EDISI 021, SEPTEMBER 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi September 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan September 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN AGUSTUS 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
7 9 10
3.
Madden - Agustusan Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
12
C. ANALISIS HUJAN BULAN AGUSTUS 2015
12
1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Agustus 2015
15
Stamet Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN SEPTEMBER 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN SEPTEMBER 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN SEPTEMBER 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM SEPTEMBER 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2015 adalah sebagai berikut : ~
Bahwa kejadian hujan di kota Batam hingga pulau Galang berada pada kisaran di bawah normal hingga normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-170 mm. Pada bulan Agustus, massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk shearline dan pola konvergensi. Pada daerah belokan angin terjadi penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan
daerah-daerah
pertemuan
massa
udara
sehingga
keduanya
menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif. ~
Untuk kondisi atmosfer dibulan Agustus 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Agustus berada pada fase 7 hingga 2 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat sedang sehingga pada bulan Agustus MJO tidak berpengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk. Secara umum nilai OLR ratarata pada bulan Agustus di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 180 sampai 240. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2015 berkisar antara 27.00C hingga 31.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan
II.
Secara umum berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai September 2015 hingga Agustus 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus 1998 s.d Juli 2015, serta dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika
atmosfer di wilayah Indonesia dan
sekitarnya, dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September 2015 di Barelang dapat diprakirakan curah hujan pada dasarian I berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II, III berada pada nilai normalnya.
Page 5
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/ d 31 Agustus 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intramusiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Agustus) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN AGUSTUS 2015 1. Monsun Pada bulan Agustus matahari telah berada di wilayah Bumi Bagian Utara menuju dalam penjalarannya ke Bumi Bagian Selatan dan mengalami pergerakan semu kurang lebih sejauh 10.0° yaitu dari 18.8°LU menuju 8.8°LU. Matahari akan melewati equator atau berada pada titik 0° atau disebut sebagai ‘September Equinox’. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Agustus 2015 tercatat ada tiga kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Soudelor dan siklon tropis Goni. Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Agustus 2015
Sumber: http:// www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Agustus 2015
Sumber: http://
Page 8
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2015 berkisar antara 27.00C hingga 31.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan Agustus 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Agustus 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Agustus, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan –awan konvektif.
Page 9
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Agustus 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Agustus 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Agustus, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Agustus sebesar +1.93°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Agustus 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Juli mencapai -20.1. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juli di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Agustus di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 180 sampai 240. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Page 11
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Agustus 2015
Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ olra_last30days-3plots.gif
b. Fase MJO (Median Agustusan Oscillation) MJO pada bulan Agustus berada pada fase 7 hingga 2 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat sedang sehingga pada bulan Agustus MJO tidak berpengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Agustus IOD bernilai +0.410C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Agustus 2015, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN AGUSTUS 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Agustus 2015 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Agustus 2015 Lokasi
RR Agustus 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
162.9
Mukakuning
Norma l Bawah Normal
Nongsa
165.8 148.4
189.5 284.2 174.2
Normal
Tg. Uncang
166.0
180.6
Normal
Pagoda
132.2
216.5
Bawah Normal
Seiladi
62.8
177.6
Bawah Normal
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal hingga normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-170 mm.
Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Agustus 2015
Page 14
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Agustus 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Agustus 2015. Sebaran hujan tidak terlalu merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, konsentrasi tertinggi berada di sebelah utara pulau Batam, jumlah curah hujannya berkisar antara 0-170 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Muka Kuning, Hang Nadim dan Tanjung Uncang.
Page 15
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Agustus 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Agustus 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 62,8 mm - 166,0 mm atau antara 24,9 % - 65,9 %. Curah hujan terendah terjadi di Sieladi dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Agustus 2015 terdapat 13 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 162,9 mm atau berkisar 64,6% dari ratarata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 9 hari hujan dengan jumlah curah hujan 86,8 mm, dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 62,0 mm, dan dasarian III terjadi 2 hari dengan curah hujan 14,1 mm. Curah hujan tertinggi 46,0 mm terjadi pada tanggal 11 Agustus 2015 Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Agustus 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,0 - 29.2 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Agustus adalah 23,0 °C terjadi pada tanggal 03 Agustus 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,8°C terjadi pada tanggal 11 dan 29 Agustus 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Agustus 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 94 %. Kelembaban udara terendah mutlak 52% terjadi pada tanggal 19 Agustus 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 12 Agustus 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Aguatus 2015 lebih basah dibandingkan bulan Juli 2015. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Agustus 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Agustus 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 11 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan dengan kecepatan 19 km/ jam terjadi pada tanggal 19 dan 30 Agustus 2015.
Page 17
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN SEPTEMBER 2015 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan September, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada kembali dari penjalarannya di BBU (Belahan Bumi Utara) menuju BBS (Belahan Bumi Selatan) dan akan tepat berada diatas wilayah equator pada tanggal 21 September atau lebih dikenal sebagai ‘September Equinox’ dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 8.8°LU menuju 3.2°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi polapola daerah bertekanan udara rendah pada September 2015 berada pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan September 2015 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Agustus — September — Oktober 2015
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/15/ glbbld_ASO_aug2015.html
Rata-rata Tekanan Udara Bulan September 2015
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/ composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan September secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin shearline ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 18
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet September 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menyatakan bahwa terjadi EL Nino Kuat untuk September 2015. Dengan demikian, diprediksi akan terjadi perubahan yang cukup signifikan terdapat pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Agustus menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -20.1. Sehingga diprakirakan untuk bulan September 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal September 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 29 Agustus s.d 12 September 2015 MJO berada pada fase 6 sampai 1. Kondisi ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -20 s.d +20 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai --10 s.d +10. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus cukup banyak.
Page 20
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Juli 2015 dan Prakiraan Bulan Agustus 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 28 Agustus 2015 dan prakiraan 14 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
h.6.ALL.EQ.html
Page 21
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir Agustus 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +0.41 (gambar 7) dan prediksi bulan September 2015 bernilai 0.55. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode September 2015 bernilai 0.37 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD pada bulan September menurut BMKG diprakirakan berada pada kondisi di atas normal, dan menurut BoM masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan September 2015 tidak terjadi penambahan jumlah curah hujan yang signifikan dari bulan sebelumnya di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir September 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://
Page 22
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan September di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993 2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan September, daerah Batam bagian Utara curah hujannya 150 - 200 mm. Sedangkan Batam bagian Tengan, Selatan, Rempang dan Galang curah hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 200 - 250 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan September 2015 tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan bulan Agustus 2015 dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cenderung sama.
Page 23
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai September 2015 hingga Agustus 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus 1998 s.d Juli 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92543 dan RMSE (error) 8.738 Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2015 diprakirakan:
Sifat Hujan Dasarian Pertama Di Bawah Normal
Jumlah Curah Hujan 61.6
Dasarian Kedua
Normal
50.1
Dasarian Ketiga
Normal
63.1
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II, III berada pada nilai normalnya.
Page 24
2.
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan September 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Batam, Rempang dan Galang -
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan September 2015
Page 25
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Agustus 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Agustus 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
-
Normal
-
Bawah Normal
Batam, Rempang dan Galang
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan September 2015
Page 26
V.
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT AGUSTUS 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan September 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan September
TINGGI GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN
1 – 1.25
Tenggara – 20
Barat - 10
Batam - Tarempa
1– 2.5
Tenggara – 20
Tenggara – 40
Batam - Natuna
1 – 2.5
Selatan – 30
Utara - 40
Batam - Karimun
1 – 1, 5
Tenggara – 20
Barat Daya - 5
1– 2
Tenggara – 30
Tenggara – 25
0,5 – 1.25
Tenggara – 20
Barat - 10
Batam - Dumai
1 – 1,5
Tenggara – 25
Barat - 5
Batam - Tambelan
1 – 2.5
Tenggara – 30
Timur - 40
WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
Batam – Lingga
Batam - Singapura
( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
Page 27
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I September2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Agustus2015
Page 28
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I September 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Agustus 2015
Page 29
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I September 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Agustus 2015
Page 30
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, September 2015
2. Sekupang, September 2015
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
1 2
Page 32
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, September 2015
2. Tanjung Pinang, September 2015
3 4
Page 33
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, September 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, September 2015 6
Page 34
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, September 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, September 2015
8
Page 35
VII.
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM AGUSTUS 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 07, N01 07, September 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0600 1808 2031 0559 1807 2126 0559 1807 2220 0559 1807 2315 0559 1806 000 0558 1806 0008 0558 1805 0101 0558 1805 0153 0557 1805 0243 0557 1804 0330 0557 1804 0416 0556 1804 0501 0556 1803 0544 0556 1803 0627 0555 1802 0710 0555 1802 0753 0555 1802 0837 0554 1801 0922 0554 1801 1009 0554 1800 1058 0554 1800 1149 0553 1800 1242 0553 1759 1336 0553 1759 1431 0552 1759 1527 0552 1758 1623 0552 1758 1718 0551 1757 1814 0551 1757 1911 0551 1757 2007
Set hm 0803 0858 0954 1049 1143 1237 1329 1420 1508 1555 1640 1723 1805 1847 1930 2012 2056 2142 2229 2319 000 0011 0105 0200 0256 0352 0448 0545 0642 0739
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 32, N00 55, September 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0558 1806 2030 0801 0558 1806 2124 0857 0558 1805 2219 0952 0557 1805 2313 1047 0557 1804 000 1141 0557 1804 0007 1235 0556 1804 0100 1327 0556 1803 0151 1418 0556 1803 0241 1506 0555 1803 0329 1553 0555 1802 0415 1638 0555 1802 0459 1721 0555 1801 0543 1804 0554 1801 0625 1846 0554 1801 0708 1928 0554 1800 0751 2011 0553 1800 0835 2055 0553 1800 0920 2140 0553 1759 1007 2228 0552 1759 1056 2318 0552 1758 1147 000 0552 1758 1240 0010 0551 1758 1334 0103 0551 1757 1429 0158 0551 1757 1525 0254 0550 1757 1621 0350 0550 1756 1717 0447 0550 1756 1813 0543 0549 1755 1909 0640 0549 1755 2006 0737
Page 36
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E108 24, N03 55, September 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0541 1752 2012 0746 0541 1752 2106 0842 0541 1751 2200 0938 0540 1751 2254 1034 0540 1750 2347 1129 0540 1750 000 1223 0540 1750 0040 1315 0539 1749 0131 1406 0539 1749 0221 1454 0539 1748 0310 1540 0539 1748 0357 1624 0538 1747 0442 1707 0538 1747 0526 1748 0538 1746 0609 1830 0538 1746 0653 1911 0537 1745 0736 1953 0537 1745 0821 2036 0537 1745 0907 2121 0537 1744 0954 2208 0536 1744 1044 2258 0536 1743 1135 2350 0536 1743 1228 000 0536 1742 1322 0043 0535 1742 1417 0139 0535 1741 1511 0235 0535 1741 1606 0332 0535 1740 1701 0430 0535 1740 1756 0527 0534 1740 1851 0625 0534 1739 1947 0723
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E103 23, N01 03, September 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0603 1811 2034 0602 1810 2129 0602 1810 2223 0602 1809 2318 0602 1809 000 0601 1809 0012 0601 1808 0105 0601 1808 0156 0600 1808 0246 0600 1807 0334 0600 1807 0420 0559 1807 0504 0559 1806 0547 0559 1806 0630 0558 1805 0713 0558 1805 0756 0558 1805 0840 0557 1804 0925 0557 1804 1012 0557 1803 1101 0556 1803 1152 0556 1803 1245 0556 1802 1339 0555 1802 1434 0555 1802 1530 0555 1801 1626 0555 1801 1722 0554 1800 1817 0554 1800 1914 0554 1800 2010
Set hm 0806 0901 0957 1052 1146 1240 1332 1423 1511 1558 1643 1726 1808 1850 1933 2015 2059 2145 2233 2322 000 0014 0108 0203 0259 0355 0452 0548 0645 0742
Page 37
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 34, S00 28, September 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0559 1805 2030 0559 1805 2125 0558 1804 2220 0558 1804 2315 0558 1804 000 0557 1803 0009 0557 1803 0102 0557 1803 0153 0556 1802 0243 0556 1802 0330 0555 1802 0416 0555 1801 0500 0555 1801 0543 0554 1801 0625 0554 1800 0707 0554 1800 0750 0553 1800 0833 0553 1759 0918 0553 1759 1005 0552 1759 1054 0552 1758 1145 0551 1758 1238 0551 1758 1332 0551 1757 1428 0550 1757 1524 0550 1757 1620 0550 1756 1716 0549 1756 1813 0549 1756 1910 0549 1755 2007
Set hm 0801 0856 0950 1045 1139 1233 1325 1416 1505 1552 1637 1721 1803 1846 1928 2011 2056 2142 2230 2319 000 0011 0105 0200 0255 0351 0447 0543 0639 0736
6. Stasiun Meteorologi Tarempa DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E106 15, N03 12, September 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0550 1800 2021 0754 0550 1800 2115 0851 0550 1800 2209 0947 0549 1759 2303 1042 0549 1759 2357 1137 0549 1758 000 1231 0549 1758 0050 1323 0548 1757 0141 1414 0548 1757 0231 1502 0548 1757 0319 1548 0548 1756 0406 1632 0547 1756 0451 1715 0547 1755 0535 1757 0547 1755 0618 1838 0546 1754 0701 1920 0546 1754 0745 2002 0546 1753 0829 2046 0546 1753 0915 2131 0545 1753 1002 2218 0545 1752 1052 2308 0545 1752 1143 2359 0545 1751 1236 000 0544 1751 1330 0053 0544 1750 1425 0149 0544 1750 1520 0245 0544 1750 1615 0342 0543 1749 1710 0439 0543 1749 1805 0536 0543 1748 1901 0634 0543 1748 1956 0732
Page 38
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang. Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Cuaca
waktu tertentu
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
El Nino
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang Iklim ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
permukaan laut.
wilayah yang luas
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
EDIS I 021 — SEPTEM BER 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. tekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata Shearline SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) kecepatan angin secara tiba-tiba. atau La Nina.
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst) Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca