Edisi 9, September 2014 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi September 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan September 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isi meteorologI di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU S.Sos NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, S.Sos.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, A.Md. NIZAM MAWARDI, A.Md. ADHITYA PRAKOSO, A.Md. AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md. TATA NASKAH NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN AGUSTUS 2014
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
7 9 10
3.
Madden - Julian Oscilation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
12
C. ANALISIS HUJAN BULAN AGUSTUS 2014
13
IV. PRAKIRAAN BULAN SEPTEMBER 2014 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscilation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2014 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN SEPTEMBER 2014
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN SEPTEMBER 2014
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM BULAN SEPTEMBER 2014
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2014 yang diterima dari stasiun / pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2014 adalah sebagai berikut: ~
Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. dengan nilai antara 230 – 280 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Nongsa. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Selatan hingga Barat dengan kecepatan 05 hingga 20 km/jam.
~
Untuk kondisi atmosfer dibulan Agustus 2014 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan Juli berada pada fase 1 hingga 3 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO belum melewati wilayah Indonesia sehingga MJO tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR pada bulan Agustus bernilai relatif rendah di utara wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2014 berkisar antara 28.50C hingga 32.00C. Suhu muka laut yang hangat (>27.00C). Dengan nilai anomali Suhu Muka Laut sebesar 0.5 1.5 terhadap normalnya, hal ini menunjukan pada bulan Agustus 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya yang mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan.
2.
Secara umum kondisi cuaca bulan September 2014 di Batam Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai September 2014 hingga Agustus 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode September 1998 s.d Agustus 2014. Dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September 2014 adalah normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 300 mm.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 5
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masingmasing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El NinoSouthern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 7
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN AGUSTUS 2014 1. Monsun Pada bulan Juli matahari telah berada di wilayah Bumi Bagian Utara menuju dalam penjalarannya ke Bumi Bagian Selatan dan mengalami pergerakan semu kurang lebih sejauh 10.0° yaitu dari 18.8°LU menuju 8.8°LU. Matahari akan melewati equator atau berada pada titik 0° atau disebut sebagai ‘September Equinox’. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Agustus 2014 tercatat ada tiga kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Nakri, siklon tropis Halong, dan siklon tropis Genevieve. Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Agustus 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Agustus 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2014 berkisar antara 28.50C hingga 32.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Agustus 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. Keadaan seperti ini mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan Agustus 2014. Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Agustus 2014
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Agustus, tekanan udara di BBS secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan hingga barat serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 9
Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Agustus 2014
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan Agustus 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Agustus, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Agustus +0.32 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Agustus 2014 berada pada kondisi bawah normal. Nilainya pada akhir Agustus sebesar -12.1. Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Agustus di wilayah Kepulauan Riau namun pada bulan berikutnya akan terdapat indikasi adanya El-nino sehingga diprakiraan hal ini akan mempengaruhi jumlah curah hujan.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 10
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Agustus bernilai relatif rendah di utara wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 11
Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan Agustus 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
b. Fase MJO (Median Septemberan Oscilation) MJO pada bulan Juli berada pada fase 1 hingga 3 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO belum melewati wilayah Indonesia sehingga MJO tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr. 9 Fase MJO
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 12
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Agustus nilai IOD memiliki kecenderungan berada di bawah -0,50C yaitu bernilai -0.510C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Agustus 2014, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Gbr. 10 Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN AGUSTUS 2014 Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2014 adalah sebagai berikut:
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 13
Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Agustus 2014 Lo kasi
RR Agustus 2014 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
229.2 276.2
189.5
Atas Normal
179.4
Atas Normal
Nongsa
Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Agustus 2014 pada cakupan diatas normal. Dimana wilayah Hang Nadim memiliki curah hujan diatas normal yaitu 229.2 mm dari normalnya yaitu 189.5 mm. Wilayah Nongsa memiliki curah hujan diatas normal yaitu 276.2 mm dari normalnya yaitu 179.4 mm.
Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Agustus 2014
Page 14
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Agustus 2014
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Agustus 2014. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. dengan nilai antara 230 – 280 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Nongsa.
Page 15
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Agustus 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Agustus 2014 di Barelang Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 229,2mm - 276,2mm atau antara 90,95% - 109,6%. Curah hujan terendah terjadi di Hang Nadim dan tertinggi di Nongsa. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Agustus 2014 terdapat 19 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur dengan total curah hujan sebesar 229,2 mm atau berkisar 90,2 % dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian I terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 80,2 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 45,9 mm, dan dasarian III terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 103,1 mm. Curah hujan tertinggi 76,4 mm terjadi pada tanggal 23 Agustus 2014. Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Agustus 2014 di Hang Nadim
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 16
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 22,6 - 27,3 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Agustus 2014 adalah 22,0 °C terjadi pada tanggal 07 Agustus 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,3 °C terjadi pada tanggal 04 Agustus 2014 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Agustus 2014 di Hang Nadim
C.Kelembaban
Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 78 % - 100 %. Kelembaban udara terendah mutlak 60% terjadi pada tanggal 31 Agustus 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 100% terjadi tanggal 21 dan 23 Agustus 2014. Dengan demikian udara pada bulan Agustus 2014 lebih basah dibandingkan bulan Juli 2014 . Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Agustus 2014 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Juli 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Selatan sampai Barat Daya dengan kecepatan rata-rata 04 km/jam – 13 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat Daya sekitar 31 km/jam terjadi pada tanggal 14, 28, dan 30 Agustus 2014.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 17
IV. PRAKIRAAN BULAN SEPTEMBER 2014 A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan September, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada kembali dari penjalarannya di BBU (Belahan Bumi Utara) menuju BBS (Belahan Bumi Selatan) dan akan tepat berada diatas wilayah equator pada tanggal 21 September atau lebih dikenal sebagai ‘September Equinox’ dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 8.8°LU
menuju 3.2°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola
daerah bertekanan udara rendah pada September 2014 berada pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan September 2014 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode September-Oktober-November 2014
pada Bulan September 2014
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan September secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin shearline ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 18
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan September 2014
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Lemah untuk September 2014. Sedangkan BMKG dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal. Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Oktober menunjukkan kondisi di bawah normal dengan nilai mencapai -12.1. Namun hal ini secara umum belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan September. Hal ini hanya akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI negatif terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi El-Nino. Sehingga diprakirakan untuk bulan Oktober 2014 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2012 sampai dengan awal September 2014
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 September s.d 15 September 2014 MJO mengalami penurunan aktivitas. Pada akhir Agustus hingga pertengahan September intensitasnya menurun dan berlangsung di sekitar Samudra Hindia. Sehingga tidak banyak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d +5 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada September 2014 cenderung lebih sedikit.
Page 20
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan Agustus 2014 dan Prakiraan Bulan September 2014
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 31 Agustus 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Page 21
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal September berada pada nilai diatas normal dengan nilai terakhir 0.51 (gambar 7) dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,50 C s.d 0,50 C dan prediksi September bernilai 0,1. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode pada bulan September bernilai 0,04. (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan September kurang berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan. Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir September 2014 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 22
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Agustus di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun (1993-2013) diketahui:
Minimum
Rata-rata
Maksimum
SUHU UDARA (C)
23.5
27.0
31.6
KELEMBAPAN UDARA
47%
85%
100%
ANGIN (Km/Jam)
6
10
60
HARI HUJAN
7
12
23
*12 hari disertai petir
Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 300 mm selama bulan September. Wilayah Batam bagian Barat dan Timur merupakan daerah dengan konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 200 – 300 mm. Sedangkan daerah Tanjung Piayu dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan September 2014 cenderung lebih kecil dibandingkan dengan bulan Agustus yang lalu.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 23
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai September 2014 hingga Agustus 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode September 1998 s.d Agustus 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,96459 dan RMSE (error) 9.6027. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2014 diprakirakan:
Sifat Hujan
Jumlah Curah Hujan
Dasarian Pertama
Normal
69.7
Dasarian Kedua
Atas Normal
52.6
Dasarian Ketiga
Normal
63.3
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan III, nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115% sedangkan curah hukan pada dasarian II diatas normalnya 115%.
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 24
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan September 2014 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan September 2014 JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Batam, Rempang, Galang -
Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan September 2014
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 25
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September 2014 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut : Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan September 2014
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
Galang
Normal
Batam, Rempang
Bawah Normal Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan September 2014
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 26
V. PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT SEPTEMBER 2014 Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan September 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan September 2014 TINGGI WILAYAH PERAIRAN
GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )
ARUS LAUT ( cm/s )
0,5 – 1,25
Tenggara – 20
Tenggara –5
Batam - Tarempa
1–2
Selatan - 20
Tenggara – 30
Batam - Natuna
1–2
Selatan - 30
Timur Laut - 40
Batam - Karimun
0,5 – 1,5
Tenggara – 20
Timur Laut - 8
1–2
Tenggara – 20
Tenggara – 20
0,5 – 1,25
Tenggara – 20
Tenggara – 5
Batam - Dumai
0,5 – 1
Tenggara – 12
Selatan -5
Batam - Tambelan
1–2
Selatan – 20
Tenggara – 20
Batam - Tanjung Pinang
Batam - Lingga
Batam - Singapura
Page 27
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I September 2014
Gbr.28 Peta Analisa Angin Bulan Agustus 2014
Page 28
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I September 2014
Gbr.30 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Agustus 2014
Page 29
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I September 2014
Gbr. 31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Agustus 2014
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 30
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat
dihitung
anomaly pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht) Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
1 2
1. Batu Ampar, September 2014 2. Sekupang, Septemb e r 2014
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 32
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, September 2014
2. Tanjung Pinang, September 2014
3 4
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 33
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, September 2014
5
IV. KABUPATEN LINGGA 2. Dabo Singkep, September 2014
6
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 34
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, September 2014
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, September 2014
8
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 35
VII. INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM BULAN SEPTEMBER 2014 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 07, N01 07, September 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0600 1808 1048 0559 1807 1141 0559 1807 1236 0559 1806 1333 0559 1806 1431 0558 1806 1529 0558 1805 1627 0558 1805 1724 0557 1805 1819 0557 1804 1913 0557 1804 2006 0556 1803 2059 0556 1803 2152 0556 1803 2244 0555 1802 2335 0555 1802 000 0555 1802 0024 0554 1801 0113 0554 1801 0200 0554 1800 0246 0553 1800 0330 0553 1800 0414 0553 1759 0457 0552 1759 0540 0552 1758 0624 0552 1758 0710 0552 1758 0757 0551 1757 0846 0551 1757 0937 0551 1757 1031
Set hm 2310 000 0004 0100 0158 0256 0355 0453 0549 0645 0740 0833 0927 1019 1111 1202 1251 1339 1425 1509 1552 1635 1718 1801 1845 1930 2018 2107 2200 2254
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 32, N00 55, September 2014 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0558 1806 1046 2309 0558 1805 1139 000 0558 1805 1234 0002 0557 1805 1331 0058 0557 1804 1429 0156 0557 1804 1528 0255 0556 1804 1625 0353 0556 1803 1722 0451 0556 1803 1817 0548 0555 1803 1911 0643 0555 1802 2005 0738 0555 1802 2058 0832 0554 1801 2150 0925 0554 1801 2242 1018 0554 1801 2333 1109 0553 1800 000 1200 0553 1800 0023 1249 0553 1759 0111 1337 0552 1759 0158 1423 0552 1759 0244 1507 0552 1758 0328 1551 0551 1758 0412 1634 0551 1758 0455 1716 0551 1757 0539 1759 0550 1757 0623 1843 0550 1756 0708 1929 0550 1756 0755 2016 0550 1756 0844 2106 0549 1755 0935 2158 0549 1755 1029 2252
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 36
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E108 24, N03 55, September 2014 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0549 1800 1042 2257 0549 1800 1135 2351 0549 1759 1230 000 0548 1759 1327 0046 0548 1758 1425 0144 0548 1758 1523 0244 0548 1757 1620 0343 0547 1757 1715 0442 0547 1757 1810 0539 0547 1756 1903 0636 0547 1756 1955 0731 0546 1755 2047 0826 0546 1755 2139 0920 0546 1754 2231 1013 0546 1754 2321 1106 0545 1753 000 1156 0545 1753 0011 1245 0545 1752 0100 1333 0545 1752 0147 1418 0544 1751 0233 1502 0544 1751 0318 1545 0544 1751 0403 1627 0544 1750 0447 1709 0543 1750 0531 1751 0543 1749 0616 1834 0543 1749 0702 1919 0543 1748 0750 2006 0542 1748 0839 2055 0542 1747 0931 2146 0542 1747 1025 2240
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E103 23, N01 03, September 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0603 1810 1051 0602 1810 1144 0602 1810 1239 0602 1809 1336 0602 1809 1434 0601 1809 1532 0601 1808 1630 0601 1808 1727 0600 1808 1822 0600 1807 1916 0600 1807 2010 0559 1806 2103 0559 1806 2155 0559 1806 2247 0558 1805 2338 0558 1805 000 0558 1804 0028 0557 1804 0116 0557 1804 0203 0557 1803 0249 0556 1803 0333 0556 1803 0417 0556 1802 0500 0555 1802 0543 0555 1801 0627 0555 1801 0713 0554 1801 0800 0554 1800 0849 0554 1800 0940 0554 1800 1034
Set hm 2314 000 0007 0103 0201 0259 0358 0456 0552 0648 0743 0836 0930 1022 1114 1205 1254 1342 1428 1512 1556 1638 1721 1804 1848 1933 2021 2111 2203 2257
EDISI 9 — SEP TEMBER 2014
Page 37
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 34, S00 28, September 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0558 1805 2309 0558 1805 000 0558 1805 0003 0557 1804 0059 0557 1804 0157 0557 1804 0255 0556 1803 0354 0556 1803 0451 0556 1803 0548 0555 1802 0643 0555 1802 0737 0555 1801 0831 0554 1801 0924 0554 1801 1017 0554 1800 1109 0553 1800 1159 0553 1800 1248 0553 1759 1336 0552 1759 1422 0552 1759 1507 0552 1758 1550 0551 1758 1633 0551 1757 1716 0551 1757 1759 0550 1757 1843 0550 1756 1929 0550 1756 2017 0549 1756 2106 0549 1755 2159 0549 1755 000
Set hm 1123 1219 1315 1411 1507 1601 1655 1749 1843 1937 2030 2123 2215 2305 2353 000 0040 0124 0208 0251 0334 0418 0503 0550 0639 0730 0824 0919 1015 000
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E106 15, N03 12, September 2014 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0550 1800 1042 2259 0550 1800 1135 2352 0549 1759 1230 000 0549 1759 1327 0048 0549 1759 1425 0146 0549 1758 1523 0245 0549 1758 1620 0344 0548 1757 1716 0443 0548 1757 1810 0540 0548 1756 1904 0636 0547 1756 1956 0732 0547 1756 2049 0826 0547 1755 2141 0920 0547 1755 2232 1013 0546 1754 2323 1105 0546 1754 000 1156 0546 1753 0013 1245 0546 1753 0101 1332 0545 1752 0149 1418 0545 1752 0235 1502 0545 1752 0320 1545 0545 1751 0404 1627 0544 1751 0448 1709 0544 1750 0532 1752 0544 1750 0616 1835 0543 1749 0702 1920 0543 1749 0750 2007 0543 1749 0839 2056 0543 1748 0931 2148 0542 1748 1025 2242
EDISI 6 — SEP TEMBER 2014
Page 38
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang. Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Cuaca
waktu tertentu
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
El Nino
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang Iklim ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
permukaan laut.
wilayah yang luas
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
EDISI 6 — SEP TEMBER 2014
Page 39
La Nina MJO (MaddenSeptemberan Oscillation)
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. tekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata Shearline SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) kecepatan angin secara tiba-tiba. atau La Nina.
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst) Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca