EDISI 13, APRIL 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi April 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Maret 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan April 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MARET 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden - Julian Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN MARET 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Maret 2015 Stamet
7 9 10 12 12 15
Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN APRIL 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN APRIL 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN APRIL 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM APRIL 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 16 — APRIL 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2015 adalah sebagai berikut :
Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-100 mm. Angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 45 km/jam, kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.
Untuk kondisi atmosfer di bulan Maret 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Maret berada pada fase 3 hingga 1 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam hal ini, aktifitas MJO cukup berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam. Secara umum nilai OLR pada bulan Maret 2015 bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Maret 2015 berkisar antara 28.0°C hingga 30.0°C. Suhu muka laut yang hangat (>27.0°C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 – 0,5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Maret 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan pada bulan tersebut.
II.
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai April 2015 hingga Maret 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode April 1999 s.d Maret 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96423 dan RMSE (error) 8.7539 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan April 2015 diprakirakan pada dasarian 1 dan II bersifat di bawah normal dan pada dasarian III bersifat normal.
Page 5
EDISI 16 — APRIL 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 April 1901 s/d 31 April 1930, 1 April 1931 s/d 31 April 1960, 1 April 1961 s/d 31 April 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 16 — APRIL 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intramusiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 16 — APRIL 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MARET 2015 1. Monsun Pada bulan Maret matahari berada tepat di atas wilayah equator atau disebut sebagai equinox. Matahari mulai berada pada penjalarannya dari equator menuju Bumi Bagian Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 15° yaitu dari 9.8°LS menuju 5.2°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah ekuator yang memicu terbentuknya polapola tekanan udara rendah. Pada bulan Maret 2015 tercatat ada tiga kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Nathan, siklon tropis Bavi dan siklon tropis Maisak. Siklon tropis dan pusat –pusat tekanan rendah ini menarik massa udara menuju wilayah tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau. Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Maret 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Maret 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/
Page 8
EDISI 16 — APRIL 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Maret 2015 berkisar antara 28.0°C hingga 30.0°C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.0°C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 0.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Maret 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung sedikit pada bulan tersebut. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Maret 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Maret, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada daerah equator yang menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju equator (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah utara hingga timur laut. Selain itu, tekanan udara di wilayah BBS (Belahan Bumi Selatan) yang lebih tinggi dari pada wilayah equator juga membuat massa udara yang berasal dari wilayah BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equator (bertekanan rendah) sehingga memicu terbentuknya pola angin konvergen yang memanjang di wilayah equator atau biasa disebut sebagai Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), sebagaimana terlihat pada (Gbr.3). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.
Page 9
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Maret 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 45 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Maret 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Maret, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Maret +0.72°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Maret 2015 berada pada kondisi di bawah normal dengan nilai pada akhir bulan Maret mencapai -11.5. Namun belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan. Hal ini baru akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI negatif terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi El Nino.
Page 10
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Maret bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220 W/m 2. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Page 11
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Maret 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
b. Fase MJO (Median Julian Oscillation) MJO pada bulan Maret berada pada fase 3 hingga 1 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam hal ini aktivitas MJO cukup berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Batam. Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12
EDISI 16 — APRIL 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Maret IOD bernilai -0.02°C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Maret 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN MARET 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Maret 2015 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDISI 16 — APRIL 2015
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Maret 2015 Lokasi
RR Maret 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
66.4
163.8
Bawah Normal
Muka kuning
53.2
171.7
Bawah Normal
Nongsa
81.0
131.9
Bawah Normal
Tg. Uncang
90.8
174.8
Bawah Normal
Pagoda
25.6
121.6
Bawah Normal
Sengkuang
9.0
144.5
Bawah Normal
Seiladi
52.6
160.7
Bawah Normal
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-100 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Maret 2015
Page 14
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Maret 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Maret 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang dengan nilai antara 0-100 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Tanjung Uncang.
Page 15
EDISI 16 — APRIL 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Maret 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Maret 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 9 mm - 90,8 mm atau antara 3,6 % - 36,0 %. Curah hujan terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Tanjung Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Maret 2015 terdapat 5 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (TTU) dengan total curah hujan sebesar 88,0 mm atau berkisar 34,9% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 1 hari hujan dengan jumlah curah hujan tidak terukur (TTU), dasarian II terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan 48,3 mm, dan dasarian III terjadi 3 hari dengan curah hujan 39,7 mm. Curah hujan tertinggi 38 mm terjadi pada tanggal 30 Maret 2015. Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Maret 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 16 — APRIL 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25,4° - 29,0° C. Suhu udara terendah dalam bulan Maret adalah 23,2°C terjadi pada tanggal 11 Maret 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,6 °C terjadi pada tanggal 28 Maret 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Maret 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 91 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 56% terjadi pada tanggal 08 Maret 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 29 Maret 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Maret 2015 lebih lembab dibandingkan bulan Februari 2015. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Maret 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Maret 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 16 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Utara dengan kecepatan 45 km/jam terjadi pada tanggal 10 Maret 2015.
Page 17
EDISI 16 — APRIL 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN APRIL 2015 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan April, posisi matahari dalam gerak semunya berada di sekitar wilayah Belahan Bumi Utara (BBU) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 11.2° yaitu dari 5.2°LU menuju 17.0°LU (http://www.physicalgeography.net). Namun, sifat lautan yang lebih lama menyimpan panas menyebabkan suhu muka laut di BBS dan equator masih lebih tinggi dibanding BBU. Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada April 2015 masih akan banyak terdapat pada wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS) dan equator khususnya. Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan April 2015 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode April 2015
Bulan April 2015
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/ composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan April secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) dan Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju khatulistiwa. Angin dari arah BBU dan BBS ini bertemu di sekitar wilayah equator. Daerah pertemuan angin ini disebut ITCZ (Intercontinental Convergence Zone). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 17, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran angin tertutup (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan -awan hujan.
Page 18
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet April 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Lemah untuk April 2015. Sedangkan BMKG menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal. Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 16 — APRIL 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga Maret akhir menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -11.5. Namun hal ini secara umum belum terlalu berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan April. Hal ini hanya akan berpengaruh jika keadaan nilai SOI negatif terjadi selama minimal dua bulan berturut-turut yang dampaknya kemungkinan akan terjadi El Nino. Sehingga diprakirakan untuk bulan April 2015 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal April 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 30 Maret s.d 13 April 2015 MJO berada pada fase 2 hingga 4 atau berada pada wilayah Samudera Hindia bagian Timur hingga Kepulauan Indonesia. Hal ini cukup mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +5 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -5 s.d +5. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan April tidak akan terlalu banyak.
Page 20
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Maret 2015 dan Prakiraan Bulan April 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 Maret 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Page 21
EDISI 16 — APRIL 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal April 2015 berada pada kisaran. -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir -0.02 (gambar 22) dan prediksi bulan April 2015 bernilai -0.28 (gambar 23). Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode April 2015 bernilai -0.10 (gambar 23). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan April 2015 tidak terjadi penambahan jumlah curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir April 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/
Page 22
EDISI 16 — APRIL 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan April di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan April. Daerah Rempang dan Galang curah hujannya 150 – 200 mm. Sedangkan Batam Tengah dan Batam Utara curah hujannya sedikit lebih rendah yaitu 50 – 150 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan April 2015 cenderung sama bila dibandingkan pada bulan Maret dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cenderung sama.
Page 23
EDISI 16 — APRIL 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai April 2015 hingga Maret 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode April 1999 s.d Maret 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96423 dan RMSE (error) 8.7539 Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan April 2015 diprakirakan:
Sifat Hujan Dasarian Pertama Di Bawah Normal
Jumlah Curah Hujan 55.3
Dasarian Kedua
Di Bawah Normal
48.8
Dasarian Ketiga
Normal
60.1
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II di bawah normal sedangkan dasarian III berada pada normalnya.
Page 24
EDISI 16 — APRIL 2015
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan April 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut : Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm
WILAYAH
Batam, Rempang, Galang -
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan April 2015
Page 25
EDISI 16 — APRIL 2015
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan April 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut : Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal Normal
Rempang
Bawah Normal
Batam, Galang
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan April 2015
Page 26
V.
EDISI 16 — APRIL 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT APRIL 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan April 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut :
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan April 2015
TINGGI WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
0,75 – 1,25
Timur Laut – 10
Barat Laut – 5
Batam - Tarempa
1– 2
Timur Laut – 10
Utara - 5
Batam - Natuna
1–2
Timur Laut – 10
Tenggara - 5
Batam - Karimun
0,5 – 1,25
Timur Laut – 10
Barat Daya - 5
1– 2
Timur Laut – 10
Tenggara – 5
0,75 – 1,25
Timur Laut – 10
Barat Laut – 5
0,5 – 1
Timur Laut – 10
Selatan - 5
1–2
Timur Laut – 10
Timur Laut – 5
Batam – Lingga
Batam - Singapura
Batam - Dumai
Batam - Tambelan
Page 27
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I April 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Maret 2015
Page 28
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I April 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Maret 2015
Page 29
EDISI 16 — APRIL 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I April 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Maret 2015
Page 30
EDISI 16 — APRIL 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, April 2015
2. Sekupang, April 2015
EDISI 16 — APRIL 2015
1 2
Page 32
EDISI 16 — APRIL 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, April 2015
2. Tanjung Pinang, April 2015
3 4
Page 33
EDISI 16 — APRIL 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, April 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, April 2015
6
Page 34
EDISI 16 — APRIL 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, April 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, April 2015
8
Page 35
VII.
EDISI 16 — APRIL 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM APRIL 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 07, N01 07, April 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0604 1811 1557 0604 1811 1640 0603 1811 1723 0603 1810 1806 0603 1810 1851 0602 1810 1937 0602 1810 2024 0602 1809 2114 0601 1809 2206 0601 1809 2259 0601 1809 2353 0600 1808 000 0600 1808 0047 0600 1808 0142 0600 1808 0236 0559 1808 0331 0559 1807 0425 0559 1807 0520 0559 1807 0615 0558 1807 0711 0558 1807 0806 0558 1806 0902 0558 1806 0956 0557 1806 1048 0557 1806 1138 0557 1806 1225 0557 1806 1310 0557 1806 1354 0556 1806 1437 0556 1805 1520
Set hm 0336 0419 0501 0543 0626 0711 0757 0845 0936 1028 1122 1216 1311 1406 1501 1556 1651 1747 1843 1940 2036 2131 2224 2315 000 0003 0049 0133 0216 0258
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 32, N00 55, April 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0602 1809 1556 0602 1809 1638 0602 1809 1721 0601 1809 1805 0601 1808 1849 0601 1808 1935 0600 1808 2022 0600 1808 2112 0600 1807 2204 0600 1807 2257 0559 1807 2351 0559 1807 000 0559 1806 0045 0558 1806 0140 0558 1806 0235 0558 1806 0329 0558 1806 0423 0557 1805 0518 0557 1805 0613 0557 1805 0709 0557 1805 0805 0556 1805 0900 0556 1804 0954 0556 1804 1046 0556 1804 1136 0556 1804 1223 0555 1804 1309 0555 1804 1353 0555 1804 1436 0555 1804 1518
Set hm 0334 0417 0459 0542 0625 0709 0756 0844 0934 1026 1120 1215 1310 1405 1459 1554 1650 1745 1841 1938 2034 2129 2222 2313 000 0001 0047 0131 0214 0256
Page 36
EDISI 16 — APRIL 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E108 24, N03 55, April 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0546 1755 1538 0546 1755 1622 0545 1755 1706 0545 1754 1750 0544 1754 1835 0544 1754 1921 0544 1754 2010 0543 1754 2100 0543 1754 2152 0542 1753 2245 0542 1753 2339 0542 1753 000 0541 1753 0033 0541 1753 0127 0541 1753 0220 0540 1752 0314 0540 1752 0407 0540 1752 0501 0539 1752 0555 0539 1752 0650 0539 1752 0745 0538 1752 0840 0538 1752 0934 0538 1752 1026 0537 1752 1116 0537 1751 1204 0537 1751 1250 0537 1751 1335 0536 1751 1419 0536 1751 1502
Set hm 0320 0402 0443 0525 0607 0651 0737 0824 0914 1006 1100 1155 1250 1346 1442 1538 1634 1731 1828 1925 2022 2117 2210 2301 2349 000 0034 0117 0159 0241
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun Location : E103 23, N01 03, April 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2 3 4 5
0607 0607 0606 0606 0606
1814 1814 1814 1813 1813
1600 1643 1726 1809 1854
0339 0422 0504 0546 0629
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
0605 0605 0605 0604 0604 0604 0603 0603 0603 0603 0602 0602 0602 0602
1813 1813 1812 1812 1812 1812 1811 1811 1811 1811 1810 1810 1810 1810
1940 2027 2117 2209 2302 2356 000 0050 0145 0239 0334 0428 0523 0618
0714 0800 0848 0939 1031 1125 1219 1314 1409 1504 1559 1654 1750 1846
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0601 0601 0601 0601 0600 0600 0600 0600 0600 0559 0559
1810 1810 1809 1809 1809 1809 1809 1809 1809 1808 1808
0714 0810 0905 0959 1051 1141 1228 1313 1357 1440 1523
1943 2039 2134 2227 2318 000 0006 0052 0136 0219 0301
Page 37
EDISI 16 — APRIL 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 34, S00 28, April 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0603 1809 1556 0602 1809 1639 0602 1808 1721 0602 1808 1804 0602 1808 1848 0601 1807 1933 0601 1807 2021 0601 1807 2110 0600 1806 2202 0600 1806 2255 0600 1806 2349 0600 1806 000 0559 1805 0044 0559 1805 0139 0559 1805 0234 0559 1805 0328 0558 1804 0423 0558 1804 0518 0558 1804 0614 0558 1804 0710 0558 1803 0807 0557 1803 0902 0557 1803 0956 0557 1803 1048 0557 1803 1138 0557 1803 1225 0557 1802 1310 0556 1802 1353 0556 1802 1436 0556 1802 1518
Set hm 0334 0416 0459 0542 0625 0710 0757 0845 0936 1028 1122 1216 1311 1406 1500 1554 1649 1744 1840 1936 2032 2127 2220 2311 2359 000 0046 0130 0213 0256
6. Stasiun Meteorologi Tarempa Location : E106 15, N03 12, April 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2 3 4 5 6
0555 0554 0554 0554 0553 0553
1803 1803 1803 1803 1802 1802
1548 1631 1714 1758 1843 1930
0329 0411 0452 0534 0617 0700
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0553 0552 0552 0551 0551 0551 0550 0550 0550 0549 0549 0549 0548 0548
1802 1802 1802 1802 1801 1801 1801 1801 1801 1801 1800 1800 1800 1800
2018 2108 2200 2253 2347 000 0041 0135 0229 0322 0416 0510 0604 0700
0746 0834 0924 1016 1110 1205 1300 1356 1451 1547 1643 1739 1836 1933
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0548 0548 0547 0547 0547 0547 0546 0546 0546 0546
1800 1800 1800 1800 1759 1759 1759 1759 1759 1759
0755 0850 0944 1036 1126 1214 1300 1344 1428 1511
2030 2125 2218 2309 2357 000 0042 0126 0208 0250
Page 38
EDISI 16 — APRIL 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 16 — APRIL 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca