EDISI 24, DESEMBER 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Desember 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan November 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Desember 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN NOVEMBER 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden—Julian Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan November 2015
7 9 10 12 12 15
Stamet Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN DESEMBER 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN DESEMBER 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN DESEMBER 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM DESEMBER 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 4
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan November 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan November 2015 adalah sebagai berikut: ~
Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal hingga diatas normal terhadap rataratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 1 - 300 mm. Angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 30 km/jam, kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.
~
Untuk kondisi atmosfer dibulan November 2015 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan November berada pada fase 3 hingga 5. Secara umum nilai OLR pada bulan November bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 200 - 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Januari 2015 berkisar antara 30.00C hingga 31.00C. Suhu muka laut yang hangat (>27.00C), nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 – 1.5 terhadap normalnya.
II.
Berdasarkan
keluaran
program
HyBMG
2.0.7dengan
model
prediksi
ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Desember 2015 hingga November 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Desember1998 s.d November 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96162dan RMSE (error) 18.2895, menunjukkan bahwa curah hujan di bulan desember 2015 diprakirakan bersifat dibawah normal.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 5
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/ d 31 Agustus 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua samudra dan dua benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Juni) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 7
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN OKTOBER 2015 1. Monsun Pada bulan November matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 6° yaitu dari 16°LS menuju 22°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Gambar. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut November 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan November 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/ images/monanomv2.png
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 8
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan November 2015 berkisar antara 30.0 0C hingga 31.0 0C (Gambar.1). Suhu muka laut yang hangat ini mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Sehingga berpotensi meningkatkan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi penyebab hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gambar.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.50C hingga 1.5 0C. Hal ini menunjukan pada bulan November 2015 kondisi suhu muka laut berada dalam kisaran dibawah hingga mencapai normalnya.
Gambar. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan November 2015
Sumber : Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Pada bulan November, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS karena meski matahari sudah berada di selatan, namun energi panas masih tersimpan di BBU. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan –awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 9
Gambar. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan November
Berdasarkan hasil analisa (Gambar. 4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gambar. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850mb pada Bulan November 2015
Sumber: Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Selama bulan November, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir November sebesar +2.39°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) selama November 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan November mencapai -4.7. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan November di wilayah Kepulauan Riau.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 10
Gambar.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awanawan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan November di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 200 sampai 220. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 11
Gambar. 8 Rata-rata OLR bulan November 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
b. Fase MJO (Madden Julian Oscillation) MJO pada bulan November berada pada fase 3 hingga 4 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia sehingga pada awal bulan November MJO berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam, sedangkan pada akhir bulan November pengaruh MJO tidak terlalu kuat terhadap penambahan curah hujan di Indonesia meski melewati wilayah Indonesia. Gambar. 9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 12
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir November IOD bernilai +2.390C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan November 2015, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gambar. 10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan November 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan November 2015 adalah sebagai berikut: Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan November 2015 Lokasi
RR November 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim Nongsa
208.4 170.4
239.5 254.1
Bawah Normal
Sei Harapan
325.2
282.4
Atas Normal
Sengkua ng
105.8
234.8
Bawah Normal
Pa goda
231.0
305.5
Bawah Normal
Normal
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 13
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal hingga atas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-325 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan November 2015
Page 14
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan November 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan November 2015. Sebaran hujan tidak terlalu merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, konsentrasi tertinggi berada di sebelah utara pulau Batam, jumlah curah hujannya berkisar antara 0-320 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sei Harapan.
Page 15
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan November 2015 di Barelang Bawah Normal (B) sampai diatas Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 32,8 mm - 325,2 mm atau antara 13 % - 129 %. Curah hujan terendah terjadi di Uncang dan tertinggi di Sie Harapan. Khusus di Hang Nadim dalam bulan November 2015 terdapat 17 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 208,4 mm atau berkisar 82,7% dari ratarata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 35,4 mm, dasarian II terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 46,8 mm, dan dasarian III terjadi 5 hari dengan curah hujan 126,2 mm. Curah hujan tertinggi 68,2 mm terjadi pada tanggal 24 November 2015 Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan November 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25.8 - 29.7 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Juni adalah 24,5 °C terjadi pada tanggal 12 Juni 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,4 °C terjadi pada tanggal 27 Juni 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan November 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,1 - 28.7 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan November 2015 adalah 23,9°C terjadi pada tanggal 16 November 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,7°C terjadi pada tanggal 30 November 2015 siang Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan September 2015 di Hang Nadim hari.
d. Angin Permukaan Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 79 % - 92 %. Kelembaban udara terendah mutlak 57% terjadi pada tanggal 19 November 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 20 November 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan November 2015 lebih basah dibandingkan bulan Oktober 2015.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 17
IV. PRAKIRAAN BULAN DESEMBER
2015
A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Desember, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (BelahanBumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju 23,5°LS (http://www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada November 2015 akan bergeser kewilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gambar 1. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Desember
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut Periode November–Desember 2015 - Januari 2016
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html? bbox=bb%3A95.89%3A-20.52%3A154.28%3A14.81%3Abb
Rata-rata Tekanan Udara Bulan Desember 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/ realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Sehingga, pola angin rata-rata bulan Desember secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) dan pusaran angin (eddy). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 18
Gambar 17. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Desember
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi nilai ENSO Desember 2015 menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration, JAMSTEC (Japan Agency for MarineEarth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menyatakan bahwa EL Nino masih dalam kriteria kuat. Dengan demikian, masih diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan di di wilayah Indonesia khususnya wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember. Gambar 18. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 19
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir November menunjukkan kondisi di bawah normal dengan nilai rata-rata mencapai -6,73/Negatif . Sehingga diprakirakan untuk bulan Desember 2015 terdapat potensi pengurangan suplai uap air di wilayah Indonesia khususnya wilayah Kepulauan Riau. Gambar 19. Grafik SOI Bulan Januari 2013 sampai dengan awal Desember 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 1 Desember sampai dengan 15 Desember 2015 MJO berada pada fase 3 sampai 5 namun masih dalam kategori lemah. Kondisi ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -5 s.d -25 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada Desember 2015 kedepan diprakirakan pada nilai -5 s.d -20. Hal ini berarti prediksi tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Desember cukup banyak.
Page 20
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Gambar 20. Grafik Fase MJO pada Bulan November 2015 dan prakiraan Bulan Desember 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
Gambar 21. Anomali OLR sampai dengan November 2015 dan prakiraan Desember 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_full.gif
Page 21
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir November 2015 berada pada kisaran 0,5 0C s.d 1,2 0C dengan nilai terakhir +0.25 0C (gambar 7) dan prediksi bulan Desember 2015 bernilai 0.5 0C. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks Dipole Mode Desember 2015 bernilai 0.33 atau normal (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD pada bulan Desember menurut BMKG dan BoM diprakirakan bernilai normal sehingga diprakirakan pada bulan Desember 2015 pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam kurang signifikan. Gambar 22. Grafik indeks IOD sampai dengan awal Desember 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 23. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 22
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Desember 2015 di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:
minimum rata-rata maksimum
SUHU UDARA
22.8
26.8
30.5
KELEMBAPAN UDARA
54%
85%
100%
7 Km/jam
NE
17
22*
ANGIN HARI HUJAN
70 Km/jam 29
*12 hari disertai petir
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi tiga daerah konsentrasi hujan selama bulan Desember, daerah Batam bagian Utara curah hujannya 150 - 200 mm, Batam bagian Tengah curah hujannya 250-300 mm dan Batam bagian Timur, Barat, dan Selatan jumlah curah hujannya 200-250 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Desember 2015 lebih sedikit dibandingkan dengan bulan November 2015, begitu juga dengan peluang intensitas curah hujannya.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 23
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Desember 2015 hingga November 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Desember1998 s.d November 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96162dan RMSE (error) 18.2895. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Desember 2015 diprakirakan:
Sifat Hujan Dasarian Pertama Di Bawah Normal
Jumlah Curah Hujan 70.7
Dasarian Kedua
Di Bawah Normal
81.7
Dasarian Ketiga
Di Bawah Normal
69.5
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III berada dibawah normalnya.
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 24
2.
Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Desember 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Desember 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Batam, Rempang dan Galang -
Dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Desember 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Desember 2015
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 25
Tabel : Prakiraan Sifat Hujan Bulan Desember 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal Normal Bawah Normal
Batam, Rempang dan Galang
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Desember 2015
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 26
V.
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT DESEMBER 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Desember 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Desember 2015
TINGGI GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN
Batam - Tanjung Pinang
1 – 1,5
Timur Laut- 10
Utara - 10
Batam - Tarempa
1– 2,5
Timur Laut- 10
Barat Laut– 25
Batam - Natuna
1 – 2,5
Timur Laut- 10
Barat - 45
Batam - Karimun
1 – 1, 5
Timur Laut- 10
Utara - 15
1– 2
Timur Laut- 10
Utara - 5
Batam - Singapura
0,8 – 1,25
Timur Laut- 10
Utara - 10
Batam - Dumai
0,8 – 1,25
Timur Laut- 10
Utara - 5
1 – 2,5
Timur Laut- 10
Barat - 20
WILAYAH PERAIRAN
Batam – Lingga
Batam - Tambelan
( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
Page 27
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Desember 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan November 2015
Page 28
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Desember 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan November 2015
Page 29
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Desember 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan November 2015
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 30
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Desember 2015
2. Sekupang, Desember 2015
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
1 2
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 32
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Desember 2015
2. Tanjung Pinang, Desember 2015
3 4
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 33
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Desember 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Desember 2015
6
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 34
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, Desember 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Desember 2015
8
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 35
VII.
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM DESEMBER 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 07, N01 07, December 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0550 1754 2250 0551 1755 2336 0551 1755 000 0552 1755 0020 0552 1756 0103 0552 1756 0145 0553 1757 0228 0553 1757 0312 0554 1757 0358 0554 1758 0446 0555 1758 0536 0555 1759 0627 0556 1759 0720 0556 1800 0814 0557 1800 0907 0557 1801 0959 0558 1801 1051 0558 1802 1142 0558 1802 1233 0559 1803 1324 0559 1803 1417 0600 1804 1512 0600 1804 1608 0601 1805 1705 0601 1805 1802 0602 1806 1857 0602 1806 1950 0603 1807 2041 0603 1807 2128 0604 1808 2214 0604 1808 2258
Set hm 1028 1114 1158 1241 1323 1405 1448 1532 1618 1707 1757 1850 1943 2037 2130 2222 2314 000 0006 0058 0151 0245 0341 0438 0535 0631 0726 0817 0906 0952 1036
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 32, N00 55, December 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0548 1753 2249 1026 0549 1753 2335 1112 0549 1754 000 1157 0550 1754 0018 1239 0550 1754 0101 1321 0550 1755 0143 1403 0551 1755 0226 1446 0551 1756 0310 1531 0552 1756 0356 1617 0552 1757 0444 1705 0553 1757 0534 1756 0553 1757 0625 1848 0554 1758 0718 1942 0554 1758 0812 2035 0555 1759 0905 2128 0555 1759 0957 2221 0556 1800 1049 2312 0556 1800 1140 000 0557 1801 1231 0004 0557 1801 1323 0056 0558 1802 1416 0149 0558 1802 1510 0243 0558 1803 1606 0339 0559 1803 1703 0436 0559 1804 1800 0533 0600 1804 1856 0629 0600 1805 1949 0724 0601 1805 2039 0815 0601 1806 2127 0904 0602 1806 2212 0950 0602 1807 2256 1034
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 36
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E108 24, N03 55, December 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0538 1733 2230 1013 0538 1733 2317 1059 0539 1733 000 1142 0539 1734 0001 1224 0539 1734 0045 1305 0540 1734 0128 1346 0540 1735 0212 1428 0541 1735 0257 1512 0541 1736 0343 1558 0542 1736 0431 1646 0542 1736 0522 1736 0543 1737 0614 1828 0543 1737 0706 1921 0544 1738 0800 2015 0544 1738 0852 2109 0545 1739 0944 2202 0545 1739 1035 2255 0546 1740 1125 2348 0546 1740 1215 000 0547 1741 1305 0041 0547 1741 1357 0134 0548 1742 1451 0230 0548 1742 1547 0326 0549 1743 1643 0424 0549 1743 1740 0521 0550 1744 1836 0618 0550 1744 1929 0712 0551 1745 2020 0803 0551 1745 2109 0851 0552 1746 2155 0936 0552 1746 2239 1019
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E103 23, N01 03, December 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0553 1757 2254 1031 0554 1758 2339 1117 0554 1758 000 1201 0554 1758 0023 1244 0555 1759 0106 1326 0555 1759 0148 1408 0556 1800 0231 1451 0556 1800 0315 1535 0557 1801 0401 1621 0557 1801 0449 1710 0557 1801 0539 1800 0558 1802 0630 1853 0558 1802 0723 1946 0559 1803 0817 2040 0559 1803 0910 2133 0600 1804 1002 2225 0600 1804 1054 2317 0601 1805 1145 000 0601 1805 1236 0009 0602 1806 1327 0101 0602 1806 1420 0154 0603 1807 1515 0248 0603 1807 1611 0344 0604 1808 1708 0441 0604 1808 1805 0538 0605 1809 1900 0634 0605 1809 1953 0729 0606 1810 2044 0820 0606 1810 2132 0909 0607 1811 2217 0955 0607 1811 2301 1039
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 37
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 34, S00 28, December 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0546 1755 2250 0546 1755 2335 0547 1756 000 0547 1756 0019 0548 1757 0101 0548 1757 0143 0548 1757 0226 0549 1758 0309 0549 1758 0355 0550 1759 0442 0550 1759 0532 0551 1800 0623 0551 1800 0716 0552 1801 0810 0552 1801 0903 0552 1802 0956 0553 1802 1048 0553 1803 1139 0554 1803 1231 0554 1804 1323 0555 1804 1417 0555 1805 1512 0556 1805 1608 0556 1806 1705 0557 1806 1802 0557 1807 1857 0558 1807 1950 0558 1808 2040 0559 1808 2128 0559 1809 2213 0600 1809 2256
Set hm 1025 1111 1156 1239 1321 1404 1447 1532 1618 1707 1758 1850 1943 2037 2129 2221 2313 000 0004 0055 0148 0242 0337 0434 0531 0627 0722 0814 0903 0949 1033
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E106 15, N03 12, December 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0545 1742 2240 1021 0546 1743 2326 1107 0546 1743 000 1151 0546 1743 0010 1233 0547 1744 0054 1314 0547 1744 0137 1356 0548 1745 0220 1438 0548 1745 0305 1522 0549 1745 0351 1607 0549 1746 0439 1655 0550 1746 0530 1746 0550 1747 0621 1838 0551 1747 0714 1931 0551 1748 0808 2025 0552 1748 0900 2119 0552 1749 0952 2212 0553 1749 1043 2304 0553 1750 1133 2357 0554 1750 1224 000 0554 1751 1315 0049 0555 1751 1407 0143 0555 1752 1501 0238 0556 1752 1556 0334 0556 1753 1653 0432 0557 1753 1750 0529 0557 1754 1846 0625 0558 1754 1939 0720 0558 1755 2030 0811 0558 1755 2118 0859 0559 1756 2204 0944 0559 1756 2248 1028
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 38
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini
mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang. Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole
Cuaca
waktu tertentu
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang. Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur
El Nino
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang Iklim ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
permukaan laut.
wilayah yang luas
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari). Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
EDISI 24 — DE SEMBER 2015
Page 39
La Nina MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. tekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat
ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada
suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar
dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan
konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata Shearline SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb) kecepatan angin secara tiba-tiba. atau La Nina.
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1
diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst) Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca