EDISI 13, JANUARI 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Januari 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Januari 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, A.Md. AGITA DEVI PRASTIWI, A.Md. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. TATA NASKAH NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN DESEMBER 2014
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
7 9 10
3.
Madden - Julian Oscilation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
12
C. ANALISIS HUJAN BULAN DESEMBER 2014
12
1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Desember 2014
15
Stamet Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN JANUARI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscilation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN JANUARI 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN JANUARI 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM JANUARI 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 13 — JANUARI 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2014 yang diterima dari stasiun / pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Secara umum bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran diatas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 – 320 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Barat hingga Utara dengan kecepatan 05 hingga 20 km/jam .
Untuk kondisi atmosfer dibulan Desember 2014 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan Desember berada pada fase 3 hingga 7 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia, pada akhir Desember MJO aktifitasnya mulai menguat di wilayah Indonesia. Dalam Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya bagian barat. Secara umum nilai OLR pada bulan Desember bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil ini menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014 berkisar antara 28.0 0C hingga 30.00C. Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak dan meningkatkan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Desember 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya .
II.
Secara umum kondisi cuaca bulan Januari 2015 di Batam Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Januari 1998 s.d Desember 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96534 dan RMSE (error) 9.3638 dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Januari 2015 adalah normal hingga diatas normal .
Page 5
EDISI 13 — JANUARI 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 13 — JANUARI 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 13 — JANUARI 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN DESEMBER 2014 1. Monsun Pada bulan Desember matahari sudah berada jauh melewati garis equator dan sudah berada di wilayah Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1.5° yaitu dari 22°LS menuju 23.5°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Desember 2014 tercatat ada empat kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Sinlaku, Hagupit, Bakung, dan Siklon Tropis Jangmi. Namun hal ini kurang berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Desember 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Desember 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 13 — JANUARI 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Desember 2014 berkisar antara 28.0 0C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Desember 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. Keadaan seperti ini juga mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan Desember 2014. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Desember 2014
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Desember, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi daripada BBS menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angiin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah barat laut hingga timur laut serta membentuk pola belokan angin (shearline) dan pusaran angin (eddy) Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektiv yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.
Page 9
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Desember 2014
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Desember 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Desember ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Desember +0.68 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Desember 2014 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir Desember sebesar -6.4 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan September di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Desember bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Nilai OLR yang semakin kecil ini menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Page 11
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Desember 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
b. Fase MJO (Median Julian Oscilation) MJO pada bulan Desember berada pada fase 3 hingga 7 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia, pada akhir Desember MJO aktifitasnya mulai menguat di wilayah Indonesia. Dalam Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya bagian barat. Gbr.9 Fase MJO
Page 12
EDISI 13 — JANUARI 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Desember nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai -0.140C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Desember 2014, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN DESEMBER 2014 Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDISI 13 — JANUARI 2015
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Desember 2014 Lokasi
RR Desember 2014 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
298.5
Normal
Mukakuning
276.6
Atas Normal
Nongsa
200.2
313.7 208.1 185.4
Tg. Uncang
302.8
167.9
Atas Normal
Normal
Pagoda
313.8
Sengkuang
292.4
333.0 187.8
Atas Normal
Normal
Seiladi
126.4
119
Normal
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran diatas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 100 – 320 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Desember 2014
Page 14
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Desember 2014
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Desember 2014. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. dengan nilai antara 100 – 350 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Duriangkang.
Page 15
EDISI 13 — JANUARI 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Desember 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Desember 2014 di Barelang Bawah Normal (B) sampai dengan Atas Normal (A) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 200,2 mm - 313,8 mm atau antara 79,5 % - 124,5 %. Curah hujan terendah terjadi di Nongsa dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Desember 2014 terdapat 19 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 298,5 mm atau berkisar 118,5% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Atas Normal (A). Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 38,5 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 127,3 mm, dan dasarian III terjadi 9 hari hujan dengan jumlah curah hujan 132,7 mm. Curah hujan tertinggi 116,7 mm terjadi pada tanggal 19 Desember 2014
.
Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Desember 2014 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 13 — JANUARI 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 23,4 -
27,6 ° C. Suhu udara terendah
dalam bulan Desember 2014 adalah 22,2 °C terjadi pada tanggal 19 Desember 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,4 °C terjadi pada tanggal 03 Desember 2014 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Desember 2014 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 96 %. Kelembaban udara terendah mutlak 58% terjadi pada tanggal 02, 03, dan 10 Desember 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 19 dan 27 Desember 2014. Dengan demikian udara pada bulan Desember 2014 lebih basah dibandingkan bulan Nopember 2014. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Desember 2014 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Desember 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Barat Laut sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 06 km/ jam – 09 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari sekitar 32 km/jam terjadi pada tanggal 10,13 dan 14 Desember 2014.
Page 17
EDISI 13 — JANUARI 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN JANUARI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Januari, posisi matahari sedang berada dalam penjalarannya dari titik balik di BBS (Belahan Bumi Selatan) menuju ke BBU (Bumi Bagian Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3,5° yaitu dari 23.5°LS menuju 20,0°LS (http://www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Januari akan berada di wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Januari 2015 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode Januari 2015
Bulan Januari 2015
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/
Sehingga, pola angin rata-rata bulan Januari secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wilayah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ ( Inter Tropical Convergance Zone) Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) . Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 18
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Januari 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Lemah untuk Januari 2015. Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 13 — JANUARI 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Nopember menunjukkan kondisi normal dengan nilai mencapai -6.0. Sehingga diprakirakan untuk bulan Januari 2015 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2012 sampai dengan awal Januari 2015
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 30 Desember 2014 s.d 13 Januari 2015 MJO mengalami peningkatan aktivitas. Pada Akhir Desember hingga pertengahan Januari intensitasnya meningkat. Saat melewati wilayah sekitar Kepulauan Indonesia pada akhir Desember sifatnya kuat, namun pada awal Januari hingga pertengahan Januari MJO sudah tidak berada di sekitar Kepulauan Indonesia. Sehingga diprediksi tidak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d +5 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Januari 2015 cenderung lebih sedikit.
Page 20
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Desember 2014 dan Prakiraan Bulan Januari 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 Desember 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Page 21
EDISI 13 — JANUARI 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir Desember berada pada kondisi normal dengan nilai terakhir -0.14 (gambar 7) dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,50 C s.d 0,50 C dan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode pada bulan Desember bernilai 0. (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan Januari tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan.
Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Januari 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Page 22
EDISI 13 — JANUARI 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Januari di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun (1993-2013) diketahui:
Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 350 mm selama bulan Desember. Wilayah Batam bagian Timur merupakan daerah dengan konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 200 – 350 mm. Sedangkan daerah Batam Barat dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Januari 2015 cenderung lebih besar dibandingkan pada bulan Desember dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cukup besar.
Page 23
EDISI 13 — JANUARI 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Januari 1998 s.d Desember 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96534 dan RMSE (error) 9.3638 Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Januari 2015 diprakirakan:
Sifat Hujan
Jumlah Curah Hujan
Dasarian Pertama
Normal
97.8
Dasarian Kedua
Normal
77.9
Dasarian Ketiga
Normal
112
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II, dan III berada pada normalnya terhadap rata-rata.
Page 24
EDISI 13 — JANUARI 2015
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Januari 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Januari 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Rempang, Galang Batam -
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan januari 2015
Page 25
EDISI 13 — JANUARI 2015
Berdasarkan prakiraan curah hujan bulan Januari 2015 dapat diperoleh sifat hujan bulan Januari 2015 di Barelang sebagai berikut : Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan JANUARI 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
Batam
Normal
Rempang, Galang
Bawah Normal Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan januari 2015
Page 26
V.
EDISI 13 — JANUARI 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT JANUARI 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan JANUARI 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Januari 2015 TINGGI
ARUS LAUT
(m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )
1–2
Barat Laut – 10
Barat Laut – 5
Batam - Tarempa
1,25 – 3
Barat Laut – 15
Barat Laut - 45
Batam - Natuna
1,25 – 3
Barat Laut – 15
Barat - 55
Batam - Karimun
1–2
Barat Laut – 10
Tenggara - 10
1,25 – 2,5
Barat Laut – 10
Barat Laut – 25
Batam - Singapura
1–2
Barat Laut – 10
Barat Laut – 5
Batam - Dumai
1–2
Barat Laut – 10
Timur - 5
1 – 2,5
Barat Laut – 10
Barat – 40
WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
Batam - Lingga
Batam - Tambelan
GELOMBANG
( cm/s )
Page 27
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Januari 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Desember 2014
Page 28
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Januari 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Desember 2014
Page 29
EDISI 13 — JANUARI 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Januari 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Desember 2014
Page 30
EDISI 13 — JANUARI 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat
dihitung
anomaly pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Januari 2015
2. Sekupang, Januari 2015
EDISI 13 — JANUARI 2015
1 2
Page 32
EDISI 13 — JANUARI 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Januari 2015
2. Tanjung Pinang, Januari 2015
3 4
Page 33
EDISI 13 — JANUARI 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Januari 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Januari 2015 6
Page 34
EDISI 13 — JANUARI 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, Januari 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Januari 2015
8
Page 35
VII.
EDISI 13 — JANUARI 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM JANUARI 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 07, N01 07, January 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 1958 0801 0425 1959 0802 0517 1959 0802 0608 2000 0803 0700 2000 0803 0750 2000 0804 0839 2001 0804 0926 2001 0805 1012 2002 0805 1056 2002 0805 1138 2002 0806 1221 2003 0806 1304 2003 0807 1348 2004 0807 1434 2004 0807 1522 2004 0808 1614 2005 0808 1708 2005 0809 1806 2005 0809 1905 2006 0809 2005 2006 0809 2103 2006 0810 2200 2006 0810 2255 2007 0810 2348 2007 0811 000 2007 0811 0040 2007 0811 0131 2007 0811 0223 2007 0812 0314 2008 0812 0405 2008 0812 0456
Set hm 1652 1744 1836 1927 2017 2105 2151 2235 2317 2359 000 0041 0124 0208 0254 0344 0437 0533 0631 0731 0830 0929 1025 1120 1213 1306 1358 1450 1541 1633 1723
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 32, N00 55, January 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 2000 0803 0427 2000 0804 0519 2000 0804 0610 2001 0805 0702 2001 0805 0752 2002 0806 0841 2002 0806 0928 2003 0807 1014 2003 0807 1057 2003 0807 1140 2004 0808 1223 2004 0808 1305 2005 0809 1349 2005 0809 1435 2005 0809 1524 2006 0810 1615 2006 0810 1710 2006 0810 1807 2007 0811 1907 2007 0811 2006 2007 0811 2105 2007 0812 2202 2008 0812 2257 2008 0812 2350 2008 0813 000 2008 0813 0042 2009 0813 0133 2009 0813 0225 2009 0813 0316 2009 0814 0407 2009 0814 0458
Set hm 1654 1746 1838 1929 2018 2106 2152 2236 2319 000 0001 0043 0126 0210 0256 0346 0439 0535 0633 0733 0832 0931 1027 1122 1215 1307 1359 1451 1543 1634 1725
Page 36
EDISI 13 — JANUARI 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E108 24, N03 55, January 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 2020 0814 0440 2021 0814 0531 2021 0815 0622 2021 0815 0714 2022 0816 0804 2022 0816 0854 2023 0817 0941 2023 0817 1027 2023 0818 1112 2024 0818 1155 2024 0819 1239 2024 0819 1322 2025 0819 1407 2025 0820 1454 2025 0820 1543 2026 0821 1635 2026 0821 1730 2026 0821 1828 2026 0822 1927 2027 0822 2026 2027 0823 2124 2027 0823 2219 2027 0823 2313 2028 0824 000 2028 0824 0005 2028 0824 0056 2028 0824 0147 2028 0825 0238 2028 0825 0328 2028 0825 0419 2028 0825 0510
Set hm 1713 1806 1858 1949 2038 2126 2211 2254 2336 000 0017 0058 0140 0224 0309 0358 0451 0546 0645 0745 0845 0945 1042 1138 1232 1325 1418 1511 1603 1654 1745
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E103 23, N01 03, SUN Rise Set hm hm 1955 0759 1956 0759 1956 0800 1956 0800 1957 0800 1957 0801 1958 0801 1958 0802 1959 0802 1959 0803 1959 0803 2000 0803 2000 0804 2001 0804 2001 0805 2001 0805 2002 0805 2002 0806 2002 0806 2002 0806 2003 0807 2003 0807 2003 0807 2003 0807 2004 0808 2004 0808 2004 0808 2004 0808 2004 0809 2005 0809 2005 0809
January 2015 MOON Rise hm 0422 0514 0605 0657 0747 0836 0923 1009 1053 1135 1218 1301 1345 1430 1519 1611 1705 1803 1902 2002 2100 2157 2252 2345 000 0037 0128 0220 0311 0402 0453
Set hm 1649 1741 1833 1924 2014 2102 2147 2232 2314 2356 000 0038 0121 0205 0251 0341 0434 0530 0628 0728 0827 0926 1022 1117 1210 1303 1355 1447 1538 1630 1720
Page 37
EDISI 13 — JANUARI 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep Location : E104 34, S00 28, January 2015 SUN DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Rise hm 1957 1958 1958 1959 1959 2000 2000 2000 2001 2001 2002 2002 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2005 2005 2005 2006 2006 2006 2006 2007 2007 2007 2007 2007 2008
MOON Set hm 0806 0806 0807 0807 0808 0808 0809 0809 0809 0810 0810 0811 0811 0811 0812 0812 0812 0813 0813 0813 0814 0814 0814 0814 0815 0815 0815 0815 0815 0816 0816
Rise hm 0429 0520 0612 0704 0754 0843 0930 1015 1058 1141 1223 1305 1349 1434 1522 1614 1708 1806 1905 2005 2104 2201 2256 2350 000 0043 0134 0226 0318 0409 0500
Set hm 1652 1744 1836 1927 2017 2105 2151 2235 2319 000 0001 0043 0126 0211 0258 0348 0441 0537 0635 0735 0834 0932 1028 1122 1215 1307 1358 1450 1541 1632 1723
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E106 15, N03 12, January 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 2010 0806 0432 2011 0807 0523 2011 0807 0614 2012 0808 0706 2012 0808 0756 2012 0809 0846 2013 0809 0933 2013 0810 1019 2014 0810 1103 2014 0811 1147 2014 0811 1230 2015 0812 1313 2015 0812 1358 2015 0812 1444 2016 0813 1533 2016 0813 1625 2016 0814 1720 2017 0814 1818 2017 0814 1917 2017 0815 2016 2017 0815 2114 2018 0815 2210 2018 0816 2304 2018 0816 2357 2018 0816 000 2018 0817 0048 2018 0817 0139 2019 0817 0229 2019 0817 0320 2019 0818 0411 2019 0818 0502
Set hm 1704 1756 1848 1939 2028 2116 2201 2245 2327 000 0008 0050 0132 0215 0301 0350 0443 0539 0637 0737 0837 0936 1033 1129 1223 1316 1409 1501 1553 1644 1735
Page 38
EDISI 13 — JANUARI 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 13 — JANUARI 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca