EDISI 23, NOVEMBER 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi November 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan November 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden—Julian Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015
7 9 10 12 12 15
Stamet Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN OKTOBER 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN OKTOBER 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN OKTOBER 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM OKTOBER 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2015 adalah sebagai berikut : ~ Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam secara umum berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanya namun untuk wilayah Hang Nadim dan Sei Harapan curah hujan bersifat normal, serta di wilayah Tanjung Uncang di atas normalnya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-210 mm. Angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam, kondisi angin ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. ~ Untuk kondisi atmosfer di bulan Oktober 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Oktober berada pada fase 4 hingga 2 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5. Dalam hal ini, MJO tidak melewati wilayah Indonesia sehingga pada bulan Oktober MJO kurang mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR pada bulan Oktober 2015
bernilai cukup rendah di wilayah
Indonesia termasuk Kepulauan Riau yaitu sekitar 240 sampai 260. Nilai OLR yang cukup rendah ini menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C . Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -1.5 0C hingga 1.5 0C. Hal ini menunjukan pada bulan Oktober 2015 kondisi suhu muka laut berada dalam kisaran dibawah hingga mencapai normalnya.
II.
Berdasarkan keluaran program
HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2015 hingga Oktober 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode November 1998 s.d Oktober 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92598 dan RMSE (error) 9.354 diprakiraan curah hujan bulan November pada dasarian I di atas normal, dasarian II dan III dibawah normal.
Page 5
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/ d 31 Agustus 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intramusiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Agustus) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN OKTOBER 2015 1. Monsun Pada bulan Oktober matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 6° yaitu dari 16°LS menuju 22°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Oktober 2015 tercatat ada dua kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Koppu dan Champi.
Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Oktober 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Oktober 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/ images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C (Gambar.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.0 0C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gambar.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar (-2.50C) hingga 1.5 0
C. Hal ini menunjukan pada bulan Oktober 2015 kondisi suhu muka laut berada dalam kisaran
dibawah hingga mencapai normalnya. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Oktober 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi?
Pada bulan Oktober, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.
Page 9
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Oktober 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gambar.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam. Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Oktober 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Selama bulan Oktober, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir September sebesar +2.21°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) selama September 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Juli mencapai -21.3. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juli di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awanawan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Oktober di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 240 sampai 260. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Page 11
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Oktober 2015
Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ olra_last30days-3plots.gif
b. Fase MJO (Madden Julian Oscillation) MJO pada bulan Oktober berada pada fase 4 hingga 2 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia sehingga pada bulan Oktober MJO tidak terlalu berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Oktober IOD bernilai +2.210C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Oktober 2015, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Oktober 2015 adalah sebagai berikut: Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Oktober 2015 Lokasi
RR Oktober 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
175.3
206.2
Normal
Nongsa
92.4
125.0
Bawah Normal
Tg. Uncang
205.4
166.3
Atas Normal
Sei Harapan
195.0
198.7
Normal
Sengkuang
75.6
122.1
Bawah Normal
Page 13
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal hingga atas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-210 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Oktober 2015
Page 14
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Oktober 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Oktober 2015. Sebaran hujan tidak terlalu merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, konsentrasi tertinggi berada di sebelah utara pulau Batam, jumlah curah hujannya berkisar antara 0-210 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sei Harapan dan Tanjung Uncang.
Page 15
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Oktober 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 75,6 mm - 205,4 mm atau antara 30 % - 81,5 %. Curah hujan terendah terjadi di Sengkuang dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Oktober 2015 terdapat 9 hari hujan terukur dan 1 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 175,3 mm atau berkisar 69,6% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 3 hari hujan dengan jumlah curah hujan 37,1 mm, dasarian II tidak terjadi hujan dengan jumlah curah hujan 0,0 mm, dan dasarian III terjadi 7 hari dengan curah hujan 138,2 mm. Curah hujan tertinggi 58,0 mm terjadi pada tanggal 29 Oktober 2015 Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Oktober 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,4 - 29.3 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Oktober adalah 22,3°C terjadi pada tanggal 27 Oktober 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,9°C terjadi pada tanggal 15 Oktober 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Oktober 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 74 % - 88 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 42% terjadi pada tanggal 09 Oktober 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 01, 29 dan 30 Oktober 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Oktober 2015 lebih basah dibandingkan bulan September 2015. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Oktober 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Oktober 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Timur sampai Tenggara dengan kecepatan rata-rata 8 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Tenggara dengan kecepatan 34 km/jam terjadi pada tanggal 27 Oktober 2015.
Page 17
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN NOVEMBER 2015 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan November, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju 23,5°LS (http://www.physicalgeography.net). Namun, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada November 2015 akan bergeser ke wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan November 2015
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode Oktober -- November - Desember 2015
Bulan November 2015
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html? bbox=bb%3A95.89%3A-20.52%3A154.28%3A14.81%3Abb
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/ composites/
Sehingga, pola angin rata-rata bulan November secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 18
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet November 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi nilai ENSO November 2015 menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration, JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menyatakan bahwa EL Nino masih dalam kriteria kuat.
Dengan
demikian, masih diprediksi akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan di bulan November. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Oktober menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -21.3. Sehingga diprakirakan untuk bulan November 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan.
Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal November 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 31 Oktober s.d 14 November 2015 MJO berada pada fase 2 sampai 1 dan dalam kategori lemah. Kondisi ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -16 s.d 24 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada November 2015 kedepan diprakirakan pada nilai -8 s.d +8. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan November cukup banyak.
Page 20
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Oktober 2015 dan Prakiraan Bulan November 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan Oktober 2015 dan prakiraan November 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ forca.shtml
Page 21
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir Oktober 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +1.08 (gambar 7) dan prediksi bulan November 2015 bernilai 0.67. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode November 2015 bernilai 0.41 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD pada bulan November menurut BMKG dan BoM diprakirakan bernilai positif (kuat) sehingga diprakirakan pada bulan November 2015 terjadi pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir November 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Page 22
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan November di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan November, daerah Batam bagian Utara, Barat dan Selatan curah hujannya 200 - 250 mm. Sedangkan Batam bagian Timur curah hujannya lebih sedikit yaitu 300 - 350 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan November 2015 tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan bulan Oktober 2015, namun peluang jumlah intensitas curah hujan sedikit lebih besar.
Page 23
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN NOVEMBER 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai November 2015 hingga Oktober 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode November 1998 s.d Oktober 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92598 dan RMSE (error) 9.354. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan November 2015 diprakirakan:
Sifat Hujan
Jumlah Curah Hujan
Dasarian Pertama
Di Atas Normal
106.8
Dasarian Kedua
Di Bawah Normal
82.6
Dasarian Ketiga
Di Bawah Normal
74.6
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan III berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II berada di atas normalnya.
Page 24
2.
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan November 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan November 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
WILAYAH
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm
Batam, Rempang dan Galang -
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan November 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan November 2015
Page 25
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan November 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal Normal
Batam, Rempang dan Galang
Bawah Normal Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan November 2015
Page 26
V.
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT OKTOBER 2015
Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan November 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan November 2015
TINGGI WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
0,5 – 2
Timur - 10
Barat Laut - 5
Batam - Tarempa
1– 2
Timur - 10
Barat – 25
Batam - Natuna
1–2
Timur - 10
Barat - 35
Batam - Karimun
0,5 – 1, 5
Timur - 10
Barat - 5
1– 2
Timur - 10
Barat Laut - 5
0,5 – 1,5
Timur - 10
Barat Laut - 5
Batam - Dumai
1 – 1,5
Timur - 10
Selatan - 5
Batam - Tambelan
1–2
Timur - 10
Barat - 5
Batam – Lingga
Batam - Singapura
Page 27
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I November 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Oktober 2015
Page 28
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I November 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Oktober 2015
Page 29
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I November 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Oktober 2015
Page 30
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, November 2015
2. Sekupang, November 2015
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
1 2
Page 32
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, November 2015
2. Tanjung Pinang, November 2015
3 4
Page 33
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, November 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, November 2015 6
Page 34
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, November 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, November 2015
8
Page 35
VII.
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM AGUSTUS 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 07, N01 07, November 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0545 1749 2231 0545 1749 2322 0545 1749 000 0545 1749 0011 0545 1749 0057 0545 1749 0141 0545 1749 0224 0545 1749 0306 0545 1749 0349 0545 1750 0432 0545 1750 0517 0545 1750 0603 0546 1750 0652 0546 1750 0742 0546 1750 0833 0546 1750 0925 0546 1750 1017 0547 1751 1110 0547 1751 1202 0547 1751 1253 0547 1751 1345 0548 1751 1438 0548 1752 1532 0548 1752 1628 0548 1752 1725 0549 1753 1823 0549 1753 1921 0549 1753 2017 0550 1754 2111 0550 1754 2202
Set hm 1006 1059 1148 1235 1319 1402 1444 1526 1609 1652 1737 1824 1913 2003 2055 2147 2240 2332 000 0025 0117 0210 0304 0400 0457 0555 0654 0751 0846 0939
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 32, N00 55, November 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0543 1748 2230 1004 0543 1748 2321 1057 0543 1748 000 1146 0543 1748 0009 1233 0543 1748 0055 1318 0543 1748 0139 1401 0543 1748 0222 1443 0543 1748 0304 1525 0543 1748 0347 1607 0543 1748 0430 1651 0543 1748 0515 1736 0544 1748 0602 1822 0544 1748 0650 1911 0544 1749 0740 2002 0544 1749 0831 2053 0544 1749 0923 2146 0544 1749 1015 2238 0545 1749 1108 2331 0545 1749 1200 000 0545 1750 1251 0023 0545 1750 1344 0116 0546 1750 1436 0209 0546 1750 1530 0303 0546 1751 1626 0358 0546 1751 1723 0455 0547 1751 1822 0553 0547 1752 1919 0652 0547 1752 2016 0749 0548 1752 2110 0844 0548 1753 2201 0937
Page 36
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E108 24, N03 55, November 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0531 1729 2210 0952 0531 1729 2301 1045 0531 1729 2350 1134 0531 1729 000 1220 0531 1729 0037 1304 0531 1729 0122 1346 0531 1729 0205 1427 0531 1729 0249 1508 0531 1729 0332 1550 0532 1729 0416 1632 0532 1729 0502 1717 0532 1729 0549 1803 0532 1729 0637 1851 0532 1729 0728 1941 0533 1729 0819 2033 0533 1729 0911 2126 0533 1729 1003 2219 0533 1730 1055 2312 0534 1730 1146 000 0534 1730 1237 0005 0534 1730 1328 0059 0534 1730 1420 0153 0535 1730 1513 0248 0535 1731 1608 0344 0535 1731 1704 0442 0536 1731 1802 0541 0536 1731 1859 0640 0537 1732 1956 0737 0537 1732 2050 0832 0537 1732 2142 0924
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E103 23, N01 03, November 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0548 1752 2234 1009 0548 1752 2325 1102 0548 1752 000 1151 0548 1752 0014 1238 0548 1752 0100 1322 0548 1752 0144 1405 0548 1752 0227 1447 0548 1752 0309 1529 0548 1752 0352 1612 0548 1753 0435 1655 0548 1753 0520 1740 0548 1753 0606 1827 0549 1753 0655 1916 0549 1753 0745 2006 0549 1753 0836 2058 0549 1753 0928 2150 0549 1753 1020 2243 0549 1754 1113 2336 0550 1754 1205 000 0550 1754 1256 0028 0550 1754 1348 0120 0550 1755 1441 0213 0551 1755 1535 0307 0551 1755 1631 0403 0551 1755 1728 0500 0552 1756 1826 0558 0552 1756 1924 0657 0552 1756 2020 0754 0553 1757 2114 0849 0553 1757 2205 0942
Page 37
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 34, S00 28, November 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0541 1749 2231 0541 1749 2322 0541 1749 000 0541 1749 0010 0541 1749 0056 0541 1749 0140 0541 1749 0222 0541 1749 0304 0541 1750 0346 0542 1750 0429 0542 1750 0514 0542 1750 0600 0542 1750 0648 0542 1750 0738 0542 1750 0829 0542 1751 0921 0542 1751 1014 0543 1751 1106 0543 1751 1158 0543 1751 1251 0543 1752 1343 0543 1752 1437 0544 1752 1531 0544 1753 1627 0544 1753 1725 0544 1753 1823 0545 1754 1921 0545 1754 2018 0545 1754 2111 0546 1755 2202
Set hm 1002 1055 1145 1232 1317 1400 1442 1525 1608 1651 1737 1824 1913 2003 2055 2147 2240 2332 000 0024 0116 0208 0302 0357 0454 0551 0650 0747 0842 0935
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E106 15, N03 12, November 2015 SUN MOON Rise Set Rise Set hm hm hm hm 0538 1739 2220 1000 0538 1739 2311 1053 0539 1739 000 1142 0539 1739 000 1228 0539 1738 0046 1312 0539 1738 0131 1354 0539 1738 0214 1436 0539 1738 0258 1517 0539 1738 0341 1559 0539 1738 0425 1642 0539 1738 0510 1726 0540 1739 0557 1813 0540 1739 0645 1901 0540 1739 0736 1951 0540 1739 0827 2043 0540 1739 0919 2136 0541 1739 1011 2229 0541 1739 1103 2322 0541 1739 1154 000 0541 1740 1245 0015 0542 1740 1337 0108 0542 1740 1429 0202 0542 1740 1522 0256 0543 1740 1617 0353 0543 1741 1714 0450 0543 1741 1811 0549 0544 1741 1909 0648 0544 1741 2006 0745 0544 1742 2100 0840 0545 1742 2151 0932
Page 38
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 23 - NOVEMBER 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca