EDISI 020, AGUSTUS 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Agustus 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Agustus 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JULI 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden - Julian Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN JULI 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Juli 2015 Stamet
7 9 10 12 12 15
Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN AGUSTUS 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN AGUSTUS 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN AGUSTUS 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM AGUSTUS 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juli 2015 adalah sebagai berikut :
Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0120 mm. Berdasarkan hasil analisa daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
Untuk kondisi atmosfer di bulan Juli 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Juli berada pada fase 7 hingga 2 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat sedang sehingga pada bulan Juli MJO tidak berpengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Juli di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220 sampai 240. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Juli 2015 berkisar antara 27.0 0C hingga 31.00C. Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan Juli 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak terjadi penambahan curah hujan pada bulan tersebut.
II.
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Agustus 2015 hingga Juli 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus 1999 s.d Juli 2015 dan Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96241 dan RMSE (error) 13.9402 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2015 diprakirakan curah hujan pada dasarian I dan II berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian III berada pada nilai normalnya.
Page 5
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/ d 31 Agustus 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intramusiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Agustus) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JULI 2015 1. Monsun Pada bulan Juli matahari telah verada pada titik paling utara bumi yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Juli 2014 tercatat ada tiga kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Neoguri, siklon tropis Rammasun, dan siklon tropis Matmo. Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Juli 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Juli 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/ images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Juli 2015 berkisar antara 27.00C hingga 31.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan Juli 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Juli 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Juli, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.
Page 9
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Juli 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Juli 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Juli, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Juni sebesar +1.88°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Juli 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Juli mencapai -14.9. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juli di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Juli di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220 sampai 240. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Page 11
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Juli 2015
Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/olra_last30days-3plots.gif
b. Fase MJO (Median Agustusan Oscillation) MJO pada bulan Juli berada pada fase 7 hingga 2 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat sedang sehingga pada bulan Juli MJO tidak berpengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Juli IOD bernilai -0.170C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Juli 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN JULI 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juli 2015 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Juli 2015
Lokasi
RR Juli 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Hang Nadim
60.4
169.0
Mukakuning
74.4
195.3
Nongsa
114.6
173.8
Tg. Uncang
114.8
143.2
Pagoda
110.8
159.4
Seiladi
88.8
157.5
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-120 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Juli 2015
Page 14
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Juli 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Juli 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang dengan nilai antara 60-115 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Tanjung Uncang.
Page 15
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Juli 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Juli 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 8,4 mm - 114,8 mm atau antara 3,3 % - 45,6 %. Curah hujan terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juli 2015 terdapat 12 hari hujan terukur dan 5 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 60,8 mm atau berkisar 24,1% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 40,4mm, dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 12,5 mm, dan dasarian III terjadi 4 hari dengan curah hujan 7,9 mm. Curah hujan tertinggi 15,0 mm terjadi pada tanggal 9 Juli 2015. Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Juli 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26.6 - 29.6 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Juli adalah 23,7 °C terjadi pada tanggal 09 dan 10 Juli 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,8°C terjadi pada tanggal 17, 18 dan 22 Juli 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Juli 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 73 % - 90 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 51% terjadi pada tanggal 27 Juli 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 97% terjadi tanggal 1,4,9 dan 14 Juli 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Juli 2015 lebih kering dibandingkan bulan Juni 2015. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Juli 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Juli 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 13 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat Daya dengan kecepatan 52 km/jam terjadi pada tanggal 25 Juli 2015.
Page 17
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN AGUSTUS 2015 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Agustus, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dan kembali menuju equator atau BBS (Bumi Bagian Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 14.5° yaitu dari 9.5°LU menuju 5.0°LS (http:// www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Agustus 2014 berada pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Agustus 2015 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode Juli — Agustus — September 2015
Bulan Agustus 2015
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/ Forecasts/SST.html?S=0000%201%20Jul%202015
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/ composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Agustus secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah pertemuan angin (konvergensi). Pola angin konvergensi ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 18
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Agustus 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menyatakan bahwa terjadi EL Nino Kuat untuk Agustus 2015. Dengan demikian, diprediksi akan terjadi perubahan yang cukup signifikan terdapat pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Agustus menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -14.9. Sehingga diprakirakan untuk bulan Agustus 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal Agustus 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/
3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 30 Juli s.d 13 Agustus 2015 MJO berada pada fase 6 sampai 2. Kondisi ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -20 s.d +10 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -5 s.d +5. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus cenderung lebih sedikit.
Page 20
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Juli 2015 dan Prakiraan Bulan Agustus 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 29 Juli 2015 dan prakiraan 14 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Page 21
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Agustus 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir -0.17 (gambar 7) dan prediksi bulan Agustus 2015 bernilai 0.51. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode Agustus 2015 bernilai 0.34 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Juli 2015 tidak terjadi penambahan jumlah curah hujan yang signifikan dari bulan sebelumnya di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Agustus 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/
Page 22
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Agustus di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993 2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan Agustus, daerah Batam bagian Tengah. Rempang dan Galang curah hujannya 150 200 mm. Sedangkan Batam bagian Barat dan Timur curah hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 200 - 250 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Agustus 2015 tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan bulan Juli 2015 dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cenderung sama.
Page 23
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Agustus 2015 hingga Juli 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juli 1999 s.d Juni 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96241 dan RMSE (error) 13.9402 Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2015 diprakirakan :
Sifat Hujan Dasarian Pertama Di Bawah Normal
Jumlah Curah Hujan 30.8
Dasarian Kedua
Di Bawah Normal
33.4
Dasarian Ketiga
Normal
73.4
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian III berada pada nilai normalnya.
Page 24
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Agustus 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Batam, Rempang dan Galang -
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2015
Page 25
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Agustus 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Agustus 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
-
Normal
-
Bawah Normal
Batam, Rempang dan Galang
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Agustus 2015
Page 26
V.
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT AGUSTUS 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Agustus 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Agustus 2015
TINGGI WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
0,5 – 1,5
Tenggara – 10
Tenggara - 5
Batam - Tarempa
1– 2
Selatan – 30
Timur - 40
Batam - Natuna
1–2
Selatan – 30
Timur Laut - 45
Batam - Karimun
0,5 – 1, 5
Tenggara – 10
Utara - 5
1– 2
Tenggara – 20
Selatan – 30
0,5 – 1
Tenggara – 10
Tenggara - 5
0,5 – 1,5
Tenggara – 10
Utara - 5
1–2
Selatan – 30
Timur - 25
Batam – Lingga
Batam - Singapura
Batam - Dumai
Batam - Tambelan
Page 27
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Agustus 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Juli 2015
Page 28
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Agustus 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Juli 2015
Page 29
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Agustus 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Juli 2015
Page 30
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Agustus 2015
2. Sekupang, Agustus 2015
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
1 2
Page 32
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Agustus 2015
2. Tanjung Pinang, Agustus 2015
3 4
Page 33
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Agustus 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Agustus 2015
6
Page 34
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, Agustus 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Agustus 2015
8
Page 35
VII.
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM AGUSTUS 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 07, N01 07, August 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0605 1815 1905 0605 1815 2000 0605 1815 2055 0605 1815 2148 0605 1814 2241 0605 1814 2333 0605 1814 000 0605 1814 0026 0604 1814 0119 0604 1814 0212 0604 1813 0305 0604 1813 0356 0604 1813 0445 0604 1813 0533 0604 1813 0619 0603 1812 0703 0603 1812 0746 0603 1812 0829 0603 1812 0911 0603 1811 0955 0603 1811 1039 0602 1811 1126 0602 1811 1214 0602 1810 1305 0602 1810 1359 0601 1810 1454 0601 1809 1551 0601 1809 1648 0601 1809 1745 0600 1808 1841 0600 1808 1936
Set hm 0633 0730 0826 0920 1014 1107 1201 1254 1348 1440 1532 1623 1711 1757 1842 1925 2007 2049 2131 2214 2259 2346 000 0035 0128 0222 0318 0416 0513 0610 0707
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 32, N00 55, August 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0604 1813 1903 0604 1813 1959 0603 1813 2053 0603 1813 2146 0603 1812 2239 0603 1812 2332 0603 1812 000 0603 1812 0025 0603 1812 0118 0603 1812 0211 0603 1812 0303 0603 1811 0354 0602 1811 0444 0602 1811 0531 0602 1811 0617 0602 1811 0702 0602 1810 0745 0602 1810 0827 0601 1810 0910 0601 1810 0953 0601 1809 1037 0601 1809 1124 0601 1809 1212 0600 1808 1303 0600 1808 1357 0600 1808 1452 0600 1808 1549 0559 1807 1646 0559 1807 1743 0559 1807 1839 0559 1806 1935
Set hm 0632 0728 0824 0918 1012 1105 1159 1252 1346 1439 1530 1621 1709 1755 1840 1923 2005 2047 2130 2213 2258 2345 000 0034 0126 0221 0317 0414 0512 0609 0705
Page 36
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E108 24, N03 55, August 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0544 1801 1849 0544 1801 1944 0544 1801 2037 0544 1801 2129 0544 1801 2221 0544 1801 2313 0544 1800 000 0544 1800 0005 0544 1800 0058 0544 1800 0151 0544 1759 0243 0544 1759 0334 0544 1759 0424 0544 1759 0513 0544 1758 0559 0544 1758 0644 0543 1758 0728 0543 1757 0811 0543 1757 0855 0543 1757 0939 0543 1756 1024 0543 1756 1111 0543 1756 1200 0542 1755 1251 0542 1755 1345 0542 1755 1440 0542 1754 1536 0542 1754 1633 0542 1753 1729 0541 1753 1824 0541 1753 1918
Set hm 0613 0710 0807 0902 0957 1051 1146 1240 1334 1427 1518 1608 1656 1742 1826 1908 1950 2031 2112 2155 2239 2325 000 0014 0106 0201 0257 0355 0453 0551 0649
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E103 23, N01 03, SUN Rise Set hm hm 0608 1818 0608 1818 0608 1817 0608 1817 0608 1817 0608 1817 0608 1817 0608 1817 0607 1817 0607 1816 0607 1816 0607 1816 0607 1816 0607 1816 0607 1815 0606 1815 0606 1815 0606 1815 0606 1815 0606 1814 0606 1814 0605 1814 0605 1813 0605 1813 0605 1813 0604 1813 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0603 1811 0603 1811
August 2015 MOON Rise hm 1908 2003 2058 2151 2244 2336 000 0029 0122 0215 0308 0359 0448 0536 0622 0706 0749 0832 0915 0958 1042 1129 1217 1308 1402 1457 1554 1651 1748 1844 1939
Set hm 0636 0733 0829 0923 1017 1110 1204 1257 1351 1443 1535 1625 1714 1800 1845 1928 2010 2052 2134 2217 2302 2349 000 0039 0131 0225 0322 0419 0516 0613 0710
Page 37
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 34, S00 28, August 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0605 1811 1902 0605 1811 1958 0605 1811 2053 0605 1811 2146 0605 1811 2240 0605 1811 2333 0605 1810 000 0605 1810 0026 0604 1810 0119 0604 1810 0212 0604 1810 0305 0604 1810 0356 0604 1810 0445 0604 1809 0533 0603 1809 0618 0603 1809 0702 0603 1809 0745 0603 1809 0827 0603 1808 0909 0602 1808 0952 0602 1808 1036 0602 1808 1122 0602 1807 1210 0601 1807 1301 0601 1807 1355 0601 1807 1450 0600 1806 1547 0600 1806 1645 0600 1806 1742 0600 1806 1838 0559 1805 1934
Set hm 0633 0729 0824 0918 1011 1104 1157 1250 1344 1436 1528 1619 1707 1754 1839 1922 2005 2047 2130 2214 2259 2346 000 0036 0128 0222 0319 0416 0513 0609 0705
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E106 15, N03 12, August 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0554 1809 1858 0554 1809 1953 0554 1809 2046 0554 1809 2139 0554 1808 2231 0554 1808 2323 0554 1808 000 0554 1808 0015 0553 1808 0108 0553 1807 0201 0553 1807 0253 0553 1807 0344 0553 1807 0434 0553 1806 0522 0553 1806 0608 0553 1806 0653 0553 1806 0737 0553 1805 0820 0552 1805 0903 0552 1805 0947 0552 1804 1032 0552 1804 1119 0552 1804 1208 0552 1803 1259 0551 1803 1353 0551 1803 1448 0551 1802 1545 0551 1802 1641 0551 1802 1737 0550 1801 1833 0550 1801 1927
Set hm 0622 0720 0816 0911 1006 1100 1154 1248 1342 1435 1526 1616 1704 1750 1834 1917 1958 2040 2121 2204 2248 2335 000 0024 0116 0210 0307 0405 0503 0601 0658
Page 38
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 20 — AGUSTUS 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca