EDISI 18, JUNI 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juni 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Juni 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MEI 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden - Julian Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Mei 2015 Stamet
7 9 10 12 12 15
Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN JUNI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN JUNI 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN JUNI 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM JUNI 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 18 — JUN I 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2015 adalah sebagai berikut : ~
Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam tidak merata ditandai dengan sifat hujan yang berada pada kisaran di bawah normal dan di atas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm. Angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 40 km/jam, kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.
~
Untuk kondisi atmosfer di bulan Mei 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Mei berada pada fase 5 hingga 1 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat lemah sehingga pada bulan Mei MJO tidak berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Mei relatif rendah di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 170-220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Mei 2015 berkisar antara 27.0°C hingga 30.0°C. Suhu muka laut yang hangat (>27.0°C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan Mei 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang signifikan pada bulan tersebut.
II.
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2015 hingga Mei 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juni 1999 s.d Mei 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95384 dan RMSE (error) 16.1735 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juni 2015 diprakirakan pada dasarian 1, II dan III berada di bawah normalnya.
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 5
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Mei 1901 s/d 31 Juni 1930, 1 Mei 1931 s/d 31 Juni 1960, 1 Mei 1961 s/d 31 Juni 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 18 — JUN I 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 7
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MEI 2015 1. Monsun Pada bulan Mei matahari mulai berada pada penjalarannya menuju titik bumi paling utara BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 15.8°LU menuju 22.5°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Mei 2015 tercatat ada 2 kejadian siklon tropis, yaitu siklon tropis Noul dan siklon tropis Dolphin. Dimana hal ini tidak mempengaruhi atas berkurang atau bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau. Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Mei 2 015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Mei 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 8
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Mei 2015 berkisar antara 27.0°C hingga 30.0°C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.0°C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan Mei 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya.
Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Mei 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Mei, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 9
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Mei 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 0 hingga 20 Km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Mei 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 10
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Maret bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 170-220 W/m2. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah terse-
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 11
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Mei 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
b. Fase MJO (Median Julian Oscillation) MJO pada bulan Mei berada pada fase 5 hingga 1 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat lemah sehingga pada bulan Mei MJO tidak berpengaruh penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam.
Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 12
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir April IOD bernilai +0.460C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Mei 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2015 adalah sebagai berikut:
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 13
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Mei2015 Lokasi
RR Maret 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
132.2
186.9
Bawah Normal
Mukakuning
45.6
100.7
Bawah Normal
Nongsa
77.6
98.5
Bawah Normal
Tg. Uncang
173.6
146.5
Atas Normal
Pagoda
0.2
62.5
Bawah Normal
Seiladi
148.8
98.7
Atas Normal
Piayu
3.0
16
Bawah Normal
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam tidak merata ditandai dengan sifat hujan yang berada pada kisaran di bawah normal dan di atas normal terhadap rata-ratanya, namun untuk wilayah Tanjung Uncang dan Sei Ladi curah hujan bersifat di atas normal dari rata-ratanya . Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-200 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Mei 2015
Page 14
EDISI 18 — JUN I 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Mei 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Mei 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang dengan nilai antara 0-250 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Tanjung Uncang dan Muka Kuning.
Page 15
EDISI 18 — JUN I 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Mei 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Mei 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 3.0 mm - 173,6 mm atau antara 1,2 % - 68,9 %. Curah hujan terendah terjadi di Piayu dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan April 2015 terdapat 16 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 132,2 mm atau berkisar 52,5% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 20 mm, dasarian II terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 82 mm, dan dasarian III terjadi 4 hari dengan curah hujan 30,2 mm. Curah hujan tertinggi 60,1 mm terjadi pada tanggal 15 Mei 2015.
Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Mei 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 18 — JUN I 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25.4°C - 29.1°C. Suhu udara terendah dalam bulan Mei adalah 23,5°C terjadi pada tanggal 22 Mei 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33.8°C terjadi pada tanggal 30 Mei 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Mei 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 76 % - 94 %. Kelembaban udara terendah mutlak 42% terjadi pada tanggal 30 Mei 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 15,16, dan 22 Mei 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Mei 2015 lebih basah dibandingkan bulan April 2015. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Mei 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Mei 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur Laut sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 11 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan dengan kecepatan 64 km/jam terjadi pada tanggal 10 Mei 2015.
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 17
IV. PRAKIRAAN BULAN JUNI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Juni, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.8° yaitu dari 22.7°LS menuju 23.5°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Juni 2015 berada pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juni 2015 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Juni - Juli - Agustus 2015
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Rata-rata Tekanan Udara Bulan Juni 2015
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/ composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Juni secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah pertemuan angin (Konvergensi). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan. Seperti terlihat pada gambar rata-rata streamline bulan Juni dibawah ini:
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 18
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Juni 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa terjadi EL Nino Sedang untuk Juni 2015. Sedangkan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) BMKG menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi lemah. Dengan demikian, diprediksi tidak akan terjadi perubahan yang signifikan terdapat penambahan ataupun pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 19
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Juni menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -15.5. Sehingga diprakirakan untuk bulan Juni 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.19 Grafik SOI Mei 2013 sampai dengan awal Juni 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/ soi30.png
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 30 Mei s.d 13 Juni 2015 MJO berada pada fase 5 dan 1. Hal ini tidak mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +10 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -10 s.d +5. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei cukup banyak.
Page 20
EDISI 18 — JUN I 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Juni 2015 dan Prakiraan Bulan Juni 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 30 Mei 2015 dan prakiraan 14 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 21
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Juni 2015 berada pada kisaran. -0,5°C s.d 0,5°C (netral) dengan nilai terakhir +0.46 (gambar 7) dan prediksi bulan Juni 2015 bernilai 0.19. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode April 2015 bernilai 0.28 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Juni 2015 tidak terjadi penambahan jumlah curah hujan yang signifikan dari bulan sebelumnya di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Juni 2015 dari BoM Batam.
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://www.bmkg.go.id/ bmkg_pusat/Klimatologi/ Dinamika_Atmosfir.bmkg
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 22
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi tiga daerah konsentrasi hujan selama bulan Juni, Daerah Rempang dan Galang curah hujannya 150 - 200 mm. Sedangkan Batam Selatan curah hujannya sedikit lebih rendah yaitu 50 - 100 mm, dan Batam Utara dan Barat curah hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 200 - 250 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Juni 2015 cenderung sama dengan bulan Mei 2015 dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cenderung sama.
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 23
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2015 hingga Mei 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juni 1999 s.d Mei 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.95384 dan RMSE (error) 16.1735. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juni 2015 diprakirakan:
Sifat Hujan Dasarian Pertama Di Bawah Normal
Jumlah Curah Hujan 48.0
Dasarian Kedua
Di Bawah Normal
50.8
Dasarian Ketiga
Di Bawah Normal
46.0
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III berada di bawah normalnya.
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 24
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Juni 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm
WILAYAH
Batam, Rempang, Galang -
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2015
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 25
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
-
Normal
Rempang dan Galang
Bawah Normal
Batam
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2015
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 26
V.
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT JUNI 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Juni 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut :
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Juni 2015
TINGGI GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN
0,75 – 1,25
Tenggara – 10
Barat Daya – 5
Batam - Tarempa
1– 1,5
Tenggara – 10
Tenggara - 20
Batam - Natuna
1 – 1,5
Tenggara – 20
Utara - 30
Batam - Karimun
0,5 – 1,5
Tenggara – 10
Barat Daya - 10
1– 1,5
Tenggara – 20
Selatan – 8
Batam - Singapura
0,75 – 1,25
Tenggara – 10
Barat Daya – 5
Batam - Dumai
0,75 – 1,5
Tenggara – 10
Barat Laut - 5
1 – 1,5
Tenggara – 20
Utara – 15
WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
Batam – Lingga
Batam - Tambelan
( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
Page 27
EDISI 18 — JUN I 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Juni 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Mei 2015
Page 28
EDISI 18 — JUN I 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Juni 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2015
Page 29
EDISI 18 — JUN I 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Juni 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Mei 2015
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 30
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Juni 2015
2. Sekupang, Juni 2015
1 2
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 32
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Juni 2015
2. Tanjung Pinang, Juni 2015
3 4
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 33
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Juni 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Juni 2015 6
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 34
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, Juni 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Juni 2015
8
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 35
VII.
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM JUNI 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 07, N01 07, June 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0556 1807 1703 0556 1807 1754 0556 1807 1848 0556 1807 1943 0556 1807 2039 0557 1808 2134 0557 1808 2228 0557 1808 2320 0557 1808 000 0557 1808 0012 0557 1809 0103 0558 1809 0155 0558 1809 0247 0558 1809 0341 0558 1809 0435 0559 1810 0530 0559 1810 0624 0559 1810 0717 0559 1810 0808 0559 1811 0857 0600 1811 0943 0600 1811 1028 0600 1811 1111 0600 1811 1153 0600 1812 1236 0601 1812 1320 0601 1812 1406 0601 1812 1453 0601 1812 1544 0602 1813 1637
Set hm 0435 0525 0617 0711 0807 0902 0957 1051 1144 1236 1328 1421 1515 1609 1704 1759 1853 1945 2034 2122 2206 2250 2332 000 0014 0056 0140 0226 0315 0406
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 32, N00 55, June 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0555 1805 1701 0555 1805 1753 0555 1805 1846 0555 1805 1941 0555 1805 2037 0555 1806 2132 0555 1806 2226 0556 1806 2318 0556 1806 000 0556 1806 0010 0556 1807 0102 0556 1807 0153 0557 1807 0246 0557 1807 0339 0557 1807 0434 0557 1808 0528 0557 1808 0623 0558 1808 0716 0558 1808 0807 0558 1809 0855 0558 1809 0942 0559 1809 1026 0559 1809 1109 0559 1809 1152 0559 1810 1235 0559 1810 1318 0600 1810 1404 0600 1810 1451 0600 1810 1542 0600 1811 1635
Set hm 0433 0523 0616 0710 0805 0901 0956 1050 1142 1235 1327 1419 1513 1607 1702 1757 1851 1943 2033 2120 2205 2248 2330 000 0012 0055 0139 0225 0313 0405
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 36
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E108 24, N03 55, June 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0534 1754 1648 0534 1754 1740 0534 1755 1834 0535 1755 1929 0535 1755 2025 0535 1755 2119 0535 1755 2212 0535 1756 2304 0535 1756 2355 0535 1756 000 0536 1756 0045 0536 1757 0136 0536 1757 0227 0536 1757 0320 0536 1757 0414 0537 1757 0508 0537 1758 0603 0537 1758 0656 0537 1758 0747 0537 1758 0836 0538 1759 0923 0538 1759 1009 0538 1759 1053 0538 1759 1136 0538 1759 1219 0539 1800 1304 0539 1800 1350 0539 1800 1439 0539 1800 1529 0540 1800 1623
Set hm 0414 0503 0555 0650 0745 0841 0937 1032 1125 1218 1311 1405 1459 1554 1650 1745 1839 1931 2020 2106 2151 2233 2314 2356 000 0037 0121 0206 0254 0345
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun Location : E103 23, N01 03, June 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2
0559 0559
1810 1810
1706 1757
0438 0528
3 4
0559 0559
1810 1810
1851 1946
0620 0715
5 6
0600 0600
1810 1810
2042 2137
0810 0906
7 8
0600 0600
1811 1811
2231 2323
1001 1054
9 10
0600 0600
1811 1811
000 0015
1147 1239
11 12
0601 0601
1811 1812
0106 0158
1331 1424
13 14
0601 0601
1812 1812
0250 0344
1518 1612
15 16
0601 0602
1812 1813
0438 0533
1707 1802
17 18
0602 0602
1813 1813
0627 0720
1856 1948
19 20
0602 0602
1813 1813
0811 0900
2037 2125
21 22
0603 0603
1814 1814
0946 1031
2209 2253
23 24
0603 0603
1814 1814
1114 1157
2335 000
25 26
0604 0604
1814 1815
1239 1323
0017 0059
27 28
0604 0604
1815 1815
1409 1456
0143 0229
29 30
0604 0605
1815 1815
1547 1640
0318 0409
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 37
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 34, S00 28, June 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0557 1802 1659 0557 1802 1751 0557 1803 1844 0557 1803 1939 0557 1803 2035 0557 1803 2130 0558 1803 2224 0558 1803 2317 0558 1804 000 0558 1804 0010 0558 1804 0102 0559 1804 0154 0559 1804 0247 0559 1805 0340 0559 1805 0435 0559 1805 0530 0600 1805 0625 0600 1806 0718 0600 1806 0808 0600 1806 0857 0601 1806 0943 0601 1806 1027 0601 1807 1109 0601 1807 1152 0601 1807 1234 0602 1807 1317 0602 1808 1402 0602 1808 1450 0602 1808 1540 0602 1808 1633
Set hm 0434 0525 0617 0712 0807 0902 0957 1050 1143 1234 1326 1418 1511 1605 1700 1755 1849 1941 2031 2118 2203 2247 2330 000 0012 0055 0139 0226 0315 0406
6. Stasiun Meteorologi Tarempa Location : E106 15, N03 12, June 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1
0544
1802
1656
0424
2 3
0544 0544
1802 1802
1748 1842
0513 0605
4 5
0544 0544
1802 1802
1937 2033
0700 0755
6 7
0545 0545
1803 1803
2127 2220
0851 0947
8 9
0545 0545
1803 1803
2312 000
1041 1134
10 11
0545 0545
1803 1804
0003 0054
1227 1320
12 13
0546 0546
1804 1804
0145 0237
1413 1508
14 15
0546 0546
1804 1805
0330 0424
1603 1658
16 17
0546 0547
1805 1805
0518 0613
1753 1847
18 19
0547 0547
1805 1805
0706 0757
1939 2028
20 21
0547 0547
1806 1806
0846 0933
2115 2159
22 23
0548 0548
1806 1806
1018 1102
2242 2323
24 25
0548 0548
1807 1807
1145 1228
000 0005
26 27
0549 0549
1807 1807
1312 1358
0047 0130
28 29
0549 0549
1807 1808
1447 1538
0215 0303
30
0549
1808
1631
0354
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 38
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang. Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Cuaca
waktu tertentu
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
El Nino
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang Iklim ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
permukaan laut.
wilayah yang luas
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
EDISI 18 — JUN I 2015
Page 39
La Nina MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. tekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata Shearline SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) kecepatan angin secara tiba-tiba. atau La Nina.
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst) Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca