KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juni 2017ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2017, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Juni 2017. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
terdapat banyak dan saran yang ini. Besar harapan menjawab semua
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PARMIN,S.Si, M.M. NIP. 19640218 199102 1 001
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
i
TIM REDAKSI
PELINDUNG
PARMIN, S.Si, M.M. PENANGGUNG JAWAB
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM
ANGGOTA YAYAN HERMAWAN
ANGGOTA DUDI JUHANDINATA, S.Stat, MM
ANGGOTA NANGSIP CAHYANA, S.Si
ANGGOTA DUATI WARDANI, S.Si
ANGGOTA MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
ANGGOTA ASRI PRATIWI, S.Si
ANGGOTA ADHITYA PRAKOSO, S.Tr
ANGGOTA NIZAM MAWARDI, S.Tr
ANGGOTA HANA SOLIHAH, S.Si
ANGGOTA DEDI HARIANTO PANJAITAN, S.T.
ANGGOTA PANDE MADE RONY KURNIAWAN, SST
ANGGOTA DEBORA TRULY MARPAUNG, SST.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
ii
DAFTAR ISI Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii I. II. III. IV. V. VI.
RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1 PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1 ANALISA CUACA DAN IKLIM MEI 2017 ................................................................................................... 2 PRAKIRAAN CUACA JUNI 2017................................................................................................................ 11 PRAKIRAAN PASANG SURUT JUNI 2017 .............................................................................................. 16 PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JUNI 2017........................................................................................................................................................... 19
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
iii
RINGKASAN 1. Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2017adalah sebagai berikut: a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kondisi di atas normal terhadap rata – ratanya.Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Selatan hingga Barat Daya dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 15 km/jam. b. Di akhir bulan Mei Indonesia terlewati oleh perambatan MJO sehingga memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau. Kondisi perairan di Indonesia yang juga masih cukup hangat turut menunjang untuk menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Namun nilai IOD, ENSO, serta SOI yang berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2017 hingga Mei 2018. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juni 2002 s.d Mei 2017. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92503 dan RMSE (error) 17.6385 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juni 2017 pada dasarian I, II dan III berada pada kisaran normalnya.
PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1 September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
1
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIMMEI 2017 A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia.Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR(Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
2
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN MEI 2017 1. Monsun Pada bulan Meimatahari berada di BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu menuju titik paling utara di BBU sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 15.8°LU menuju 22.5°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pola-pola tekanan rendah tersebut menjadi tempat pengumpulan massa udara yang cukup mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Mei 2017
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar2. Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanMei 2017
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Mei 2017 berkisar antara 28.00 - 32.00 C(Gambar.1) dengan anomali -0.5-+1.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia termasuk wilayah Kepulauan Riau masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
3
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Mei 2017
Pada bulan Mei 2017, tekanan udara di BBS secara umum lebih tinggi dari pada BBU karena matahari masih berada di ekuator. Hal ini menyebabkan adanya pergerakkan massa udaradari BBSmenuju BBUsehingga membentuk pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi)di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan. Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya yang di dominasi dari arah Selatan dengan kecepatan 0 hingga 13 knot (Gambar.5). Kondisi angin yang lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada BulanMei 2017 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
4
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Mei 2017
2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation) ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada bulan Mei 2017, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar+0.54 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Mei sebesar+1.3 (Kondisi Netral). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar6. Grafik indeks SST Nino3.4 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
5
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar7. Grafik indeks ENSO / SOI
3. MJO(Madden-Julian Oscillation) a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Mei 2017
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.Awanawan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut.Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Mei 2017, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian utara yaitu berkisar antara 200 – 220 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 220 240 W/m2 .Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2017 tidak cukup banyak. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
6
b. Fase MJO MJO selama bulan Mei 2017 berada pada fase 8 sampai 3 dengan sifat lemah hingga kuat pada perambatannya.Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.Pada gambar (9) terlihat bahwa pada bulan Mei akhir wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO.Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD(Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4 s.d 0,4). Pada akhir bulan Mei 2017 nilai IOD berada pada kondisi positif yang bernilai +0.19. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Mei 2017, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar10. Grafik IOD Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
7
C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI2017 Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadimdi Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2017 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
8
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN MEI 2017 a.
Hujan Sifat hujan bulan Mei 2017 di Barelang Bawah Normal (B) sampai Atas Normal (A) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 131,2 mm - 375,6 mm atau antara 52,1 % - 149,0 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Sengkuang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Mei 2017 terdapat 22 hari hujan terukur dengan total curah hujan sebesar 350,4 mm atau berkisar 139,0% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Atas Normal (A) . Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 102,7mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 46,4 mm, dan dasarian III terjadi 8 hari dengan curah hujan 201,3 mm. Curah hujan tertinggi 92,6 mm terjadi pada tanggal 26 Mei 2017.
Gambar11. Grafik Curah Hujan bulan Mei2017di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
9
b.
Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,1°C - 27,4°C. Suhu udara terendah dalam bulan Mei 2017 adalah 23,6 °C terjadi pada tanggal 30 Mei 2017 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33.1°C terjadi pada tanggal 23Mei2017 siang hari.
Gambar12. Grafik Suhu Udara bulan Mei 2017di Hang Nadim
c.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 79 % - 95 %. Kelembaban udara terendah mutlak 57% terjadi pada tanggal 31 Mei 2017 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 10 Mei 2017 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Mei 2017 lebih basah dibandingkan bulan April 2017.
Gambar13.Grafik Kelembaban Udara Bulan Mei 2017di Hang Nadim
d.
Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Mei 2017 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 6,3 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan dengan kecepatan 32,4 km/jam terjadi pada tanggal 22 Mei 2017. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
10
PRAKIRAAN CUACA JUNI 2017 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin Pada bulan Juni, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.8° yaitu dari 22.7°LS menuju 23.5°LS (http://www.physicalgeography.net). Hal ini memicu tingginya pemanasan air laut yang mengakibatkan hangatnya perairan di BBU serta sebagian di perairan tropis. Dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan Juni 2017 diprakirakan masih akan banyak terdapat pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU) dan ekuator khususnya. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Juni – Juni – Agustus 2017
Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juni 2017
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5 http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juni2017
Pola angin rata-rata bulan Juni secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dan membentuk belokan angin di sekitar ekuator. Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah pertemuan ngin (konvergensi) di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang menyebabkan bertemunya massa udara yang mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 18.Rata-rata Streamline 3000 feetpada Bulan Juni 2017 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
11
2.
ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG dan JAMSTEC (Japan Agency for MarineEarth Science and Technology) menyatakan bahwa pada bulan Juni 2017 dalam kondisi El-Nino lemah, sedangkan menurut POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) ENSO dalam kondisi normal. Secara umum, ENSO diprediksi sedikit memberi pengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 19.Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Mei menunjukkan berada pada kondisi Normal dengan nilai SOI sebesar +1.3,sehingga tidak memepengaruhi terhadap bertambah atau berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2015s.d.AkhirJuni 2017 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
12
3.
MJO(Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Juni 2017 berada pada fase 4 hingga 1 dengan sifat lemah hingga kuat sehingga cukup mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah sebelah barat Indonesia (Gambar 20) pada awal hingga pertengahan bulan Juni.Hal tersebut mengindikasikan cukup banyak tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat pada awal hingga pertengahan bulan Juni.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 21.Grafik Fase MJO pada Bulan Mei 2017 dan prakiraan Bulan Juni 2017
Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 22.Anomali OLR sampai dengan 31Mei 2017 dan prakiraan 15 hari kedepan
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG memprakirakan pada bulan Juni DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
13
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 23.Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5.
Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 24 tahun (19932016) diketahui: Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA
23.1
27.5
33.5
KELEMBAPAN UDARA
42%
85%
100%
ANGIN HARI HUJAN
5 Km/jam 10 Km/jam 68 Km/jam 9
18*
25
*13 hari disertai petir
Secara klimatologis selama 25 tahun (1996-2011), jumlah curah hujan terbagi tiga di Pulau Batam, Batam bagian tengah jumlahnya sekitar 50-100 mm, Batam bagian barat dan selatan sekitar 150 -200 mm, serta Batam bagian timur dan utara sekitar 200 – 250 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Juni 2017 lebih rendah dibanding dengan bulan Mei 2017, sehingga peluang curah hujannya lebih rendah juga bila dibanding dengan bulan Juni 2017. B. PRAKIRAAN HUJANBULAN JUNI 2017 1. PrakiraanHujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksiARIMA(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2017 hingga Mei 2018.Data masukan yang digunakan adalah data serieshujandasarian Hang NadimperiodeJuni2002 s.d Mei 2017. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMAdengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92503 dan RMSE (error) 17.6385. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juni 2017 diprakirakan: Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
14
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III berada pada kondisi normalnya. 2. PrakiraanHujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curahhujan satu bulan pada bulanJuni 2017 di wilayah Barelangsebagaiberikut: Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2017
danmembandingkandengan normal Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:
hujannyamakasifathujanbulan
Juni
2017
di
Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2017
Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulanJuni2017 Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
15
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)JUNI 2017 A.
Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B.
Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C.
Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut : 1.
KOTA BATAM i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
16
2.
3.
KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN
KABUPATEN KARIMUN i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4.
KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
17
5.
KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING
6.
KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
18
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI JUNI 2017 1.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
2.
STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG
Location : E104 07, N01 07, June 2017 SUN
Location : E104 32, N00 55, June 2017
MOON Set
Rise
SUN
DATE
Rise
Set
hm
Hm
hm
hm
1
0556
1807
1200
2
0556
1807
3
0556
1807
4
0556
5 6
MOON
DATE
Rise
Set
Rise
hm
Hm
hm
hm
000
1
0555
1805
1158
000
1248
0024
2
0555
1805
1246
0023
1333
0110
3
0555
1805
1332
0109
1807
1418
0155
4
0555
1805
1416
0153
0557
1808
1501
0238
5
0555
1806
1500
0236
0557
1808
1545
0321
6
0555
1806
1543
0320
7
0557
1808
1630
0405
7
0556
1806
1628
0403
8
0557
1808
1716
0449
8
0556
1806
1714
0448
9
0557
1808
1802
0535
9
0556
1806
1800
0534
10
0557
1809
1850
0622
10
0556
1807
1848
0621
11
0558
1809
1938
0710
11
0556
1807
1936
0708
12
0558
1809
2026
0758
12
0557
1807
2024
0756
13
0558
1809
2114
0846
13
0557
1807
2112
0845
14
0558
1809
2202
0934
14
0557
1807
2200
0933
15
0558
1810
2249
1022
15
0557
1808
2247
1021
16
0559
1810
2336
1110
16
0557
1808
2334
1108
17
0559
1810
000
1157
17
0558
1808
000
1156
18
0559
1810
0023
1246
18
0558
1808
0021
1244
19
0559
1810
0112
1336
19
0558
1808
0110
1334
20
0600
1811
0202
1429
20
0558
1809
0201
1427
21
0600
1811
0256
1525
21
0558
1809
0255
1523
22
0600
1811
0353
1624
22
0559
1809
0352
1622
23
0600
1811
0453
1726
23
0559
1809
0452
1724
24
0600
1812
0556
1829
24
0559
1810
0554
1827
25
0601
1812
0658
1931
25
0559
1810
0657
1929
26
0601
1812
0759
2030
26
0600
1810
0758
2028
27
0601
1812
0857
2126
27
0600
1810
0856
2124
28
0601
1812
0951
2217
28
0600
1810
0950
2216
29
0601
1813
1042
2306
29
0600
1811
1040
2304
30
0602
1813
1130
2352
30
0600
1811
1128
2350
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
Set
19
3.
STASIUN METEOROLOGI RANAI
4.
STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E108 24, N03 55, June 2017 SUN DATE
Rise hm
Location : E103 23, N01 03, June 2017
MOON Set hm
Rise hm
hm
1
0534
1754
1140
000
2
0534
1754
1229
0008
3
0535
1755
1315
0053
4
0535
1755
1401
0137
5
0535
1755
1445
0219
6
0535
1755
1530
0302
7
0535
1756
1615
0345
8
0535
1756
1701
0429
9
0535
1756
1748
0514
10
0536
1756
1836
0600
11
0536
1756
1924
0648
12
0536
1757
2012
0736
13
0536
1757
2100
0825
14
0536
1757
2147
0913
15
0537
1757
2233
1002
16
0537
1758
2319
1050
17
0537
1758
000
1139
18
0537
1758
0006
1228
19
0537
1758
0053
1319
20
0538
1758
0143
1413
21
0538
1759
0236
1510
22
0538
1759
0332
1610
23
0538
1759
0432
1712
24
0538
1759
0534
1815
25
0539
1800
0636
1917
26
0539
1800
0738
2016
27
0539
1800
0836
2111
28
0539
1800
0931
2202
29
0540
1800
1023
2249
30
0540
1800
1111
SUN
Set
2334
DATE
MOON
Rise
Set
Rise
Set
hm
hm
hm
hm
1
0559
1810
1203
000
2
0559
1810
1251
0027
3
0559
1810
1336
0113
4
0559
1810
1421
0158
5
0600
1810
1504
0241
6
0600
1811
1548
0324
7
0600
1811
1633
0408
8
0600
1811
1718
0452
9
0600
1811
1805
0538
10
0601
1811
1853
0625
11
0601
1812
1941
0713
12
0601
1812
2029
0801
13
0601
1812
2117
0850
14
0601
1812
2205
0938
15
0602
1812
2252
1025
16
0602
1813
2339
1113
17
0602
1813
000
1200
18
0602
1813
0026
1249
19
0602
1813
0115
1339
20
0603
1813
0205
1432
21
0603
1814
0259
1528
22
0603
1814
0356
1627
23
0603
1814
0456
1729
24
0603
1814
0559
1832
25
0604
1815
0702
1934
26
0604
1815
0803
2033
27
0604
1815
0900
2129
28
0604
1815
0954
2220
29
0605
1815
1045
2309
30
0605
1816
1133
2355
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
20
5.
STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP
6.
STASIUN METEOROLOGI TAREMPA
Location : E104 34, S00 28, June 2017 SUN DATE
Location : E106 15, N03 12, June 2017
MOON
SUN
Rise
Set
Rise
Set
hm
hm
hm
hm
1
0555
1804
1159
000
2
0555
1804
1246
0022
3
0556
1804
1332
4
0556
1804
5
0556
1805
6
0556
7 8
DATE
MOON
Rise
Set
Rise
Set
hm
hm
hm
Hm
1
0536
1754
1141
000
2
0536
1754
1230
0008
0108
3
0536
1754
1316
0054
1416
0153
4
0536
1754
1401
0137
1459
0236
5
0537
1754
1445
0220
1805
1543
0320
6
0537
1755
1530
0303
0556
1805
1627
0404
7
0537
1755
1615
0346
0556
1805
1713
0448
8
0537
1755
1701
0430
9
0557
1805
1759
0534
9
0537
1755
1748
0515
10
0557
1806
1847
0621
10
0537
1756
1836
0602
11
0557
1806
1935
0709
11
0538
1756
1924
0649
12
0557
1806
2023
0757
12
0538
1756
2012
0738
13
0557
1806
2111
0845
13
0538
1756
2100
0827
14
0558
1806
2159
0933
14
0538
1756
2147
0915
15
0558
1807
2246
1021
15
0538
1757
2233
1003
16
0558
1807
2333
1108
16
0539
1757
2320
1051
17
0558
1807
000
1156
17
0539
1757
000
1140
18
0558
1807
0021
1244
18
0539
1757
0006
1229
19
0559
1808
0110
1334
19
0539
1758
0054
1320
20
0559
1808
0201
1426
20
0539
1758
0144
1413
21
0559
1808
0255
1522
21
0540
1758
0237
1510
22
0559
1808
0352
1621
22
0540
1758
0334
1609
23
0600
1808
0452
1723
23
0540
1758
0433
1711
24
0600
1809
0555
1826
24
0540
1759
0535
1815
25
0600
1809
0657
1928
25
0541
1759
0638
1917
26
0600
1809
0758
2028
26
0541
1759
0739
2016
27
0600
1809
0856
2123
27
0541
1759
0838
2111
28
0601
1809
0950
2215
28
0541
1759
0932
2202
29
0601
1810
1040
2304
29
0541
1800
1024
2250
30
0601
1810
1128
2350
30
0542
1800
1112
2335
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
21
DAFTAR ISTILAH Anomali Awan Konvektif
: :
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang. Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin. Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Cold Surge
:
Cuaca
:
Dasarian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole) DMI (Dipole Mode Index)
: :
Periode sepuluh harian Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
:
Divergensi Eddy
: :
El Nino
:
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan. Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim ITCZ(Intertropical Convergence Zone)
: :
Konvergensi La Nina
: :
MJO(Madden-Novemberan Oscillation)
:
Monsun
:
Normal
:
OLR(Outgoing Longwave Radiation)
:
Rata-rata
:
Shearline
:
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
: :
Konveksi Updraft
: :
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau. Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb) Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit. Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 19761985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (19611990, 1971-2000, 1981-2010, dst) Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.042]
22