Edisi O5, Mei 2014 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Mei 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Mei 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isi meteorologI di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU S.Sos NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, S.Sos.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat. SRI SULISMIYATI, A.Md. NIZAM MAWARDI, A.Md. ADHITYA PRAKOSO, A.Md. AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md. TATA NASKAH NOOR AZIZAH, S.Kom. NANGSIP CAHYANA, A.Md. DUATI WARDANI, A.Md. MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail : stamet.hangnadim@bmkg.go.id hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
4
II. PENGERTIAN
5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN APRIL 2014
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean
7
Dipole (IOD) 3.
Madden - Julian Oscilation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
9 10 12 13
C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2014 IV. PRAKIRAAN BULAN MEI 2014
17
A. DINAMIKA ATMOSFIR 1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscilation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2014 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN MEI 2014
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN MEI
30
2014
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM BULAN MEI 2014
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
IX.
ARTIKEL
40
X.
PRO F I L
42
Page 4
EDISI 5 — MEI 2014
I. RINGKASAN 1. Berdasarkan data curah hujan bulan April 2014 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2014 adalah sebagai berikut: Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal hingga normal terhadap rataratanya. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 berkisar antara 100 - 300 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Timur Laut dengan kecepatan 5 hingga 35 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan. Untuk kondisi atmosfer dibulan April 2014 adalah sebagai berikut:
MJO pada bulan April berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4. Dimana MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat kuat sehingga pada bulan April MJO berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.
Secara umum nilai OLR rata rata pada bulan April relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah Pulau Sumatra. Untuk wilayah Kepulauan Riau nilai OLR cukup kecil, sehingga tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau cukup banyak. Nilai anomali Suhu Muka Laut) di wilayah perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan April 2014 kondisi suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung lebih sedikit.
2.
Secara umum kondisi cuaca bulan Mei 2014 di Batam Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Mei 2014 hingga April 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Mei 1998 s.d April 2014. Dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei 2014 adalah normal hingga atas normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 300 mm.
Page 5
EDISI 5 — MEI 2014
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia
Page 6
EDISI 5 — MEI 2014
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masingmasing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El Nino dan La Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El NinoSouthern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 5 — MEI 2014
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN APRIL 2013 1. Monsun Pada bulan April matahari telah melewati equator dan mulai berada pada penjalarannya menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.8° yaitu dari 5.2°LU menuju 17°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan April 2014 tercatat telah terjadi 2 siklon tropis di wilayah Tropis diantaranya Siklon Tropis Peipah dan Siklon Tropis Tapah. Siklon tropis dan pusat – pusat tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau. Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan April 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan April 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 5 — MEI 2014
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan April 2014 berkisar antara 28.0 0C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak yang mendukung penguapan. Kondisi yang demikian meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Namun nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Kepulauan Riau adalah nihil. Hal ini menunjukan pada bulan April 2014 kondisi suhu muka laut masih dalam kisaran normalnya. Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan April 2014
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan April, tekanan udara di sekitar ekuator secara umum lebih rendah dari pada di BBU dan BBS sehingga menyebabkan massa udara bergerak dari dua wilayah BBU dan BBS (bertekanan tinggi) menuju equator (bertekanan rendah) akibatnya kedua massa udara ini saling bertemu di wilayah equator (Gbr. 3), terlihat daerah pusat tekanan rendah berada di wilayah Samudra Pasifik menyebabkan massa udara bergerak ke wilayah tersebut mengakibatkan pola belokan angin ( shearline) dan eddy di wilayah Kepulauan Riau sebagaimana yang terlihat pada (Gbr. 4), pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah utara hingga barat laut. Ditinjau dari pola angin yang terjadi di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April 2014 cukup mendukung dalam pertumbuhan awan hujan.
Page 9
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan April 2014
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 20 Km/Jam. Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan April 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan April, ENSO berada pada kondisi netral. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir April, nilainya masih sama dengan keadaan pada bulan yang lalu yaitu +0.27 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada April 2014 berada pada kondisi di atas normal dengan nilai pada akhir bulan April mencapai +8.6. Hal ini belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan April. Baru akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI positive terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi La-Nina.
Page 10
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan – awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata rata pada bulan April relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah Pulau Sumatra. Nilai OLR yang lebih kecil menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau nilai OLR cukup kecil. Sehingga tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau cukup banyak.
Page 11
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan April 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
b. Fase MJO (Median Julian Oscilation) MJO pada bulan April berada pada fase 1 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat kuat sehingga pada bulan April MJO berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr. 9 Fase MJO
Page 12
EDISI 5 — MEI 2014
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran netral (-0,5°C s.d 0,5°C) pada sekitar akhir April 2014. Nilai IOD pada akhir April bernilai +0,210C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan April 2014, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat. Gbr. 10 Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN APRIL 2014 Berdasarkan data curah hujan bulan April 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan April 2014 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDISI 5 — MEI 2014
Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan April 2014 Lo kasi
RR April 2014 (mm) Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
171.2
167.9
Atas Normal
Pagoda
254.4
101.7
Atas normal
Muka Kuning Nongsa
303.0
139.9
Atas Normal
118.0
135.7
Normal
Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada bawah normal hingga normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan April 2014 berkisar antara 100 - 300 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan April 2014
Page 14
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan April 2014
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan April 2014. Sebaran Hujan bervariasi, dengan konsentrasi terbesar di wilayah Muka Kuning dan Pagoda dan konsentrasi hujan terkecil di wilayah Nongsa. Untuk wilayah Rempang dan Galang konsentrasi hujannya cukup normal.
Page 15
EDISI 5 — MEI 2014
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan April 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan Khusus di Hang Nadim dalam bulan Aprl 2014 terdapat 17 hari hujan, terukur dengan curah hujan total sebesar 171,5 mm atau berkisar 68,06 % dari rata-rata yang berarti sifat hujannya Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 74,1 mm, dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 23,2 mm, dan dasarian III terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 74,2 mm. Curah hujan tertinggi 57,7 mm terjadi pada tanggal 05 April 2014 Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan April 2014 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 5 — MEI 2014
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,3 - 29,0 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan April 2014 adalah 22,6 °C terjadi pada tanggal 21 dan 22 April 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,4 °C terjadi pada tanggal 11 April 2014 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan April 2014 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 75 % - 93 %. Kelembaban udara terendah mutlak 48% terjadi pada tanggal 07 April 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 100% terjadi tanggal 21 dan 28 April 2014.
Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan April 2014 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III April 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 04 km/jam – 11 km/jam, arah dan kecepatan maksimum dari Timur sekitar 32 km/jam terjadi pada tanggal 03 April 2014.
Page 17
EDISI 5 — MEI 2014
IV. PRAKIRAAN BULAN MEI 2014 A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Mei, posisi matahari bergerak semu menuju belahan bumi utara (BBU) sebesar 5,8° yaitu dari 17,0° LU menuju 22,8° LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta sebagian di perairan tropis. Sehingga dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Mei 2014 diperkirakan berada di kawasan BBU dan tropis. Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Mei 2014 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode Mei-Juni-Juli 2014
pada Bulan Mei 2014
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Mei secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Utara Selatan (BBS) menuju Bagian Utara Utara (BBU). Hal ini menyebabkan terjadinya pertemuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Selain itu, daerah tekanan rendah banyak terbentuk di barat Pulau Sumatera yang dapat mempengaruhi pertumbuhan awan di wilayah Kepulauan Riau. Seperti terlihat pada gambar rata-rata streamline bulan Mei dibawah ini:
Page 18
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Mei 2014
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal untuk bulan Mei 2014. Dengan demikian, diprakirakan tidak akan terdapat penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 5 — MEI 2014
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Mei menunjukkan kondisi di atas normal dengan nilai mencapai +8.6. Namun hal ini secara umum belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Mei. Hal ini hanya akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI positif terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi La Nina. Sehingga diprakirakan untuk bulan Mei 2014 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2011 sampai dengan awal Mei 2014
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 Mei s.d 15 Mei 2014 MJO berada pada fase 8, 1 dan 2 atau berada pada wilayah Afrika hingga Samudera Hindia bagian Barat. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -5 s.d +10 Wm-2, termasuk untuk wilayah Kepulauan Riau. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei tidak akan terlalu banyak.
Page 20
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan April 2014 dan Prakiraan Bulan Mei 2014
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 30 April 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom
Page 21
EDISI 5 — MEI 2014
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Mei 2014 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +0.21 (gambar 7) dan prediksi bulan Mei 2014 bernilai 0.03. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode Mei 2014 bernilai -0.11 (gambar 8). Secara umum dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Mei 2014 tidak akan ada penambahan jumlah curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam. Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2014 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Page 22
EDISI 5 — MEI 2014
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Mei di Batam berdasarkan data klimatologis selama 20 tahun (1993-2013) diketahui:
Minimum
Rata-rata
Maksimum
SUHU UDARA (C)
22.6
27.7
32.8
KELEMBAPAN UDARA
49%
85%
100%
ANGIN (Km/Jam)
5
7
41
HARI HUJAN
12
19
24
*15 hari disertai petir
Hujan lebih sering terjadi pada pagi hingga siang hari yaitu sekitar pukul 07.00 WIB s.d 13.00 WIB. Secara umum curah hujan di Batam tidak merata hingga Pulau Galang yaitu antara 100 - 300 mm. Konsentrasi hujan terpusat di wilayah Batam bagian barat dan selatan yaitu berkisar 200 - 300 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Mei 2014 tidak jauh berbeda dibandingkan bulan April yang lalu.
Page 23
EDISI 5 — MEI 2014
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Mei 2014 hingga April 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Mei1998 s.d April 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,93468 dan RMSE (error) 8,4707. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Mei 2014 diprakirakan:
Sifat Hujan Dasarian Pertama Dasarian Kedua Dasarian Ketiga
Jumlah Curah Hujan 72.1
Normal
68.6 54.4
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II, dan III nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%.
Page 24
EDISI 5 — MEI 2014
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Mei 2014 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2014
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm
WILAYAH
Batam, Rempang dan Galang -
Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Mei 2014
Page 25
EDISI 5 — MEI 2014
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Mei 2014 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut : Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2014
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
Batam bagian barat
Normal
Batam bagian Tengah dan Timur, Rempang, Galang
Bawah Normal
-
Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Mei 2014
Page 26
EDISI 5 — MEI 2014
V. PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT MEI 2014 Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Mei 2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim
Batam
menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2014 TINGGI
ARUS LAUT
(m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )
Batam - Tanjung Pinang
0,5 – 1,25
Timur – 10
Timur - 5
Batam - Tarempa
0,75 – 1,5
Timur - 10
Barat - 5
Batam - Natuna
0,75 – 1,5
Timur - 10
Barat - 15
Batam - Karimun
0,5 – 1
Timur - 10
Timur - 5
0,75 – 1,5
Timur - 10
Barat - 5
Batam - Singapura
0,5 – 1
Timur - 10
Timur - 5
Batam - Dumai
0,5 – 1
Timur - 10
Barat - 5
0,5 – 1,25
Timur - 10
Barat - 5
WILAYAH PERAIRAN
Batam - Lingga
Batam - Tambelan
GELOMBANG
( cm/s )
Page 27
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I Mei 2014
Gbr.28 Peta Analisa Angin Bulan Mei 2014
Page 28
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Mei 2014
Gbr.30 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan April 2014
Page 29
EDISI 5 — MEI 2014
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Mei 2014
Gbr. 31 Peta Analisa Arus Laut Bulan April 2014
Page 30
EDISI 5 — MEI 2014
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide ( air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht) Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
Page 31
KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Mei 2014
2. Sekupang, Mei 2014
EDISI 5 — MEI 2014
1 2
Page 32
EDISI 5 — MEI 2014
II. KABUPATEN BINTAN 3. Tanjung Uban, Mei 2014
4. Tanjung Pinang, Mei 2014
3 4
Page 33
EDISI 5 — MEI 2014
III. KABUPATEN KARIMUN 5. Tanjung Balai Karimun, Mei 2014
5
IV. KABUPATEN LINGGA 6. Dabo Singkep, Mei 2014 6
Page 34
EDISI 5 — MEI 2014
V. KABUPATEN ANAMBAS 7
7. Selat Peninting, Mei 2014
VI. KABUPATEN NATUNA 8. Sedanau, Mei 2014
8
Page 35
EDISI 5 — MEI 2014
VII. INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM BULAN MEI 2014 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 07, N01 07, May 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0556 1805 0729 0556 1805 0820 0556 1805 0910 0556 1805 0959 0556 1805 1046 0555 1805 1132 0555 1805 1217 0555 1805 1301 0555 1805 1344 0555 1805 1429 0555 1805 1514 0555 1805 1602 0555 1805 1652 0555 1805 1745 0555 1805 1841 0555 1805 1940 0555 1805 2039 0555 1805 2137 0555 1805 2234 0555 1805 2329 0555 1805 0555 1805 0021 0555 1805 0112 0555 1806 0201 0555 1806 0250 0555 1806 0340 0555 1806 0430 0555 1806 0521 0556 1806 0611 0556 1806 0702 0556 1807 0751
Set hm 1956 2047 2137 2225 2311 2356 0039 0123 0206 0250 0335 0424 0515 0609 0706 0805 0904 1002 1058 1152 1245 1335 1426 1516 1606 1657 1748 1839 1929 2018
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 32, N00 55, May 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0555 1803 0727 0554 1803 0818 0554 1803 0909 0554 1803 0958 0554 1803 1045 0554 1803 1131 0554 1803 1215 0554 1803 1259 0554 1803 1343 0554 1803 1427 0554 1803 1512 0554 1803 1600 0554 1803 1650 0553 1803 1743 0553 1803 1839 0553 1803 1938 0553 1803 2037 0553 1803 2135 0553 1803 2232 0554 1803 2327 0554 1803 0554 1803 0019 0554 1804 0110 0554 1804 0200 0554 1804 0249 0554 1804 0338 0554 1804 0428 0554 1804 0519 0554 1804 0610 0554 1804 0700 0554 1805 0750
Set hm 1955 2045 2135 2223 2309 2354 0038 0121 0204 0248 0334 0422 0513 0607 0704 0803 0902 1001 1057 1151 1243 1334 1424 1514 1604 1655 1746 1837 1927 2016
Page 36
EDISI 5 — MEI 2014
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E108 24, N03 55, May 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0544 1759 0716 0544 1759 0806 0544 1759 0857 0543 1759 0946 0543 1759 1034 0543 1759 1120 0543 1759 1205 0543 1759 1250 0543 1759 1334 0542 1759 1419 0542 1759 1506 0542 1759 1554 0542 1759 1645 0542 1800 1739 0542 1800 1836 0542 1800 1934 0542 1800 2033 0542 1800 2131 0542 1800 2228 0542 1800 2321 0542 1800 0542 1800 0013 0542 1801 0103 0542 1801 0151 0542 1801 0240 0542 1801 0328 0542 1801 0418 0542 1801 0508 0542 1802 0558 0542 1802 0648 0542 1802 0738
Set hm 1951 2042 2131 2219 2305 2349 0032 0114 0157 0240 0325 0412 0502 0556 0652 0751 0851 0949 1046 1141 1234 1326 1417 1508 1559 1651 1742 1833 1924 2012
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E103 23, N01 03, May 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0559 1808 0732 0559 1808 0823 0559 1808 0913 0559 1808 1002 0559 1808 1049 0558 1808 1135 0558 1808 1220 0558 1808 1304 0558 1808 1347 0558 1808 1432 0558 1808 1517 0558 1808 1605 0558 1808 1655 0558 1808 1748 0558 1808 1844 0558 1808 1943 0558 1808 2042 0558 1808 2140 0558 1808 2237 0558 1808 2332 0558 1808 0558 1808 0024 0558 1808 0115 0558 1808 0204 0558 1809 0254 0558 1809 0343 0558 1809 0433 0558 1809 0524 0559 1809 0614 0559 1809 0705 0559 1809 0755
Set hm 1959 2050 2140 2228 2314 2359 0042 0126 0209 0253 0339 0427 0518 0612 0709 0808 0907 1005 1101 1156 1248 1338 1429 1519 1609 1700 1751 1842 1932 2021
Page 37
EDISI 5 — MEI 2014
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 34, S00 28, May 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0555 1803 0728 0555 1803 0819 0555 1803 0909 0555 1802 0958 0554 1802 1045 0554 1802 1131 0554 1802 1215 0554 1802 1259 0554 1802 1343 0554 1802 1427 0554 1802 1512 0554 1802 1559 0554 1802 1650 0554 1802 1743 0554 1802 1839 0554 1802 1937 0554 1802 2036 0554 1802 2135 0554 1802 2232 0554 1802 2326 0554 1803 0554 1803 0019 0554 1803 0110 0554 1803 0159 0554 1803 0249 0554 1803 0339 0555 1803 0429 0555 1803 0519 0555 1803 0610 0555 1804 0701 0555 1804 0751
Set hm 1954 2045 2134 2222 2309 2353 0037 0120 0204 0248 0334 0422 0514 0608 0705 0804 0903 1001 1057 1151 1243 1334 1423 1513 1603 1654 1745 1836 1926 2015
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E106 15, N03 12, May 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0545 1759 0717 0545 1759 0808 0545 1759 0858 0545 1759 0947 0545 1759 1035 0544 1759 1121 0544 1759 1206 0544 1759 1251 0544 1759 1335 0544 1759 1420 0544 1759 1506 0544 1759 1554 0544 1759 1645 0544 1759 1739 0543 1759 1835 0543 1759 1934 0543 1759 2033 0543 1759 2131 0543 1800 2227 0543 1800 2321 0543 1800 0543 1800 0013 0543 1800 0103 0543 1800 0152 0543 1800 0241 0543 1801 0329 0544 1801 0419 0544 1801 0509 0544 1801 0600 0544 1801 0650 0544 1801 0740
Set hm 1951 2041 2131 2219 2305 2349 0032 0115 0157 0241 0326 0413 0504 0557 0654 0753 0852 0951 1047 1142 1235 1327 1417 1508 1559 1650 1742 1833 1923 2012
Page 38
EDISI 5 — MEI 2014
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 5 — MEI 2014
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Julian Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca
Page 40
EDISI 5 — MEI 2014
IX. ARTIKEL Kunjungan Siswa Sekolah Dasar Djuwita Batam di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Senin, 21 April 2014, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam kedatangan kunjungan dari siswa Sekolah Djuwita Batam. Kunjungan dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB. Kunjungan sekitar 61 siswa tersebut merupakan bagian dari out door activity atau Pembelajaran Luar Sekolah mengenai pengenalan cuaca dan iklim sejak usia dini. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar langsung mengenai cuaca dan iklim melalui metode contextual teaching and learning. Jadi tidak belajar cuaca dan iklim secara tekstual saja, tetapi lebih ditekankan pada pemaknaan arti cuaca dan iklim secara langsung yang diterapkan di kehidupan sehari-hari. Pada kunjungan ini, para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam yang bertugas memberikan informasi-informasi mengenai cuaca, iklim, keadaan geografis, unsur-unsur cuaca, prakiraan cuaca, satelit, alat-alat yang digunakan oleh Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam serta menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa peserta kunjungan. Siswa Sekolah Djuwita Batam sangat antusias dalam menanggapi setiap informasi yang diberikan oleh para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim. Mereka banyak mengajukan pertanyaan mulai dari hal yang serius sampai pertanyaan yang lucu khas anak -anak.
Page 41
EDISI 5 — MEI 2014
Semangat dan rasa ingin tahu dari siswa Sekolah Djuwta Batam menambah juga semangat para pegawai Stasiun Meteorlolgi Hang Nadim Batam untuk memberikan penjelasan lebih detail. Para pegawai Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyambut baik kunjungan ini, selain dapat membawa nama Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam agar lebih dikenal masyarakat, kunjungan ini juga dapat membentuk kesadaran diri siswa sebagai generasi muda penerus bangsa untuk lebih peduli terhadap alam.. Dengan adanya kunjungan ini, Stasiun Meteorologi Hang Nadim telah menunaikan salah satu tugasnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada publik. Dalam kesempatan
kunjungan
ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa Sekolah Djuwita Batam agar memahami cuaca dan iklim secara umum dan fenomena alam yang sedang terjadi saat ini serta bagaimana menghadapinya.