Edisi O6, Juni 2014 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Juni 2014 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Mei 2014, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Juni 2014. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isi meteorologI di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU S.Sos NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, S.Sos.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat. SRI SULISMIYATI, A.Md. NIZAM MAWARDI, A.Md. ADHITYA PRAKOSO, A.Md. AGITA DEVIPRASTIWI, A.Md. TATA NASKAH NOOR AZIZAH, S.Kom. NANGSIP CAHYANA, A.Md. DUATI WARDANI, A.Md. MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] hangnadim.kepri.bmkg.go.id bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
4
II. PENGERTIAN
5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN MEI 2014
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean
7 9
Dipole (IOD) 3.
Madden - Julian Oscilation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
10 12 13
C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2014 IV. PRAKIRAAN BULAN JUNI 2014
17
A. DINAMIKA ATMOSFIR 1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscilation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2014 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN JUNI 2014
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN JUNI
30
2014
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM BULAN JUNI 2014
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
IX.
40
PRO F I L
Page 4
EDISI 6 — JUNI 2014
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2014 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2014 adalah sebagai berikut:
Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014 cukup merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada jangkauan atas normal terhadap rata-ratanya, dengan curah hujan tertinggi berada di wilayah Pagoda dengan nilai curah hujan di atas 350 mm. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014 berkisar antara 200 -370 mm. Berdasarkan hasil analisa angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah Timur Laut dengan kecepatan 0 hingga 20 km/jam. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.
Untuk kondisi atmosfer dibulan Mei 2014 adalah sebagai berikut: MJO pada bulan Mei berada pada fase 6 hingga 4 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4 dengan sifat kuat sehingga pada bulan Mei MJO berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Juni relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah Samudra Hindia, Pulau Sumatera dan sekitar Kepulauan Riau. Nilai OLR yang kecil menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau. Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya, hal ini menunjukan pada bulan Mei 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. Keadaan seperti ini mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan Mei 2014.
2.
Secara umum kondisi cuaca bulan Juni 2014 di Batam Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2014 hingga Juli 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juni 1998 s.d Juli 2014. Dan dengan mempertimbangkan kondisi terakhir dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, serta membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni 2014 adalah bawah normal hingga normal dengan curah hujan bulanan antara 150 mm – 300 mm.
Page 5
EDISI 6 — JUNI 2014
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia
Page 6
EDISI 6 — JUNI 2014
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masingmasing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El Nino dan La Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El NinoSouthern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Mei) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 6 — JUNI 2014
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN MEI 2013 1. Monsun Pada bulan Mei matahari mulai berada pada penjalarannya menuju titik bumi paling utara BBU (Belahan Bumi Utara) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 15.8° LU menuju 22.5°LU. Pada tanggal 21 Juni matahari akan berada pada titik paling utara bumi dengan sudut deklinasi maksimum yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ setelah itu akan bergerak kembali menuju equator. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Mei 2014 tidak tercatat ada kejadian siklon tropis. Dimana hal ini tidak mempengaruhi atas berkurang atau bertambahnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau. Gbr. 1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Mei 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr. 2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Mei 2014
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 6 — JUNI 2014
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Mei 2014 berkisar antara 28.00C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar 0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Mei 2014 kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas normalnya. Keadaan seperti ini mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung meningkat pada bulan Mei 2014. Gbr. 3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Mei 2014
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Mei, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.
Page 9
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr. 4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Mei 2014
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.3) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 0 hingga 10 knot. Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr. 5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb pada Bulan Mei 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Mei, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Mei +0.54 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Mei 2014 berada pada kondisi normal. Namun, pada akhir Mei nilainya naik hingga mencapai +4.4. Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Mei.
Page 10
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan Juni relatif rendah di wilayah Indonesia. OLR bernilai terkecil terjadi di sebagian wilayah Samudra Hindia, Pulau Sumatera dan sekitar Kepulauan Riau. Nilai OLR yang kecil menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau.
Page 11
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr. 8 Rata-rata OLR bulan Mei 2014
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
b. Fase MJO (Median Julian Oscilation) MJO pada bulan Mei berada pada fase 6 hingga 4 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 dan 4 dengan sifat kuat sehingga pada bulan Mei MJO berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr. 9 Fase MJO
Page 12
EDISI 6 — JUNI 2014
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran netral (-0,5°C s.d 0,5°C) pada sekitar akhir Mei 2014. Nilai IOD memiliki kecenderungan berada di atas -0,50C hingga pada akhir Mei bernilai +0,040C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Mei 2014, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat.
Gbr. 10 Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2014 Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2014 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Mei 2014 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDISI 6 — JUNI 2014
Tabel 1: Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Mei 2014 Lo kasi
RR Mei 2014 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim Mukakuning Nongsa
263.4 202.6 269.4
186.9 126.8 136.8
Atas Normal Atas Normal Atas Normal
Pagoda
370.4
136.6
Atas Normal
Sengkuang
289.4
182.7
Atas Normal
Dari tabel di atas diketahui bahwa kejadian hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014 cukup merata. Dimana di seluruh wilayah Pulau Batam intensitasnya berada pada jangkauan atas normal terhadap rata-ratanya, dengan curah hujan tertinggi berada di wilayah Pagoda dengan nilai curah hujan di atas 350mm. Jumlah curah hujan di Pulau Batam pada bulan Mei 2014 berkisar antara 200 -370 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Mei 2014
Page 14
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr. 12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Mei 2014
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Batam 2014. Sebaran Hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. Dimana konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di Batam bagian Selatan (Nongsa dan Hang Nadim).
Page 15
EDISI 6 — JUNI 2014
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Mei 2014 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Meil 2014 di Barelang di Bawah Normal (B) sampai Atas Normal (A) dengan curah hujan dalam satu bulan 202,6mm-370,6mm (80,4%-147,1%). Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Pagoda. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Mei 2014 terdapat 20 hari hujan dengan curah hujan total sebesar 263,6 mm atau berkisar 104,6 % dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian I terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 74,2 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 103,7 mm, dan dasarian III terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 85,7 mm. Curah hujan tertinggi 47,0 mm terjadi pada tanggal 27 Mei 2014. Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Mei 2014 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 6 — JUNI 2014
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,9 - 28,3 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Mei 2014 adalah 23,0 °C terjadi pada tanggal 08 Mei 2014 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,1 °C terjadi pada tanggal 06 dan 11 Mei 2014 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Mei 2014 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 77 % - 96 %. Kelembaban udara terendah mutlak 59% terjadi pada tanggal 15 Mei 2014 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 100% terjadi tanggal 18 Mei 2014. Dengan demikian udara pada bulan Mei 2014 lebih basah dibandingkan bulan April 2014. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Mei 2014 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Mei 2014 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara dengan kecepatan rata-rata 06 km/jam – 09 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Selatan sekitar 32 km/jam terjadi pada tanggal 08 Mei 2014.
Page 17
EDISI 6 — JUNI 2014
IV. PRAKIRAAN BULAN JUNI 2014 A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Juni, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 0.8° yaitu dari 22.7°LS menuju 23.5°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Juni 2014 berada pada wilayah Bumi Bagian Utara (BBU).
Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juni 2014 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode April-Mei-Juni 2014
pada Bulan Juni 2014
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Juni secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah pertemuan angin (Konvergensi). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 18
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Juni 2014
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa ENSO masih dalam kondisi normal untuk Juni 2014. Dengan demikian, di Wilayah Indonesia diprediksi tidak akan terdapat penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 6 — JUNI 2014
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga Mei akhir masih menunjukkan kondisi normal. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka ENSO tidak akan mempengaruhi jumlah curah hujan pada bulan Juni 2014 di wilayah Indonesia. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2011 sampai dengan awal Juni 2014
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 31 Mei s.d 14 Juni 2014 MJO mengalami penurunan aktivitas. Pada akhir Mei hingga pertengahan Juni intensitasnya kuat menuju lemah dan berlangsung di sekitar Samudra Hindia bagian timur hingga wilayah Indonesia. Sehingga cukup berpengaruh dalam menambah jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d -10 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada Juni 2014 akan cukup banyak.
Page 20
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr. 20 Grafik Fase MJO pada Bulan Mei 2014 dan Prakiraan Bulan Juni 2014
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr. 21 Anomali OLR sampai dengan 30 Mei 2014 dan prakiraan 15 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Page 21
EDISI 6 — JUNI 2014
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD awal Juni berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (normal) dengan nilai terakhir 0,04 (gambar 7) dan prediksi bulan Juni 2014 bernilai -0,01. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode Juni 2014 bernilai -0,13 (gambar 8). Secara umum dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan. Gbr. 22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Maret 2014 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Page 22
EDISI 6 — JUNI 2014
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 21 tahun (1993-2013) diketahui:
Minimum
Rata-rata
Maksimum
SUHU UDARA (C)
23.7
27.5
32.8
KELEMBAPAN UDARA
42%
84%
100%
ANGIN (Km/Jam)
6
10
64
HARI HUJAN
9
18
25
*12 hari disertai petir
Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 100 – 250 mm selama bulan Juni. Wilayah Batam bagian Tengah merupakan daerah dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 100 – 150 mm. Sedangkan daerah dengan konsentrasi hujan tertinggi adalah Batam bagian Barat sekitar 200 – 250 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Juni 2014 lebih kecil dibandingkan bulan Mei yang lalu.
Page 23
EDISI 6 — JUNI 2014
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2014 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Juni 2014 hingga Juli 2015. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Juni 1998 s.d Juli 2014. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0,93453 dan RMSE (error) 8,4643. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Juni 2014 diprakirakan:
Sifat Hujan
Jumlah Curah Hujan
Dasarian Pertama
Normal
51.5
Dasarian Kedua
Normal
48.3
Dasarian Ketiga
Bawah Normal
47.2
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II, nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya 85% - 115%. Sedangkan pada dasarian II nilai perbandingan prediksi curah hujan dengan normalnya < 85%.
Page 24
EDISI 6 — JUNI 2014
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Juni 2014 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel 2: Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2014 JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Batam, Rempang, Galang -
Gbr. 24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Juni 2014
Page 25
EDISI 6 — JUNI 2014
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Juni 2014 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut : Tabel 3: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2014
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal
Galang
Normal
Batam, Rempang
Bawah Normal
Gbr. 25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2014
Page 26
EDISI 6 — JUNI 2014
V. PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT JUNI 2014 Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan
Juni
2014 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim
Batam
menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel 4 : Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Juni 2014 TINGGI
ARUS LAUT
(m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )
0,5 – 1,25
Tenggara – 20
Tenggara – 10
Batam - Tarempa
1 – 1,25
Selatan - 20
Tenggara – 35
Batam - Natuna
1 – 1,25
Selatan - 20
Utara - 40
Batam - Karimun
0,5 – 1
Tenggara – 20
Timur Laut - 5
Batam - Lingga
1 – 1,25
Tenggara – 20
Tenggara – 25
Batam - Singapura
0,5 – 1
Tenggara – 20
Tenggara – 10
Batam - Dumai
0,5 – 1
Tenggara – 20
Timur - 5
1 – 1,25
Tenggara – 20
Tenggara – 20
WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
Batam - Tambelan
GELOMBANG
( cm/s )
Page 27
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr. 27 Peta Prakiraan Angin Minggu I Juni 2014
Gbr.28 Peta Analisa Angin Bulan Mei 2014
Page 28
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr.29 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Juni 2014
Gbr.30 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Mei 2014
Page 29
EDISI 6 — JUNI 2014
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Juni 2014
Gbr. 31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Mei 2014
Page 30
EDISI 6 — JUNI 2014
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide ( air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semidiurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat dihitung anomaly pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High
Water
(HT) / Higt Tide (Ht) Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
Page 31
EDISI 6 — JUNI 2014
1
KOTA BATAM 2
1. Batu Ampar, Juni 2014
2. Sekupang, Juni 2014
Page 32
EDISI 6 — JUNI 2014
II. KABUPATEN BINTAN 3
3.
Tanjung Uban, Juni 2014
4.
Tanjung Pinang, Juni 201
4
Page 33
EDISI 6 — JUNI 2014
III. KABUPATEN KARIMUN 5.
Tanjung Balai Karimun, Juni 2014
IV. KABUPATEN LINGGA
5
6
Page 34
EDISI 6 — JUNI 2014
V. KABUPATEN ANAMBAS 7
7. Selat Peninting, Juni 2014
VI. KABUPATEN NATUNA
8
Page 35
EDISI 6 — JUNI 2014
VII. INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM BULAN JUNI 2014 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam Location : E104 07, N01 07, June 2014 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1
0556
1807
0840
2105
2 3
0556 0556
1807 1807
0926 1012
2151 2235
4
0556
1807
1055
2318
5 6
0556 0557
1807 1808
1139 1222
000 000
7
0557
1808
1306
0043
8
0557
1808
1352
0127
9 10
0557 0557
1808 1808
1440 1531
0213 0302
11
0558
1809
1626
0355
12
0558
1809
1724
0450
13 14
0558 0558
1809 1809
1824 1925
0549 0650
15
0558
1810
2025
0751
16
0559
1810
2122
0850
17 18
0559 0559
1810 1810
2217 2309
0947 1041
19
0559
1810
2359
1133
20 21
0559 0600
1811 1811
000 0049
1224 1313
22
0600
1811
0138
1403
23
0600
1811
0227
1453
24 25
0600 0600
1811 1812
0316 0406
1543 1634
26
0601
1812
0456
1724
27
0601
1812
0546
1813
28 29 30
0601 0601 0602
1812 1813 1813
0635 0722 0808
1901 1947 2031
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 32, N00 55, June 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0555 1805 0838 0555 1805 0925 0555 1805 1010 0555 1805 1054 0555 1805 1137 0555 1806 1220 0556 1806 1304 0556 1806 1350 0556 1806 1438 0556 1806 1529 0556 1807 1624 0556 1807 1722 0557 1807 1822 0557 1807 1923 0557 1808 2023 0557 1808 2120 0557 1808 2215 0558 1808 2307 0558 1808 2358 0558 1809 000 0558 1809 0047 0559 1809 0136 0559 1809 0225 0559 1809 0315 0559 1810 0405 0559 1810 0455 0600 1810 0545 0600 1810 0633 0600 1811 0721 0600 1811 0806
Set hm 2103 2149 2233 2316 2358 000 0041 0125 0212 0301 0353 0449 0548 0649 0749 0848 0945 1039 1131 1222 1312 1401 1451 1541 1632 1722 1811 1859 1945 2029
Page 36
EDISI 6 — JUNI 2014
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E108 24, N03 55, June 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0542 1802 0827 0542 1802 0914 0542 1803 1000 0543 1803 1044 0543 1803 1128 0543 1803 1212 0543 1803 1257 0543 1804 1344 0543 1804 1433 0543 1804 1525 0544 1804 1620 0544 1805 1719 0544 1805 1819 0544 1805 1919 0544 1805 2018 0545 1805 2115 0545 1806 2209 0545 1806 2300 0545 1806 2350 0545 1806 000 0546 1807 0038 0546 1807 0126 0546 1807 0215 0546 1807 0304 0547 1807 0353 0547 1808 0443 0547 1808 0533 0547 1808 0622 0547 1808 0709 0548 1808 0756
Set hm 2059 2144 2227 2310 2351 000 0033 0117 0202 0250 0342 0437 0536 0637 0738 0837 0935 1030 1123 1215 1306 1356 1447 1537 1628 1718 1807 1855 1940 2024
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E103 23, N01 03, June 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0559 1810 0843 0559 1810 0930 0559 1810 1015 0559 1810 1059 0600 1810 1142 0600 1810 1225 0600 1811 1309 0600 1811 1355 0600 1811 1443 0600 1811 1534 0601 1811 1629 0601 1812 1727 0601 1812 1827 0601 1812 1928 0601 1812 2028 0602 1813 2125 0602 1813 2220 0602 1813 2312 0602 1813 000 0602 1813 0002 0603 1814 0052 0603 1814 0141 0603 1814 0230 0603 1814 0320 0604 1815 0410 0604 1815 0500 0604 1815 0549 0604 1815 0638 0604 1815 0725 0605 1816 0811
Set hm 2108 2154 2238 2321 000 0003 0046 0130 0216 0305 0358 0454 0553 0653 0754 0853 0950 1044 1136 1227 1316 1406 1456 1546 1637 1727 1816 1904 1950 2034
Page 37
EDISI 6 — JUNI 2014
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E104 34, S00 28, June 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0555 1804 0839 0555 1804 0925 0555 1804 1010 0556 1804 1054 0556 1805 1137 0556 1805 1220 0556 1805 1304 0556 1805 1350 0556 1805 1438 0557 1806 1529 0557 1806 1623 0557 1806 1721 0557 1806 1821 0557 1806 1922 0558 1807 2022 0558 1807 2119 0558 1807 2214 0558 1807 2307 0559 1807 2358 0559 1808 000 0559 1808 0047 0559 1808 0136 0559 1808 0226 0600 1809 0315 0600 1809 0405 0600 1809 0456 0600 1809 0545 0600 1809 0634 0601 1810 0721 0601 1810 0807
Set hm 2103 2148 2232 2315 2358 000 0041 0125 0212 0301 0353 0449 0548 0649 0750 0849 0945 1039 1131 1221 1311 1401 1450 1541 1631 1721 1810 1858 1944 2029
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Location : E106 15, N03 12, June 2014 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0544 1802 0828 0544 1802 0915 0544 1802 1001 0544 1802 1045 0545 1802 1129 0545 1803 1213 0545 1803 1258 0545 1803 1344 0545 1803 1433 0545 1803 1525 0545 1804 1620 0546 1804 1718 0546 1804 1818 0546 1804 1919 0546 1805 2018 0546 1805 2115 0547 1805 2209 0547 1805 2301 0547 1805 2350 0547 1806 000 0547 1806 0039 0548 1806 0127 0548 1806 0216 0548 1807 0305 0548 1807 0355 0549 1807 0445 0549 1807 0534 0549 1807 0623 0549 1808 0711 0549 1808 0757
Set hm 2059 2144 2227 2310 2352 000 0034 0118 0203 0251 0343 0439 0538 0638 0739 0839 0936 1031 1124 1215 1306 1356 1447 1537 1628 1718 1807 1854 1940 2024
Page 38
EDISI 6 — JUNI 2014
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 6 — JUNI 2014
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-Julian Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca
Page 40
EDISI 6 — JUNI 2014
IX. ARTIKEL Penyuluhan Pos Kerjasama BMKG Propinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Bertempat di Hotel Penuin Batam Center, Kota Batam, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menyelenggarakan Kegiatan Penyuluhan Pengamat Pos Hujan Kerjasama 2014. Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Philip Mustamu, S.Sos. berlangsung pada tanggal 20 Mei sampai dengan 22 Mei 2014. Tepat Pukul 8.30 WIB kegiatan ini dibuka oleh Philip Mustamu, S.Sos, selaku Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam dan sekaligus menyampaikan materi "Meteorologi dan Klimatologi Umum". Dalam kesempatan ini, Kepala Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menuturkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis pengamatan unsur klimatologi pada pos hujan kerjasama, sehingga dapat memberikan data pengamatan meteorologi yang benar, cepat dan akurat, guna mencapai misi BMKG yang melayani masyarakat tentang informasi di bidang Meteorologi Klimatologi Geofisika dan Kualitas Udara.
Page 41
EDISI 6 — JUNI 2014
Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari Pos Pengamat Curah Hujan yang tersebar di Kabupaten Bintan/Kota Tanjungpinang berjumlah 15 orang, Kabupaten Lingga berjumlah 7 (tujuh) orang, Kabupaten Tanjung Balai Karimun berjumlah 6 (enam) orang, dan Kota Batam berjumlah 2 (dua) orang. Selain peserta, kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Stasiun Meteorologi Tanjungpinang, Kepala Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun dan Kepala Stasiun Meteorologi Dabo Singkep. Narasumber kegiatan ini berasal dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam yaitu Tri Agus Pramono, S.Kom., menyampaikan materi "Cuaca Di Kepri dan Cuaca Ekstrim" dan Marsudi, S.Kom., menyampaikan materi "Peralatan Meteorologi Konvensional". Setalah semua materi disampikan, moderator membuka sesi tanya jawab dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan bebrapa pertanyaan. Peserta kegiatan ini sangat bersemangat dan antusias. Hal itu dapat terlihat dengan mereka banyak mengajukan pertanyaan mengenai fenomena alam sekarang dan cara menyikapinya serta kendala-kendala yang dialami selama pengamatan curah hujan. Kemudian kegitan dilanjutkan dengan praktek pengukuran curah hujan yang dipandu langsung oleh Marsudi, S.Kom dan penutupan Kegiatan Penyuluhan Pengamat Pos Hujan Kerjasama 2014 serta pemberian sertifikat kepada peserta. Di akhir kegitan, diadakan kunjungan ke lapangan pada Pos Pengamat Curah Hujan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam. Penyuluhan seperti ini sangat bermanfaat bagi petugas Pos Pengamat Curah Hujan sebagai sumber informasi/bertukar pendapat untuk diaplikasikan dalam melihat perubahan kondisi alam berdasarkan cuaca.
Page 42
EDISI 6 — JUNI 2014
X. PROFIL
PROFIL KASI OBSERVASI
Buletin Meteorologi kali ini menampilkan profil Kepala Seksi Observasi Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, Bapak Marsudi, S.Kom. Pria kelahiran Sleman, 17 April 1960 ini ternyata mempunyai hobi olahraga. Bapak berumur 54 tahun ini masih terlihat begitu muda, walau telah dikaruniai 2 orang putri, yaitu Ria Ardila dan Rayi putri Anggarini , serta seorang cucu laki-laki yang sangat lucu, Muhammad Ichsan Danish. Perjalanan karir beliau dimulai sejak lulus dari Pendidikan diploma I Akademi Meteorologi dan Geofisika pada tahun 1983 dan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan penempatan pertama di pusat pengolahan data pada tahun 1983 sampai dengan tahun 1986 di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta. Pada tahun 1987 hingga sekarang, beliau bertugas dan meniti kariernya di Stasiun Meteorlogi Kelas I Hang Nadim Batam.
Pada awal kariernya di Stasiun Meteorogi Hang Nadim Bata mini, beliau menjabat sebagai observer, mulai dari tahun 1987 sampai dengan 1989. Tak hanya sampai disini saja, pada tahun 1989 sampai tahun 1991, beliau kembali bertugas di Pusat Pengolahan Data. Tak hanya menetap di pusat pengolahan data, pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997, beliau mengemban amanah sebagai teknisi di FMT6 (PDP), dan pada tahun 1998, beliau kembali ditugaskan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam sebagai teknisi pada tahun 1998 hingga 2005. Sungguh luar biasa perjalanan karier pria berkelahiran Jawa ini. Tidak sampai di situ saja, pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011, Bapak Marsudi, S.Kom bertugas sebagai Kepala Kelompok Teknik di Stasiun Hang Nadim Batam. Dan mulai dari tahun 2012 hingga sekarang, beliau mengemban amanah sebagai Kepala Seksi Observasi dan Peralatan di Stasiun Hang Nadim Batam.
Page 43
EDISI 6 — JUNI 2014
Dengan perjalanan yang cukup panjang di dunia kariernya, telah banyak suka dan duka yang dilalui Beliau. Menurut Beliau, pada dasarnya, bekerja adalah ibadah, sehingga semua rasa pahit yang dialami pun berasa manis, berkat dorongan serta motivasi dari keluarga, sahabat, saudara, dan terutama istri tercinta, Bapak Marsudi, S.Kom dapat melewati lika-liku perjalanan hidup dengan tetap semangat. Bagi Beliau, hal yang terpenting dalam bekerja ialah kekompakan dan kerja sama. Walaupun terdapat pembagian tugasm, seperti observer, teknisi, dan forecaster, tetapi sebenarnya kita adalah sama, kita adalah satu kesatuan, berorangtuakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Hal yang terpenting yang harus kita lakukan untuk memajukan BMKG dan khususnya Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam ialah dengan memeahami tugas pokok serta fungsi kita dan terjalin hubungan yang harmonis di antara unit-unit kerja. Hal yang sering memusingkan beliau adalah saat alat rusak dan pesan komponen harus diajukan terlebih dahulu ke Otorita Batam dan tidak bisa langsung dilaporkan ke BMKG, sementara itu kita harus tetap memberikan pelayanan penerbangan yang prima, tidak kenal hambatan dan rintangan yang menjadi penghalang. Terakhir, harapan beliau bagi rekan-rekan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam, agar menjadikan pekerjaan sebagai ibadah, jangan pernah mengharap imbalan, biarlah Allah SWT yang membalas dengan limpahan nikmat dan karunia Nya, serta tetap menjaga keutuhan dan keharmonisan yang sudah terjalin. Dan bagi semua partisipan, baik crew pembuat bulletin maupun pembaca, agar dapat ikut kerja sama membantu kelancaran dan kualitas bulletin Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam.