STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN TANGERANG Rahmat Dayansyah Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok
E-mail:
[email protected] Abstrak Skripsi ini membahas strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki oleh daerahnya, dalam rangka perwujudan otonomi daerah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Tangerang telah mempunyai beberapa strategi yang dimaksudkan untuk memaksimalkan pengembangan serta pengelolaan potensi pariwisata yang ada, yakni mengembangkan pariwisata alam, merangkul masyarakat, serta melakukan promosi-promosi pariwisata. Namun, masih terdapat beberapa hambatan yang dihadapi terkait dengan resistensi masyarakat terhadap kehadiran pemerintah untuk mengelola obyek wisata, sampai masalah-masalah internal seperti kurangnya Sumber Daya Manusia dan alokasi anggaran yang belum mencukupi. Kata kunci: otonomi daerah; manajemen strategi; strategi pengembangan potensi pariwisata; pariwisata
Tourism Potentials Development Strategy in Kabupaten Tangerang Abstract This thesis discusses about the strategy being done by district government of Kabupaten Tangerang in order to develop their tourism potentials in the spirit of regional autonomy. This research is done with a qualitative approach with field research and literature studies. The results show that the district government of Kabupaten Tangerang has several strategies to maximize the development and the management of their tourism potentials, which happened to be the development of nature-based tourism, embracing the community, and promoting the tourism itself. However, there are still obstacles in implementing such strategy, such as resistance from the community and internal problems such as the lack of human resource in its quantity and quality and budgeting problem. Keywords: regional autonomy; strategy management; tourism potentials development strategy; tourism
Pendahuluan Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sedang serius digarap oleh negara-negara di dunia dalam rangka mendorong perekonomian nasional. Kerr (2003:3) mengungkapkan bahwa “in the latter part of the 20th century, tourism emerged as the world’s fastest growing industry to a position it looks set to sustain well into the 21st century, and beyond.” Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa industri pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang secara
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
pesat di abad ini, dan masih akan bertahan sampai abad mendatang. Pengelolaan pariwisata harus dapat dilaksanakan dengan baik oleh setiap negara, salah satunya Indonesia, untuk dapat lebih memaksimalkan potensi-potensi pariwisata yang ada. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar oleh karena merupakan sebuah negara kepulauan luas, yang wilayahnya membentang dari Sumatera sampai Papua. Luas daratan Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia (2012) ialah 1.910.931, 32 Km2, dengan kekayaan kebudayaan dan kesenian masyarakatnya, dan keindahan alamnya yang menjadi daya tarik tersendiri. Dengan kondisi tersebut, maka potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan. Kepariwisataan Indonesia merupakan penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Pada saat ini, sektor kepariwisataan dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kontribusi kepariwisataan Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebesar Rp. 153,25 trilyun atau 3,09% dari total PDB Indonesia pada tahun 2008 (BPS, 2010); dan kontribusinya menunjukkan kenaikkan menjadi sebesar Rp 347,35 triliun atau sekitar 3,8% dari total PDB nasional (Kementerian Dalam Negeri, 2014). Pada tataran pemerintahan daerah, sektor pariwisata juga merupakan salah satu sektor yang menjanjikan. Pariwisata merupakan sektor yang melibatkan banyak pihak di dalamnya, termasuk pengelola usaha perhotelan, restoran, pusat perbelanjaan, dan lain-lain sehingga menjadi salah satu sektor yang jika digarap dengan baik dapat menghasilkan kebermanfaatan secara ekonomi yang besar. Salah satu provinsi di Indonesia yang menyimpan potensi pariwisata ialah Banten. Provinsi Banten terdiri dari empat kota dan empat kabupaten, yakni: Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Serang. Pengembangan Pariwisata Provinsi Banten menurut Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Pariwisata tahun 2005 diidentifikasikan atas 204 Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten. Sebagai salah satu bagian dari Provinsi Banten, Kabupaten Tangerang juga ikut berupaya mengembangkan potensi pariwisata melalui kebijakan publik yang ditujukan untuk itu. Dengan status otonom yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Tangerang memiliki wewenang untuk mengembangkan potensi-potensi daerahnya, salah satu diantaranya ialah potensi pariwisata yang dapat mendatangkan keuntungan bagi Kabupaten Tangerang itu sendiri. Didukung dengan akses yang dekat dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Kabupaten Tangerang sudah seharusnya dapat melihat peluang ini
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
untuk memajukan pengelolaan pariwisata. Kekayaan potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang tentu saja memerlukan pengelolaan yang baik dan tepat. Untuk mengelola potensi tersebut, peran utama berada pada tangan pemerintah, bagaimana pemerintah dapat menelurkan kebijakan-kebijakan dan strategi yang akan digunakan untuk memaksimalkan potensi yang ada. Kekayaan dan potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang tentu saja dapat menjadi salah satu sektor potensial yang dapat diandalkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan Penerimaan Asli Daerah (PAD). Namun demikian, untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut diperlukan strategi yang tepat, agar potensi-potensi tersebut tidak menjadi sia-sia. Akan tetapi, kekayaan potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang hingga saat ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi PAD. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan objek wisata di Kabupaten Tangerang yang masih dikelola oleh masyarakat sehingga pemasukan yang dihasilkan tidak masuk ke dalam pendapatan daerah. Oleh karena itu, skripsi ini akan menggali lebih dalam apa saja hal-hal yang telah dan akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang berkaitan dengan strategi yang dimiliki dalam rangka pengembangan potensi pariwisata yang ada. Berdasarkan hal tersebut, maka terbentuklah pertanyaan utama dalam penelitian ini, yakni: Bagaimana Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Tangerang? Tinjauan Teoritis •
Strategi Menurut William Lawarence Jauch dalam Saladin (2003:1), strategi adalah sebuah
rencana yang disatukan, luas dan diintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan sirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Sementara itu, menurut Chandler dalam Rangkuti (2001:3), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Menurut Marrus dalam Umar (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh. Sebuah strategi ialah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan, kebijakan, dan serangkaian aksi ke dalam kesatuan yang terikat. Sebuah strategi yang baik membantu untuk mengarahkan serta mengalokasikan sumber daya yang dimiliki organisasi ke dalam susunan yang unik serta layak berdasarkan kompetensi dan kelemahan organisasi, antisipasi perubahan lingkungan organisasi, serta pergerakan kompetitor (Quinn: 1998:3). •
5P Dari Sebuah Organisasi Henry Mintzberg (1996:10) mengemukakan bahwa terdapat lima definisi dari sebuah
strategi yang berkaitan satu dengan yang lainnya, yakni: 1. Strategi sebagai rencana (Plan) Strategi ialah serangkaian tindakan yang dilakukan secara sadar, sebuah arahan atau sekumpulan arahan yang dibuat untuk menghadapi sebuah situasi tertentu. Dengan definisi ini, strategi mempunyai dua karakteristik yang mendasar: mereka dibuat sebelum sebuah tindakan dilakukan; dan dikembangkan secara sadar untuk maksud-maksud yang jelas. Dalam dunia militer, strategi dapat dikaitkan dengan merencanakan taktik perang, membentuk aksi masingmasing individu, serta menentukan tugas masing-masing individu. Dalam teori permainan, sebuah strategi adalah rencana lengkap, yakni sebuah rencana yang memerinci pilihan-pilihan yang akan dipergunakan oleh sebuah pemain dalam setiap keadaan. Dalam dunia manajemen, strategi ialah sebuah rencana yang komprehensif, terintegrasi, serta terpadu yang didesain untuk memastikan bahwa tujuan dasar dari sebuah perusahaan akan tercapai. 2. Strategi sebagai taktik (Ploy) Dalam hal ini, definisi strategi sebagai taktik masih berkaitan erat dengan strategi sebagai sebuah rencana. Strategi sebagai taktik didefinisikan sebagai sebuah manuver yang digunakan untuk mengecoh lawan atau kompetitor. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dapat mengancam dengan cara memperluas jaringan pabriknya untuk mematahkan semangat para kompetitornya
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
untuk membangun pabrik-pabrik baru. Dalam hal tersebut, ancaman yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah taktik. 3. Strategi sebagai pola (Pattern) Mendefinisikan strategi sebagai sebuah rencana tidaklah cukup, harus terdapat definisi yang mencakup perilaku yang dihasilkan. Oleh karena itu, definisi ketiga ialah strategi sebagai pola, khususnya sebuah pola dalam aliran tindakan. Dalam definisi ini, ketika Pablo Picasso melukis, hal tersebut dapat dikatakan sebagai strategi, pun ketika Henry Ford hanya meluncurkan warna hitam untuk mobil keluaran terbaru. Dengan kata lain, strategi ialah sebuah konsistensi dalam sebuah perilaku, sengaja ataupun tidak sengaja. Oleh karena itu, definisi strategi sebagai sebuah rencana dan pola mungkin tidak berkaitan satu dengan yang lain. Sebuah rencana mungkin tidak dapat direalisasikan, sementara pola dapat muncul tanpa adanya prasangka. Strategi dapat muncul sebagai sebuah hasil dari tindakan manusia, namun bukan rancangan manusia. 4. Strategi sebagai posisi (Position) Definisi strategi yang keempat ialah strategi sebagai posisi, khususnya sebuah cara untuk meletakkan sebuah organisasi dalam sebuah “lingkungan”. Dengan definisi ini, strategi menjadi sebuah kekuatan yang menjembatani organisasi dengan lingkungannya, yakni antara konteks internal dan eksternal. Dalam perspektif militer dan teori permainan dari sebuah srategi, sering digunakan dalam konteks kompetisi langsung (di mana taktik sangat mudah ditemukan). Definisi strategi sebagai posisi secara implisit membuka jalan untuk mengkaji konsep tersebut lebih dalam, dari kompetisi langsung menjadi kompetisi beberapa orang dan sebagainya. Dalam kata lain, meskipun posisi selalu dapat didefinisikan terkait dengan kompetitor tunggal, hal tersebut juga dapat dikaitkan dalam konteks kompetitor yang banyak serta dikaitkan dengan pasar atau lingkungan dalam skala besar. Seperti yang dikatakan oleh Ashley dan Fombrun dengan memperkenalkan konsep strategi kolektif, yakni strategi yang diusahaka untuk dapat meningkatkan kerjasama antar organisasi, bahkan para kompetitor. 5. Strategi sebagai perspektif (Perspective) Strategi sebagai perspektif berkaitan dengan cara pandang sebuah organisasi terhadap dunia. Terdapat organisasi-organisasi yang mengunggulkan pemasaran dan membangun ideologi keseluruhan berkaitan dengan itu. Definisi ini berpandangan bahwa strategi ialah sebuah konsep, di mana seluruh strategi ialah abstraksi yang hanya ada di dalam pikiran masing-masing pihak
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
yang berkepentingan. Perlu diingat bahwa tidak ada orang yang pernah melihat sebuah strategi. Kata kunci yang sangat penting dari definisi ini ialah, sebuah perspektif ialah sesuatu yang dibagi (shared). Strategi ialah sebuah perspektif yang dibagi oleh anggota tiap organisasi, melalui keinginan atau tindakan yang mereka buat. Sebagai hasilnya, saat kita berbicara mengenai strategi dalam konteks ini, kita memasuki alam pemikiran kolektif – di mana terdapat individuindividu yang dipersatukan oleh pemikiran atau perilaku yang sejalan. •
Lima Bagian dalam Sebuah Organisasi Henry Mintzberg (1993: 12) mengemukakan bahwa terdapat lima bagian dari sebuah
organisasi yang mempunyai masing-masing tugas dan kapasitas di dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi tersebut. Kelima bagian tersebut ialah sebagai berikut: 1. The operating core “The operating core” atau inti operasi dari sebuah organisasi berisi anggota-anggota yang menjalankan tugas dasar yang berhubungan dengan produksi barang maupun jasa. “Operator” tersebut menjalankan empat fungsi utama, yakni menjamin ketersediaan input untuk produksi; mengubah input menjadi output, mendistribusikan output, serta mendukung secara langsung fungsi input, transformasi, dan output. 2. The strategic apex Dalam sudut lain dari sebuah organisasi, terdapat bagian yang disebut sebagai “the strategic apex”. Di bagian ini, akan ditemukan orang-orang yang mempunyai tanggung jawab menyeluruh dari sebuah organisasi, termasuk pimpinan organisasi dan manajer-manajer di level atas serta orang-orang yang memberikan support langsung kepada manajer level atas tersebut seperti sekretaris, asisten, dan sebagainya. The strategic apex diberikan tanggung jawab untuk memastikan bahwa organisasi menjalankan misinya dengan efektif serta mampu memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memiliki hak atas organisasi tersebut. Ada tiga tugas utama yang harus dilakukan oleh orang-orang yang termasuk dalam the strategic apex, yakni pengawasan langsung terhadap aktivitas organisasi, manajemen hubungan organisasi dengan sekelilingnya, serta pengembangan strategi organisasi. 3. The middle line The strategic apex dihubungkan dengan the operating core melalui apa yang disebut dengan “the middle line”. Rantai ini terbentang mulai dari manajer senior sampai supervisor yang mempunyai otoritas langsung terhadap operator. Organisasi membutuhkan rantai manajer middle line dalam
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
hal koordinasi dalam skala besar. Secara teori, seorang manajer (orang yang berada dalam bagian strategic apex) dapat mengawasi seluruh operator, namun dalam praktiknya, pengawasan langsung membutuhkan kontak personal yang dekat. Manajer middle line bertugas untuk mengumpulkan feedback dari kinerja unitnya dan meneruskannya pada manajer yang ada di atasnya, kemudian ia juga dapat memberikan masukan dalam keputusan-keputusan yang akan dikeluarkan. Selain itu, manajer middle line memberikan perhatian juga pada formulasi strategi unitnya, yang tentu saja dipengaruhi oleh strategi organisasi secara keseluruhan. 4. The technostructure Dalam bagian technostructure, dapat ditemui para analis dan staf yang mendukung. Bagian ini hanya dapat menjadi efektif jika mereka dapat mempergunakan teknik analisisnya untuk membuat kinerja bagian lain menjadi lebih efektif. Siapa saja yang berada dalam technostructure? Di dalamnya terdapat analis-analis memperhatikan adaptasi organisasi terhadap perubahan lingkungan, serta yang memiliki perhatian terhadap stabilitas pola aktivitas organisasi. 5. The support staff Dalam sebuah organisasi, terdapat unit-unit yang terspesialisasi, yang ada untuk mendukung organisasi di luar kegiatan operasi mereka. Unit-unit tersebut lah yang membentuk support staff. Seperti di kampus, support staff dapat diibaratkan seperti dana alumni, toko buku, jasa percetakan, keamanan, asrama mahasiswa, dan lain-lain. Unit-unit pendukung ini dapat ditemukan pada tingkatan hirarki organisasi, tergantung penerima jasa yang mereka sediakan. •
Kepariwisataan Berbagai konsep serta definisi mengenai pariwisata telah dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Yoeti (1985), pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat lain yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Mathieson & Wall (1995) mengemukakan bahwa pariwisata ialah perpindahan sementara seseorang ke tujuan di luar tempat tinggal, aktivitas yang dilakukan selama mereka tinggal di tempat tersebut, serta fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang tersebut. Perkembangan dan pertumbuhan pariwisata menurut Yoeti (1996) telah banyak mencapai kemajuan pesat yang cukup menggembirakan. Dalam pengembangan dan pertumbuhan pariwisata ada dua faktor yang sangat diperhatikan, yakni: (1). Faktor pendukung kepariwisataan
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
yang dimiliki berupa potensi kekayaan alam, budaya, kondisi sosial politik suatu wilayah, fasilitas yang ada, sikap masyarakat setempat, SDM, kebijakan pemerintah yang mendukung, sumber informasi dan promosi, kemudahan yang diberikan, serta kondisi perekonomian yang membaik secara global; (2). Faktor penghambat yakni hal-hal yang dapat menghambat pengembangan pariwisata di suatu wilayah/negara berupa situasi sosial politik yang kurang mendukung, minimnya fasilitas yang tersedia seperti transportasi menuju lokasi wisata, tempat tinggal, komunikasi, sikap dan pola pikir masyarakat yang kurang mendukung dan memandang pariwisata dari aspek negatif, penularan penyakit berbahaya, hingga pada buruknya pelayanan di obyek wisata.
Metode Penelitian Dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Tangerang” ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang bersifat induktif. Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian deskriptif adalah gambaran yang jelas mengenai subjek penelitian (Neuman, 2000). Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni. Berdasarkan dimensi waktunya, penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Berdasarkan teknik pengumpulan data, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan wawancara mendalam dan studi kepustakaan sebagai instrumen pengumpulan data. Data yang diperoleh pada saat penelitian dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data kualitatif yang berupa studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Kedua teknik pengumpulan data tersebut dalam rangka memperoleh data primer dan sekunder yang lebih komprehensif dan mendalam mengenai permasalahan yang diangkat penulis. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini dilakukan di tempat yang dapat mendukung penelitian dan relevan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini, lokasi penelitian adalah Kabupaten Tangerang, khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata Kabupaten Tangerang serta kantor pihak-pihak yang memiliki kapasitas dalam bidang pariwisata di Kabupaten Tangerang.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Pembahasan Sampai saat ini, Pemerintah Kabupaten Tangerang khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tangerang sedang memiliki fokus perhatian khusus untuk mengembangkan Kawasan Wisata Solear, hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Ibu Murtasiyah selaku Kepala Seksi Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tangerang sebagai berikut: “kalau kita ini ke arah obyek wisata mungkin kita sekaran lagi mau mulai menata Solear (kawasan wisata Solear, red.). Bali punya Sangeh, kenapa kita tidak? Kalau sekarang tuh kita sedang mencoba mengembangkan obyek wisata Solear karena di sana sangat unik. Di sana ada wisata makam (ziarah) dan lagi, terdapat mitos bahwa penghuni Solear itu (monyet) tidak dapat lebih dari 40. Jumlahnya sampai kapanpun hanya terbatas sampai 40 saja. Kalau misalnya ada monyet yang beranak, tetap saja jumlahnya akan 40, entah lebihnya hilang ke mana. Dan lagi, misalnya ada pengunjung yang mempunyai niat jahat ke sana, maka binatang-binatang tersebut tidak akan muncul, tidak akan menampakkan diri.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pariwisata Disporabudpar, 12 Mei 2014). Perhatian Pemerintah Kabupaten Tangerang terhadap Kawasan Wisata Solear juga terlihat dari pembangunan kios-kios kecil yang terbuat dari bambu untuk warga di sekitar Kawasan Wisata tersebut menjajakan minuman, makanan, atau cinderamata hasil karyanya kepada pengunjung yang datang. Hal ini menyiratkan bahwa terdapat keseriusan dari pemerintah untuk menata dan mengemas Kawasan Wisata Solear agar dapat menjaring lebih banyak pengunjung serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang datang. Selain itu, penataan ini juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Namun demikian, upaya penataan dan pengembangan Kawasan Wisata Solear oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang masih menemui banyak permasalahan yang harus segera diselesaikan. Salah satunya ialah tatus lahan Kawasan Wisata Solear adalah wakaf masyarakat Desa Solear, sehingga Pemerintah Kabupaten Tangerang tidak memiliki otoritas untuk mengelola obyek wisata ini. Hal tersebut berimbas pada pengelolaan Kawasan Wisata Solear yang hingga saat ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat bekerjasama dengan perangkat Desa Solear sehingga permasalahan mengenai harga tiket masuk, parkir, dan pengerahan personil yang terlibat dalam pengeloaan Kawasan Wisata Solear dilakukan oleh pihak tersebut.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Obyek wisata lain yang mendapatkan perhatian untuk dapat dikembangkan lebih baik oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang ialah obyek wisata bahari. “....nah kemudian juga memang selama ini permasalahan kita untuk wisata-wisata yang obyeknya alam itu memang sangat-sangat sulit untuk dikembangkan. Sebenarnya kita punya potensi, karena garis pantai kita tuh ya sangat-sangat panjang juga, hampir 1 kilometer panjangnya. Kalau misalnya di daerah Serang, Anyer di sana kan mereka telah memanfaatkan garis pantainya untuk pariwisata, nah kita belum mengembangkan itu.” (Wawancara dengan Kepala Subbidang Pendapatan, Investasi, dan Usaha-Usaha Daerah Bappeda, 12 Mei 2014). Penuturan Bapak Agus Supriatna selaku Kepala Subbidang Pendapatan, Investasi, dan Usaha-Usaha Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang tersebut menyiratkan bahwa sebenarnya Kabupaten Tangerang memiliki potensi yang bagus dalam hal wisata bahari, namun demikian belum ada penanganan secara khusus yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk menata agar potensi wisata bahari tersebut dapat dikemas lebih baik lagi dalam rangka menaikkan angka kunjungan wisatawan. Selain itu, Bapak Syisman juga menuturkan, “kita mau mengembangkan daerah utara dulu nih, daerah pantai. Karena sampai saat ini pantai sudah abrasi,...” (Wawancara dengan Bapak Syisman Staf Pariwisata Disporabudpar, 12 Mei 2014). Prioritas pengembangan pariwisata bahari yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang pun dilatarbelakangi oleh tuntutan untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang saat ini telah memburuk akibat dari abrasi. Saat ini Kabupaten Tangerang memiliki beberapa potensi wisata bahari berupa pantai, contohnya Pantai Tanjung Kait dan Pantai Tanjung Pasir. Akan tetapi, rencana Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk menata Pantai Tanjung Kait lagi-lagi terganjal oleh permasalahan mengenai otoritas yang dimiliki. Hal tersebut terlihat dari penuturan Bapak Syisman, “kalau Tanjung Kait itu lahannya milik Perhutani. Jadi sampai sekarang itu bukan lahan kami.” (Wawancara dengan Bapak Syisman Staf Pariwisata Disporabudpar, 12 Mei 2014). Hal tersebut memperlihatkan bahwa upaya Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengembangkan potensi Obyek Wisata Pantai Tanjung Kait bukan hanya berada di tangan pemerintah daerah saja, namun juga harus terdapat komunikasi serta koordinasi yang baik antar pihak-pihak yang berkepentingan di dalamnya. Komunikasi dan koordinasi yang baik sangatlah diperlukan dalam pengembangan obyek wisata karena terkait dengan pengeluaran
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
kebijakan yang diperlukan dalam penataan suatu obyek wisata. Selain Obyek Wisata Pantai Tanjung Kait, Pantai lainnya yang sedang dicoba untuk dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang ialah Pantai Tanjung Pasir. Pantai ini berjarak sekitar 29 km dari Kota Tangerang atau sekitar dari exit pintu M-1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta, dan dapat diakses melalui jalan Marsekal Surya Darma (Jalan Selapajang). Akses yang cukup dekat dari Bandar Udara Soekarno-Hatta ini seharusnya dapat menjadi nilai tambah bagi Pantai Tanjung Pasir untuk dapat menarik minat wisatawan lebih banyak lagi. Upaya strategis mengembangkan potensi pariwisata dilakukan dengan upaya melakukan pendekatan kepada pihak-pihak terkait (stakeholders) khususnya masyarakat dan berbagai instansi terkait, sehingga dukungan (supports) dapat diperbesar. Serupa dengan permasalahan yang ditemui di beberapa obyek wisata sebelumnya, upaya Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk menata dan mengembangkan Obyek Wisata Pantai Tanjung Pasir terganjal oleh status lahan yang pada akhirnya berimbas pada pihak yang memegang pengelolaan pantai ini. Terdapat banyak pihak yang memiliki status kepemilikan lahan di Pantai Tanjung Pasir, mulai dari perorangan, Angkatan Udara, dan Perhutani. Hal tersebut seperti apa yang dikemukakan oleh Ibu Murtasiyah: “....cuma, pengelolaannya belum oleh pemerintah daerah, masih oleh masyarakat atau perorangan. Ngerti kan, kalau orang pemerintahan pasti ngerti... karena untuk mensinergiskan itu, tidak dapat. Kementerian punya keinginan seperti ini, tanah itu punya siapa, duduk bareng mereka harusnya. Kalau mau buat MoU, buatlah MoU, baru ada kesepahaman kan. Sebetulnya masalahnya gampang, itu saja.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pariwisata Disporabudpar, 12 Mei 2014) Penuturan Ibu Murtasiyah tersebut menyiratkan bahwa penataan Obyek Wisata Pantai Tanjung Pasir tidak hanya menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kabupaten Tangerang saja, namun harus menjadi perhatian instansi-instansi pemerintah yang memiliki lahan di sana. Dalam upaya strategis mengembangan dukungan stakeholders, khususnya masyarakat Pemerintah Kabupaten berupaya menerapkan dan mengembangkan pemahaman Sadar wisata di kalangan masyarakat. Dukungan dan partisipasi masyarakat tentu menjadi unsur penting keberhasilan pemerintah dalam usaha apapun, dalam hal ini pariwisata. Menurut Ibu Murtasiyah, yang dimaksud dengan sadar wisata ialah sebuah konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu wilayah dan bertujuan untuk meningkatkan
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
kesejahteraan rakyat. Pengembangan pariwisata di Kabupaten Tangerang dan di seluruh daerah lain diharapkan dapat memenuhi unsur sapta pesona. Terkait dengan pengembangan potensi masyarakat lokal untuk mendukung pengembangan pariwisata, Pemerintah Kabupaten Tangerang telah melakukan beberapa hal, “...contoh kita pernah melakukan pembinaan pada pelaku usaha, misalnya pramusaji, tiap-tiap restoran kita ambil perwakilannya. Kita ajarkan bagaimana cara melayani konsumen......Lalu kami juga membina para kuncen dan mereka antusias karena senang bahwa ada instansi pemerintah yang memperhatikan mereka,” (Wawancara dengan Bapak Syisman Staf Pariwisata, 12 Mei 2014). Upaya Pemerintah Tangerang untuk menggandeng masyarakat umum dalam rangka pengembangan potensi pariwisata yang ada dapat dikatakan sebagai sebuah strategi yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan awal, yakni mengelola obyek-obyek wisata yang ada dengan harapan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata. Terkait dengan hal tersebut, sosialisasi-sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat digolongkan sebagai sebuah taktik (strategy as a ploy), di mana pendekatan kepada masyarakat dilakukan agar masyarakat menjadi lebih terbuka dengan peran serta pemerintah daerah dalam menata obyek wisata yang selama ini pengelolaannya dipegang oleh masyarakat. •
Upaya Promosi Pariwisata Kabupaten Tangerang Sebaik apapun potensi pariwisata yang dimiliki jika tidak diiringi dengan upaya untuk
mempromosikan potensi tersebut ke calon wisatawan, maka hal tersebut akan menjadi percuma. Oleh karena itu, keberadaan promosi pariwisata sangatlah diperlukan untuk menunjang pengembangan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Tangerang. Sampai saat ini, menurut Kabid Perencanaan Pelayanan Masyarakat (2014), promosi mengenai obyek wisata yang ada di Kabupaten Tangerang masih melalui pameran-pameran pariwisata yang sering dilaksanakan serta mengikuti event-event untuk promosi kepariwisataan baik di wilayah Kabupaten Tangerang, di tingkat Provinsi Banten maupun di luar Provinsi Banten. Pemerintah Kabupaten Tangerang, khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata pada tahun 2013 telah mengikuti beberapa pamerah promosi pariwisata yang diselenggarakan di Lombok dan Surabaya. Menurut Kabid Perencanaan Pelayanan Masyarakat (2014), selain mengikuti pameranpameran promosi pariwisata yang diselenggarakan baik di dalam maupun luar kota, Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata juga berupaya untuk mempromosikan pariwisata yang dimiliki melalui ajang Pemilihan Kang dan Nong Kabupaten Tangerang yang diselenggarakan setiap tahun. Kang & Nong bertugas satu
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
tahun menjadi Duta Daerah, Budaya & Pariwisata Kabupaten Tangerang yang secara aktif melakukan sosialisasi dan promosi Daerah, Budaya & Pariwisata (www.kangnongkabtgr.com, 2014). Sampai saat ini, memang masih terlihat bahwa belum banyak upaya promosi pariwisata yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerahnya. Belum adanya media yang benar-benar didedikasikan untuk mempromosikan pariwisata Kabupaten Tangerang menjadi salah satu penyebab masih minimnya kemajuan sektor pariwisata. Hal tersebut dapat terlihat dari belum tersedianya situs resmi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tangerang yang seharusnya dapat menjadi salah satu pintu gerbang utama informasi bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi Kabupaten Tangerang. Dukungan Pemerintah Provinsi dan Pusat Dalam Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tangerang Meskipun telah menyandang status sebagai daerah otonom, namun peran tingkatan pemerintah •
yang lebih tinggi tentunya tidak dapat dilepaskan begitu saja dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Tangerang. Diperlukan sinergi dan koordinasi yang baik untuk mendukung upayaupaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengembangkan sektor pariwisata daerahnya “...berkaitan dengan titik koordinasi antara provinsi dengan kabupaten. Misal pembuatan masterplan untuk pariwisata juga harus dikoneksikan dengan provinsi, berkesinambungan. Kita mengadakan kegiatan penataan pariwisata di sebuah obyek wisata, dibantu dengan pembuatan sarana bermainnya. Begitu juga dengan pusat. Lebih ke arah koordinasi juga, dengan pihak SKPD lainnya juga.” (Wawancara dengan Bapak Syisman Staf Pariwisata, 12 Mei 2014). Berkaitan dengan dukungan, Provinsi Banten telah memberikan beberapa bentuk dukungan seperti menjadi fasilitator dalam kegiatan pembinaan dan pelatihan masyarakat di sekitar obyek wisata, “...sekarang ini kita mulai, pemerintah provinsi mulai ada. adanya destinasi dari pusat, dari kementerian pariwisata. Adanya bantuan dari provinsi untuk pelaku usaha, adanya pelatihan masyarakat.” (Wawancara dengan Kasi Pariwisata, 12 Mei 2014). Selanjutnya mengenai dukungan Pemerintah Pusat/ Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ditegaskan oleh Staf Pariwisata Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Tangerang, “Kita menerima dua orang dari Kemenparekraf untuk menginventarisir situs arkeologi di Kabupaten Tangerang yang dibiayai oleh pemerintah pusat dan akan bekerja di sini selama beberapa tahun. Mereka nantinya akan melaporkan hasil inventaris yang mereka dapatkan kepada kami dan nantinya akan dikoneksikan pada pemerintah pusat, terkait
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
apakah terdapat pagu untuk memelihara situs purbakala tersebut.” (Wawancara dengan Bapak Syisman Staf Pariwisata, 12 Mei 2014) Pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengirimkan dua orang peneliti di mana seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses penelitian tersebut ditanggung sepenuhnya oleh kementerian, dan nantinya hasil penelitian tersebut akan dilihat apakah layak untuk dipelihara serta ditata sedemikian rupa agar dapat menjadi salah satu daya tarik wisata. Hal tersebut memperlihatkan bahwa meskipun pengiriman dua orang peneliti ke Kabupaten Tangerang untuk meneliti situs purbakala bukan memiliki tujuan utama untuk sektor pariwisata, namun bila Pemerintah Kabupaten Tangerang jeli untuk memanfaatkan hasil penelitian tersebut sebagai daya tarik bagi wisatawan, hal tersebut dapat juga menjadi salah satu pendorong sektor pariwisata di Kabupaten Tangerang. • Arah Strategis Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tangerang Untuk lebih memiliki fokus dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Tangerang, diperlukan pandangan-pandangan dari pihak yang berkepentingan mengenai seperti apa pengembangan pariwisata di Kabupaten Tangerang ini akan dibawa, khususnya dalam jangka panjang. Hal tersebut menjadi suatu hal yang sangat penting karena diperlukan strategi yang matang serta jelas untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Terkait dengan hal tersebut, Ibu Efi Indarti mengemukakan bahwa terdapat empat hal yang menjadi poros utama arah pengembangan pariwisata Kabupaten Tangerang, yakni (1) Sinergisasi perencanaan pengembangan pariwisata; (2) Peningkatan infrastruktur daerah tujuan wisata (3) Pengembangan SDM kepariwisataan dan (4) Pemberdayaan masyarakat dan potensi lokal. 1. Sinergisasi Perencanaan Pengembangan pariwisata terkait dengan hubungan Pemerintah Kabupaten Tangerang, khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata sebagai pihak yang memiliki otoritas wilayah dengan pihak-pihak lain, baik yang di dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Tangerang seperti dinas-dinas lain yang terkait maupun dengan pihak di luar lingkup Pemerintah Kabupaten Tangerang, seperti pihak swasta dan masyarakat umum. Sinergisasi ini menjadi salah satu poin penting yang harus dicapai oleh seluruh pihak untuk menjamin perencanaan pariwisata yang matang dan diharapkan agar perencanaan yang telah dibuat tidak berbenturan satu dengan yang lainnya. Terkait dengan hubungan dengan pihak swasta, Pemerintah Kabupaten Tangerang sedang merumuskan undang-undang baru mengenai Tanda Daftar Usaha Pariwisata. Selain itu, Bapak Agus Supriatna juga menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Tangerang akan lebih
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
giat dalam menarik investor agar mau bekerja sama dan menanamkan modalnya di Kabupaten Tangerang dalam sektor Pariwisata, “...selain itu, kita juga akan mempermudah perizinan ya, karena selama ini kan ya kita juga untuk masalah perizinan, walaupun sudah memiliki BP2T, memang masih belum terkondisi dengan baik lah ya dengan berbagai instansi yang terkait. Kan masalah perizinan kan bukan hanya satu dinas saja, ada SKPD-SKPD lain yang ikut terlibat. Misalnya orang mau investasi di daerah pantai, bagaimana AMDALnya, masalah perizinan tinggi bangunan, masalah sosial ke masyarakatnya. Namun ini memang agak rumit. Nanti jika sudah terdapat kemudahan dalam perizinan investasi, semoga para investor akan semakin tertarik untuk menanamkan modalnya di kita. Sebenarnya untuk mereka sih yang paling penting hanya satu, yakni kepastian, kepastian kapan izin itu akan dikeluarkan. Masalah biaya mungkin bukan menjadi suatu concern bagi mereka, tetapi waktunya kapan harus pasti, dan jangan terlalu lama. Hal tersebut lah yang mungkin akan kita perbaiki ke depan, stimulus-stimulus seperti itu lah yang nanti kita permudah mereka untuk menanam investasi di situ.” (Wawancara dengan Kasubid Pendapatan, Investasi, dan Usaha-usaha Daerah, 12 Mei 2014). Untuk mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Tangerang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang bekerja sama dengan PT. Karsa Persada Mulia telah melakukan penelitian terkait dengan peningkatan investasi melalui daya tarik pariwisata. Penelitian tersebut ditujukan untuk memperkirakan seberapa besar potensi pariwisata Kabupaten Tangerang dan memproyeksikan potensi pendapatan yang dapat dihasilkan dari sektor pariwisata. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa pengembangan pariwisata di Kabupaten Tangerang dapat dimaksimalkan dengan melakukan zonasi, seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, 2014
Gambar 2 Arahan Zonasi Pengembangan Wisata Kabupaten Tangerang Gambar tersebut memperlihatkan Pola Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tangerang yang dapat dilakukan berdasarkan karakteristik masing-masing zona. Zonasi tersebut dibuat berdasarkan Tiga tipologi potensi pariwisata di Kabupaten Tangerang, yakni: Tipologi 1 yaitu wisata bahari; Tipologi 2 yaitu wisata setu atau danau, dan Tipologi 3 yaitu wisata religi (makam). 2. Perbaikan Infrastruktur Selain itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang juga tengah mengupayakan perbaikan infrastruktur bagi kenyamanan wisatawan yang ingin berkunjung ke obyek-obyek wisata. Hal ini terkait dengan kondisi jalan raya yang rusak di beberapa ruas, khususnya di jalan akses menuju Kawasan Wisata Solear serta parahnya kemacetan yang harus dihadapi oleh wisatawan yang ingin berkunjung ke Obyek Wisata Pantai Tanjung Pasir. Selain itu, keberadaan angkutan umum yang menuju daerah obyek wisata pun akan diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang sehingga akan semakin mempermudah wisatawan. 3. Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan Dalam aspek pengembangan Sumber Daya Manusia kepariwisataan, memang sampai saat ini jumlah SDM yang dimiliki oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tangerang masih tergolong belum memadai. Menurut Ibu Murtasiyah, hanya ada 9
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
orang pegawai yang berada di bawah bidang Kebudayaan dan Pariwisata. Kurangnya pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata tersebut menyebabkan belum maksimalnya upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan pariwisata. Masih banyak pekerjaan-pekerjaan yang belum dapat dilaksanakan karena tidak adanya pegawai yang tersedia. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten sedang berusaha menyusun ulang struktur organisasi Pemerintahannya dimana urusan Kebudayaan dan Pariwisata dapat dikelola oleh satu dinas yang berdiri sendiri seperti yang terdapat di Provinsi Banten, dan tidak bergabung dengan urusan Pemuda dan Olahraga; dengan demikian kapasitas instansi akan meningkat yang akan berdampak pada meningkatnya upaya pengembangan pariwisata yang dilaksanakan secara lebih terfokus. 4. Pemberdayaan Masyarakat dan Potensi Lokal Mengenai pemberdayaan masyarakat dan potensi lokal, saat ini Pemerintah Kabupaten Tangerang telah melakukan beberapa hal terkait dengan pemberdayaan masyarakat seperti yang telah dijelaskan dalam subbab-subbab sebelumnya. Pemberdayaan masyarakat menjadi penting, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Dasuki sebagai berikut, “...saya tambahkan, kami juga ingin meningkatkan peran masyarakat setempat di daerah pariwisata. Hal ini berkaitan dengan perwujudan ekonomi kreatif di mana masyarakat ikut diberdayakan. Soalnya percuma jika ada ODTW (Obyek Daya Tarik Wisata), namun masyarakat tidak diberdayakan dan hanya menjadi penonton belaka. Masyarakat juga dapat membuat cinderamata dan hal tersebut akan mengangkat perekonomian masyarakat di sekitar situ juga.” (Wawancara dengan Bapak Dasuki Staf Pariwisata, 12 Mei 2014). •
Analisis Lima Bagian Organisasi Menurut Henry Mintzberg (1993:12), sebuah organisasi terdiri dari lima bagian yang
saling terkait dan memberikan “support” satu dengan yang lain. Dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata di Kabupaten Tangerang, dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Tangerang ialah organisasi yang sedang bekerja untuk memaksimalkan potensi pariwisata tersebut. Tentunya, di dalam Pemerintah Kabupaten Tangerang terdapat unit-unit yang saling membutuhkan satu sama lain serta mendukung aktivitas masing-masing. Harus terdapat sinergisasi dari masing-masing unit untuk mencapai pengembangan potensi pariwisata yang maksimal dan tepat sasaran. Jajaran staf dari dinas-dinas yang terkait dalam upaya pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Tangerang dapat digolongkan sebagai the operating core, hal tersebut karena mereka ialah pihak-pihak yang menjalankan secara langsung
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan potensi pariwisata. Contohnya ialah pelaksanaan pelatihan bagi masyarakat, di mana staf-staf tersebut menjadi pihak yang memastikan kegiatan tersebut berjalan dengan semestinya dan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut. Staf-staf tersebut juga menjadi pihak yang mengubah input menjadi output, dalam hal ini termasuk juga pembuatan media-media promosi seperti peta dan buku profil budaya pariwisata oleh staf di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tangerang. The strategic apex dapat diibaratkan sebagai “otak” dari upaya pengembangan pariwisata Kabupaten Tangerang, contohnya ialah Bupati Kabupaten Tangerang. Bupati memiliki tugas untuk merumuskan strategi yang paling tepat yang akan digunakan dalam upaya pengembangan potensi pariwisata. Untuk merumuskan strategi yang tepat, tentunya bupati harus dapat menghimpun masukan dari seluruh pihak, termasuk dari empat bagian lainnya di dalam organisasi yang ia pimpin. Strategi yang dihasilkan dapat berupa peraturan daerah, yang berisi hal-hal yang ingin dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pengembangan potensi pariwisata. Sebagai pihak yang melakukan formulasi strategi, the strategic apex memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan organisasi secara keseluruhan karena aktivitas organisasi harus dapat disesuaikan dengan strategi organisasi yang telah ditentukan. Bagian lain dalam sebuah organisasi ialah the middle line. Kepala dari seluruh dinas dan instansi yang terkait dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Tangerang dapat dikatakan sebagai orang-orang yang berada di dalam kategori the middle line. Mereka memiliki tugas untuk mengawasi kinerja para staf yang ada di dalam instansi mereka, dan memberikan masukanmasukan pada bupati terkait dengan kondisi faktual yang ditemui di lapangan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi bupati dalam merumuskan strategi yang tepat. Tentunya, masukan tersebut dapat menjadi sesuatu yang konstruktif bagi formulasi strategi karena belum tentu bupati mengetahui kondisi sebenarnya yang ada di lapangan, hanya staf-staf yang terjun langsung ke lapangan yang memahami kondisi yang ada. Selanjutnya, the technostructure yang berisi orang-orang ataupun kelompok dengan keahlian khusus yang dapat mendukung pengembangan pariwisata Kabupaten Tangerang. PT. Karsa Persada Mulia sebagai pihak yang pernah ditunjuk oleh Bappeda Kabupaten Tangerang untuk melakukan assessment terhadap peningkatan investasi melalui pengembangan pariwisata dapat digolongkan sebagai the technostructure. Hal tersebut karena hasil assessment yang dilakukan PT. Karsa Persada Mulia
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
dapat membantu Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk memetakan potensi-potensi objek pariwisata yang selama ini mungkin saja belum digarap dengan maksimal dan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk memberi fokus pada objek wisata yang potensial. Selanjutnya, the support staff dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Tangerang ialah pihakpihak yang terlibat secara tidak langsung, contohnya ialah penyedia layanan percetakan yang digunakan dalam produksi peta pariwisata, dan lain-lain. Berdasarkan analisis pada bagian sebelumnya, terlihat bahwa salah satu hal yang menjadi masalah terbesar dalam pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Tangerang ialah minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peran pemerintah dalam pengelolaan objek pariwisata. Hal tersebut diperlihatkan dengan resistensi-resistensi yang ditunjukkan oleh masyarakat ketika pemerintah mencoba melakukan pengelolaan objek wisata. Masyarakat khawatir dengan hadirnya pemerintah untuk mengelola objek wisata, maka pemasukan yang selama ini mereka dapatkan dari pengelolaan objek wisata secara perseorangan akan hilang. Hal tersebut dapat diatasi dengan merangkul masyarakat dan memberikan pandangan bahwa kehadiran pemerintah untuk mengelola objek pariwisata dapat meningkatkan perekonomian mereka juga. Kehadiran pemerintah diikuti dengan promosi pariwisata yang baik akan mengundang para wisatawan untuk berkunjung dan menjadikan Kabupaten Tangerang sebagai salah satu primadona pariwisata di Provinsi Banten. Selama ini, belum ada peraturan daerah yang menitikberatkan pengembangan potensi pariwisata dengan cara merangkul masyarakat yang berdomisili di sekitar objek wisata. Hal tersebut memperlihatkan bahwa the strategic apex belum melihat bahwa salah satu masalah terbesar dalam pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Tangerang ialah resistensi masyarakat. The strategic apex yang bertugas dalam formulasi strategi belum menyadari bahwa keikutsertaan masyarakat dalam upaya mengembangkan potensi pariwisata dapat memberikan dampak yang signifikan. Oleh karena itu, the strategic apex perlu melihat
kondisi
ini
dan
menuangkannya
dalam
bentuk
strategi
terkait
bagaimana
mengembangkan potensi-potensi yang ada dengan cara merangkul masyarakat untuk bekerja sama dengan pemerintah terkait dengan pengelolaan objek wisata.
Kesimpulan Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwasannya dalam pengembangan potensi pariwisata, Pemerintah Kabupaten Tangerang sedang memiliki fokus pada tiga obyek wisata,
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
yakni Kawasan Wisata Solear, Obyek Wisata Pantai Tanjung Pasir, dan Obyek Wisata Pantai Tanjung Kait. Pengembangan dan pengelolaan ketiga obyek tersebutlah yang menjadi strategi Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam mengembangkan potensi pariwisatanya. Namun, strategi tersebut menemui beberapa kendala, beberapa diantaranya ialah adanya resistensi dari masyarakat sekitar, buruknya infrastruktur di sekitar obyek wisata, kurangnya alokasi anggaran, hingga belum mencukupinya SDM yang dimiliki. Hal ini berkaitan erat dengan proses formulasi strategi yang dilakukan oleh the strategic apex dalam organisasi Pemerintah Kabupaten Tangerang yang seharusnya melihat masalah tersebut sebagai salah satu hal yang memerlukan perhatian lebih.
Rekomendasi Adapun rekomendasi untuk pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Tangerang, antara lain: 1. Menitikberatkan pada upaya untuk merangkul masyarakat yang berdomisili di sekitar objek wisata sebagai langkah awal untuk mengelola objek pariwisata. Pemerintah Kabupaten Tangerang harus dapat memberikan perhatian lebih bagi upaya ini agar masyarakat mau bekerja sama dengan pemerintah terkait dengan pengembangan pariwisata. 2. Perbaikan pelayanan proses perizinan, memastikan secara jelas waktu pemrosesan perizinan, serta memastikan kapan izin tersebut dapat dikeluarkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata 3. Pemerintah Kabupaten Tangerang harus memperbaiki aspek informasi dalam pengembangan pariwisata, artinya harus ada sebuah media bagi masyarakat untuk mengakses serta mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek wisata apa saja yang terdapat di Kabupaten Tangerang, contohnya dengan membuat situs resmi pariwisata Kabupaten Tangerang. 4. Memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung pariwisata seperti akses jalan, air bersih, pengelolaan sampah, penyediaan penginapan, dan lain-lain yang ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Referensi Buku Babbie, Earl. (1998). The Practice of Social Research, 8th edition. Belmont, CA. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang. (2014). Rencana Peningkatan Investasi
Melalui
Daya
Tarik
Pariwisata.
Tangerang:
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang. Bowman, Cliff. (1990). The Essence of Strategic Management. Inggris: Prentice Hall International. Cooper, Chris., Fletcher, John., Gilbert, David., Wanhill, Stephen.,. (1999). Tourism Principles and Practice. London: Longman Creswell, John W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dredge, Dianne., Jenkins, John. (2007). Tourism Planning and Policy. Australia: John Wiley & Sons. Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Kerr, William Revill. (2003) Tourism Public Policy, and the Strategic Management of Failure. London: Pergamon. Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian Kuantitaif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers. Mathieson, Alister., Wall, Geoffrey. (1995) Tourism: Economic, Physical, and Social Impact. Singapura: Longman. Mintzberg, Henry., Quinn, James Brian. (1996). The Strategy Process. Amerika Serikat: Prentice Hall. Mintzberg, Henry. (1993). Designing Effective Organizations. Amerika Serikat: Prentice Hall. Mintzberg, Henry., Ahlstrand, Bruce., Lampel, Joseph. (1998). Strategy Safari. Inggris: Prentice Hall.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Neuman, William Lawrence. (2006). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches Sixth Edition. New York: Pearson Education Neuman, W. Laurence. (2007). Basics of Soical Research Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Allyn and Bacon Nugroho, Riant. (2012). Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. NYC & Company. (2013). New York City Tourism: A Model for Success. Penerbit NYC & Company. Pemerintah Kabupaten Tangerang. (2012). Profil Budaya dan Pariwisata. Tangerang: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata. Pemerintah Kabupaten Tangerang. (2012). Database Pariwisata Kabupaten Tangerang. Tangerang: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata. Pemerintah Kabupaten Tangerang. (2004). Sejarah Kabupaten Tangerang. Tangerang: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata. Pemerintah Kabupaten Tangerang. (2010). Buku Saku Kabupaten Tangerang. Tangerang: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata. Pendit, Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya Paramiata. Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Purnomo, Setiawan Hari., Zulkieflimansyah. (2007). Manajemen Strategi. Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rangkuti, Freddy. (2001). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara. Saladin, Djaslim. (2003). Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Penerbit Linda Karya, Bandung. Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, Suwantoro, G. (1997). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:CV Alfabeta.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Thompson, Arthur., Fulmer, William E,. Strickland, A.J. (1992). Readings in Strategic Management. Amerika Serikat: Irwin. Umar, Husein. (2005). Strategic Management In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT Pradnya Paramita Yoeti, A. Oka. (1996). Anatomi Pariwisata. Bandung: Angkasa. Peraturan Hukum Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Banten. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2025 Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 14 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pariwisata Kabupaten Tangerang
Rencana Umum Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2013
Jurnal dan Publikasi Ilmiah Badan Pusat Statistik Indonesia. (2012). Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. Publikasi Badan Pusat Statistik Jakarta-Indonesia. NYC & Company. (2013). New York City Tourism: A Model for Success. Penerbit NYC & Company. Yudananto, Wisnu., Remi, Sutyastie., Muljarijadi, Bagdja. (2013). Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Daerah di Indonesia (Analisis Interregional Input-Output). Jurnal Universitas Padjadjaran. Sumber Karya Akademis
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Fitriani, Mita. (2011). Strategi Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Syakir. (2004). Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Pariwisata dan Keterlibatan Masyarakat (Studi Lapangan di Kawasan Wisata Anyer Kabupaten Serang Provinsi Banten). Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Unga, Kartini La Ode. (2011). Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda. Tesis Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. (2013). http://bantenculturetourism.com/
Kabar 6. (2013, 3 Maret). Pariwisata Kabupaten Tangerang Belum Tergarap Maksimal. http://www.kabar6.com/tangerang-raya/kabupaten-tangerang/7560-pariwisata-kabupatentangerang-belum-tergarap-maksimal.html Kang Nong Kabupaten Tangerang. (2014). http://www.kangnongkabtgr.com Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2011, 14 Juni). Dampak Event Pariwisata. http://www.parekraf.go.id/asp/ringkasan.asp?c=100 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2012, 10 Februari). Ranking Devisa Pariwisata Terhadap Komoditas Ekspor Lainnya. http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=117&id=1198 Kementerian Dalam Negeri. (2014, 11 Februari). Indonesia Peringkat 70 Daya SaingPariwisataGlobal, Lokasi:http://www.kemendagri.go.id/news/2014/02/11/indonesia-peringkat-70-dayasaing-pariwisata-global Mulyana. (2012). Banten Dorong Tangerang Tata Wisata Kuliner Tanjung Kait.Lokasi:http://www.antarabanten.com/berita/18240/banten-dorong-tangerang-tatawisata-kuliner-tanjungkait Munady. (2012, 19 Desember). Devisa Sektor Pariwisata Meningkat 6,03 Persen. Lokasi: http://www.pikiran-rakyat.com/node/215705 Pranyoto, Victorianus Sat. (2012, 26 Desember). Sektor Pariwisata Penyumbang Terbesar PAD Sleman, Lokasi:. http://jogja.antaranews.com/berita/318434/sektor-pariwisatapenyumbang-terbesar-pad-sleman.
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014
Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tangerang (2014). Lokasi: http://tangerangkab.go.id/
Strategi pengembangan…, Rahmat Dayansyah, FISIP UI, 2014