EDISI 19, JULI 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juli 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juni 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Juli 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JUNI 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden - Julian Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Juni 2015 Stamet
7 9 10 12 12 15
Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN JULI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN JULI 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN JULI 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM JULI 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 16 — JULI 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juni 2015 adalah sebagai berikut :
Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya, namun untuk wilayah Nongsa curah hujan bersifat normal dan Sei Ladi curah hujan bersifat di atas normal dari rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-150 mm. Angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 30 Km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
Untuk kondisi atmosfer di bulan Juni 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Juni berada pada fase 5 hingga 1 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat sedang sehingga pada bulan Juni MJO cukup berpengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Juni relatif rendah di wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar -20 sampai 40. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Juni 2015 berkisar antara 27.00C hingga 31.00C. Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan Juni 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga terjad penambahan curah hujan pada bulan tersebut.
II.
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juli 2015 hingga Juni 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juli 1999 s.d Juni 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96242 dan RMSE (error) 9.288 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2015 diprakirakan pada dasarian I berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II dan III berada pada nilai normalnya.
Page 5
EDISI 16 — JULI 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Juli 1901 s/d 31 Juli 1930, 1 Juli 1931 s/d 31 Juli 1960, 1 Juli 1961 s/d 31 Juli 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 16 — JULI 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intramusiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Juli) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 16 — JULI 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JUNI 2015 1. Monsun Pada bulan Juni matahari mulai berada pada penjalarannya menuju titik bumi paling utara BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.5° yaitu dari 22.5°LU menuju 23.0°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Juni 2015 tidak tercatat ada kejadian siklon tropis. Dimana hal ini tidak mempengaruhi atas berkurang atau bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau. Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Juni 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Juni 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/ images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 16 — JULI 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Juni 2015 berkisar antara 27.00C hingga 31.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan Juni 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Juni 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Juni, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan - awan konvektif.
Page 9
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Juni 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4), angin bertiup dengan kecepatan 5 hingga 15 knot di daerah Kepulauan Riau . Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Juni 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Juni 2015, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Juni 2015 sebesar +1.73°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Juni 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Juni 2015 mencapai -8.2. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juni 2015 di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Juni 2015 relatif rendah, termasuk wilayah Kepulauan Riau, sekitar -20 - 40. Nilai OLR pada pertengahan Juni 2015 negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal. Sedangkan OLR bernilai positif menunjukkan sedikitnya tutupan awan pada akhir bulan Juni 2015 .
Page 11
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Juni 2015
Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ olra_last30days-3plots.gif
b. Fase MJO (Median Julian Oscillation) MJO pada bulan Juni 2015 berada pada fase 1 hingga 5 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar fase MJO (Gbr.9), MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat sedang sehingga pada bulan Juni 2015 MJO cukup berpengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12
EDISI 16 — JULI 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Juni 2015 IOD bernilai 0.230C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Juni 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juni 2015 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDISI 16 — JULI 2015
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Juni 2015 Lokasi Hang Nadim
RR Juni 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
166.5
Mukakuning
79.4 48.4
Bawah Normal
154.9
Bawah Normal
Nongsa
136.0
159.0
Normal
Tg. Uncang
40.8
157.5
Bawah Normal
Pagoda
114.0
263.3
Bawah Normal
Seiladi
99.0
170.8
Bawah Normal
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya, namun untuk wilayah Nongsa curah hujan bersifat normal dan Sei Ladi curah hujan bersifat di atas normal dari rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-150 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Juni 2015
Page 14
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Juli 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Juni 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang dengan nilai antara 0-100 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Tanjung Uncang.
Page 15
EDISI 16 — JULI 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Juni 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Juni 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 4,2 mm - 118,8 mm atau antara 1,7 % - 47,1 %. Curah hujan terendah terjadi di Piayu dan tertinggi di Sengkuang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juni 2015 terdapat 10 hari hujan terukur dan 6 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 79,4 mm atau berkisar 31,5% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 34,4mm, dasarian II terjadi 7 hari hujan dengan jumlah curah hujan 43,6 mm, dan dasarian III terjadi 2 hari dengan curah hujan 1,4 mm. Curah hujan tertinggi 30,6 mm terjadi pada tanggal 10 Juni 2015 . Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Juni 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 16 — JULI 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 25.8 - 29.7 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Juni adalah 24,5 °C terjadi pada tanggal 12 Juni 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,4 °C terjadi pada tanggal 27 Juni 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Juni 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 95 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 57% terjadi pada tanggal 02 Juni 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 97% terjadi tanggal 5,6,8,10,11,12,13,14,16,17, dan 28 Juni 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Juni 2015 lebih kering dibandingkan bulan Mei 2015. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Juni 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Juni 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 10 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan dengan kecepatan 29 km/jam terjadi pada tanggal 9,25, dan 29 Juni 2015.
Page 17
EDISI 16 — JULI 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN JULI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Juli, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dan akan kembali menuju equator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 4.7° yaitu dari 23.5°LS menuju 18.8°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Juli 2015 berada pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli 2015 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode Juli—Agustus—September 2015
Bulan Juli 2015
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/ composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Juli 2015 secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk adalah pola belokan angin (shearline). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan. Seperti terlihat pada gambar rata-rata streamline (Gbr.17 ) bulan Juli 2015 dibawah ini:
Page 18
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet bulan Juli 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menyatakan bahwa terjadi EL Nino Sedang untuk bulan Juli 2015. Dengan demikian, diprediksi tidak akan terjadi perubahan yang signifikan terdapat penambahan ataupun pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya. Dengan demikian, di Wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur diprediksi akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 16 — JULI 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Juli 2015 menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -8.2. Sehingga diprakirakan untuk bulan Juli 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal Juli 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 30 Juni s.d 12 Juli 2015 MJO berada pada fase 6. Kondisi ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +10 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai -10 s.d +5 Wm-2. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli 2015 cukup banyak.
Page 20
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Juni 2015 dan Prakiraan Bulan Juli 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 27 Juni 2015 dan prakiraan 14 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Page 21
EDISI 16 — JULI 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Juli 2015 berada pada kisaran. -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir -0.23 (Gbr.22) dan prediksi bulan Juli 2015 bernilai 0.3. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode bulan Juli 2015 bernilai 0.33 (Gbr.23). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM, keduanya menunjukan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga diprakirakan pada bulan Juli 2015 tidak terjadi penambahan jumlah curah hujan yang signifikan dari bulan sebelumnya di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Juli 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/
Page 22
EDISI 16 — JULI 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Juli di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi tiga daerah konsentrasi hujan selama bulan Juli, daerah Rempang dan Galang curah hujannya 150 - 200 mm. Sedangkan Batam bagian Barat curah hujannya sedikit lebih tinggi yaitu 150 - 250 mm, dan Batam bagian Timur curah hujannya lebih rendah yaitu 50 - 200 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Juli 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Juni 2015 dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cenderung lebih tinggi.
Page 23
EDISI 16 — JULI 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juli 2015 hingga Juni 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juli 1999 s.d Juni 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96242 dan RMSE (error) 9.288 Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juli 2015 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II dan III berada pada nilai normalnya.
Page 24
EDISI 16 — JULI 2015
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Juli 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Juli 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Batam, Rempang dan Galang -
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Juli 2015
Page 25
EDISI 16 — JULI 2015
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juli 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juli 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
-
Normal
Batam
Bawah Normal
Rempang dan Galang
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juli 2015
Page 26
V.
EDISI 16 — JULI 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT JULI 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Juli 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Juli 2015
TINGGI WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
0,75 – 1,25
Tenggara – 15
Timur Laut - 5
1– 2
Selatan – 30
Tenggara - 40
Batam - Natuna
1 – 2,5
Selatan – 30
Timur - 70
Batam - Karimun
0,75 – 1, 5
Tenggara – 10
Timur Laut - 5
1– 2
Tenggara – 27
Tenggara – 12
Batam - Singapura
0,75 – 1
Tenggara – 10
Timur Laut - 5
Batam - Dumai
1 – 1,5
Tenggara – 15
Utara - 5
1 – 2,25
Selatan – 30
Tenggara - 27
Batam - Tarempa
Batam – Lingga
Batam - Tambelan
Page 27
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Juli 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Juni 2015
Page 28
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Juli 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Juni 2015
Page 29
EDISI 16 — JULI 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Juli 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Juni 2015
Page 30
EDISI 16 — JULI 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Juli 2015
2. Sekupang, Juli 2015
EDISI 16 — JULI 2015
1 2
Page 32
EDISI 16 — JULI 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Juli 2015
2. Tanjung Pinang, Juli 2015
3 4
Page 33
EDISI 16 — JULI 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Juli 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Juli 2015 6
Page 34
EDISI 16 — JULI 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, Juli 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Juli 2015
8
Page 35
VII.
EDISI 16 — JULI 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM JULI 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 07, N01 07, July 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0602 1813 1732 0602 1813 1829 0602 1813 1925 0602 1813 2021 0602 1814 2116 0603 1814 2209 0603 1814 2301 0603 1814 2352 0603 1814 000 0603 1814 0044 0604 1814 0136 0604 1814 0229 0604 1815 0323 0604 1815 0416 0604 1815 0509 0604 1815 0600 0604 1815 0650 0604 1815 0737 0605 1815 0823 0605 1815 0907 0605 1815 0949 0605 1815 1032 0605 1815 1115 0605 1815 1159 0605 1815 1245 0605 1815 1333 0605 1815 1424 0605 1815 1518 0605 1815 1614 0605 1815 1711 0605 1815 1808
Set hm 0500 0556 0653 0750 0846 0940 1033 1126 1218 1311 1404 1458 1551 1645 1737 1827 1915 2001 2045 2128 2210 2252 2335 000 0019 0105 0154 0246 0341 0438 0536
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 32, N00 55, July 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0600 1811 1730 0601 1811 1827 0601 1811 1924 0601 1811 2019 0601 1812 2114 0601 1812 2207 0602 1812 2259 0602 1812 2351 0602 1812 000 0602 1812 0042 0602 1812 0135 0602 1813 0228 0602 1813 0321 0603 1813 0415 0603 1813 0508 0603 1813 0559 0603 1813 0648 0603 1813 0736 0603 1813 0821 0603 1813 0905 0603 1813 0948 0603 1813 1030 0603 1813 1113 0604 1813 1157 0604 1813 1243 0604 1813 1331 0604 1813 1422 0604 1813 1516 0604 1813 1612 0604 1813 1709 0604 1813 1806
Set hm 0459 0555 0652 0748 0844 0939 1032 1124 1216 1309 1402 1456 1549 1643 1735 1825 1913 1959 2043 2126 2208 2250 2333 000 0017 0104 0153 0245 0340 0437 0534
Page 36
EDISI 16 — JULI 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E108 24, N03 55, July 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0540 1801 1718 0540 1801 1815 0540 1801 1911 0540 1801 2006 0541 1801 2100 0541 1801 2152 0541 1801 2243 0541 1802 2334 0541 1802 000 0542 1802 0024 0542 1802 0116 0542 1802 0208 0542 1802 0301 0542 1802 0355 0543 1802 0447 0543 1802 0539 0543 1802 0629 0543 1802 0717 0543 1802 0803 0543 1802 0848 0543 1802 0931 0543 1802 1015 0544 1802 1058 0544 1802 1143 0544 1802 1230 0544 1802 1319 0544 1802 1410 0544 1802 1504 0544 1802 1600 0544 1802 1657 0544 1801 1753
Set hm 0438 0534 0632 0729 0826 0921 1015 1109 1202 1255 1349 1443 1537 1631 1723 1813 1900 1946 2029 2111 2152 2233 2315 2359 000 0045 0133 0225 0320 0416 0515
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E103 23, N01 03, July 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0605 1816 1735 0605 1816 1832 0605 1816 1928 0605 1816 2024 0606 1816 2119 0606 1817 2212 0606 1817 2304 0606 1817 2356 0606 1817 000 0606 1817 0047 0607 1817 0139 0607 1817 0232 0607 1817 0326 0607 1818 0419 0607 1818 0512 0607 1818 0604 0607 1818 0653 0607 1818 0740 0608 1818 0826 0608 1818 0910 0608 1818 0952 0608 1818 1035 0608 1818 1118 0608 1818 1202 0608 1818 1248 0608 1818 1336 0608 1818 1427 0608 1818 1521 0608 1818 1617 0608 1818 1714 0608 1818 1811
Set hm 0503 0559 0656 0753 0849 0943 1036 1129 1221 1314 1407 1500 1554 1648 1740 1830 1918 2004 2048 2131 2213 2255 2338 000 0022 0108 0158 0250 0344 0441 0539
Page 37
EDISI 16 — JULI 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 34, S00 28, July 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0603 1808 1728 0603 1809 1825 0603 1809 1922 0603 1809 2018 0603 1809 2113 0604 1809 2207 0604 1809 2259 0604 1810 2351 0604 1810 000 0604 1810 0043 0604 1810 0136 0604 1810 0229 0605 1810 0323 0605 1810 0417 0605 1810 0509 0605 1811 0601 0605 1811 0650 0605 1811 0737 0605 1811 0822 0605 1811 0905 0605 1811 0948 0605 1811 1030 0605 1811 1112 0605 1811 1156 0605 1811 1241 0605 1811 1329 0605 1811 1420 0605 1811 1514 0605 1811 1610 0605 1811 1707 0605 1811 1805
Set hm 0500 0556 0653 0750 0845 0939 1032 1124 1215 1307 1400 1454 1547 1641 1733 1823 1912 1958 2042 2126 2208 2250 2334 000 0018 0105 0155 0247 0342 0438 0536
6. Stasiun Meteorologi Tarempa DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E106 15, N03 12, July 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0550 1808 1726 0550 1808 1823 0550 1808 1919 0550 1808 2014 0550 1809 2108 0551 1809 2201 0551 1809 2252 0551 1809 2343 0551 1809 000 0551 1809 0034 0552 1809 0125 0552 1809 0218 0552 1809 0311 0552 1809 0404 0552 1810 0457 0552 1810 0549 0553 1810 0639 0553 1810 0727 0553 1810 0813 0553 1810 0857 0553 1810 0940 0553 1810 1023 0553 1810 1107 0553 1810 1152 0553 1810 1238 0553 1810 1327 0554 1810 1418 0554 1809 1512 0554 1809 1608 0554 1809 1705 0554 1809 1802
Set hm 0448 0544 0642 0739 0835 0930 1024 1117 1210 1303 1357 1451 1545 1639 1731 1821 1908 1954 2037 2120 2201 2242 2325 000 0008 0054 0143 0235 0330 0426 0524
Page 38
EDISI 16 — JULI 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 16 — JULI 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca