KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juli 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Juli 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
i
TIM REDAKSI
PELINDUNG
PHILIP MUSTAMU, M.Si. PENANGGUNG JAWAB
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM
ANGGOTA YAYAN HERMAWAN
ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM
ANGGOTA NANGSIP CAHYANA, S.Si
ANGGOTA DUATI WARDANI, S.Si
ANGGOTA MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
ANGGOTA ASRI PRATIWI, S.Si
ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr
ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr
ANGGOTA HANA SHOLIHAH, S.Si
ANGGOTA DEDI HARIANTO PANJAITAN, S.T.
ANGGOTA PANDE MADE RONY KURNIAWAN, SST
ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, SST.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
ii
DAFTAR ISI Kata pengantar ...........................................................................................................................i Tim Redaksi ...............................................................................................................................ii Daftar Isi ....................................................................................................................................iii I. II. III. IV. V. VI. VII.
RINGKASAN.................................................................................................................... 1 PENGERTIAN .................................................................................................................. 1 ANALISA CUACA DAN IKLIM ................................................................................. 2 ANALISA GELOMBANG JUNI 2016 ...................................................................... 11 PRAKIRAAN CUACA JULI 2016 ............................................................................. 13 PRAKIRAAN PASANG SURUT JULI 2016 ............................................................ 18 PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JULI 2016 ........................................................................................................................ 21
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 24
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
iii
RINGKASAN 1. Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2016 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juni 2016 adalah sebagai berikut: a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam yaitu 191.1 mm. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Selatan dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 6 km/jam. b. Analisis kondisi atmosfer pada bulan Juni 2016 sebagai berikut: MJO berada pada fase 7 hingga 5 dengan dominasi sifat Kuat. Wilayah Indonesia yang berada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahan bulan Juni yang dapat menyebabkan penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat. Hal ini juga didukung oleh nilai OLR di wilayah Kepulauan Riau yang bernilai negatif yang mengindikasikan terdapat banyak tutupan awan konvektif. Pasokan uap air di udara yang menjadi bahan pembentukan awan-awan terindikasi masih cukup tersedia diatas wilayah Indonesia selama bulan Jun 2016. Hal ini diketahui dari hangatnya perairan Indonesia termasuk Kepulauan Riau dengan anomali suhu muka laut positif. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan termasuk di wilayah Kepulauan Riau. Indeks Dipole Mode negatif juga menyebabkan bertambahnya pertumbuhan awan – awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Kondisi kelembaban udara atas yang cukup tinggi serta kecepatan angin yang lemah menyebabkan potensi pertumbuhan awan mendukung dalam proses pembentukan hujan. Namun secara umum jumlah curah hujan pada bulan Juni 2016 tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan normal curah hujan bulan Mei selama 20 tahun. Namun, total curah hujan di bulan Juni 2016 lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan Mei 2016. II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juli 2016 hingga Juni 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juli 1998 s.d Juni 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95737 dan RMSE (error) 15.1156 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2016 pada dasarian I, II, dan III berada di bawah normal terhadap rata-rata.
PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
1
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31 Agustus 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phaseStasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
2
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit. B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN JUNI 2016 1. Monsun Pada bulan Juni matahari mulai berada pada penjalarannya menuju titik bumi paling utara BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.5° yaitu dari 22.5°LU menuju 23.0°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Juni 2016
Pusat–pusat tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Juni 2016 berkisar antara 28.00-32.00C (Gambar.1) dengan anomali positif 0.5-2.50C (Gambar.2). Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisi yang cukup hangat, terutama di perairan Selatan Pulau Jawa. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Untuk wilayah Kepulauan Riau sendiri anomali suhu muka laut berkisar 0.5 – 1.50C. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
3
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Juni 2016
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Juni 2016
Pada bulan Juni 2016, tekanan udara di BBS lebih tinggi daripada daerah di sekitar equator dan BBU. Secara umum terjadi pergerakan massa udara dari BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator dan daerah BBU (bertekanan rendah) yang menyebabkan pola angin dominan di wilayah Kepulauan Riau bertiup dari arah tenggara hingga barat daya dan membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
4
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Juni
Angin yang bertiup di wilayah Kepulauan Riau secara umum berasal dari arah Tenggara hingga Barat Daya yang bertiup dengan kecepatan 2-15 m/detik (sekitar 3 - 33 km/jam) ini menyebabkan mudahnya perkembangan awan di Kepulauan Riau.
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Juni 2016
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation) Pada bulan Juni 2016, ENSO berada pada kondisi normal ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Mei-0.16°C (Normal) dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Mei sebesar+5.7 (Normal). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan diwilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
5
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
6
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Juni 2016
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Juni 2016, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat diwilayah Sumatera bagian Utara dan sebagian besar wilayah Kalimantan 180-220 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 200-220 W/m2. Hal ini menunjukkan tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2016 cukup banyak. b. Fase MJO MJO pada bulan Juni 2016 berada pada fase 7 hingga 5 dengan dominasi sifat lemah hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia yang berada pada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahan bulan Juni. Secara teori, kondisi MJO ini berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat. Dengan sifatnya yang kuat, semakin berdampak pada penambahan curah hujan di wikayah Indonesia bagian barat.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
7
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD(Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4°C s.d 0,4°C). Pada akhir bulan Juni 2016 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai -0.910C. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Juni 2016, secara umum IOD berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian Barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
8
C. ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2016 Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2016 yang diterima dari stasiundi Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juni 2016 adalah sebagai berikut: Lokasi RR Juni 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan Hang Nadim
191.1
166.5
Normal
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JUNI 2016 a.
Hujan
CURAH HUJAN (mm)
Sifat hujan bulan Juni 2016 di Batam Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 191,1 mm atau 75,8%. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juni 2016 terdapat 17 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 191,1mm atau berkisar 75,8% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 48,4 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 87,8 mm, dandasarian III terjadi 4 hari dengan curah hujan 54.9 mm. Curah hujan tertinggi 45,5 mm terjadi pada tanggal 23 Juni 2016. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
TANGGAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Gambar 11. Grafik Curah Hujan bulan Juni 2016 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
9
b.
Suhu Udara Suhu udara terendah dalam bulan Juni 2016 adalah 23,1°C terjadi pada tanggal 23 Juni 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,4°C terjadi pada tanggal 29 Juni 2016 siang hari. 34
TEMPERATUR
32 30 28
T- MAXIMUM T- MINIMUM
26
T- RATA-RATA
24 22 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 TANGGAL
Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan Juni 2016 di Hang Nadim
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 77% -92 %. Kelembaban udara terendah mutlak 54% terjadi pada tanggal 29 Juni 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 14 Juni 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Juni 2016 lebih basah dibandingkan bulan Mei 2016.
RH (%)
100 95 90 85 80 75 70
RH MAXIMUM RH MINIMUM
65 60 55 50
RH RATA-RATA
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 TANGGAL
Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan Juni 2016 di Hang Nadim
c.
Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Juni 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Selatan dengan kecepatan rata-rata 6 km/jam ,arah dan kecepatan maximum dari Barat Laut dengan kecepatan 32 km/jam terjadi pada tanggal 3 Juni 2016.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
10
ANALISIS GELOMBANG BULAN JUNI 2016 Pada bulan Juni 2016 di wilayah Kepulauan Riau arus laut berkisar 3 -40 cm/s dengan arus terkuat di perairan Natuna.
Gambar 14. Peta Arus Laut Bulan Juni 2016
Untuk tinggi gelombang pada bulan Juni berkisar antara 0,1 – 1,25 m, dengan gelombang tertinggi berada di wilayah perairan Natuna dan tinggi gelombang terendah berada di wilayah perairan Malaka.
Gambar 15. Peta Tinggi Gelombang Bulan Juni 2016 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
11
Arah angin rata-rata bertiup dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan berkisar antara 3 - 10 knot.
Gambar 16. Peta Arus Laut Bulan Juni 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
12
PRAKIRAAN CUACA JULI 2016 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin Pada bulan Juli, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dan akan kembali menuju equator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 4.7° yaitu dari 23.5°LS menuju 18.8°LS (http://www.physicalgeography.net). Hal ini memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta sebagian di perairan tropis. Dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan Juli 2016 diprakirakan masih akan banyak terdapat pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU). Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Juni– Juli – Agustus 2016
Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5 http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli 2016
Pola angin rata-rata bulan Juli secara dominan bertiup dari Bumi BagianSelatan (BBS) menuju Bumi BagianUtara (BBU) dan membentuk pola belokan angin disekitar wilayah ekuator.Seperti yang terlihat pada gambar.16, pola angin yang terbentuk diwilayah Kepulauan Riau berada dekat dengan daerah pertemuan angin (konvergensi) yang terjadi di wilayah barat Kalimantan. Pola angin ini mendukung proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 18. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Juni Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
13
2.
ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa EL-Nino memasuki kategori normal pada bulan Juli 2016. Sedangkan, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan BMKG mempredikis pada bulan Juni 2016 La-Nina dalam kategori lemah dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) memprediksi pada bulan Juli 2016 La-Nina dalam kategori moderate. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam. Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhirJuni menunjukkan berada pada kondisi normal dengan nilai SOI +5.7. Sehingga diprakirakan awal bulan Juli 2016 masih berada pada kondisi normal dengan tidak terjadinya penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 19. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2014 s.d. Juni 2016 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
14
3.
MJO(Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Juli 2016 berada pada fase 5 - 1dengan sifat kuat hingga lemahsehingga mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Namun, anomali OLR bernilai positif di sebagian besar wilayah Indonesia (Gambar 20). Hal tersebut mengindikasikan sedikitnya tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 21. Grafik Fase MJO pada Bulan Juni 2016 dan prakiraan Bulan Juli 2016
Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 22. Anomali OLR sampai dengan 31 Juni 2016 dan prakiraan 15 hari kedepan
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, indeks IOD akhir Juni berada pada kondisi kuat negatif dengan nilai terakhir -0.650 C. BMKG menyatakan kondisi kuat negatif IOD ini akan berlangsung hingga bulan November 2016 (gambar 21). Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
15
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 23. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5.
Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1993-2015) diketahui: minimum rata-rata
maksimum
SUHU UDARA
23.1
27.2
32.8
KELEMBAPAN UDARA
42%
84%
100%
ANGIN HARI HUJAN
5 Km/jam 10 Km/jam 52 Km/jam 7
18*
25
*12 hari disertai petir
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan dibagi menjaditiga bagiandi Pulau Batam selama Bulan Juli.Batam bagian Timur sekitar 50 – 100 mm, sedangkan Batam bagian Tengah dan Selatan jumlahnya sekitar 150 – 200 mm dan Batam bagian Barat sekitar 200 – 250 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Juli 2016 lebih kecil dibanding dengan bulan Juni 2016, sehingga peluang curah hujan diprediksi lebih sedikit dibandingkan dengan bulan Juni 2016. B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI 2016 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juli 2016 hingga Juni 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juli 1998 s.d Juni 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95737 dan RMSE (error) 15.1156. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2016 diprakirakan: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
16
Sifat Hujan Dasarian Pertama Bawah Normal Dasarian Kedua
Bawah Normal
Jumlah Curah Hujan 49.8 41.4
Dasarian Ketiga Bawah Normal 50 Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III di bawah normal terhadap rata-rata. 2. PrakiraanHujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curahhujan satu bulan pada bulan Juni 2016 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2016
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni 2016 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2016
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
-
Normal
Batam, Rempang, dan Galang -
Bawah Normal
Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulan Juni 2016 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
17
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) JULI 2016 A.
Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B.
Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C.
Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut : 1.
KOTA BATAM i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
18
2.
3.
KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN
KABUPATEN KARIMUN i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4.
KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
19
5.
KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING
6.
KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
20
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JULI 2016
1.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 07, N01 07, June 2016 SUN MOON Rise Set Rise Set hm Hm hm hm 0602 1813 0242 1512 0602 1813 0339 1610 0602 1813 0438 1709 0602 1813 0536 1807 0603 1814 0634 1904 0603 1814 0729 1957 0603 1814 0822 2048 0603 1814 0911 2135 0603 1814 0958 2220 0604 1814 1043 2304 0604 1814 1126 2346 0604 1815 1209 000 0604 1815 1252 0028 0604 1815 1337 0112 0604 1815 1422 0156 0604 1815 1510 0242 0604 1815 1600 0331 0605 1815 1651 0421 0605 1815 1743 0513 0605 1815 1835 0605 0605 1815 1928 0658 0605 1815 2019 0751 0605 1815 2110 0842 0605 1815 2201 0934 0605 1815 2252 1025 0605 1815 2344 1117 0605 1815 000 1210 0605 1815 0037 1305 0605 1815 0132 1401 0605 1815 0228 1458 0605 1815 0325 1556
2.
STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 32, N00 55, SUN Rise Set hm Hm 0601 1811 0601 1811 0601 1811 0601 1811 0601 1812 0602 1812 0602 1812 0602 1812 0602 1812 0602 1812 0602 1812 0602 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0603 1813 0604 1813 0604 1813 0604 1813 0604 1813 0604 1813 0604 1813 0604 1813 0604 1813
June 2016 MOON Rise Set hm hm 0241 1510 0338 1608 0436 1707 0535 1805 0633 1902 0728 1955 0820 2046 0910 2133 0956 2218 1041 2302 1124 2345 1207 000 1250 0027 1335 0110 1420 0155 1508 0241 1558 0329 1649 0419 1741 0511 1833 0603 1926 0657 2017 0749 2108 0841 2159 0932 2250 1023 2342 1115 000 1209 0035 1303 0130 1359 0227 1456 0324 1554
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
21
3.
STASIUN METEOROLOGI RANAI
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E108 24, N03 55, SUN Rise Set hm hm 0540 1801 0540 1801 0540 1801 0541 1801 0541 1801 0541 1801 0541 1802 0541 1802 0542 1802 0542 1802 0542 1802 0542 1802 0542 1802 0543 1802 0543 1802 0543 1802 0543 1802 0543 1802 0543 1802 0543 1802 0543 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1802 0544 1801
June 2016 MOON Rise Set hm hm 0222 1457 0318 1556 0416 1655 0515 1753 0612 1849 0708 1943 0801 2032 0851 2119 0939 2203 1025 2246 1109 2328 1153 000 1236 0010 1321 0052 1408 0136 1456 0221 1546 0309 1637 0359 1729 0451 1821 0544 1913 0637 2004 0730 2054 0823 2143 0915 2233 1008 2324 1101 000 1155 0017 1250 0111 1347 0207 1444 0304 1542
4.
STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E103 23, N01 03, SUN Rise Set hm hm 0605 1816 0605 1816 0605 1816 0606 1816 0606 1816 0606 1817 0606 1817 0606 1817 0606 1817 0607 1817 0607 1817 0607 1817 0607 1818 0607 1818 0607 1818 0607 1818 0607 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818 0608 1818
June 2016 MOON Rise hm 0245 0342 0441 0540 0637 0733 0825 0914 1001 1046 1129 1212 1255 1340 1425 1513 1603 1654 1746 1838 1931 2022 2113 2204 2255 2347 000 0040 0135 0231 0328
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
Set hm 1515 1613 1712 1810 1907 2000 2051 2138 2223 2307 2349 000 0032 0115 0159 0246 0334 0424 0516 0608 0701 0754 0846 0937 1028 1120 1213 1308 1404 1501 1559
22
5.
STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 34, S00 28, SUN Rise Set hm hm 0601 1810 0601 1810 0602 1810 0602 1811 0602 1811 0602 1811 0602 1811 0602 1811 0603 1811 0603 1812 0603 1812 0603 1812 0603 1812 0603 1812 0603 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812 0604 1812
June 2016 MOON Rise Set hm hm 0241 1509 0338 1607 0437 1706 0535 1804 0633 1901 0728 1955 0821 2045 0910 2133 0956 2218 1041 2302 1124 2345 1207 000 1250 0027 1334 0110 1420 0155 1507 0241 1557 0330 1648 0420 1740 0512 1833 0604 1925 0657 2017 0749 2108 0841 2159 0932 2250 1023 2342 1115 000 1208 0036 1303 0131 1359 0227 1456 0324 1553
6.
STASIUN METEOROLOGI TAREMPA
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E106 15, N03 12, SUN Rise Set hm hm 0550 1808 0550 1808 0550 1808 0550 1809 0551 1809 0551 1809 0551 1809 0551 1809 0551 1809 0552 1809 0552 1809 0552 1809 0552 1810 0552 1810 0552 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0553 1810 0554 1810 0554 1810 0554 1809 0554 1809 0554 1809 0554 1809
June 2016 MOON Rise Set hm Hm 0231 1505 0328 1604 0426 1703 0525 1801 0622 1857 0718 1951 0811 2041 0901 2128 0948 2212 1034 2255 1118 2337 1201 000 1245 0019 1330 0101 1416 0145 1504 0231 1554 0319 1645 0409 1737 0501 1829 0554 1921 0647 2012 0740 2102 0832 2152 0924 2242 1017 2334 1109 000 1203 0026 1258 0121 1355 0217 1452 0314 1550
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
23
DAFTAR ISTILAH Anomali Awan Konvektif
: :
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang. Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin. Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Cold Surge
:
Cuaca
:
Dasarian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole) DMI (Dipole Mode Index)
: :
Periode sepuluh harian Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
:
Divergensi Eddy
: :
El Nino
:
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
: :
Konvergensi La Nina
: :
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Monsun
:
Normal
:
OLR (Outgoing Longwave Radiation)
:
Rata-rata
:
Shearline
:
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
: :
Konveksi Updraft
: :
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau. Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb) Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit. Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 19761985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (19611990, 1971-2000, 1981-2010, dst) Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.031]
24