tiga keatas berlokasi di kota Solo. Beberapa rantai perhotelan (Accor, Sahid, Choice hotel) serta hampir 70% dari investasi di bidang akomodasi terpusat di kota Solo. Kota Solo bisa menyediakan segala jenis akomodasi hingga tingkat properti bintang lima. Hotel-hotel yang ditawarkan beraneka ragam: dari hotelhotel kelas bisnis yang modern, pola-resort, hotel-hotel peninggalan jaman dulu dan juga motel. Di kelas yang lebih rendah lagi, tersedia hotel dan penginapan yang dikelola oleh satu keluarga hingga penginapan-penginapan kecil yang sederhana. Menurut para manager hotel, tingkat hunian nampaknya relatif tinggi, mencapai hingga 80% pada bulan-bulan tertentu. Tidak ada musim yang sifatnya khusus karena sebagian besar tamu yang datang ke Solo untuk urusan bisnis atau rapat dan konferensi. Musim pariwisata, puncaknya biasanya adalah di bulan Juli dan beberapa akhir minggu panjang dalam setahun (hari libur keagamaan) dimana di waktu-waktu ini kamar-kamar hotel terjual habis. Walaupun tingkat hunian cukup bagus, nampaknya hotel-hotel harus bersaing ketat untuk mendapatkan para tamunya melalui persaingan harga. Di Jawa, Solo terkenal reputasinya untuk harga kamar hotel yang rendah dan harga rata-rata kamar hotel berbintang-4 hanya sekitar Rp. 300.000,-. Kebijakan harga dengan diskon yang cukup besar membuat perhotelan kelas menengah ke bawah mengalami tekanan yang besar karena mereka hanya
2
memiliki sedikit peluang untuk ikut bersaing jika harus menurunkan harga dengan angka yang sangat rendah. Praktek diskon yang sudah umum membuat calon tamu berani melakukan negosiasi harga, sehingga terkadang harga yang tercantum dalam brosur tidak valid. Rumah penginapan kelas melati di kabupaten-kabupaten memillki masalah permintaan. Di satu sisi mereka harus bersaing dengan perhotelan di Solo yang letaknya berdekatan, di sisi lain mereka hampir tidak mempunyai kemampuan pemasaran yang bisa memberikan kepastian akan aliran tamu hotel secara teratur. Pelayanan, kebersihan dan kenyamanan juga merupakan hal-hal yang patut disoroti di banyak penginapan. Konsentrasi rumah penginapan yang terbesar berada di kabupaten Klaten dan Karanganyar, terutama di daerah dataran tinggi Tawangmangu. Di sana bisnis digerakkan oleh para pengunjung akhir pekan dari segala penjuru Wilayah Solo, Yogyakarta dan bahkan Semarang. Industri perhotelan nampaknya tidak terorganisir secara memadai di kota Solo dan bahkan di kabupaten lainnya hampir tidak terorganisir sama sekali. Asosiasi perhotelan memang ada, tapi para perwakilan hotel-hotel dengan jelas menyatakan keraguan mereka atas efektivitas asosiasi tersebut. 2.1.4. Transportasi (Aksesibilitas) Letak geografis Wilayah Solo sangat strategis, berada di Jawa Tengah dan berbatasan dengan Jawa Timur. Wilayah ini sangat mudah dicapai: ¾ Melalui jalan darat: wilayah ini dilalui oleh provinsi; 2 jam dari Yogyakarta, 3 jam dari Semarang dan 7 jam dari Surabaya. Jalan-jalan masuk ke wilayah Solo pada umumnya dalam kondisi yang baik, tapi dipadati oleh kendaraan-kendaraan pengangkut barang sperti truk, pick-up dan juga sepeda motor. Perjalanan melalui jalan darat masih dianggap menyita waktu. ¾ Dengan kereta api: jalur kereta api sebelah selatan yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya melalui wilayah Solo; 8 jam dari Jakarta, 4 jam dari Surabaya, 1 jam dari Yogyakarta. Masih terdapat jalur tambahan kereta api pulang-pergi yang menghubungkan Solo – Yogyakarta dan 2 kali sehari Solo – Semarang, lama perjalanan 2 jam. Lebih dari 6 layanan kereta api jarak jauh yang menyediakan kenyamanan dengan kelas pelayanan yang berbeda-beda, merupakan sarana transportasi yang memadai bagi para wisatawan yang menggunakan jalan darat. Rombongan wisata nampak lebih memilih transportasi kendaraan bis karena lebih fleksibel dalam menentukan tujuan wisata. Sebagian besar kereta api, stasiun-stasiunnya dan sistem jalur kereta api membutuhkan peremajaan. ¾ Melalui udara: Bandara Internasional Adisumarmo yang berada di luar kota Solo mempunyai jalur hubungan dengan Jakarta (Garuda dan Sriwijijaya 2 kali per hari, Lion Air dan Batavia Air sekali per hari) Jalur internasional ke Singapore dilayani oleh Silk Air (seminggu 3 kali) dan ke Kuala Lumpur oleh Air Asia (satu kali per hari). 2.1.5. Pengelolaan Layanan Publik Semua pemerintah daerah mempunyai Dinas Pariwisata. Beberapa kabupaten mempunyai khusus Dinas Pariwisata, yang lainnya mengkombinasikan dinas pariwisata dengan kebudayaan atau olah raga. Manajemen Dinas Pariwisata mempunyai susunan yang tipikal dengan beberapa bagian didalamnya seperti:
3
o o o o
Bagian Pemasaran Bagian Pengembangan Produk Bagian Pengembangan Infrastruktur Bagian Administrasi
2.2. Pangsa Pasar Pariwisata 2.2.1. Wisatawan Domestik Lebih dari 98% dari semua pengunjung adalah wisatawan domestik, orang-orang Indonesia dan para expatriat yang menetap di Indonesia dengan ijin tinggal KITAS. Sekitar seribu wisatawan domestik menginap setidaknya satu malam di hotel atau penginapan di Wilayah Solo. Data statistik yang tersedia tidak mencukupi untuk bisa menarik kesimpulan lebih jauh, khususnya yang sehubungan dengan maksud perjalanan para pengunjung. Nampak jelas bahwa sebagian besar pengunjung adalah untuk alasan bisnis, rapat, konferensi atau kunjungan keluarga dan hanya sedikit sebagai wisatawan liburan/plesiran, sayangnya jumlah tiap kelompok tidak bisa ditentukan. Selanjutnya juga tidak tersedia data tentang pengunjung yang bermalam dirumah keluarga atau kerabat. Kelompok tidak tercatat ini diperkirakan sebesar antara 400.000 – 500.000 dari jumlah total pengunjung yang tercatat secara resmi di hotel-hotel dan penginapan-penginapan. Meskipun liburan/plesiran bukan sebagai maksud utama perjalanan, namun bisa diasumsikan bahwa sebagian besar dari para pelaku perjalanan domestik juga mengunjungi tempat-tempat pariwisata dan memanfaatkan jasa-jasa pelayanan pariwisata. Di Solo pagelaran-pagelaran musik dan tari sangat populer. Di luar Solo situs-situs budaya yang tersebut diatas, terutama sekali adalah Candi Prambanan yang mendapat kunjungan lebih dari 1.000.000 wisatawan domestik. Yang tidak kalah populer di Wilayah Solo adalah wisata spiritual atau ziarah dimana orang-orang dari seluruh penjuru Jawa berdatangan untuk mengunjungi makam-makam para pemuka agama atau makam-makam keramat. Makam yang paling tekenal adalah Makam Pandanaran yang mendapat kunjungan lebih dari 180.000 orang per tahun. Kategori-kategori utama wisatawan domestik ke Wilayah Solo: 1) Pengunjung yang berbisnis 2) Tugas-tugas perusahaan, berurusan dengan pemerintah, tugas-tugas administrasi kepemerintahan 3) Rapat-rapat dan konferensi-konferensi 4) Kunjungan keluarga dan kerabat 5) Perjalanan liburan/plesiran, program-program kunjungan mahasiswa 6) Ziarah 2.2.2. Wisatawan Internasional Pada pertengahan tahun 1990-an, pariwisata internasional ke Solo mencapai puncaknya, namun kemudian menurun secara konstan hingga tahun 2004 dimana hanya sekitar 7.000 wisatawan mancanegara yang tercatat di hotel-hotel di Solo. Penyebab utama hilangnya wisatawan mancanegara secara umum adalah gangguan keamanan dan keselamatan di wilayah ini. “Citra keamanan yang buruk” ini akibat beberapa hal di bawah ini, baik yang diakibatkan oleh Solo sendiri maupun di Indonesia secara umum, seperti: o o
Sweeping terhadap orang asing yang terjadi pada tahun 2002 dan 2003. Aksi-aksi teroris di hotel-hotel di Bali dan Jakarta.
4
o o o o
Semakin gencarnya pemberitaan di media internasional tentang islam fundamentalis di Indonesia. Gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006 Meletusnya gunung Merapi Kecelakaan-kecelakaan pesawat udara belakangan ini yang tentu saja memperburuk citra negara Indonesia.
Tahun 2006, sebanyak 12.407 wisatawan mancanegara menginap di hotel-hotel di Solo, meningkat dari 9.677 di tahun sebelumnya. Walaupun sebagian besar dari mereka datang untuk urusan bisnis, tapi hal ini mencerminkan bahwa para pengunjung internasional sudah kembali berdatangan ke Solo. Sekitar 15.000 – 18.000 wisatawan mancanegara diperkirakan setidaknya menginap satu malam di salah satu hotel berbintang atau penginapan di Wilayah Solo. Kurang lebih 10% 15% dari jumlah ini atau sekitar 1.500 – 2.500 orang datang untuk berwisata dan plesiran yang mempresentasikan wisatawan “klasik”. Selanjutnya diperkirakan 1.000 – 2.000 wisatawan mancanegara mengunjungi Wilayah Solo1 tapi hanya untuk beberapa jam saja atau sepanjang hari tanpa bermalam. Untuk perbandingan: Keraton Mangkunegaran sebagai tempat atraksi yang paling populer bagi wisatawan mancanegara di Solo mencatat sekitar 2.800 wisatawan asing dan Candi Sukuh di Karanganyar 1.100. Ada tiga kelompok utama wisatawan internasional yang mengunjungi Wilayah Solo: 1) Pengunjung yang berbisnis ke Solo 2) Wisatawan ke Prambanan (biasanya bermalam di Yogyakarta) 3) Wisatawan yang berlibur untuk mengunjungi situs-situs budaya/bersejarah Pengunjung/wisatawan asing ke Wilayah Solo (perkiraan 2005/2006) Jenis
Semua maksud perjalanan
Perjalanan plesiran
Wisatawan bermalam di Wilayah Solo Wisatawan ke Wilayah Solo (tidak ke Prambanan) tanpa bermalam Wisatawan ke Prambanan tanpa bermalam di Wilayah Solo Total
15.000 – 18.000
1.500 – 2.500 1.000 – 2.000
40.000
15.000-18.000
42.500 – 44.500
2.2.3. Ragam Utama Pariwisata di Wilayah Solo • • • • •
1
MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) Pariwisata Spiritual / Pariwisata Ziarah Perjalanan Keliling Kebudayaan Kunjungan Keluarga dan Kerabat (VFR) Pengunjung Harian
dengan Prambanan di Klaten sebagai pengecualian
5
3. Para Pesaing Para Pesaing Utama Wilayah Solo A. Yogyakarta Kekuatan • Asosiasi pariwisata yang handal, unsur kebudayaan dan nostalgia • Yogyakarta adalah sebuah kota yang eksotik dengan kesadaran yang dalam akan kedamaian dan harmoni • Jaraknya yang dekat dengan Candi Borobudur dan Prambanan membuatnya menjadi pusat yang ideal bagi para wisatawan kebudayaan • Keraton Yogyakarta adalah sebuah “museum hidup” dengan keluarga keraton yang masih tinggal didalamnya • Tersedia semua jenis dan skala akomodasi bagi para pelancong • Universitas-universitas seperi Gajah Mada membuat suasana yang bernuansa kesenian dan kebudayaan. Para pengunjung bisa merasakan sentuhan dari ‘kehidupan mahasiswa’ Kelemahan • Tidak ada produk-produk pariwisata baru yang ditawarkan, tujuan wisata menjadi tidak kreatif • Tidak ada penerbangan internasional • Citra tujuan wisata menderita akibat bencana alam tahun 2006 yang belum juga selesai melakukan restorasi • Hiburan dan kehidupan malamnya tidak begitu atraktif • Sejak 2001, Yogja diberi slogan ‘Jogja, Never Ending Asia’, tapi nampaknya slogan ini tidak berhasil mengembalikan ke posisi pasar yang sebelumnya. Sebagai perbandingan: Pariwisata ke Yogyakarta Beberapa indikator pilihan: o Wisatawan tahun 2005: 1.850.000 (103.000 wisatawan asing, 1.747.000 domestik) o Pasar-pasar utama domestik: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah o Pasar-pasar utama mancanegara: Belanda, Jepang, Jerman, Perancis, Malaysia o Masa inap rata-rata: 2,18 malam (tahun 2006) (Sumber : Dinas Pariwisata Yogyakarta)
B. Surabaya Bagi orang Indonesia, Surabaya lebih sering dikenal sebagai kota ‘Perjuangan’, sebuah kota dimana terdapat industri-industri besar dan perdagangan metropolis yang menempati peringkat jauh dibelakang Jakarta sebagai sebuah magnit pariwisata. Umumnya dikenal sebagai tujuan bisnis. Kota Surabaya baru-baru ini mencitrakan dirinya dengan ‘Sparkling Surabaya’.
6
Kekuatan • Sekarang dengan mempromosikan ‘Sparkling Surabaya’ sebagai sebuah citra pariwisata dengan komitmen yang kuat dari para stakeholder sektor publik dan swasta • Surabaya adalah ibu kota Jawa Timur dengan infrastruktur yang sangat bagus, bandara udara dengan berbagai perusahaan penerbangan internasional dan pelabuhan laut • Sejumlah bangunan-bangunan kuno • Merupakan pintu masuk bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi gunung Bromo, sebuah atraksi terkenal di Malang, Jawa Timur Kelemahan • Tidak ada atraksi-atraksi yang spesial • Kehidupan kota yang agak membosankan, nampak tidak sesuai dengan pengharapan para wisatawan • Karena kondisi cuacanya yang sangat lembab, para wisatawan enggan berlibur disana untuk waktu yang agak lama C. Semarang Semarang mempunyai daya tarik yang lebih rendah dibanding Surabaya, serta jarang masuk kedalam daftar tempat-tempat kunjungan wisata bagi para pelancong. Untuk waktu yang lama, Semarang hanya dikenal sebagai kota dagang dan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Tapi dinamikanya yang bertambah bisa dirasakan oleh industri pariwisata yang berpuncak pada pencitraannya yang baru sebagai: ‘The Beauty of Asia’/ Semarang Pesona Asia Kekuatan • Mempromosikan citra baru “Semarang Pesona Asia” • Semarang sebagai ibu kota Jawa Tengah mempunyai infrastruktur yang baik, jalan darat, bandara udara dengan berbagai penerbangan internasional dan pelabuhan laut • Merupakan pintu masuk untuk ke pulau Karimunjawa, sebuah tujuan wisata bahari di Jawa Tengah yang semakin berkembang Kelemahan • Inisiatif-inisiatif pariwisata sebagian besar dari sektor publik • Tidak ada atraksi-atraksi yang berkualitas baik secara internasional maupun nasional Sebagai perbandingan: Pariwisata di Jawa Tengah Beberapa indikator pilihan: o Masa inap rata-rata: 1,9 malam o 75% wisatawan mancanegara dari Asia, 15% dari Eropa o Pembelanjaan rata-rata USD 100,- per hari (paket tour) o Wisatawan domestik utamanya dari Jawa Tengah o Maksud utama perjalanan: mengunjungi sanak keluarga, teman, liburan, perdagangan dan bisnis, ziarah o Kontribusi pariwisata terhadap GDP provinsi diperkirakan sekitar 8% (Sumber : Dinas Pariwisata Jawa Tengah)
7
4. Indikator Ekonomi dan Kekuatan serta Kelemahan Pariwisata Wilayah Solo Indikator Ekonomi: Pembelanjaan Pariwisata dan Ketenagakerjaan2 Jenis
Jumlah / rate
Total
Pembelanjaan oleh wisatawan mancanegara Pembelanjaan oleh wisatawan domestik Pengunjung Harian
25.000 malam x 110 USD
2.750.000 USD
2.100.000 malam x 20 USD
42.000.000 USD
Jumlah karyawan perhotelan/pekerjaan langsung Jumlah karyawan yang terkait industri pariwisata3/pekerjaan langsung Jumlah karyawan di industri pendukung/ pekerjaan tidak langsung 4 Jumlah karyawan total (langsung dan tidak langsung
Jumlah kamar hotel x faktor 0,6 5.158 x 0,6 pekerjaan langsung
Tidak bisa dispesifikasi 3.094
Pekerjaan langsung di perhotelan x 2.784 faktor 0,9 3.094 x 0,9 Pekerjaan langsung x faktor 0,7
4.114
9.992
Kekuatan Utama Sektor Pariwisata di Wilayah Solo: o Tempat tujuan wisata mempunyai atraksi kebudayaan dan bersejarah yang sangat menarik untuk tingkat nasional maupun internasional o Acara-acara perayaan, musik dan tarian yang sangat beragam o Pasar barang-barang kerajinan tradisional o Solo, sebuah pusat kuliner o Jalur masuk dan infrastruktur yang baik (dengan jalur udaranya sebagai pengecualian) o Semua sub-tujuan wisata relatif dekat dengan pusat kota Solo o Tempat-tempat rekreasi yang banyak jumlahnya saling berdekatan o Fasilitas akomodasi tersedia disemua kelas dan kategori o Kapasitas akomodasi yang mencukupi dan terus bertambah o Banyak perencanaan/pembangunan hotel baru o Fasilitas dan kapasitas yang mencukupi untuk acara-acara MICE o Solo mempunyai potensi yang sangat besar untuk industri MICE o Tenaga profesional yang handal untuk industri keramah-tamahan o Rasio harga dan kualitas yang sangat baik untuk produk-produk pariwisata o Ketersediaan tempat pelatihan dan institusi-institusi pendidikan yang lebih tinggi o Solo merupakan bagian dari paket-paket tujuan perjalanan internasional o Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara meningkat lagi setelah sempat turun drastis di tahun 2002 o Wilayah Solo telah dijadikan pusat perhatian dalam kebijakan pemerintah daerah provinsi o Permintaan dan kedatangan para wisatawan yang berimbang sepanjang tahun
2
perkiraan untuk tahun 2006 Restoran, atraksi-atraksi, dinas pariwisata, operator-operator tour dlsb 4 industri pendukung: peternakan, transpor, konstruksi, perdagangan dlsb 3
8
Kelemahan Utama Sektor Pariwisata di Wilayah Solo o Wisata hiburan/plesiran ke Wilayah Solo kehilangan volume yang cukup besar o Pangsa pasar Solo terus kalah dari Yogyakarta sebagai pusat perjalanan di wilayah ini o Kualitas produk dan pelayanan yang masih lemah untuk area di luar Solo o Sebagian daerah tujuan wisata mengalami penurunan citra dan sebagian juga mengalami problem keamanan o Para stakeholder kurang percaya diri atas kapasitas wilayahnya sendiri sebagai tujuan wisata o Pengelolaan atraksi yang lemah o Promosi dan pemasaran produk serta komunikasi pasar yang masih lemah o Rendahnya kerjasama para stakeholder antar sektor serta pengorganisasian sektor yang masih lemah o Tawaran untuk paket-paket perjalanan sangat sedikit o Tidak adanya petunjuk wisata untuk keseluruhan wilayah dan tidak ada keterkaitan/sinergi antar situs-situs/atraksi-atraksi o Lemahnya keterikatan di tingkat daerah untuk pengelolaan pariwisata yang efektif o Peralatan manajemen pariwisata yang penting (statistik, penelitian tentang pengunjung/wisatawan, analisa pasar, benchmarking dsb) tidak tersedia o Tingginya tekanan atas harga kamar karena besarnya persaingan berdampak negatif pada keinginan reinvestasi
5. Strategi 5.1. Visi Pariwisata dan Tujuan Umum Pariwisata Wilayah Solo “Wilayah Solo menjadi tujuan wisata utama tingkat nasional yang terkenal akan warisan budayanya yang unik, kaya dengan keindahan alam dan keramah tamahannya. Wilayah Solo menyambut para wisatawan yang ingin mengenal jantung pulau Jawa atau yang datang untuk berbisnis ke tempat di mana yang lama dan yang baru, tradisi dan modernitas hidup berdampingan.”
5.2. Tujuan Umum Pengembangan Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu sektor di Wilayah Solo yang menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Wilayah Solo memiliki berbagai sumber daya yang sangat baik guna mencapai industri pariwisata yang sehat, dengan cara: Menciptakan lapangan kerja di bidang perhotelan, restoran, transportasi, perusahaan perjalanan wisata (BPW) dan lain-lainnya, terutama di daerah terbelakang namun memiliki potensi wisata yang tinggi. Mendorong tumbuhnya berbagai peluang yang mampu menarik pengusahapengusaha baru dan penawaran pelatihan-pelatihan dan pendidikan bagi generasi muda. Menciptakan dampak nyata dari kegiatan pariwisata, khususnya bagi peningkatan pendapatan rumah tangga di sektor swasta maupun pemerintah, melalui upah dan gaji, penyewaan, pembelanjaan, perpajakan dan penghasilan usaha lainnya.
9
Menstimulasi industri-industri dan bidang-bidang jasa lainnya di Wilayah Solo agar tercipta perekonomian dengan dasar yang baik dan luas. Peningkatan kualitas hidup dari penduduk setempat yang mendapat manfaat dari daerah-daerah rekreasi, resor, restoran, museum,perjalanan, hiking, dan perayaan. Sektor pariwisata mempunyai potensi pertumbuhan yang sangat besar yang pengembangannya perlu direalisasikan agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Wilayah Solo bertujuan meningkatkan tingkat kedatangan wisatawan tahunan sebesar 5% untuk tahun-tahun mendatang dan sebesar 10% untuk tahun berikutnya. Wisatawan yang bermalam bisa mencapai 3 juta dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun mendatang. Bab-bab selanjutnya memaparkan secara rinci tujuan khusus dan strategi-strategi yang bisa membawa Wilayah Solo sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Namun demikian, strategi pariwisata tersebut harus memperhatikan: ¾ Perencanaan yang ambisius, tapi dengan sasaran-sasaran yang masuk akal ¾ Penyediaan metodologi yang jelas dan sistematis, dan ¾ Rencana tindak yang bisa dilaksanakan sesuai dengan sumber daya manusia dan finansial yang tersedia di Wilayah Solo
5.3. Tujuan Khusus Pengembangan Pariwisata Latar Belakang dan Justifikasi
Sasaran Khusus
Untuk saat ini Wilayah Solo belum dipromosikan secara baik sebagai sebuah destinasi pariwisata. Promosi Pariwisata daerah hanya sebatas pada publikasi melalui brosur pariwisata secara umum. Ketiadaan pemasaran pariwisata yang strategis dan profesional saat ini merupakan handikap yang serius bagi pertumbuhan lebih jauh. Pemasaran pariwisata yang dilakukan secara besar-besaran bisa mendapatkan kembali pangsa pasar yang hilang dan membangkitkan motivasi kerja secara cepat di tempat-tempat atraksi, hotel-hotel dan diwaktu yang sama menimbulkan rasa percaya diri pada tempat tujuan wisata. Promosi pariwisata adalah bagian terpenting dari strategi.
Sasaran A:
Sebuah destinasi wisata membutuhkan platform produk yang jelas, yang bisa dikenali oleh pasar pariwisata eksternal dan internal. Wilayah Solo mempunyai sumber daya yang bagus dalam hal warisan budaya, tapi harus bersaing dengan banyak daerah lain, terkadang
Sasaran B:
Wilayah Solo dikenal secara luas sebagai tujuan wisata yang atraktif di Jawa Tengah. Kehadiran sebuah pasar yang berhasil bisa dicapai melalui pemasaran pariwisata yang kompeten dan profesional.
Wilayah Solo mempunyai produk wisata liburan/plesiran yang sangat bagus, yang berbasiskan kebudayaan, alam dan kesehatan. Produk-produk wisata
10
dengan tujuan-tujuan wisata di Indonesia yang mencerminkan kekayaan wilayah dan sudah dikenal oleh seluruh dunia. Wilayah Solo kreativitas para pengelola pariwisata. mempunyai sejumlah wisata alam dengan infrastruktur pariwisata yang mencukupi, dimana tempat-tempat ini bisa dijadikan kawasan pariwisata yang lebih besar. Wisata alam atau ekowisata membidik kelompokkelompok sasaran seperti orang-orang muda, para mahasiswa, pasangan-pasangan yang kaya dan generasi senior. Wisata kesehatan melengkapi wisata keindahan alam dan kebudayaan dan mempunyai daya tarik bagi segmen-segmen pasar yang sama. Wilayah Solo bisa membangun wisata kesehatan melalui penggalakan penyembuhan tradisional Jawa, tanaman obat-obatan, jamu, makanan yang sehat dan elemen-elemen alamiah lainnya.
Solo mempunyai potensi untuk menjadi pemain besar di bisnis MICE. Kota Solo telah membuktikan kemampuannya dalam mengorganisir berbagai festival, konferensi dan berbagai event seni dan budaya. Hotel di semua kategori, gedung-gedung pertemuan, dan ballroom-ballroom, restoranrestoran, perusahaan-perusahaan tour, semuanya mempunyai perlengkapan yang mencukupi untuk mengorganisir MICE secara profesional. Wilayah Solo merupakan tempat berbagai macam industri dan organisasi yang bisa menjamin permintaan yang berkelanjutan untuk acara-acara bisnis dan konferensi. Walupun demikian, infrastruktur dan pemasaran MICE secara profesional yang lebih baik masih dibutuhkan. Wilayah Solo bisa mendapatkan manfaat dari para wisatawan MICE secara signifikan melalui dampak multigandanya kepada perekonomian masyarakat.
Sasaran C:
Membangun sebuah destinasi wisata regional menuntut adanya kesungguhan para stakeholder untuk memenuhi kesepakatankesepakan bersama yang telah dibuat dan mencapai sasaran-sasaran umum. Proses ini akan berlangsung lama dan membutuhkan tenaga penggerak. Wilayah Solo hanya bisa berhasil bila semua kabupaten/kota turut berpartisipasi.
Sasaran D:
Solo menjadi salah satu tujuan utama MICE di Jawa dan sebagai tuan rumah secara teratur bagi acara-acara pertemuan, pameran dan insentif di level nasional dan internasional.
Wilayah Solo sebagai destinasi wisata menjadi bagian dari kebijakan pemerintahan kabupaten/kota di Wilayah Solo, dan para stakeholder berkomitmen dengan penuh kesungguhan untuk tujuan ini.
11
Komitmen hanya bisa dimungkinkan bila tiap kabupaten/kota mendapatkan manfaat yang memadai dari pariwisata regional dan memperoleh pengembalian dari investasi mereka. Manfaat-manfaat tersebut berupa: penggunaan investasi yang efisien, produk wisata yang menarik lebih banyak pengunjung, wisatawan menetap lebih lama, pemasaran bersama itu lebih efektif dan mencapai lebih banyak kelompok-kelompok sasaran. Oleh karena itu membangun rasa saling percaya dan juga rasa percaya diri atas semua kabupaten/kota sebagai satu kesatuan tujuan wisata adalah hal yang sangat penting.
Indonesia banyak menawarkan tempat-tempat wisata, dan banyak dari tempat-tempat tersebut mengejar pasar yang sama yang juga dituju oleh Wilayah Solo. Kualitas produk dan pelayanan menjadi kriteria penting untuk meningkatkan posisi daya saing sebuah destinasi wisata. Sebuah produk yang berkualitas menjadi elemen inti bagi sebuah destinasi wisata yang berhasil, sementara dalam hal ini tempat-tempat dan produk-produk pariwisata Wilayah Solo masih membutuhkan perbaikan yang mendasar. Upaya peningkatan kualitas sangat dibutuhkan disemua tingkat: tempat-tempat rekreasi, keramahtamahan, manajemen pariwisata, informasi dan pemasaran pariwisata. Hanya kualitas dan inovasi yang bisa membawa Wilayah Solo bisa berdaya saing dibandingkan daerah wisata lain di Indonesia.
Sasaran E: Menjadikan Wilayah Solo dikenal sebagai penyedia pelayanan pariwisata dengan kualitas tinggi dan berdaya saing. Dalam hal ini sektor swasta terdorong untuk berinvestasi dan mengambil posisi utama dalam pengembangannya.
12
Tujuan
13
5.4. Strategi Tujuan A:
Wilayah Solo dikenal secara luas sebagai sebuah destinasi wisata yang atraktif di Jawa Tengah. Keberhasilan meraih pasar dicapai melalui pemasaran pariwisata yang kompeten dan profesional Strategi: Langkah-langkah yang direkomendasikan: A.1. Pelaksanaan program ¾ Membangun program pemasaran dalam pemasaran yang telah kerangka pengenalan brand “Solo – The spirit of disepakati Java” ¾ Bekerjasama dengan mitra-mitra yang relevan di wilayah dan secara nasional untuk pelaksanaan program (termasuk sponsoring) ¾ Melakukan kerjasama dengan para tour operator komersial dan hotel-hotel untuk penjualan objek wisata / program ¾ Mendukung pengembangan kawasan-kawasan baru (Karanganyar sebelah timur, Klaten, Sangiran, Wonogiri) dengan promosi yang memadai ¾ Membuat disain dan memproduksi barang pernak-pernik “Solo – The Spirit of Java” A.2. Menjadikan Wilayah Solo sebagai pemain utama di Jawa melalui komunikasi website dalam penyampaian informasi dan penjualan
¾ Membuat website pariwisata (dikelola oleh unit manajemen khusus) ¾ Mengadakan workshop untuk usaha pariwisata kecil: web marketing, design and pengelolaan websites, alat-alat penjualan, dll. ¾ Mengundang provider jasa pariwisata untuk mendukung usaha pariwisata kecil
Tujuan B:
Wilayah Solo menawarkan produk wisata liburan/plesiran yang kuat, berbasis kebudayaan, alam dan kesehatan. Produk-produk pariwisata mencerminkan kekayaan wilayah, ketrampilan dan kreativitas penyelenggara pariwisata Strategi: Langkah yang direkomendasikan: ¾ Memprioritaskan pengaturan pengunjung di B.1. Membuat atraksi-atraksi budaya situs-situs bersejarah yang utama: Keraton yang menarik bagi beragam Kasunanan, Mangkunegaran, Radyapustaka wisatawan ¾ Mengenalkan presentasi audiovisual: film, suara, pertunjukan pendek, self-guided tours, tata lampu & suara ¾ Menarik pengunjung kalangan muda & anak: misal melalui animasi, pembuatan batik sederhana, musik, menggambar, permainan ¾ Memanfaatkan tempat-tempat bersejarah untuk aktivitas budaya masa kini: misal pameranpameran, konser, konferensi/workshop, cafetaria, restoran, dsb. ¾ Menterjemahkan keterangan-keterangan artifakartifak di musium ke bahasa inggris aar mudah dipahami oleh wisatawan mancanegara
14
B.2. Meluncurkan ekowisata dan produk-produk wisata petualangan outdoor
¾ Mendisain sebuah trekking trail dengan durasi yang berbeda-beda (Lintasan Gunung Berapi Jawa Tengah (Merapi-Merbabu), Lintas Barat Wonogiri dengan goa-goa, Lawu), diutamakan kawasan-kawasan wisata yang diusulkan (strategi B.5); Lintasan dengan sepeda gunung, lawatan sungai Solo dengan perahu ¾ Merencanakan acara tahunan yang khas dengan efek citra yang kuat: misalnya Lari Gunung Lawu, perlombaan perahu di Danau Gajah Mungkur, Lawu – Balap Sepeda Merapi ¾ Menjelajahi potensi pengematan satwa liar (ct. Gunung Lawu)
B.3. Memperkenalkan produk-produk wisata kesehatan (wellness tourism) yang inovatif
¾ Mendokumentasikan praktek-praktek penyembuhan lokal, produksi jamu dan seluruh persiapannya sebagai materi bagi penciptaan pengalaman para pengunjung ¾ Diversifikasi program spa di hotel dan mengenalkan formula kesehatan baru ¾ Menggali berbagai upaya untuk mengkombinasikan seni, musik, tari dengan wisata spiritual
B.4. Mempersiapkan kawasankawasan wisata baru di G.Lawu / Karanganyar dan Klaten
¾ Melakukan inventarisasi, studi potensi dan perencanaan manajemen untuk atraksi-atraksi (kalau diperlukan) ¾ Pengembangan kawasan: lintasan (trails), tourtour tematis, acara ritual lokal (pementasanpementasan bersejarah, ritual-ritual), perbaikan tempat-tempat wisata dan infrastruktur lokal dsb ¾ Mengidentifikasi peluang investasi dan memobilisasi investasi ¾ Mengorganisir tim taskforce pariwisata yang terdiri dari stakeholder lokal dan pengelola pariwisata ¾ Menjalin kerjasama antar pengusaha pariwisata ¾ Memperbaiki konservasi alam dan situs ¾ Pembuatan publikasi/materi promosi (trekking, peta perjalanan bersepeda, self-guided tours)
Tujuan C: Solo menjadi salah satu tujuan utama MICE di Jawa dan menjadi tuan rumah secara tetap untuk acara-acara nasional dan internasional Strategi: Tugas Utama Biro: C.1. Mengembangan Biro Konvensi ¾ Memonitor dan menganalisa pasar wisata untuk mempromosikan Solo konvensi dan berbagai event di Indonesia sebagai tujuan MICE (intelijen pasar) ¾ Membuat data base tentang korporasi dan pemerintahan di Wilayah Solo yang potensial sebagai pengguna MICE
15
¾ Mengidentifikasi peluang bisnis MICE di Indonesia dan Asia Tenggara untuk Solo ¾ Mempersiapkan dan melaksanakan promosi MICE yang berkualitas melalui informasi/material/ kampanye ¾ Meningkatkan kapasitas pelaku-pelaku usaha MICE ¾ Memberi konsultasi pada para perusahaan penunjang perihal tren-tren pasar dan kebutuhankebutuhan produk/jasa layanan MICE ¾ Pengembangan konsep-konsep acara/event C.2. Mengintensifkan kerjasama antara para stakeholder MICE
¾ Membuat jejaring diantara BPW, Event Organizer profesional, Dinas Pariwisata Solo, pengelola gedung pertemuan/konvensi, dan perusahaan penerbangan untuk mendiskusikan dan mempersiapkan program-program yang akan datang ¾ Meminta aliansi para stakeholder untuk berpartisipasi dalam travel mart/pameran dagang khusus MICE ¾ Mengembangkan konsep event ¾ Memanfaatkan jejaring untuk melakukan lobi-lobi politis
C.3. Perbaikan transportasi udara dan darat menuju Solo
¾ Menjajaki peningkatan frekuensi penerbangan dan rute-rute baru dengan perusahaan penerbangan dan industri setempat dengan memproritaskan rute Solo – Denpasar dan penambahan penerbangan ke Jakarta ¾ Mendukung promosi untuk rute-rute baru. ¾ Percobaan angkutan umum antara bandara ke pusat kota pulang pergi (PP) ¾ Memperbaiki transportasi penumpang dari/ke bandara Yogyakarta (merelokasi stasiun kereta api ke bandara, kereta api bolak-balik, meningkatkan frekuensi kereta api antar kota) ¾ Memasang rambu-rambu penunjuk arah bagi para pengunjung (untuk hotel-hotel, atraksi-atraksi utama, tempat-tempat rekreasi, gedung pertemuan/konvensi, pusat-pusat kota/kabupaten, dengan penyebutan jarak)
Tujuan D: Wilayah Solo sebagai destinasi wisata menjadi bagian dari kebijakan pemerintah daerah dan didukung oleh komitmen dari para stakeholder Strategi: D.1. Mendirikan sebuah Badan atau Asosiasi Pariwisata Wilayah Solo yang representatif dan aktif
Langkah yang direkomendasikan: ¾ Konsep Asosiasi Pariwisata Wilayah Solo yang diusulkan oleh para champion pariwisata yang berkomitmen dari sektor swasta dan pemerintah
16
¾ Membuat mapping struktur organisasi dan pendirian Asosiasi ¾ Asosiasi membuat pedoman dan kontrol terhadap pemasaran daerah tujuan wisata D.2. Penguatan kompetensi dinas pariwisata di daerah
¾ Pelatihan & kursus untuk manajemen pariwisata, investasi pariwisata, promosi pariwisata, perijinan, kontral kualitas, dll. ¾ Berpartisipasi dalam berbagai seminar dan konferensi tingkat regional, nasional dan internasional ¾ Memperbaiki kemampuan berbahasa asing ¾ Mengorganisir program pertukaran tingkat regional untuk meyamakan hasil ¾ Melakukan kunjungan-kunjungan langsung ke tempat-tempat perusahaan dan atraksi-atraksi ¾ Memberi pelatihan kepada para manajer pengelola tempat-tempat atraksi
D.3. Pengenalan Sistem Manajemen Pariwisata yang Efisien
¾ Memperkenalkan statistik pariwisata yang sederhana tapi terpercaya dan membuat kompilasi ke dalam database regional ¾ Melakukan penelitian tentang para pengunjung, terkait dengan pola perjalanan, tingkat kepuasan atas perjalanan dan pembelanjaannya (tiap empat tahun) ¾ Laporan tahunan mengenai posisi bersaing ¾ Kab./Kota berkoordinasi dengan program investasi pariwisata yang lebih besar dengan daerah tetangga dan asosiasi pariwisata, serta menggali kemungkinan pendanaan bersama
D.4. Pembuatan sistem informasi dan ¾ Memperkenalkan secara bertahap rambu-rambu jalan yang seragam menuju tempat-tempat petunjuk rute perjalanan bagi pariwisata wisatawan yang dating ke ¾ Pengembangan konsep rute pariwisata regional, Wilayah Solo yaitu “The Spirit of Java” ¾ Melengkapi dan melatih semua staf kantor-kantor di kab/kota yang terkait dengan informasi khususnya dalam menyediakan informasi pariwisata untuk keseluruhan wilayah ¾ Mengikutsertakan informasi tentang atraksi-atraksi di daerah yang tetangga dalam material informasi daerah ¾ Mendisain ulang kantor informasi pariwisata di Solo: kualitas materi yang disajikan, bahan informasi, orientasi pelayanan, lokasi, dll ¾ Koordinasi hubungan antar wilayah dengan Java Promo
17
Tujuan E:
Wilayah Solo dikenal sebagai penyedia jasa pariwisata dengan kualias tinggi dan berdaya saing. Sektor swasta didorong untuk berinvestasi dan mengambil peran utama dalam pengembangan sektor pariwisata.
Strategi: E.1. Menjalankan program untuk memperbaiki kualitas produk dan pelayanan
Langkah yang Direkomendasikan: ¾ Mengorganisir workshop-workshop yang “berkualitas” di tingkat Kab./Kota dengan pengalaman praktek di lapangan ¾ Mendistribusikan berbagai manual teknis yang yang berkualitas ke hotel dan pengelola atraksi ¾ Kampanye/sosialisasi yang berkualitas di Solo ¾ Menginisiasi lomba kualitas, Wilayah Solo Award ¾ Mengundang para penyedia jasa yang berkualitas untuk mengadakan cek kualitas dan memberikan konsultansi tentang kualitas produk ¾ Mencari masukan dari para pengunjung melalui penelitian secara teratur di tempat-tempat atraksi dan hotel-hotel
E.2. Pemerintah Kab/Kota memperkuat kerjasama dengan sektor swasta dan memfasilitasi kegiatan investasi dan bisnis
¾ Peninjauan ulang secara rutin mengenai prosedur dan biaya perijinan. Mengidentifikasi hambatanhambatan birokrasi ¾ Penunjukan Dewan Penasehat Daerah yang terdiri dari perwakilan-perwakilan Dinas Pariwisata dan para pengusaha pariwisata untuk mendiskusikan investasi pariwisata sektor publik ¾ Dinas Pariwaisata mengadakan dengar pendapat tahunan tentang kebijakan pariwisata, aktivitasaktivitas dan pencapaian-pencapaiannya.
E.3. Para pengelola inbound tour mencari peluang-peluang bisnis melalui paket-paket yang dinamis
¾ Para operator mengeksplor peluang paket wisata untuk kelompok target khusus seperti: expatriat, peziarah, kelompok anak muda, konsumen dari Surabaya, Semarang, Yogjakarta, dll ¾ Paket wisata kunjungan yang mengkombinasikan Solo dengan daerah pinggiran ¾ Para Operator bekerjasama dengan hotel untuk penjualan paket wisata ¾ Pengembangan kompetensi dalam penyelenggaraan event ¾ Mengeksplor penjualan paket wisata jalur kereta api ( pasar: Surabaya, Jakarta, Semarang)
E.4. Pelatihan di kabupaten/kota untuk UMKM sektor pariwisata (hotel-hotel, penginapan, pemondokan, perusahaanperusahaan tour, dll)
¾ Mendesain dan memberikan pelatihan dalam penghitungan harga, orientasi tamu, konsep keramahtamahan, kualitas produk, pemasaran dan penggunaan internet ¾ Mendukung penyiapan rencana usaha (business plan) ¾ Mendirikan perkumpulan penyedia jasa yang qualified untuk memberikan jasa konsultansi/pendampingan yang dibutuhkan
18
¾ Menyebarkan informasi mengenai best-practice untuk pengelolaan hotel kecil, guest houses, dll ¾ Mempromosikan konsep-konsep bisnis untuk produk-produk baru: trekking, menunggang kuda, kelas-kelas kerajinan tangan dlsb
19
Lampiran-lampiran Lampiran 1. Kedatangan Wisatawan dan Lama Menginap di Solo Karena beberapa alasan, data statistik pariwisata Wilayah Solo tidak tersedia: -
Kedatangan wisatawan tidak tercatat di daerah perbatasan, karena kontrol imigrasi hanya tercatat di pintu kedatangan internasional Tidak semua kabupaten/kota melakukan update terhadap data-data tamu yang menginap di hotel (baik untuk hotel bintang maupun melati)
Kuantitas kedatangan turis berdasarkan beberapa kategori berikut, juga tidak betul-betul lengkap datanya: a) Statistik Hotel dan Melati di Kota Solo Pengunjung yang menginap di hotel dan melati 5di Solo Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Hotel Berbintang Pengunjung Asing 10.361 8.302 7.970 9.677 12.407
Hotel Non Bintang Domestik 180.936 165.067 177.157 211.434 251.931
Melati 155.906 178771 403.515 328.586 486.389
b) Pengunjungn di Objek wisata di Wilayah Solo (membeli tiket masuk) Beberapa objek wisata di Wilayah Solo dengan angka pengunjung yang tinggi (2005): Nama Objek Wisata
Jumlah Pengunjung (Tiket Masuk yang Terjual)
Prambanan (Klaten) Grojogan Waterfall (Karanganyar) THR Sriwedari (Solo) TWS Satwataru Jurug (Solo) Makam Pandanaran (Klaten)
1.070.000 368.000 323.000 301.000 181.000
Kemungkinan para tamu hotel dan melati bisa dianggap sebagai wisatawan sesuai definisi WTO meskipun hanya sebagian saja dari mereka adalah wisatawan untuk berlibur. Sementara sebagian lainnya datang untuk urusan bisnis, rapat-rapat atau mengunjungi keluarga. Survey terhadap pengunjung yang menggambarkan mengenai tujuan perjalanan para tamu hotel yang datang belum pernah dilakukan. Di sisi lain, banyak wisatawan yang mengunjungi Wilayah Solo tanpa bermalam. Banyak yang datang dari dan kembali lagi ke Yogyakarta atau berhenti sebentar di Solo atau mereka yang datang dengan pesawat ke Solo hanya transit sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Para pengunjung yang hanya sehari ini perlu dihitung karena kunjungannya ke 5
