BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON Alamat : Bandar Udara Pattimura Ambon 97236 , ext: 274 Telp : (0911) 3300340,341172 Telp / Fax: (0911) 311751,341172
Analisis Kejadian Cuaca Ekstrim Tanah Longsor Pulau Ambon, tanggal 24 Mei 2017.
I.
Abstrak Hujan yang terjadi pada hari Rabu tanggal 24 Mei 2017 jam 21.00 WIT hingga hari kamis dini hari tanggal 25 Mei 2017 jam 02.00 WIT dengan intensitas sedang hingga lebat telah menyebabkan banjir dan tanah longsor pada beberapa tempat di Pulau Ambon. Berdasarkan hasil pengkuran curah hujan pada Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, takaran 3 jam terakhir (jam 21.00 WIT – 24.00 WIT) sebanyak 85.5 mm. Kemudian 3 jam berikutnya (jam 24.00 – 03.00 WIT) sebanyak 23.0 mm, sehingga akumulasi salama 6 jam (Jam 21.00 WIT – 03.00 WIT) sebanyak 108.5 mm. Dengan demikian ketegori hujan yang terjadi di Pulau Ambon saat itu di klasifikasikan sebagai hujan dengan intensitas sangat lebat. Bedasarkan skala global, synoptik dan lokal menunjukan suplay uap air ke wilayah Maluku Bagian Tengah cukup signifikant, didukung dengan kelembaban udara lapisan atas yang cukup basah serta pola konfluensi di wilayah Maluku yang terbentuk. Selain itu, Suhu permukaan laut wilayah Maluku satu minggu terakhir menujukan kecendrungan menghangat khususnya pada wilayah Laut Seram. Kondisi ini berpotensi terhadap peningkatan pertumbuhan awan-awan hujan baik secara luas maupun secara lokal di Pulau Ambon. Analisa citra satelit cuaca menunjukan pembentukan awan yang awalnya secara lokal bertumbuh pada wilayah utara Pulau Ambon hingga meluas menutupi Pulau Ambon. Suhu puncak awan yang terditeksi ialah berkisar antara (-40 ºC hingga -100 ºC) dan menghasilkan hujan dengan intensitas sednag hingga lebat.
II.
Pendahuluan Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi mengakibatkan longsor di Pulau Ambon diakibatkan oleh pembentukan awan-awan hujan yang bertumbuh secara cepat dan meluas pada wilayah Pulau Ambon. Longsor yang menghancurkan beberapa rumah yakni di wilayah Batu Meja, Galunggung, Batu Gajah, dan Kusu-kusu, sedangkan genangan terjadi di Pusat Kota Ambon (Jalan. Ay Patty), Skip, Batu gajah,
Laha (Kawasan Bndara Pattimura Ambon) dan Dasilva. Namun kejadian tanah longsorini tidak mengakibatkan korban jiwa. Informasi didapat dari PUSDALOBS BPBD kota Ambon.
III.
Analisis Meteorologi Analisis Skala Global
SOI Bernilai (-2.5) dalam kondisi Normal. Suplay Uap Air Cukup Signifikant.
Gambar 1. Indeks SOI. Angin Pasat baik rata-rata maupun anomali menunjukan arah angin yang bergerak ke wilayah barat pasifik secara normal membawa suplay uap air.
Gambar 2. Rata-rata Angin pasat dan Anomali.
Suhu permukaan laut hingga kedalaman 400 m menujukan keadaan yang menghangat pada pasifik bagian barat yang mengindikasikan pengupaan yang cukup signifikant pada wilayah tersebut.
Gambar 3. Suhu permukaan laut hingga kedalaman laut 400 m, empat bulan terakhir wilayah Pasifik.
Suhu permukaan laut hingga kedalaman 500 m menujukan keadaan yang menghangat pada pasifik bagian barat yang mengindikasikan pengupaan yang cukup signifikant pada wilayah tersebut.
Gambar 4. Suhu permukaan hingga kedalaman laut 500 m, lima hari terakhir wilayah Pasifik.
Analisis Skala Sinoptik Terbentuknya Pumpunan Angin akibat adanya daerah tekanan rendah di wilayah Bagian barat Pasifik.
Perlambatan massa udara di Maluku utara dan Maluku Tengah. Sumber massa udara jenuh dan tidak stabil dari bagian timur perairan Australia.
Gambar 5. Pola Angin jam 12.00 UTC.
Analisis Skala Lokal
Gambar 6. Kelembaban Udara lapisan 850hPa.
Gambar 7. Kelembaban Udara lapisan 700hPa
Kelembaban udara laisan atas relatif basah (70% - 90%)
Rata-rata dan anomali SPL satu minggu terakhir cendrung menghangat khususnya Laut Seram dan Laut Aru. Rata-rata (28.5 ºC – 30.0 ºC), Anomaly (0.5 ºC – 1.0 ºC). Indikasi penguapan cukup signifikant.
Gambar 7. Rata-rata SPL wilayah Maluku, 1 minggu terakhir.
Gambar 8. Rata-rata anomali SPL wilayah Maluku, 1 minggu terakhir.
Analisis Citra Satelit Cuaca
Intrusi Massa Udara Basah dari Utara, lapisan rendah menengah.
Intrusi Massa Udara Kering dari Selatan.
Gambar 9. Citra Satelit Keadaan Massa Udara dengan RGB teknik.
Aktivitas pembentukan awan-awan hujan khususnya awan Cumulonimbus pada wilayah Selatan Pulau Ambon. Terditeksi adanya Lightning.
Gambar10. Citra Satelit Keadaan konvektivitas pada malam hari dengan RGB teknik.
Aktivitas pembentukan awan Cumulonimbus.
Suhu puncak awan terditeksi (-40 ºC hingga -80 ºC)
Suhu puncak awan terditeksi (-40 ºC hingga -80 ºC)
Aktivitas pembentukan awan Cumulonimbus.
Suhu puncak awan terditeksi (-40 ºC hingga -100 ºC) Aktivitas pembentukan awan Cumulonimbus.
Gambar 10. Citra Satelit Suhu Jenis Awan.
Gambar 11. Citra Satelit Suhu Puncak Awan.
IV.
Pembahasan Suplay uap air yang cukup signifikant dimana nilai SOI masi berada pada taraf normal yakni -2.5. Angin pasat yang bertiup secara normalnya membawa sebagian besar uap air dari pasifik bagian timur dan tengah ke pasfifk bagian barat (Indonesia timur). Selain itu suhu kedalaman laut dari permukaan hingga kedalaman (400-500 m) di bawah laut menunjukan bahwa suhu laut Pasifik bagian barat cukup hangat hingga kedalaman 200 m dibawah laut yang berindikasi terhadap penguapan yang besar pada wilayah Pasifik bagian barat (Indonesia Timur). Kemudian berdasarkan pola angin, daerah adanya daerah tekanan rendah pada BBU tepatnya wilayah utara filipina atau pasifik bagian barat menarik sebagian besar massa udara jenuh dan tidak stabil melewati wilayah Maluku, kemudian meyebabkan terbentuknya pumpunan angin yang memanjang dari wilayah filipina hingga bagian selatan Jepang sehingga berdampak terhadap perlambatan massa udara pada wilayah Maluku bagian tengah dan utara. Kelembaban lapisan atas (850-700 hPa) yang cukup basah berkisar antara (70% hingga 90%), serta suhu permukaan laut wilayah Maluku yang menghangat khususnya Laut Seram dan Laut Aru. SPL wilayah Maluku rata-rata (28.5 ºC – 30.0 ºC) dan anomaly (-0.5 ºC – 1.0 ºC) yang berindikasi terhadap penguapan yang cukup signifikant pada wilayah Maluku bagian tengah dan utara. Sementara itu berdasarkan analisis pergerakan massa udara dari citara satelit cuaca dengan teknil RBG, menunjukan bahwa intrusi massa udara basah dari utara menekan massa udara keirng dari selatan dan menyebabkan hujan pada wilayah yang dilewatinya pada wilayah Maluku bagian tengah. Kondisi ini berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan awan-awan hujan pada wilayah Maluku dan sekitanya cukup aktif dan dibuktikan dengan hasil analisis citra satelit cuaca. Berdasarkan hasil analisis citra satelit cuaca menunjukan pembentukan awan hujan secara luas dan lokal terbentuk pada wilayah Maluku, khususnya pada Laut Banda, Pulau Seram dan Pulau Buru. Sedangkan untuk Pulau Ambon pembentukan awan hujan terjadi secara lokal dan meluas menutupi Pulau Ambon. Suhu puncak awan yang terditeksi pada wilayah Pulau Ambon dan sekitarnya ialah berkisar antara (-40 ºC hingga -100 ºC), dengan jenis awan yang terbentuk ialah jenis awan Cumulonimbus dan awan menengah jenis startifom dan dapat menghasilkan hujan daenagn intensitas sedang hingga lebat.
V.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kejadian tanah longsor dan genangan di beberapa tempat di Pulau Ambon disebabkan oleh hujan yang terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat. Awan hujan yang terditeksi ialah awan Comulonimbus dan awan menengah jenis startifom. Tanah Longsor dapat terjadi pada wilayah Batu Meja, Galunggung, Batu Gajah, dan Kusu-kusu diakibatkan oleh hujan yang terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat membuat tanah menjadi jenuh sehingga infiltrasi tidak begitu, kemudian dengan lokasi kejadian tanah longsor berada pada tebing bukit sehingga kecendrungan terjadi longsor semakin besar. Sedangkan genangan di beberapa tempat dapat terjadi ditengarai oleh saluran drinase yang tidak begitu baik yang tidak dapat menamung curahan hujan yang begitu besar dengan intensitas hujan sedang hingga lebat sehingga menyebabkan run off terjadi dan dapat menyebabakan air tergenang di Pusat Kota Ambon (Jalan. Ay Patty), Skip, Batu gajah, Laha (Kawasan Bndara Pattimura Ambon) dan Dasilva.
Ambon, 25 Mei 2017.
Lampiran : Tanah Longsor daerah Kusu-kusu.
Genangan :
5