Tidak konsisten karena penghitungan yang tidak akurat
20
Solo dan membelanjakan uangnya disana. Hanya saja berdasarkan definisi, mereka tidak bisa dihitung sebagai wisatawan yang bermalam. Jumlah pengunjung yang dicatat di lokasi obyek wisata/atraksi terkadang bisa mengecoh karena orang yang sama bisa dihitung berulang-ulang atau mereka penduduk setempat yang bukan wisatawan, Perkiraan6 jumlah kedatangan wisatawan dan waktu inap di Wilayah Solo (2006) Kategori Wisatawan di hotel-hotel78 di Solo
Kedatangan/jumlah wisatawan 264.338
Waktu wisatawan 396.507
Wisatawan di hotel-hotel diluar Solo9
48.294
72.441
Wisatawan di hotel tanpa-bintang di 486.389 Solo Wisatawan di hotel tanpa-bintang diluar 247.484 Solo 10
729.583
Total
1.569.757
1.046.505
inap
371.226
Lama inap rata-rata di hotel dan penginapan 1,5 malam
6
oleh konsultan semua tamu hotel 8 tingkat hunian 61% dengan okupansi tempat tidur 1,2 orang 9 tingkat hunian 40% dengan okupansi tempat tidur 1,4 orang 10 tingkat hunian 30% dengan okupansi tempat tidur 1,4 orang 7
21
Lampiran 2. Survey Pasar Pariwisata Sejumlah penelitian terbatas (perjalanan liburan dan MICE) telah dilakukan dengan para pimpinan industri pariwisata, sektor swasta dan publik yang berpotensi memesan ruangan untuk berbagai kegiatan rapat, konferensi, insentif pameran (MICE), dan perusahaan perjalanan FIT/liburan. Interview dilaksanakan di Bali, Yogyakarta dan Solo guna mencari informasi terkait dengan besaran bisnis MICE dan FIT, tujuan wisata mana saja yang relatif terkenal di Wilayah Solo maupun Indonesia, karakteristik apa saja yang penting dalam penjualan dan promosi dari sebuah tujuan wisata, pelayanan-pelayanan dan fasilitas apa saja yang menarik untuk bisnis MICE atau apa kunci penjualan untuk lima tujuan wisata, yakni: Bali, Lombok, Jakarta, Yogyakarta dan Solo. Survey Pasar Penjualan Regional dan Tujuan Wisata Domestik Tertinggi o
Diantara para responden dalam penelitian ini, semua pengambil keputusan di perusahaan-perusahaan travel menyatakan bahwa Wilayah Solo gagal mencapai peringkat atas sebagai salah satu dari tujuan-tujuan wisata tingkat nasional maupun internasional.
o
Dalam konteks popularitas sebagai tujuan utama wisatawan domestik, Solo berada di peringkat ke delapan atau yang paling akhir setelah Bali, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya.
o
Untungnya Wilayah Solo masih dikenal oleh 73% dari para responden. Wilayah Solo termasuk dari bagian tujuan yang terjual dan/atau dipromosikan oleh para perusahaan travel.
o
Dengan berasumsi bahwa Yogyakarta dan Solo mempunyai produk-produk yang mirip untuk dijual dan kenyataan bahwa Yogyakarta mampu menduduki peringkat kedua untuk wisata liburan regional dan nasional setelah Bali, bisa disimpulkan bahwa Wilayah Solo mempunyai potensi terpendam untuk dipasarkan sebagai sebuah tujuan pariwisata.
o
Penelitian-penelitian lapangan di Solo mengkonfirmasi bahwa Yogyakarta dan Wilayah Solo memiliki sejumlah kemiripan sebagai tujuan wisata, termasuk kemiripan nuansa kebudayaannya, mempunyai ikatan-ikatan sejarah dan tradisi-tradisi yang sama dan juga jalur masuk travel yang sama.
o
Atas dasar kemiripan-kemiripan yang dipunyai oleh Yogyakarta dan Wilayah Solo dan melihat pangsa pasar Yogyakarta yang secara substansial lebih besar, maka dapat disimpulkan bahwa Wilayah Solo belum mengolah potensi pasarnya untuk menjadi tujuan wisata tingkat regional maupun internasional.
Faktor-Faktor Penting Dalam Memasarkan Paket-Paket Liburan o
Para responden dari industri travel menilai bahwa fasilitas bandara udara dan jalur penerbangan yang baik mempunyai arti yang sangat penting dalam mempromosikan sebuah destinasi wisata, jauh lebih penting daripada keberadaan hotel bintang lima atau hotel-hotel dengan citra internasional.
o
Kebutuhan akan tenaga trampil untuk obyek-obyek wisata setempat dan dukungan destinasi, yang biasanya disediakan oleh operator tour, menjadi topik yang senantiasa
22
disebut para responden. Kehadiran para operator tour di lapangan yang handal, pilihan tour wisata setempat yang menarik dan penanganan yang efisien untuk penerbangan lokal dan pemesanan kamar hotel, semuanya menempati posisi yang penting untuk bisa mencapai keberhasilan dalam mempromosikan tujuan wisata manapun. o
Para tour operator dan BPW juga menekankan perlunya dukungan untuk mempromosikan tujuan wisata secara lokal. Dukungan berupa informasi tertulis dan elektronik tentang tujuan wisata serta adanya institusi yang profesional dalam mempromosikan destinasi wisata dianggap oleh kebanyakan responden sebagai kebutuhan prioritas
o
“Perasaan” aman di tempat tujuan wisata mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa terhadap keberhasilan promosi destinasi wisata. Sepertinya saat ini situasi keamanan di tempat tujuan wisata dinomer-duakan, kembali ke hal dimana sebuah institusi yang profesional sangat dibutuhkan untuk mengelola tujuan wisata dan yang mampu mengkomunikasikan kepada lingkup yang lebih luas bahwa destinasi wisata tersebut perlu dipenuhi kebutuhan dasarnya sebagaimana keamanan.
o
Iklan dari mulut ke mulut atau rekomendasi-rekomendasi para konsumen memainkan peranan yang sangat penting bagi promosi produk-produk pariwisata. Oleh karenanya penting bagi Wilayah Solo untuk melakukan segala kemungkinan yang ada untuk memastikan berbagai pengalaman yang positif bagi pengunjung yang pernah datang.
o
Tingginya tingkat pemasaran melalui website sebagai sebuah alat pemasaran dan tempat mencari informasi, memperkuat kebutuhan Wilayah Solo untuk mendapatkan tampilan yang menonjol di internet.
Persepsi Mengenai Destinasi Wisata o
Wilayah Solo dianggap sangat lemah dalam penyempaian informasi. Hal itu terbukti dengan banyaknya jawaban “tidak tahu” dari para responden apabila ditanya mengenai keamananan dan keselamatan, jalur masuk lewat udara, kualitas akomodasi, kualitas tempat belanja, tempat-tempat wisata dan atraksi-atraksi yang menarik, kualitas dan harga di restoran, kehidupan malam dan hiburan.
o
Dalam kerangka promosi pariwisata, pendapat maupun informasi yang kurang memadai (contohnya dengan jawaban “tidak tahu”) hampir sama parahnya dengan sebuah peringkat negatif. Nampak jelas bahwa hasil-hasil penelitian ini menggarisbawahi kebutuhan akan adanya sebuah lembaga promosi dan pemasaran yang profesional untuk Wilayah Solo.
Mengenali Produk Pariwisata Wilayah Solo
Ketika para responden ditanya apakah mereka tahu sejumlah atraksi pariwisata dan sub-tujuan wisata di Wilayah Solo, maka yang dikenal adalah situs-situs yang sudah terkenal secara umum seperti Candi Prambanan, Candi Sukuh, Keraton Mangkunegara, Pasar Klewer dan Resor Bukit Tawangmangu. Sedangkan sub-subtujuan wisata dan atraksi-atraksi di Wilayah Solo seperti Museum Sangiran, Candi Ceto, Musium Gula dan Kemuning kurang begitu dikenal.
23
Hasil Survey Pasar MICE Ada indikasi bahwa bagaimanapun juga Wilayah Solo diperhitungkan sebagai salah satu tujuan wisata yang “potensial”, dimana 42% dari para responden menempatkannya di peringkat keempat setara dengan Makassar, Manado dan Lombok. Sedangkan Yogyakarta menduduki tempat tujuan tingkat atas untuk acara-acara MICE setelah Bali, Jakarta, Bandung dan Surabaya. o
Yogyakarta mempunyai popularitas yang lebih tinggi secara substansial diantara para MICE responden. Kemiripan produk yang ditawarkan oleh Yogyakarta dan Wilayah Solo kembali menegaskan adanya potensi pertumbuhan terpendam yang substansial untuk dieksploitasi di sektor ini.
Faktor-faktor Penentu dalam Memilih Daerah Tujuan MICE Para responden diminta untuk memberi peringkat atas faktor-faktor yang menentukan daya jual dari sebuah tujuan MICE. o
Rasa aman di tempat tujuan menduduki peringkat paling atas, hal ini merupakan kebutuhan paling utama yang dibutuhkan oleh event-event MICE sebelum mereka memutuskan untuk membawa para pesertanya ke Wilayah Solo,
o
Kapasitas sebagian besar hotel (umumnya kurang dari 150 kamar) dan terbatasnya konfigurasi dari ruangan-ruangan yang tersedia (misalnya ballroom yang kurang mempunyai sistem penyekat dan ruangan-ruangan bisnis) di Wilayah Solo merupakan faktor penghambat untuk menarik beberapa segmen pasar MICE.
o
Sementara kemudahan jalur masuk ke tempat tujuan diberi peringkat yang sangat tinggi oleh para responden. Jalur masuk ke Wilayah Solo dianggap tidak ‘kurang’ bila dibandingkan dengan Yogyakarta sebagai tujuan pesaing.
o
Kebutuhan akan hotel bertaraf internasional dan berbintang lima merupakan faktor yang lebih penting untuk pasar MICE daripada wisata liburan. Kondisi ini yang melemahkan posisi Wilayah Solo dibandingkan Yogyakarta yang mempunyai properti-properti bintang lima yang lebih banyak dan lebih besar.
Persepsi Mengenai Tempat Tujuan MICE Para responden di sejumlah daerah penting dalam penelitian pasar MICE diminta membuat peringkat terhadap lima tempat tujuan MICE, yakni Bali, Lombok, Jakarta, Yogyakarta dan Wilayah Solo dengan beberapa kriteria kunci, hasilnya adalah sebagai berikut: o
Di setiap daerah dimana penelitian mengenai persepsi dilakukan, sejumlah besar responden menjawab “tidak tahu” saat ditanya persepsi khusus mereka mengenai Wilayah Solo. Ketidaktahuan tentang Wilayah Solo ini tidak hanya terjadi di Wilayah Solo itu sendiri namun sudah menyeluruh, hal ini sangat kontras dengan pesaing terdekatnya yaitu Yogyakarta, dimana hampir ada keakraban (familiar) secara universal terhadap Yogyakarta di hampir semua daerah tujuan MICE
24
o
Yogyakarta yang mempunyai hotel-hotel yang lebih mewah dengan harga rata-ratanya lebih tinggi daripada di Wilayah Solo, dianggap memberikan penawaran yang lebih baik dan sesuai dengan “nilai uang”. Hal ini nampaknya mencerminkan adanya satu permintaan yang lebih banyak akan properti-properti berbintang lima dan terkenal oleh segmen pasar MICE
o
Wilayah Solo mencetak skor yang menyedihkan dalam semua persyaratan reputasi sebagai tempat tujuan MICE, yakni dalam hal: fasilitas-fasilitas konferensi dan rapat, kehidupan malam dan hiburan, atraksi-atraksi dan tour-tour yang menarik, begitu juga dengan kualitas akomodasi.
25
Lampiran 3. Sumber-sumber Pasar untuk Wilayah Solo (peluang-peluang masa mendatang ditulis dalam huruf miring)
Sumber-sumber pasar yang sudah ada dan kelompok sasaran yang potensial Internal Wilayah Solo - Grup-grup sekolahan - Grup-grup afinitas - Keluarga
Wisata hiburan
• Liburan akhir Minggu di
•
Lawu/Tawangmangu, Tempat-tempat rekreasi dan wisata keliling harian, Prambanan, lawatan keliling kebudayaan Kunjungan ziarah Acara-acara/perayaan-perayaan kebudayaan Kunjungan-kunjungan keluarga
• • • • •
Shopping Tour Jawa Tengah Bisnis Kunjungan kelurga Jalan-jalan di kota
•
• •
Wilayah Yogyakarta – Semarang Surabaya
Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia - Perjalanan-perjalanan korporasi - Perjalanan-perjalanan MICE - Grup-grup afinitas - FIT Grup-grup sasaran masa mendatang: Para Expatriat Kuala Lumpur dan Singapura (penerbangan langsung) Grup-grup lain dan FIT
Pasar-pasar Internasional Grup-grup yang diorganisir
Wisata MICE
• Konferensi-konferensi partai,
pemerintahan • Rapat-rapat perusahaan • Pameran-pameran produk • Rapat-rapat perusahaan kecil
/reuni-reuni di Tawangmangu
• Acara-acara kebudayaan
tahunan yang terkait erat dengan pertanian dan perayaan-perayaan setempat Kunjungan harian ke • Pertemuan-pertemuan perusahaan dan club-club • Solo (kebudayaan, belanja, makanan) • Pameran-pameran produk • Acara-acara kebudayaan, perayaan- • Rapat-rapat Team Building di perayaan Tawangmangu • Daerah-daerah rekreasi • Kunjungan keluarga • Acara-acara kebudayaan tahunan yang terkait erat Paket-paket menginap untuk acaradengan pertanian dan acara khusus dan perayaan-perayaan perayaan-perayaan setempat • Bisnis • Konvensi-konvensi nasional • Kunjungan keluarga • Presentasi-presentasi • Wisata spiritual perusahaan, pameranpameran produk • Tour-tour alam (trekking dlsb) • Jalan-jalan di kota • Insentif-insentif
Rapat-rapat perusahaan kecil / insentif-insentif
• Tour-tour Pulau Jawa • Travel Penjelajahan • Lawatan sehari di Solo
26
Pelancong individual • Paket semalam (1malam/2 hari) - Kunjungan keluarga • Bagian dari tour Pulau Jawa - Wisatawan discovery (wisatawan pengliling dunia, wisatawan ransel) Kelompok-kelompok sasaran dimasa mendatang: - Wisatawan di Bali - Warga Indonesia yang tinggal diluar negeri
27